Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Quran dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang melahirkan
perbuatan baik dan buruk. Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam
jiwa seseorang, darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi
hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk
pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua
makhluk (alam semesta).
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi
Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat
yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum
Muslimin. Dan seharusnya kita lebih dapat mengetahui antara akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Untuk itu dalam makalah ini diuraikan bebagai macam akhlak terpuji dan macam akhlak tercela.
Contoh akhlak terpuji yaitu Ikhlas, Amanah, Adil, bersyukur dan rasa malu. Sedangkan akhlak
tercela yaitu Riya, takabur, hasad, Ghadab( pemarah ), Namimah ( adu Domba).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata akhlaq yang merupakan jama dari khulqu dari bahasa Arab
yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia
atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang
Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara;
yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan
kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada
keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama,
senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar
dan sebagainya.
Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan
tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang
penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah
lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh
Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah
yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti
ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang maruf dan
menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya Kamu
adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang
mungkar dan beriman kepada Allah.
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki,
sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati
yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi
orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai
contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam
Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum: 41).
B. Pengertian Akhlak Mahmudah (Terpuji)
Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup
sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong,
hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh
pendirian, dermawan, optimis, qanaah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat,
ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan taaawun, berilmu, kreatif,
produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida,
amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan
tentang tasawuf.
1. Contoh-Contoh Akhlak Mahmudah
Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang meliputi ikhlas,
sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a. Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya
berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, Aku pernah
bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, Aku telah menanyakan hal itu kepada
Allah, lalu Allah berfirman, (Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke
dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat
yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih
dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
b. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa (memenuhi) dan wadiah (titipan) sedangkan
secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan
pada firman Allah SWT:







Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang
memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil (QS
4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:






Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka mereka semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh (QS.
33:72).
c. Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah
berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa
peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi
Saw bersabda, Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan
dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika
susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau
bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri. (HR. Abu Syeikh).
d. Bersyukur
Syukur menurut kamus Al-mujamu al-wasith adalah mengakui adanya kenikmatan
dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur
secara syari adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang
dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur. Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat
tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
e. Rasa malu
Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan dimintakan
pertanggungjawaban
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan. Sepanjang
rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan terjaga dari segala godaan
syetan yang mengajak kepada perbuatan dosa. Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga
akhlaknya. Oleh karena itu semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak
mulia yang salah satunya adalah memlihara rasa malu. Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya
setiap agama mampunyai akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :



Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-
orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu
kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Fushshilat Ayat : 40)

Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat apa saja, tapi
harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah SWT dan
kelak akan dimintakan pertanggungjawaban. Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat
apa saja tanpa mempertimbangkan halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan
rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah sebabnya dikatakan
oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu bagian dari iman." Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering
disebut dengan ungkapan tebal kulit muka. Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan
memerah mukanya. Orang yang tidak pernah memerah mukanya adalah orang yang kurang rasa
malunya karena itu disebut tebal kulit muka. Tentu ini hanya peribahasa saja, bukan berarti
bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu dapat
memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat kasar, dan sifaat
kasar itu menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu disebabkan
karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu dijatuhi hukuman oleh negara,
bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak
malu berbuat pelanggaran lagi karena sudah siap masuk penjara berulang kali. Kalau masih
memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala tindakan kejahatan, keserakahan,
korupsi, mengambil yang bukan haknya dan lain-lain. Marilah kita jaga diri kita dari segala
bentuk kema'siatan yang akan membawa kepada kehancuran pribadi dan kehancuran
masyarakaat, bangsa dan nengara.
C. Pengertian Akhlak Mazmumah (Tercela)
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah
dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas,
durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,
marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak,
takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa
besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.
Dalam konteks pembahasan Akhlak itu, maka akhlak dapat di bagi kepada 3 (tiga) bagian yaitu :
1. Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah adalah perbuatan hambaNya terhadap Allah SWT.
2. Akhlak kepada MakhlukNya
Akhlak kepada MakhlukNya adalah perbuatan hambaNya terhadap makhluk Allah, seperti
Malaikat, Jin, Manusia, dan Hewan.
3. Akhlak kepada Lingkungan
Akhlak kepada lingkungan adalah perbuatan hambaNya terhadap lingkungan (semesta alam),
seperti : tumbuh-tumbuhan, air (laut, sungai, danau), gunung, dan sebagainya.
Contoh Sifat Mazmumah (Tercela) yaitu:
1. Riya dan Sumah
Diantara penyakit hati yang tidak hanya menimpa orang umum tetapi juga kader dakwah
adalah riya dan sumah. Mulai dari definisi riya dan sumah, faktor penyebab, dampak buruk,
fenomena riya dan sumah, sampai kiat mengatasinya. Insya Allah.
Definisi Riya secara Etimologi.
Kata riya berasal dari kata ruyah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu,
berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan
firman Allah SWT:

Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna. (QS. Al-
Maauun : 6-7). dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia. (QS. Al-
Anfal : 47)
Definisi Riya secara Terminologi.
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang
menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya mendapatkan
kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.

Pengertian Sumah secara Etimologi


Kata sumah berasal dari kata sammaa (memperdengarkan). Kalimat sammaan naasa bi
amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak
mengetahuinya.
Definisi Sumah secara Terminologi.
Pengertian sumah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang
membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau
tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan
dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani
mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sumah.
Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sumah adalah
sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut
kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sumah adalah amal
terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia
membicarakan amalnya di hadapan manusia. Dalam Al-Quran Allah telah memperingatkan
tentang sumah dan riya ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sumah maka akan diperlakukan dengan sumah oleh Allah dan siapa yang
berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari).
Diperlakukan dengan sumah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di
akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi
pahala kepadanya. Naudzubillah min dzalik. Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan
tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang
tidak lain merupakan syirik kecil.
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para sahabat
bertanya, Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah? Rasulullah
menjawab, Riya. Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran
amal perbuatan hamba-Nya, Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya
terhadapnya. Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka? Kemudian Rasulullah
mendengar seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau
bersabda, Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah. Orang tersebut ternyata Miqdad bin
Aswad. (HR. Ahmad)
Demikianlah riya dan sumah akan membawa petaka di akhirat. Namun, tidak semua
yang diperdengarkan berarti sumah. Dalam hal ini suara dzikir Miqdad bin Aswad tidak
dikategorikan demikian. Karena riya dan sumah adalah penyakit hati, maka perbuatan fisik yang
sama bukan berarti berangkat dari hati/niat yang sama
2. Takabur dan Tahasud
:
{}
Dari Abdillah ibn Masud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom. (HR. Muslim)
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, baik
kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan lain-lain.
Takabur itu terbagi atas 2 macam yaitu :
a) Takabur batin : yang merupakan pekerti di dalam hati
b) Takabur lahir : yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari anggota badan,
kelakuan-kelakuan ini amat banyak sekali bentuknya dan oleh karena itu sukar untuk dihitung
dan diperinci satu persatu.
Jelasnya ialah orang yang menghinakan saudaranya sesama muslim melihatnya dengan
mata ejekan, menganggap bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, suka menolak kebenaran,
sedangkan ia telah mengetahui bahwa itulah yang sesungguhnya benar, maka jelaslah bahwa
orang tersebut dihinggapi penyakit kesombongan dan mengabaikan hak-hak Allah, tidak
mentaati apa yang diperintahkan olehnya serta melawan benar-benar pada zat yang maha kuasa.
Takabur itu hukumnya haram, kecuali pada 2 tempat :
1. Sombong terhadap orang yang sombong
2. Sombong diwaktu peperangan terhadap orang-orang kafir.
3. Hasad
Pengertian Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap
keberuntungan atau kenikmatan yang di peroleh. Hasad merupakan akhlak yang tercela, harus
dihindari dalam kehidupan sehari- hari. Wujudnya seperti memusuhi, menjelek- jelekan,
mencemkan nama baik orang lain, dan lain- lain. Sabda Rasullah Telah masuk kedalam
tubuhmu penyakit penyakit umat dahulu, ( yaitu ) benci dan dengki. Itulah yng membinasakan
agama, buakan sengki mencukur rambut. ( Hr. Abu Daud Tirmidzi ).
Hadits diatas menjelaskan apabila manusia apabila manusia saling mendengki, maka
ajaran agama dan segala tatanan hukum tidak akan mengaturnya. Sehingga Rasulullah SAW
mengibaratkan sifat dengki bagaikan api yang membakar kayu bakar.
Bahaya Sifat Hasad
Rasulullah SAW menggambarkan buruknya sifat hasad seprti api yang membakar kayu
bakar, sebagia perusak dan penghancur Sendi-sendi agama, artinya orang bersikap dan berbuat
dengki pada dasarnya sama dengan penghancur agama. Hasad harus dihindari karena merugikan
diri sendiri ataupun orang lain. Adapun bahaya hasad antara lain:
1. Menimbulkan permusuhan dan pertikain
2. Menimbulkan perasaan dendam
3. Menghilangkan persahabatan
4. Tidak disenangi oleh orang banyak
5. Menghilangkan semua aml baik yang telah dilakukan
6. Dibenci Allah SWT ( mendapat dosa )

Cara menghindari sifat hasad ( dengki )


Cara menghindari sifat hasad, antara lain
a. Meningkatkan iman dan taqwa kerada Allah SWT.
b. Mendekatkan diri kepada Allah SWT,dengan harapan hati dan pikiran menjadi tenang.
c. Menyadari bahwa hasad dapat menghupus kebaikan.
d. Mempererat tali persaudaraan guna terjalin kerukunan dan kebersamaan
e. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT
f. Menumbuhkan sifat qanah ( merasa cukup terhadap apa yang dimiliki )
4. Ghadab
Pengertian
Ghadab (pemarah) artinya orang yang suka marah. Sedangkan marah artinya berontaknya
jiwa dalam menghadapi sesuatu yang tidak disenangi atau marah adalah luapan hawa nafsu, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang tidak terkendali. Dalam pergaulan hendaknya
manusia jangan mudah marah. Apabila arah karena hal-hal yang sepele, yang sebenarnya tidak
perlu marah,tetapi menjadi marah besar (murka). Hal yang demikian tidak sesuai dengan pribadi
muslim yang sebenarnya. Sebab selain menganjurkan agar kita menjadi pemaaf, suka maafkan
kesalahan atau kehilafan orang lain agar persaudaraan dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya.
Disekolah ada seorang guru yang sabar dalam menghadapin perilaku siswanya. Meskipun
siswanya tidak memeperdulikannya, namun ia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai guru
dengan baik, bahkan ia tetap menyayangi siswanya. Pada suatu ketika ia mendadak marah, anak-
anak tidak ada yang berani berbicara dan mereka tidak mengerti apa penyebabnya, sehingga
mereka diam semuanya.
Sikap guru tersebut sangat bertentangan dengan norma agama, padahal islam
menganjurkan kepda umatnya untuk bersabar bila mengadapi ujian atau cobaan. Permasalahan
tidak boleh dihadapi dengan marah. akan tetapi harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Sabda
Rasulullah SAW. Janganlah kamu memutuskan suatu perkara antara yang bersengketa ketika
engkau dalam keadaaan marah. (HR. Bukhari).
Al Ghazali juga mengatakan bahwa orng tyang sabar ialah orang yang sanggup bertahan
dalam mengadapi gangguan dan rasa sakit, yang sanggup memikul beban yang tidak disukainya,
yang sanggup mengendalikan kemarahan. Firman Allah SAW. Hai orang-orang yang beriman
mintalah pertolongan dengan sabar dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang
sabar. (QS Al Baqarah: 153)
Allah SWT juga menjanjikan kepada orang-orang yang sanggup menahan amarahnya
dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. ..dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disedikan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memanfaatkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (Qs Ali Imran : 133 134)
Jika terlajur marah, maka sikap yang diajarkan Rasulllah SAW adalah Sesungguhnya
marah itu dari syetan dan sesungguhnya setan itu dijadikan dari api dan pai akan mati dengan
(disiram) air, maka apabila marah seseorang di antara kamu, maka berwudhulah. (HR Abu
Dawud).
Demikianlah, kita harus mampu menahan amarah, karena amarah itu datangnya dari
syetan yang akan senantiasa menyesatkan kita, sehingga kita akan berbuat yang tidak seharusnya
kita lakukan. Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat dan menang dalam bergulat melainkan
orang yang sanggup menahan marahnya.
Bahaya sifat pemarah
Adapun bahaya sifat pemarah antara lain:
a) Dibenci oleh Allah SWT, teman dan masyarakat
b) Menimbulkan permusuhan
c) Retaknya tali persaudaraan
Cara menghindari sifat pemarah antara lain sebagai berikut:
a. Membaca taawuz
b. Seringlah membaca istigfar
c. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu
d. Jika saat marah itu kita sedang berdiri, segeralah duduk dan jika dalam keadaan duduk,
segeralah berbaring.
5. Namimah
Pengertian Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usah atau perbuatan seseorang baik berupa
ucapan atau perbuatan yang bertujuan mengadu domba satu orang dengan orang lain, satu
golongan dengan golongan yang lain, dan lain sebagainya.Perbutan namimah adalah perbuatan
yang dibenci orang Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya.
-
dan janganlah engkau patuhi orang orang yang suka bersumpah dan suka menghina , suka
mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah. (QS. Al Qalam : 10- 11)
Orang yang terbiasa dengan sifat naminah akan slau berbuat kerusakan dimana pun dan
kapanpun, apalagi sifat ini sudah terpatri kuat dalam hati. Orang orang seperti akan selsu
menggunakn siasat buruknya untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, ia akan selalu mencela
orang lain dengan kesana kemari menyebar fitnah, mereka adalah orang yang selalu bersama
sama berada ditengah tengah dengan tujuan untuk menghasut, membuat huru hara, dan
kerusakan .
Dampak negatif namimah
Adapun beberapa akibat negatif yang ditimbulkan dari sifat namimah antara lain sebagai
berikut :
a. Dapat merusak hubungan baik antar sesama manusia
b. Orang yang memiliki sifat namimah akan dikucikan darii kehidupan masyarakat,dan
diperlakukan buruk lainnya.
c. Orang yang memiliki sifat namimah akan mendapat siksa kubur.
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Rasulullah Saw melewati dua kuburan, lalu
Rasulullah bersabda penghuni kedua kuburan ini telah disiksa bukan karena melakukan
dosa besar. Yang satu tidak membersihkan kencing dan yang lain berjalan untuk
mengadu domba.(H.R. Asy- Syakhani )
d. Mendapat siksa dari kubur
Rasulullah SAW bersabda: Dan Abu Darda berkata : Rasulullah bersabda : setiap
orang yang menyebarkan pada seseorang dengan kalimat untuk melakukan di dunia,
maka baginya atas Allah siksa yang menghancurkan di neraka pada hari
kiamat. (HR. At. Tabaini )
Cara menghindari perbuatan namimah
a. Menyadari bahwa perbuatan tersebut dibenci oleh Allah SWT, dan orang melakukannya
akan mendapat siksa yang pedih, baik dilam kubur maupun di akhirat.
b. Menyadari bahwa sesama muslim adalah saudara yang harus saling menolong, bukan
saling bermusuhan.
c. Memahami bahwa perpecahan akan berakibat sangat merugikan bagai semua elemen
masyarakat.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
D. Akhlak Mahmudah Melahirkan Insan yang Bertakwa
Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam
diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat
mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-racun yang boleh membunuh
manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah yang sentiasa
mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan. Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi
pengukur bagi menyatakan sifat seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah berdasarkan
kepada akhlak dan perilaku yang dimilik oleh seseorang. Dalam mengamalkan sifat-sifat
mahmudah atau etika hidup yang murni, ia merangkumi banyak aspek antaranya :
1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri, seperti menjaga kesihatan diri, membersih jiwa daripada akhlak
yang buruk dan keji serta tidak melakukan perkara-perkara maksiat.
2. Akhlak Terhadap Keluarga, seperti pergaulan dan komunikasi yang baik antara suami isteri,
berbuat baik kepada kedua ibu bapa, menghormati yang lebih tua dan mengasihi orang-orang
muda daripada kita.
3. Akhlak Terhadap Masyarakat, seperti sentiasa menjaga amanah, menepati janji, berlaku adil,
menjadi saksi yang benar dan sebagainya.
Akhlak dapat dibentuk dengan baik sekiranya kita benar-benar mengikuti lunas-lunas
yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antara jalan terbaik untuk membentuk akhlak
yang mulia ialah :
1. Mempunyai Ilmu Pengetahuan. setiap mukmin perlu mempelajari apakah yang dimaksudkan
dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan tahu membezakan dengan akhlak yang keji (
akhlak mazmumah ).
2. Menyedari Kepentingan Akhlak Yang Diamalkan. Ini kerana akhlak merupakan cermin diri
bagi seseorang muslim dan membawa imej Islam, malahan daya tarikan Islam juga bergantung
kepada akhlak yang mulia.
3. Mempunyai Keazaman Yang Tinggi, melalui keazaman yang tinggi dan kuat sahajalah jiwa
seseorang dapat dibentuk untuk benar-benar menghayati sifat yang mulia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, manusia sudah ditakdirkan untuk menjalani
peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu sehingga kini, manusia terus
menjalani hidup dengan berbagai cara dan peristiwa yang membentuk sejarah dan tamaddun
manusia. Sifat dan keperibadian manusia penuh pertentangan dan beraneka ragam. Manusia
bukan makhluk sosial semata-mata malah bukan jua diciptakan untuk mementingkan diri sendiri
semata-mata. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada manusia untuk
menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW. Dengan
akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyeru manusia kepada
tauhid dan dengan akhlak jualah baginda menghadapi musuh di medan perang. Dalam islam
akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma akhlak terbagi atas dua
akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai , disenangi oleh
Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah akhlak yang dilarang dan
diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya
niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi dan
saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian bagi yang
ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari apa yang telah
disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), (Terj), Farid Maruf, dari judul asli al-Akhlak,

Jakarta:Bulang Bintang, 1983.

Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung.

Pustaka Setia

Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia

Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai