Anda di halaman 1dari 2

Fiqh

P U A S A
Puasa dibedakan menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib ada 3
macam, yaitu:
1. Puasa yang terikat dengan waktu, yaitu puasa Ramadhan selama sebulan
2. Puasa yang wajib karena ada illat, yaitu puasa sebagai kafarat
3. Puasa yang diwajibkan oleh manusia kepada dirinya sendiri, yaitu puasa nazar

A. Pengertian Puasa
Secara bahasa, kata ash-shoum dan ash-shiyaam berarti al-imsak (menahan). Sedangkan
secara syari’at, maknanya adalah menahan dengan cara tertentu, pada waktu tertentu, terhadap sesuatu
tertentu, dan dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
Penulis Kitab al-Muhkam berkata: “Ash-Shoum (puasa) adalah menahan untuk tidak makan,
minum, menikah (yaitu melakukan hubungan suami istri) dan menahan pembicaraan.
Dalam tinjuan syari’at, puasa berarti perbuatan seorang mukallaf untuk menahan dirinya
dari makan, minum, istimna’ (mengeluarkan sperma dengan sengaja) dan istiqo’ (muntah dengan
sengaja), disertai dengan niat, dari terbit fajar hingga Maghrib.

B. Dalil Puasa
Allah Swt. berfirman:

 
  
  
   
  
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqoroh: 183)

Rasulullah Saw. Bersabda:

‫سلَ َمةَ َعن أ َبي‬


َ ‫شام َحدَّثَنَا يَحيَى َعن أَبى‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُمسل ُم بن إب َراهي َم َحدَّثَنَا ه‬
َ َ‫ َمن ق‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ‫ام لَيلَة‬ َ ‫صلَّى للاُ َعلَيه َو‬
َ ‫ي للاُ َعنهُ َعن النَّبى‬ َ ‫ُه َريرة َ َرض‬
‫ضانَ إيـ َمانا‬
َ ‫ام َر َم‬ َ ‫ َو َمن‬،‫غف َر لَهُ َما تَقَدَّ َم من ذَنبه‬
َ ‫ص‬ ُ ‫سابا‬ َ ‫القَدر إيـ َمانا َواحت‬
‫غف َر لَهُ َما تَقَد ََّم من ذَنبه‬
ُ ‫سابا‬
َ ‫َواحت‬
“Muslim bin Ibrahim meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Hisyam meriwayatkan kepada
kami: Yahya meriwayatkan kepada kami dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah RA. dari Nabi
Muhammad Saw. Beliau bersabda: “Barang siapa shalat pada malam Lailatul Qadar karena
iman dan mengharapkan balasan maka dosa-dosanya yang telah lau akan diampuni. Dan

SMP IT Madani 8 Tangerang Selatan


Fiqh
barang siapa berpuasa karena iman dan mengharapkan balasan maka dosa-dosanya yang
telah lau akan diampuni.”
C. Keutamaan Puasa
Adapun salah satu keutamaan puasa adalah
Rasulullah Saw. bersabda:

‫صو ُم لى َو أ َنَا أ َجزى به‬ َّ ‫ارة إ ََّّل ال‬


َّ ‫ ال‬،‫صو ُم‬ َ َّ‫ُك ُّل العَ َمل َكف‬
“Seluruh amal ibadah akan menjadi penebus dosa, kecuali puasa. Karena puasa untuk-Ku,
Aku lah yang akan membalasnya.”

Setiap kebaikan yang dilakukan manusia akan dibalas dengan sepuluh kebaikan sepertinya,
hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali Puasa, karena sesungguhnya Aku (Allah) lah yang akan
membalasnya.

Puasa itu terbagi menjadi empat macam:


1. Puasa orang al-‘awam, yaitu berpuasa dari makan, minum, dan berjima’
2. Puasa khawashul ‘awam, yaitu seperti puasa ‘awam, namun disertai dengan menjauhi hal-hal
yang diharamkan, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
3. Puasa al-khawash, yaitu berpuasa dari selain berdzikir dan beribadah kepada selain Allah Swt.
4. Puasa khawashul khawash (orang-orang yang sangat dikhususkan), yaitu berpuasa dari segala
sesuatu selain Allah, dan mereka tidak pernah ‘berbuka’ dari hal itu hingga hari Kiamat. Ini
merupakan maqam (kedudukan) tertinggi, namun pembatasan maksud dari hadits tersebut
dengan jenis puasa seperti ini, tentu masih harus dipertimbangkan.

D. Orang yang diperbolehkan untuk tidak Puasa Ramadhan


1. Musafir
2. Orang sakit
3. Orang Hamil dan Orang yang menyusui
4. Orang yang Sudah Lanjut Usia

E. Hal-hal yang membatalkan Puasa


1. Makan dan minum secara sengaja
2. Muntah dengan sengaja
3. Istimna’
4. Jima’

SMP IT Madani 8 Tangerang Selatan

Anda mungkin juga menyukai