PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadz-lafadz dalam matan hadits yang
sulit lagi sukar dipahamkan, karena jarang sekali digunakannya.1
Ilmu Gharib al-Hadits dapat juga dikatakan:
Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits
yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.2
Dengan memperhatikan tarif tersebut, nyatalah kiranya bahwa yang
menjadi objek ilmu gharib al-hadits ialah kata-kata yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahamkanmaksudnya. Dan nyata pulalah kiranya tujuan
yang hendak dicapai oleh ilmu ini, ialah melarang seseorang menafsirkan
secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat seseorang yang bukan ahlinya.
Sebagaian besar ulama hadits sendiri, kalau dimintakan fatwa tentang
sesuatu matan hadits yang kebetulan beliau sendiri tidak sanggup
menerangkan, lalu menyerahkan fatwanya kepada orang yang lebih ahli dan
lebih mengetahuinya.
1
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Yogyakarta: PT. Alm Press, 1968), h.
321
2
Endang Soetari, Ilmu Hadits, (Bandung: Amal Bakti Press, 1994), h. 209
1. Hadits yang sanadnya berlainan dengan hadits yang bermatan gharib
tersebut.
2. Penjelasan dari sahabat yang meriwayatkan hadits atau dari sahabat lain
yang tidak meriwayatkannya.
3. Penjelasan dari rawi selain sahabat.
Contoh matan hadits gharib yang ditafsirkan dengan hadits yang
bersanad lain, seperti sebuah hadits Muttafaqalaih yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar r.a. tentang Ibnu Shayyad, ujarnya:
:
:
...
" "... ! : !
Nabi Muhammad SAW. bersabda: saya menyimpan sesuatu untukmu, apa
itu? Sahut Ibnu Shayyad: yaitu asap. Salah! Kata Nabi Muhammad SAW.:
kamu tidak akan lepas secepat perkiraanmu.
Lafadzh ad-dukhkhu dalam hadits tersebut adalah lafadzh yang gharib.
Menurut uraian yang dikemukakan oleh Al-Jauhari, lafadzh dukhkhu tersebut
berarti asap (menurut pengertian bahasa), tetapi menurut pendapat lain berarti
tumbuh-tumbuhan, bahkan sebagian orang mengartikannya dengan jima.
Untuk mendapatkan penafsiran yang tepat, kita berusaha mencari
sanad selain sanad Bukhary-Muslim. Ternyata kita dapati di dalam pen-takhrij-
an Abu Dawud dan At-Turmudzy yang bersanadkan Az-Zuhri, Salim dan Ibnu
Umar r.a. memberikan penafsiran terhadap ke-gharib-annya. Kata Ibnu Umar
r.a. :
)
( ...
)(:
Suatu ketika Nabi SAW. menyembunyikan untuk Ibnu Shayyad, ayat:
Tunggulah sampai langit mengepulkan asapnya yang nyata. Lalu Ibnu
Shayyad mendapatkan suatu alat yang biasa dipakai ditukang-tukang tenung
untuk mencapai sesuatu dalam perantaraan setan-setan, dan tanpa berpikir
panjang lagi dia menjawab: itulah asap.3
3
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits . . ., h. 323
4
4
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits . . ., h. 324