Anda di halaman 1dari 3

Kemampuan lahan

Kemampuan lahan merupakan penilaian kemampuan atau potensi dari suatu lahan untuk
penggunaannya di bidang pertanian tanpa mendetailkan peruntukannya pada tanaman-tanaman
tertentu (Rayes, 2007). Menurut USDA yang dikemukakan oleh Klingebiel dan Montgomery
(1961), kemampuan lahan dikelaskan menjadi delapan kelas. Kelas pertama memiliki nilai yang
baik sehingga dapat digunakan untuk semua aktivitas pertanian, sedangkan kelas delapan
merupakan wilayah cagar alam. Macam penggunaan lahannya adalah pertanian sangat intensif,
pertanian intensif, pertanian sedang, pertanian terbatas, penggembalaan intensif, penggembalaan
sedang, penggembalaan terbatas, hutan dan cagar alam seperti yang ada pada gambar.
Pengklasifikasian kemampuan lahan yang dilakukan didasarkan pada potensi dan hambatan yang
dimiliki oleh suatu lahan. Potensi dan hambatan yang digunakan sebagai pengukur lebih ditekankan
pada sifat-sifat fisik, sedangkan sifat kimia tidak digunakan karena mudah berubah sehingga tidak dapat
merepresentasikan kondisi suatu lahan dengan baik (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kelas Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan Meningkat


Kemampuan
Lahan

Hambatan / Cagar Hutan Penggembalaan Pertanaman


bahaya Alam
meningkat
Terbatas Sedang Intensif Terbatas Sedang Intensif Sangat
kesesuaian
Intensif
dan pilihan
penggunaan I
berkurang
II

III

IV

VI

VII

VIII

Gambar . Tabel kelas kemampuan lahan


Kebutuhan air

Air merupakan kebutuhan pokok yang memberikan kehidupan bagi makhluk hidup.
Penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam, begitu pula sumber air yang
digunakan. Air memiliki siklus tersendiri yang dikenal dengan siklus hidrologi. Ketersediaan air
tawar di bumi ini hanya sekitar 2,5% dari seluruh air yang ada di bumi. Keterbatasan air yang
bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari itulah yang menyebabkan perlunya perhitungan
kebutuhan air. Perhitungan kebutuhan air dilakukan agar dapat mengetahui berapa banyak air
yang digunakan selama ini dan bertujuan agar pengelolaan sumberdaya air dapat dilakukan
dengan efektif efisien.

Kebutuhan air domestik

dimana :
Q (DMI) = kebutuhan air untuk kebutuhan domestik (m/tahun)
q(u) = konsumsi air pada daerah perkotaan (liter/kapita/hari)
q(r) = konsumsi air daerah pedesaan (liter/kapita/hari)
P(u) = jumlah penduduk kota
P(r) = jumlah penduduk pedesaan

Kebutuhan air domestik tidak lepas dari kehidupan sehari-hari sehingga pola hidup masyarakat
akan mempengaruhi nilai kebutuhan air yang didapat. Status sosial dan lokasi tempat tinggal
sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan air. Berdasarkan SNI tahun 2002 mengenai sumberdaya
air, masyarakat di desa lebih membutuhkan sedikit air daripada masyarakat di kota. Oleh karena
itu kebutuhan air domestik dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan air masyarakat perdesaan dan
kebutuhan air masyarakat di perkotaan

Kebutuhan air irigasi

Pertanian membutuhkan air untuk irigasi. Air irigasi biasanya diambil dari sungai atau waduk
bahkan airtanah yang kemudian disalurkan ke lahan-lahan pertanian untuk kepentingan pertanian
(Suhardjono, 1994 dalam Gunawan, 2008). Irigasi akan mempengaruhi produksi pangan
sehingga bila ada kekurangan air pada lahan pertanian, maka hasil produksinya akan menurun.

Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan
(IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk
penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan
irigasi (A). Menghitung kebutuhan air irigasi dilakukan dengan rumus berikut :

keterangan :
IG = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P = perkolasi (mm/hari),
ER = hujan efektif (mm/hari),
EI = efisiensi irigasi (-),
A = luas areal irigasi (m2).

Kebutuhan air untuk peternakan

Ternak juga merupakan mahkluk hidup yang membutuhkan air. Perhitungan kebutuhan air pada
ternak lebih mudah dibandingkan perhitungan kebutuhan air yang lain. Kebutuhan air setiap
ternak untuk setiap hari telah dibakukan pada SNI (2002), sehingga kebutuhan air total dicari
hanya dengan mengalikan jumlah ternak dengan kebutuhan airnya (Yulistyanto dan Kironoto,
2008). Menghitung kebutuhan ternak dilakukan dengan rumus :

dimana :
Q(L) : Kebutuhan air untuk ternak (m/tahun)
q(c/b) : Kebutuhan air untuk sapi/kerbau (liter/ekor/hari)
q(s/g) : Kebutuhan air untuk Domba/Kambing (liter/ekor/hari)
q(pi) : Kebutuhan air untuk babi (liter/ekor/hari)
q(po) : Kebutuhan air untuk unggas (liter/ekor/hari)
P(c/b) : Jumlah sapi/kerbau
P(s/g) : Jumlah domba/kambing
P(pi) : Jumlah babi
P(po) : Jumlah unggas

Kebutuhan air untuk Industri

Sebuah industri yang berjalan membutuhkan air untuk keperluan produksinya. Kebutuhan air
setiap industri berbeda beda, hal tersebut dikarenakan tidak semua keperluan produksi
membutuhkan air sehingga walaupun ada industri besar, tapi tidak membutuhkan banyak air
dalam melakukan produksi, kebutuhan airnya bisa jauh lebih kecil dibanding industry kecil yang
dalam produksinya membutuhkan air.

Anda mungkin juga menyukai