Anda di halaman 1dari 2

Amar Maruf Nahi Mungkar

Kategori : Manhaj
Diakses : 1127

Beramar maruf nahi dan bernahi mungkar adalah satu amalan yang mulia yang
diperintahkan Allah Subhanahu wa Taala dalam firman-Nya dan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya.
Allah berfirman dalam surat Ali imran : 104 yang artinya "Dan hendaklah ada di
antara kalian segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung."

Beramar maruf dan bernahi mungkar juga sebagai ciri khas ummat ini, yang mereka
sebaik-baik ummat di muka bumi ini. Dan setiap muslim yang bersegera untuk
mengamalkan ciri khas ummat ini, ia akan mendapat kemuliaan dan berhak
mendapat pujian Allah Subhanahu wa Taala. Tatkala Umar bin Khatab radiyallahu
anhu membaca ayat "Kalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah yang mungkar"{Ali Imran : 110}

Beliau berkata : "Barang siapa yang ingin menjadi golongan ummat ini, maka
hendaklah ia tunaikan syarat yang Allah sebutkan. "Begitu mulia akhlak ini, hingga
setiap muslim harus memilikinya. Karena hanya orang-orang kafir dan yang semisal
dengan mereka yang tidak mau mengamalkan akhlak ini, akibatnya mereka
mendapatkan kemurkaan dan laknat Allah Subhanahu wa Taala. Allah berfirman :
"telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka satu sama lain tidak melarang dari kemungkaran yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka lakukan."{Al-
Maidah : 78,79}

Rasulullah shallallahu alihi wa sallam menjelaskan dalam sabda beliau : "Barang


siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia merubah dengan
tangannya. Kalau ia tidak mampu maka dengan lisannya., dan kalau juga tidak
mampu maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman."{HR.
Muslim}
Hadits ini menunjukan wajibnya beramar maruf dan bernahi mungkar dengan segala
daya dan upaya, dan kewajiban ini untuk seluruh kaum muslimin sesuai dengan
kadar kemampuan masing-masing.

Namun sebelum seseorang beramar maruf nahi mungkar ia harus berilmu terlebih
dahulu. Sebagaimana pernyataan Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam
Majmu Fatawanya (15/337): "Dan Allah Subhanahu wa Taala telah memerintahkan
untuk beramar maruf dan bernahi mungkar. Sebelum seseorang memerintahkan
orang lain kepada yang maruf, hendaklah ia berilmu terlebih dahulu. Karena orang
yang belum berilmu, tentu tidak dapat menyuruh manusia melaksanakannya.
Demikian pula sebelum mereka dia melarang orang lain dari yang mungkar, dia juga
harus beilmu tentangnya. Karena kalu tidak tentu dia tidak bisa mencegah dari
perbuatan yang mungkar."
Ini adalah perkara penting yang harus diperhatikan oleh setiap muslim sebeum
beramar maruf dan bernahi mungkar, karena hanya dengan ilmulah mereka dapat
beramal dan istiqamah dalam amalnya. Dengan ilmulah bisa dibedakan yang maruf
dari yang mungkar.
Selain bekal ilmu, dibutuhkan pula kelembutan dan kesabaran serta sikap yang
bijaksana. Karena tanpa ini semua dalam penerapan amar maruf nahi mungkar,
niscaya kerusakan yang lebih besar akan timbul dan berkembang di ummat ini.
Cobalah dengar firman Allah Subhanahu wa Taala kepada nabi-Nya : "Dan
bersabarlah terhadap yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang
baik."{An-Nahl : 10}
Dan Firman-Nya : "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah, serta janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipudayakan."{An-Nahl : 127}

Demikianlah bekal yang harus dimiliki seseorang sebelum beramar maruf dan nahi
mungkar.
Di samping itu ia harus pandai-pandai memperhitungkan mashlahat dan
madlaratnya, yaitu dengan ketentuan, "Hendaknya perintahmu kepada yang maruf
adalah dengan cara yang maruf, sedangkan laranganmu kepada kemungkaran
adalah bukan kemungkaran. Jadi apabila amar maruf dan nahi mungkar merupakan
kewajiban dan anjuran yang sangat agung, maka kemashlahatannya harus lebih
besar daripada madlaratnya...." Demikianlah ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Ketentuan seperti ini sangatlah penting, karena sekian banyak manusia yang
mengamalkan akhlak ini namun tidak di tempuh dengan cara yang benar, sehingga
niat mereka memperbaiki dan merubah kemungkaran malah menimbulkan
kemugkaran yang lebih besar, dan niat hati mengajak kepada kebaikan malah
menjauhkannya. Hal ini terjadi dikarenakan mereka tidak berilmu dengan benar
tentang akhlak ini.

Ketahuilah, pengingkaran terhadap kemungkaran ada empat tingkatan :


1. Kemungkaran itu lenyap dan muncul yang maruf.
2. Kemungkaran itu menjadi hilang walaupun tidak hilang seluruhnya.
3. Kemungkaran itu lenyap tetapi digantikan oleh dengan yang seperti itu juga.
4. Kemungkaran itu lenyap, tetapi digantikan dengan yang lebih besar
keburukannya.

Dua tingkatan awal disyariatkan untuk diamalkan, dan yang ketiga perlu
dipertimbangkan, sedangkan yang keempat haram untuk diamalkan. Demikianlah,
akhlak amar maruf nahi mungkar harus berlandaskan ilmu, kesabaran, kelembutan
dan kebijaksanaan.

Amalkanlah akhlak ini karena jika ditinggalkan niscaya akan turun adzab Allah Taala
dan tidak dikabulkannya doa. Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda : "Dan
demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh hendaklah kalian beramar
maruf dan nahi mungkar, atau akan dikahawatirkan Allah akan mengirim kepada
kalian sebagai adzab sebagai hukuman dari-Nya, kemudian doa kalian tidak
dikabulkan-Nya."{HR. Tirmidzi dan hadits ini derajatnya hasan dengan syawahidnya,
dihasankan oleh Syaikh Al-Albanidalam Shahibul Jami 7070 dan Al-Misykat 514}.
Maka jalanilah akhlak ini, walaupun hanya bisa dengan hati dan itulah selemah-
lemah keimanan.
Sebaik-baik akhlak adalah akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Wallahu
alam bis shawab.

[Kontributor: Fuad Hasyim, 02 Desember 2001 ]

Anda mungkin juga menyukai