Anda di halaman 1dari 170

Teknik Digital Dasar 1

Penulis : SODIKIN SUSAAT


Editor Materi : ASMUNIV
Editor Bahasa :
Ilustrasi Sampul :
Desain & Ilustrasi Buku :

Hak Cipta 2013, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan

MILIK NEGARA

TIDAK DIPERDAGANGKAN

Semua hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak (mereproduksi), mendistribusikan, atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku teks dalam bentuk apapun atau dengan cara apapun,
termasuk fotokopi, rekaman, atau melalui metode (media) elektronik atau mekanis
lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain, seperti diwujudkan
dalam kutipan singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan non-komersial
tertentu lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk komersial
harus mendapat izin tertulis dari Penerbit.
Hak publikasi dan penerbitan dari seluruh isi buku teks dipegang oleh Kementerian
Pendidikan & Kebudayaan.
Untuk permohonan izin dapat ditujukan kepada Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, melalui alamat berikut ini:
Pusat Pengembangan & Pemberdayaan Pendidik & Tenaga Kependidikan Bidang
Otomotif & Elektronika
Jl. Teluk Mandar, Arjosari Tromol Pos 5, Malang 65102, Telp. (0341) 491239, (0341) 495849,
Fax. (0341) 491342, Surel: vedcmalang@vedcmalang.or.id, Laman: www.vedcmalang.com
e-mail penyusun: lamandausus@gmail.com

i
Teknik Digital Dasar 1

Disklaimer

Penerbit tidak menjamin kebenaran dan keakuratan isi/informasi yang tertulis di dalam buku
teks ini. Kebenaran dan keakuratan isi/informasi merupakan tanggung jawab dan wewenang
dari penulis.

Penerbit tidak bertanggung jawab dan tidak melayani terhadap semua komentar apapun
yang ada didalam buku teks ini. Setiap komentar yang tercantum untuk tujuan perbaikan isi
adalah tanggung jawab dari masing-masing penulis.
Setiap kutipan yang ada di dalam buku teks akan dicantumkan sumbernya dan penerbit tidak
bertanggung jawab terhadap isi dari kutipan tersebut. Kebenaran keakuratan isi kutipan tetap
menjadi tanggung jawab dan hak diberikan pada penulis dan pemilik asli. Penulis
bertanggung jawab penuh terhadap setiap perawatan (perbaikan) dalam menyusun informasi
dan bahan dalam buku teks ini.
Penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian, kerusakan atau ketidaknyamanan yang
disebabkan sebagai akibat dari ketidakjelasan, ketidaktepatan atau kesalahan didalam
menyusun makna kalimat didalam buku teks ini.
Kewenangan Penerbit hanya sebatas memindahkan atau menerbitkan mempublikasi,
mencetak, memegang dan memproses data sesuai dengan undang-undang yang berkaitan
dengan perlindungan data.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Teknik Komputer Jaringan, Edisi Pertama 2013
Kementerian Pendidikan & Kebudayaan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik & tenaga Kependidikan, Tahun
2013 : Jakarta
Teknik Digital Dasar 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas tersusunnya buku
teks ini, dengan harapan dapat digunakan sebagai buku teks untuk siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Studi Teknik Elektronika.
Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada paradigma belajar kurikulum abad 21
menyebabkan terjadinya perubahan, yakni dari pengajaran (teaching) menjadi
pembelajaran (learning), dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-
centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student-
centered), dari pembelajaran pasif (pasive learning) ke cara belajar peserta didik
aktif (active learning-CBSA) atau Student Active Learning-SAL.
Buku siswa pada mata pelajaran Elektronika Dasar untuk materi Teknik Digital
Dasar ini disusun sebagai buku teks siswa berdasarkan tuntutan paradigma
pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan berdasarkan pendekatan
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21,
yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses
sains.
Penyajian buku teks dari materi pelajaran dengan judul Teknik Digital Dasar ini
disusun dengan tujuan agar supaya peserta didik dapat melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (penerapan saintifik), dengan demikian peserta didik diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru
secara mandiri.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan menyampaikan terima kasih, sekaligus saran kritik demi
kesempurnaan buku teks ini dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam membantu terselesaikannya buku tek Siswa untuk Mata
Pelajaran Elektronika Dasar kelas X / Semester 1 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).

Jakarta, 12 Desember 2013


Penulis,

iii
Teknik Digital Dasar 1

DAFTAR ISI

Hak Cipta ................................................................................................................... i


Disklaimer ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DESKRIPSI Teknik Digital Dasar .............................................................................. 1
PETA KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI........................................................ 3

KEGIATAN BELAJAR 1
MEMAHAMI SEJARAH TEKNIK DIGITAL .............................................................. 7
1.1. Sejarah Teknik Digital ........................................................................................ 8
1.2. Berbagai Penemuan Teori Digital .................................................................... 13
1.3. Gambaran Logika dalam Teknik Digital ........................................................... 19
1.4. Revolosi Teknik Digital .................................................................................... 22
1.5. Lahirnya World Wide Web, Ponsel, Jejaring Sosial, hingga Sistem Audio Video
24
1.5.1. World Wide Web ..................................................................................... 24
1.5.2. Ponsel .................................................................................................... 25
1.5.3. Situs Jejaring Sosial................................................................................ 26
1.5.4. Perkembangan Alat Audio Video ............................................................ 26
1.6. Pengenalan Software dalam Teknik Digital ...................................................... 27
1.7. Tugas dan Tes Formatif 1 ................................................................................ 30

KEGIATAN BELAJAR 2
MEMAHAMI SISTEM, KONVERSI, OPERASI ARITMATIK BILANGAN, DAN
PENGKODEAN DALAM SISTEM DIGITAL ........................................................... 33
2. Menentukan Sistem, Konversi, dan Operasi Aritmatik Bilangan, dan Pengkoden
dalam Sistem Digital ............................................................................................... 35
2.1 Sistem Bilangan ......................................................................................... 35
Teknik Digital Dasar 1

2.2 Konversi Bilangan ...................................................................................... 42


2.3. Operasi Aritmatik Sistem Bilangan ............................................................ 49
2.4. Kode Logika Sistem Digital yang lain........................................................ 56
2.5 Tugas dan Tes Formatif 2 .......................................................................... 67

KEGIATAN BELAJAR 3
MEMAHAMI PENERAPAN ALJABAR BOOLE PADA RANGKAIAN GERBANG
LOGIKA DIGITAL .................................................................................................. 72
3. Memahami Penerapan Aljabar Boole pada Rangkaian Gerbang Logika ............ 74
3.1. Pendahuluan ............................................................................................... 74
3.2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Dasar ................................... 76
3.3. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Kombinasi ............................ 84
3.4. Hukum De Morgan ...................................................................................... 96
3.5. Membangun dan Menyederhanakan Gerbang Logika Menggunakan Aljabar
Boole ........................................................................................................... 99
3.6. Peta Diagram Karnaugh ( Karnaugh Map-diagram)................................... 102
3.7 Tugas dan Tes Formatif 3 .......................................................................... 107

KEGIATAN BELAJAR 4
MEMAHAMI RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL ............................................ 118
4. Rangkaian Logika Sekuensial ........................................................................... 120
4.1 SR Flip-flop (Set-ReSet) ............................................................................. 122
4.2 JK Flip-flop ................................................................................................ 126
4.3 D Flip-flop ................................................................................................... 128
4.4 T Flip-flop ................................................................................................... 131
4.5 Diagram State Rangkaian Logika Sekuensial ............................................. 132
4.6 State Transisi Penghitung Naik Asinkron (0-5) ........................................... 135
4.7 Tugas dan Tes Formatif 4 .......................................................................... 141

v
Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 5
MEMAHAMI KOMPONEN DIGITAL UNTUK DASAR LOGIKA BUFFER, DRIVER,
DAN DEKODER ................................................................................................... 144
5. Komponen Digital untuk Buffer, Driver, dan Dekoder ........................................ 146
5.1 Komponen IC Digital Famili TTL ................................................................. 146
5.2 Dasar IC Buffer, Driver, dan Decoder ........................................................ 150
5.3 Pembangkit Pulsa TTL Menggunakan IC Timer 555................................... 157
5.4 Tugas dan Tes Formatif 5........................................................................... 159

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 164


Teknik Digital Dasar 1

DESKRIPSI Teknik Digital Dasar 1


A. MATERI PEMBELAJARAN
Teknik Digital Dasar pada buku siswa ini merupakan bagian materi
pembelajaran dari mata pelajaran Elektronika Dasar yang di struktur Kurikulum 2013
SMK. Sebelumnya, di sisi lain pada mata pelajaran Elektronika Dasar ini juga
dibahas tentang materi pembelajran Teknik Elektronika Analog Dasar sebelumnya.
Materi Teknik Digital Dasar digunakan untuk mendukung mata pelajaran
Mikroprosesor yang ada di kelas X semester 1 dan semester 2, dan mata pelajaran
Teknik Kontrol (dari materi pembelajaran Mikrokontroller yang ada di kelas XI dan
kelas XII semester 1 dan semester 2).

Buku siswa yang berupa buku teks materi pelajaran Teknik Digital Dasar ini
berisi pembahasan tentang pengenalan Sistem dan konversi bilangan dalam teknik
digital (bilangan biner, oktal, desimal, dan heksadesimal), termasuk system
pengkodean digital, aljabar Boole, Karnaugh-map, pengenalan gerbang logika
konvensional (mulai dari gerbang dasar, gerbang kombinasi, system memori dasar
menggunakan Flip-flop, hingga dasar-dasar penghitung counter), dan penggunaan
perangkat lunak software (seperti salahsatunya adalah: Electronic Work Bench,
Livewire atau Electronic Circuit Wizard, Multisim, ataupun Proteus, dan atau bahkan
Altium).

Pada buku siswa ini dibahas juga tentang aplikasi dasar dari beberapa pokok
bahasan setiap materi pembelajaran, disamping terdapat juga tugas-tugas untuk
latihan sebagai evaluasi hasil pembelajaran kepada siswa itu sendiri.

B. PRASYARAT

Materi pembelajaran Teknik Digital Dasar yang disampaikan pada kelas X


semester 1 akan memberikan bekal awal dalam memahami kompetensi teknik

1
Teknik Digital Dasar 1

elektronika pada Program Studi Keahlian Elektronika yang meliputi Paket Keahlian
Audio Video, Elektronika Industri, Mekatronika, dan Ototronik.
Di sisi lain juga dapat digunakan untuk menunjang pada Paket Keahlian Otomasi
industri, dan Paket Keahlian lain yang sesuai kebutuhan kompetensinya. Oleh
karenanya prasarat yang seharusnya dipunyai siswa sebagai peserta didik pada
materi pemebelajaran ini adalah pernah belajar teknik elektronika analog, teknik
listrik, dan memahami ilmu-ilmu dasar matematika, dan fisika, serta dapat berpikir
logis sesuai dengan tuntutan dari logika-logika dasar yang bersifat pasti.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN

Buku ini disusun dengan memberikan penjelasan tentang konsep dasar


digital Basic 2010 dengan beberapa contoh aplikasi sederhana yang berkaitan
dengan dunia teknik pada umumnya dan elektronika pada khususnya.
Untuk memungkinkan siswa belajar sendiri secara tuntas , maka perlu
diketahui bahwa isi buku ini pada setiap kegiatan belajar umumnya terdiri atas,
uraian materi, contoh-contoh aplikasi, tugas dan tes formatif serta lembar kerja,
sehingga diharapkan siswa dapat belajar mandiri (individual learning) dan mastery
learning (belajar tuntas) dapat tercapai.

D. TUJUAN AKHIR
Tujuan akhir yang hendak dicapai adalah agar siswa mampu:
Mengenal bagian mata pelajaran Elektronika Dasar dengan materi Teknik
Digital Dasar.
Memahami menggunakan alat perangkat lunak software untuk membuktikan
konsep-konsep teori dengan simulasi.
Memahami konsep dan simulasi teknik digital dasar untuk diaplikasikan dalam
praktik.
Mampu membuat rangkaian aplikasi digital dasar untuk keperluan kontrol
ON/OFF dengan menggunakan simulasi software maupun secara praktik
dengan menggunakan komponen hardware.
Teknik Digital Dasar 1

PETA KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI

KOMPETENSI INTI (KI-3) KOMPETENSI INTI (KI-4)


Kompetensi Dasar (KD): Kompetensi Dasar (KD):
1. Memahami sejarah singkat system 1. Menerangkan sejarah singkat system
digital digital.
2. Memahami sistem dan konversi 2. Menerapkan system dan konversi
bilangan pada rangkaian logika. bilangan pada teknik digital.
3. Memahami sistem konversi dan 3. Mencontohkan cara mengkonversi dan
operasi aritmatik bilangan teknik digital mengoperasikan arithmatika bilangan
pada rangkaian logika pada teknik digital.
4. Memahami aljabar Boolean pada 4. Menerapkan aljabar Boolean pada
gerbang logika digital. gerbang logika digital.
5. Memadukan aljabar Boolean pada 5. Menganalisa aljabar Boolean pada
gerbang logika digital. gerbang logika digital.
6. Memahami macam-macam gerbang 6. Menerapkan macam-macam gerbang
dasar rangkaian logika . dasar pada rangkaian logika.
7. Memahami macam-macam gerbang 7. Membangun macam-macam gerbang
dasar untuk perancangan rangkaian dasar untuk perancangan rangkaian
logika . logika.
8. Memahami macam-macam rangkaian 8. Menerapkan macam-macam rangkaian
Flip-Flop. Flip-Flop.
9. Menerangkan macam-macam
9. Menguji macam-macam rangkaian Flip-
rangkaian Flip-Flop
Flop.
MeMM

Indikator: Indikator:
1. Memahami sistem bilangan desimal, 1. Menerapkan sistem bilangan desimal,
biner, oktal, dan heksadesimal. biner, oktal, dan heksadesimal.
2. Memahami konversi sistem bilangan 2. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan biner. desimal ke sistem bilangan biner.
3. Memahami konversi sistem bilangan 3. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan oktal. desimal ke sistem bilangan oktal.
4. Memahami konversi sistem bilangan 4. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan desimal ke sistem bilangan
heksadesimal. heksadesimal.
5. Memahami konversi sistem bilangan 5. Menerapkan konversi sistem bilangan
biner ke sistem bilangan desimal. biner ke sistem bilangan desimal.
6. Memahami konversi sistem bilangan 6. Menerapkan konversi sistem bilangan
oktal ke sistem bilangan desimal. oktal ke sistem bilangan desimal.
7. Memahami konversi sistem bilangan 7. Menerapkan konversi sistem bilangan
heksadesimal ke sistem bilangan heksadesimal ke sistem bilangan
desimal. desimal.
8. Memahami operasi aritmatik dan 8. Menerapkan operasi aritmatik dan

3
Teknik Digital Dasar 1

sistem bilangan dengan pengkode sistem bilangan pengkode biner (binary


biner (binary encoding) encoding)
9. Menjelaskan konsep dasar aljabar 9. Menganalisa konsep dasar aljabar
Boolean pada gerbang logika digital. Boolean pada gerbang logika digital.
10. Mentabulasikan dua elemen biner pada 10. Menganalisa tabulasi data dua elemen
sistem penjumlahan aljabar Boolean biner pada sistem penjumlahan aljabar
11. Mentabulasikan dua elemen biner pada Boolean
sistem perkalian aljabar Boolean. 11. Menganalisa tabulasi data dua elemen
12. Mentabulasikan dua elemen biner pada biner pada sistem perkalian aljabar
sistem inversi aljabar Boolean. Boolean.
13. Menentukan rangkaian gerbang logika 12. Menganalisa tabulasi dua elemen biner
digital dengan aljabar Boolean. pada sistem inversi aljabar Boolean.
14. Mencocokkan beberapa simbol 13. Menyederhanakan rangkaian gerbang
gerbang logika kedalam skema logika digital dengan aljabar Boolean.
rangkaian digital. 14. Menggambarkan beberapa simbol
15. Menerapkan aljabar Boolean dan gerbang logika kedalam skema
gerbang logika digital. rangkaian digital dengan bantuan
16. Membuat ilustrasi diagram Venn software.
sebagai bantuan dalam 15. Menerapkan aljabar Boolean dan
mengekspresikan variabel dari aljabar gerbang logika digital.
boolean secara visual. 16. Membuat ilustrasi diagram Venn sebagai
17. Menerapkan aljabar kedalam fungsi bantuan dalam mengekspresikan
tabel biner. variabel dari aljabar boolean secara
18. Memahami konsep dasar rangkaian visual.
logika digital. 17. Menerapkan aljabar kedalam fungsi tabel
19. Memahami prinsip dasar gerbang biner.
logika AND, OR, NOT, NAND, NOR, 18. Menerapkan konsep dasar rangkaian
EXOR. logika digital.
20. Memahami penerapan Buffer pada 19. Menerapkan prinsip dasar gerbang logika
rangkaian elektronika digital. AND, OR, NOT, NAND, NOR, EXOR.
21. Memahami prinsip dasar metode 20. Menerapkan penerapan Buffer pada
pencarian kesalahan pada gerbang rangkaian elektronika digital.
dasar rangkaian elektronika digital 21. Menerapkan prinsip dasar metode
22. Menggunakan rangkaian gerbang pencarian kesalahan pada gerbang
dasar logika digital. dasar rangkaian elektronika digital
23. Mensimulasikan gerbang dasar logika 22. Menggunakan rangkaian gerbang dasar
AND, AND, OR, NOT, NAND, NOR, logika digital.
EXOR menggunakan perangkat lunak 23. Melakukan eksperimen gerbang dasar
dan melakukan pengukuran perangkat logika AND, AND, OR, NOT, NAND,
keras serta interprestasi data hasil NOR, EXOR menggunakan perangkat
pengukuran. lunak dan melakukan pengukuran
24. Mensimulasikan rangkaian Buffer pada perangkat keras serta interprestasi data
rangkaian elektronika digital hasil pengukuran.
Teknik Digital Dasar 1

menggunakan perangkat lunak dan 24. Melakukan eksperimen rangkaian Buffer


melakukan pengujian perangkat keras pada rangkaian elektronika digital
serta interprestasi data hasil menggunakan perangkat lunak dan
pengukuran. melakukan pengujian perangkat keras
25. Membuat layout atau flow-chart urutan serta interprestasi data hasil pengukuran.
metode pencarian kesalahan pada 25. Mencoba dan menerapkan metode
rangkaian flip-flop elektronika digital pencarian kesalahan pada rangkaian flip-
26. Memahami prinsip dasar rangkaian flop elektronika digital.
Clocked S-R Flip-Flop. 26. Menerapkan prinsip dasar rangkaian
27. Memahami prinsip dasar rangkaian Clocked S-R Flip-Flop.
Clocked D Flip-Flop. 27. Menerapkan prinsip dasar rangkaian
28. Memahami prinsip dasar rangkaian J-K Clocked D Flip-Flop.
Flip-Flop. 28. Menerapkan prinsip dasar rangkaian J-K
29. Memahami rangkaian Toggling Mode Flip-Flop.
S-R dan D Flip-Flop. 29. Menerapkan rangkaian Toggling Mode S-
30. Memahami prinsip dasar rangkaian R dan D Flip-Flop.
Triggering Flip-Flop. 30. Menerapkan prinsip dasar rangkaian
31. Menyimpulkan rangkaian Flip-Flop Triggering Flip-Flop.
berdasarkan tabel eksitasi. 31. Menyimpulkan rangkaian Flip-Flop
32. Memahami prinsip dasar metode berdasarkan tabel eksitasi.
pencarian kesalahan pada gerbang 32. Menerapkan prinsip dasar metode
dasar rangkaian elektronika digital pencarian kesalahan pada gerbang
33. Mendiagramkan rangkaian logika dasar rangkaian elektronika digital
sekuensial pada rangkaian elektronika 33. Mendiagramkan rangkaian logika
digital. sekuensial pada rangkaian elektronika
34. Mensimulasikan rangkaian Clocked S- digital.
R Flip-Flop menggunakan perangkat 34. Melakukan ekperimen rangkaian Clocked
lunak dan melakukan pengukuran S-R Flip-Flop menggunakan perangkat
perangkat keras serta interprestasi lunak dan melakukan pengukuran
data hasil pengukuran. perangkat keras serta interprestasi data
35. Mensimulasikan rrangkaian Clocked D hasil pengukuran.
Flip-Flop menggunakan perangkat 35. Melakukan ekperimen rangkaian Clocked
lunak dan melakukan pengukuran D Flip-Flop menggunakan perangkat
perangkat keras serta interprestasi lunak dan melakukan pengukuran
data hasil pengukuran. perangkat keras serta interprestasi data
36. Mensimlasikan rangkaian T Flip-Flop hasil pengukuran.
menggunakan perangkat lunak dan 36. Melakukan ekperimen rangkaian T Flip-
melakukan pengukuran perangkat Flop menggunakan perangkat lunak dan
keras serta interprestasi data hasil melakukan pengukuran perangkat keras
pengukuran. serta interprestasi data hasil pengukuran.
37. Mensimulasikan rangkaian Toggling 37. Melakukan eksperimen rangkaian
Mode S-R dan D Flip-Flop Toggling Mode S-R dan D Flip-Flop
menggunakan perangkat lunak dan menggunakan perangkat lunak dan

5
Teknik Digital Dasar 1

melakukan pengukuran perangkat melakukan pengukuran perangkat keras


keras serta interprestasi data hasil serta interprestasi data hasil pengukuran.
pengukuran. 38. Melakukan eksperimen rangkaian
38. Mensimulasikan rangkaian Triggering Triggering Flip-Flop menggunakan
Flip-Flop menggunakan perangkat perangkat lunak dan melakukan
lunak dan melakukan pengukuran pengukuran perangkat keras serta
perangkat keras serta interprestasi interprestasi data hasil pengukuran.
data hasil pengukuran. 39. Mencoba dan menerapkan metode
39. Mensimulasikan metode pencarian pencarian kesalahan pada gerbang
kesalahan pada gerbang dasar dan dasar dan kombinasi rangkaian
kombinasi rangkaian elektronika digital. elektronika digital.

E. CEK KEMAMPUAN AWAL

1. Sebutkan penemu sistem aljabar bolean yang digunakan dalam teknik digital !

2. Sebutkan macam-macam sistem bilangan yang yang anda ketahui !

3. Sebutkan penggunaan system bilangan biner pada peralatan elektronika !

4. Apa yang anda ketahui tentang kondisi logika yang digunakan pada teknik digital!

5. Apa yang dimaksud dengan logika 1 (high), dan logika 0 (low)?

6. Jelaskan apa yang dimaksud gerbang logika dalam teknik digital !


Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 1:
MEMAHAMI SEJARAH TEKNIK DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. Mengenal Sejarah kronologis penemuan teknik digital.
2. Menjelaskan beberapa istilah teknik digital sesuai dengan kronologis
sejarahnya.
3. Memahami macam dan sifat dari berbagai sistem logika dalam teknik digital.
4. Mengenal beberapa penggunaan software dalam teknik digital.
B. Uraian Materi
1. Sejarah singkat teknik digital.
2. Mengenalkan penemu teknik digital, dengan cara ceramah atau
searching/browsing internet.
3. Pengenalan software elektronik digital (EWB; Live wire; Multisim; P-Spice;
Proteus, Eagle dan lain-lain).
C. Alokasi Waktu
4 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
Teori, simulasi dan Browsing internet
E. Media pembelajaran
- PC/Notebook, Windows
- Internet Browsing
- Software Livewire, Workbench, Multisim, Proteus, Eagle (salah satu).
- Modul Trainer Digital Dasar
F. Referensi:
1. Malvino; and Leach. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
2. en.wikipedia.org/wiki/George_Boole. 2014. George Booloe. Diakses 03 Maret
2014.
3. Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Boole, George". Encyclopdia Britannica (11th
ed.)
Cambridge University Press.

7
Teknik Digital Dasar 1

1. Memahami Sejarah Teknik Digital

1.1. Sejarah Teknik Digital


Teori logika dikembangkan di banyak kebudayaan dalam sejarah, termasuk
China, India, Yunani, dan dunia Islam. Pada abad ke-18 Eropa, mencoba untuk
mengangkat operasi logika formal dengan cara simbolis atau aljabar telah dibuat
oleh filsafat matematika Leibniz dan Lambert, tetapi pekerjaan mereka tetap
terisolasi dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya.
Teknologi yang mendasar dari Teknik Digital ditemukan pada abad 18 yaitu oleh
Charles Babage, seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali
mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat deprogram adalah Charles
Babbage (lahir 26 Desember 1791 dan meninggal dunia pada 18
Oktober 1871, umur 79 tahun). Sebagian dari mesin yang dikembangkannya adalah
Mesin analisis dari Model Percobaan, Mesin Diferensial, namun tidak selesai dan
sekarang dapat dilihat di Museum Sains London, dan bahkan pada saat itu
dilanjutkan perakitannya oleh putra Babage.

Demikian halnya dengan


pemikir lain seperti yang
direkomendasikan oleh George
Boole, yang bertanggung jawab
untuk temuan aljabar Boolean.
Termasuk ide-ide Von Neumann
masih mempengaruhi operasi dari
komputer modern. Hingga akhirnya

Gambar 1.1 Charles Babbage (1791-1871) muncul Eniac, Mac, Will Gates, atau
Steve Jobs, Andrei Wozniak, hingga
ke eranya Brinn dan kawan-
kawannya.
George Boole yang lahir 2
November 1815 dan meninggal 8
Desember 1864 adalah seorang ahli
Teknik Digital Dasar 1

matematika, dan filosof kelahiran


Inggris dan ahli logika. Karyanya di
bidang persamaan diferensial dan
logika aljabar, dan ia kini paling
dikenal sebagai penulis The Laws of
Thought. Sebagai penemu prototipe
dari apa yang sekarang disebut

Gambar 1.2 George Boole (1815-1864) logika Boolean, yang menjadi dasar
dari komputer digital modern, Boole
dianggap di belakang sebagai
pendiri bidang ilmu komputer.
Boole berkata, "...no general
method for the solution of questions
in the theory of probabilities can be
established which does not explicitly
recognise ... those universal laws of
thought which are the basis of all
reasoning....", terjemahannya
Gambar 1.3 Mesin Analisis Model Percobaan
Ciptaan Babage di Museum Sain adalah: ... ada metode umum untuk
London (1871)
solusi pertanyaan dalam teori
probabilitas yang dapat dibentuk
dengan tidak secara eksplisit
mengakui hukum-hukum universal
pemikiran yang merupakan dasar
dari semua penalaran ...

Ayah George Boole, John


Boole (1779-1848), adalah seorang
pedagang di Lincoln dan
Gambar 1.4 Bagian Mesin Diferensial Model
Percobaan Ciptaan Babage memberinya pelajaran. Dia memiliki
yang ditemukan di
laboratoriumnya pendidikan sekolah dasar, tetapi

9
Teknik Digital Dasar 1

lebih sedikit pengajaran formal dan


akademis lanjut. William Brooke,
seorang penjual buku di Lincoln,
mungkin telah membantu dia
dengan bahasa Latin, yang juga
mungkin telah belajar di sekolah
Thomas Bainbridge.
Dia belajar sendiri secara otodidak tentang bahasa modern. Pada usia 16
tahun Boole mengambil posisi mengajar SMP di Doncaster, di Sekolah Heigham itu,
yang pada saat itu juga sebagai pencari nafkah untuk orang tuanya dan tiga adik-
adik kandungnya. Dia secara singkat mengajar juga di Liverpool. George Boole
berpartisipasi pula dalam Institut Mekanika lokal, Lembaga Mekanika Lincoln, yang
didirikan pada tahun 1833 oleh Edward Bromhead. Tanpa seorang guru, ia membu-
tuhkan bertahun-tahun untuk menguasai kalkulus. Pada usia 19 Boole berhasil
mendirikan sekolah sendiri di Lincoln. Empat tahun kemudian ia mengambil alih
Akademi Hall, di Waddington, di luar Lincoln, dan pada kematian Robert Hall. Pada
1840 ia pindah kembali ke Lincoln, di mana ia mengelola sebuah sekolah asrama.
Boole menjadi tokoh lokal terkemuka, pengagum John Kaye, uskup. Ia
mengambil bagian dalam kampanye lokal untuk penutupan awal. Dengan ER Larken
dan lain-lain dia mendirikan bangunan masyarakat pada tahun 1847. Dia terkait juga
dengan Chartist Thomas Cooper, yang istrinya relasi. Pada tahun 1838 dan
seterusnya Boole telah membuat kontak dengan hebat matematika simpatik
akademis Inggris, dan membaca lebih luas. Ia belajar aljabar dalam bentuk metode
simbolis, karena ini yang dipahami pada waktu itu, dan mulai menerbitkan makalah
penelitian. Dan pada 1847 Boole menerbitkan pamflet Analisis Matematika Logika.
Ia kemudian dianggap sebagai eksposisi cacat sistem logis, dan ingin sebuah
penyelidikan dari Hukum Pemikiran (1854), di mana yang Didirikan Teori Matematika
Logika dan Probabilitas harus dilihat sebagai pernyataan dewasa dari
pandangannya. Keterlibatan awal Boole dalam logika itu dipicu oleh perdebatan saat
ini pada kuantifikasi, antara William Hamilton yang mendukung teori "kuantifikasi
predikat", dan pendukung Boole's Augustus De Morgan yang maju versi dualitas De
Teknik Digital Dasar 1

Morgan, seperti yang sekarang disebut. Pendekatan Boole adalah akhirnya lebih
jauh jangkauannya dari baik sisi dalam kontroversi. Mendirikan apa yang pertama
kali dikenal sebagai "aljabar logika" tradisi.
Boole tidak menganggap logika sebagai cabang dari matematika, tetapi ia
memberikan sebuah metode simbolik umum inferensi logis. Boole diusulkan bahwa
proposisi logis harus diekspresikan melalui persamaan aljabar. Manipulasi aljabar
simbol dalam persamaan akan menyediakan metode yang gagal-aman deduksi
logis: yaitu logika direduksi menjadi jenis aljabar. Dengan 1 (kesatuan) Boole
dilambangkan "obyek-obyek alam masuk akal"; simbol literal, seperti x, y, z, v, u,
dan lain-lain, digunakan dengan arti "pilihan" yang terikat pada kata sifat dan kata
benda bahasa alam. Jadi, jika x = bertanduk dan y= domba, maka tindakan yang
berurutan dari pemilihan (yaitu pilihan) yang diwakili oleh x dan y, jika dilakukan
pada persatuan, memberikan kelas "domba bertanduk". Dengan demikian, (1 - x)
akan mewakili operasi memilih semua hal di dunia kecuali hal bertanduk, yaitu
segala sesuatu tidak bertanduk, dan (1 - x) (1 - y) akan memberikan segala sesuatu
tidak bertanduk atau domba.
Status Boole sebagai matematikawan diakui oleh pengangkatannya pada
tahun 1849 sebagai guru besar pertama matematika di College Cork Ratu di
Irlandia. Dia bertemu dengan calon istrinya, Maria Everest, ada pada tahun 1850
ketika dia sedang mengunjungi pamannya Ryall John yang adalah Profesor dari
Yunani. Mereka menikah beberapa tahun kemudian. Dia mempertahankan
hubungan dengan Lincoln, bekerja di sana dengan ER Larken dalam kampanye
untuk mengurangi pelacuran. Boole telah dipilih mahasiswa Fellow di Royal Society
pada tahun 1857 dan menerima gelar kehormatan dari dari Universitas Dublin dan
Universitas Oxford. Pada tanggal 8 Desember 1864, Boole meninggal karena
serangan demam. Ia dimakamkan di Gereja Irlandia pemakaman St Michael, Church
Road, Blackrock (pinggiran Cork City).

Sejarah komputer memang lebih melibatkan, para penemu yang tidak akan
ada habisnya. Inilah yang pertama kali sejarah tentang computer berawal pada
tahun 1671. Pada tahun tersebut, seorang Prancis bernama Gottfired Wilhelm Von
Leibniz yang merupakan seorang filosof sekaligus ahli Matematika merancang

11
Teknik Digital Dasar 1

mesin hitung. Mesin ini mampu menjumlah, mengurangi, mengalikan serta


menghitung pembagian. Mesin ini menggunakan sistem binary. Sistem ini adalah
sebuah sistem penjumlahan dua digit dengan menggunakan teorinya Boole yaitu
sistem biner.
Kemudian pada tahun 1991, dengan menggunakan rencana asli dari
Babbage, sebuah mesin diferensial dikembangkan dan mesin ini dapat berfungsi
secara sempurna (lihat gambar 1.4, di atas), yang membuktikan bahwa gagasan
Babbage tentang mesin ini memang dapat diimplementasikan.
Charles Babbage lahir di Inggris, di jalan Crosby Row no 44, Walworth Road,
London. Ada beberapa pendapat tentang tanggal kelahiran Babbage. Seperti yang
dimuat dalam harian The Times menyebutkan kelahirannya tanggal 26 Desem-
ber 1792. Namun beberapa hari kemudian seorang keponakan Babbage menulis
bahwa Babbage sebenarnya dilahirkan setahun sebelumnya, pada1791. Charles
Babbage termasuk orang yang jahat, karena dia pernah mencuri uang di bank. Awal
alasan perancangan mesinnya saat itu adalah perhitungan dengan menggunakan
tabel matematika sering mengalami kesalahan. Babbage ingin mengembangkan
cara melakukan perhitungan secara mekanik, sehingga dapat mengurangi
kesalahan perhitungan yang sering dilakukan oleh manusia. Saat itu, Babbage
mendapat inspirasi dari perkembangan mesin hitung yang dikerjakan oleh Wilhelm
Schickard, Blaise Pascal, dan Gottfried Leibniz. Gagasan awal tentang mesin
Babbage ditulis dalam bentuk surat yang ditulisnya kepada Masyarakat Astronomi
Kerajaan berjudul "Note on the application of machinery to the computation of
astronomical and mathematical tables" (catatan mengenai penerapan mesin bagi
penghitungan tabel astronomis dan matematis) tertanggal 14 Juni 1822.
Demikian pula pada pertengahan abad ke-19, George Boole dan kemudian
Augustus De Morgan menyajikan matematika sistem logika. Pekerjaan mereka
adalah membangun kerja yang oleh orang ahli dan penggemar ilmu aljabar
(algebraist) seperti George Peacock, mengembangkan doktrin logika tradisional
Aristotelian ke dalam kerangka yang cukup untuk studi dasar matematika (Katz
1998, hal . 686 ). Kemudian Charles Sanders Peirce membangun di atas karya
Boole untuk mengembangkan sebuah sistem yang logis untuk hubungan dan
Teknik Digital Dasar 1

bilangan, yang diterbitkan di beberapa makalah 1870-1885. Gottlob Frege


menyajikan pengembangan independen dari logika dengan bilangan, yang
diterbitkan pada 1879, sebuah karya umumnya dianggap sebagai penanda titik balik
dalam sejarah logika. Karya Frege tetap tidak jelas, namun, sampai Bertrand Russell
mulai mempromosikannya dekat pergantian abad. Notasi dua dimensi Frege
dikembangkan tidak pernah diadopsi secara luas dan tidak digunakan dalam teks-
teks kontemporer.
Dari 1890-1905, Ernst Schrder menerbitkan tentang Aljabar Logika dalam tiga jilid,
karya ini diringkas dan memperluas karya Boole, De Morgan, dan Peirce, dan
referensi yang komprehensif untuk logika simbolik seperti yang dipahami pada akhir
abad ke-19.

1.2. Berbagai Penemuan Teori Digital


Kekhawatiran bahwa matematika tidak dibangun di atas pondasi yang tepat
mengarah ke pengembangan sistem aksiomatik untuk bidang mendasar matematika
seperti aritmatika, analisis, dan geometri. Dalam logika, aritmatika merujuk pada
teori alam nomor. Giuseppe Peano ( 1889) menerbitkan satu set aksioma untuk
aritmatika yang datang untuk menanggung nama-nya (Peano aksioma),
menggunakan variasi dari sistem logis dari Boole dan Schrder tetapi
menambahkan pembilang. Peano tidak menyadari pekerjaan Frege pada saat itu.
Sekitar waktu yang sama Richard Dedekind menunjukkan bahwa alam nomor
secara unik ditandai dengan sifat induksi mereka. Dedekind (1888) mengusulkan
karakterisasi yang berbeda, yang tidak memiliki karakter logis formal aksioma Peano
itu. Karya Dedekind, bagaimanapun, terbukti teorema dapat diakses dalam sistem
Peano, termasuk keunikan dari himpunan bilangan asli (sampai isomorphism) dan
definisi rekursif dari penjumlahan dan perkalian dari fungsi penerus dan induksi
matematika.
Pada menjelang pertengahan abad ke-19, kelemahan dalam aksioma Euclid
untuk geometri dikenal (Katz 1998, hal . 774). Selain kemerdekaan dalil theparallel,
yang didirikan oleh Nikolai Lobachevsky pada tahun 1826 (Lobachevsky 1840),
matematikawan menemukan bahwa teorema tertentu diambil untuk diberikan oleh

13
Teknik Digital Dasar 1

Euclid tidak pada kenyataannya dapat dibuktikan dari aksiomanya. Diantaranya


adalah teorema bahwa baris berisi setidaknya dua titik, atau bahwa lingkaran dari
radius yang sama yang dipisahkan oleh pusat radius yang harus berpotongan.
Hilbert (1899) mengembangkan seperangkat geometri, membangun pada pekerjaan
sebelumnya oleh Paskah (1882). Keberhasilan axiomatic geometri termotivasi
Hilbert untuk mencari axiomatizations lengkap daerah lain matematika, seperti
nomor alam dan garis nyata. Hal ini akan terbukti menjadi area utama penelitian
pada paruh pertama abad ke-20.
Abad ke-19 melihat kemajuan besar dalam teori analisis riil, termasuk teori
konvergensi fungsi dan seri Fourier. Matematikawan seperti Karl Weierstrass mulai
membangun fungsi yang membentang intuisi, seperti fungsi kontinu tempat
terdiferensiasi. Konsepsi sebelumnya fungsi sebagai aturan untuk perhitungan, atau
grafik yang halus, tidak lagi memadai. Weierstrass mulai menganjurkan
arithmetization analisis, yang berusaha untuk axiomatize analisis dengan
menggunakan sifat-sifat nomor alam . Keberhasilan teori definisi limit dan teori
kesinambungan fungsi sudah dikembangkan oleh Bolzano pada tahun 1817
(Felscher 2000), tetapi tetap relatif tidak dikenal. Cauchy pada tahun 1821
mendefinisikan kontinuitas dalam hal infinitesimals (lihat Cours d' Analyse). Pada
1858, Dedekind mengusulkan definisi bilangan real dalam hal pemotongan Dedekind
bilangan rasional (Dedekind 1872), definisi masih bekerja dalam teks-teks
kontemporer.
Georg Cantor mengembangkan konsep dasar teori himpunan tak terbatas. Hasil
awal mengembangkan teori kardinalitas dan provedthat reals dan alam nomor
memiliki kardinalitas yang berbeda ( Cantor 1874 ). Pada tahun 1891, ia
menerbitkan bukti baru dari uncountability dari bilangan real yang memperkenalkan
argumen diagonal, dan menggunakan metode ini untuk membuktikan teorema
Cantor bahwa tidak ada set dapat memiliki kardinalitas yang sama seperti powerset-
nya. Cantor percaya bahwa setiap set bisa tertata dengan baik, namun tidak mampu
menghasilkan bukti untuk hasil ini, meninggalkan sebagai masalah terbuka pada
tahun 1895 (Katz 1998).
Teknik Digital Dasar 1

Pada dekade-dekade awal abad ke-20, bidang utama studi ditetapkan teori dan
logika formal . Penemuan paradoks dalam set informal yang teori menyebabkan
beberapa bertanya-tanya apakah matematika itu sendiri tidak konsisten, dan untuk
mencari bukti konsistensi.
Pada tahun 1900, Hilbert berpose daftar terkenal dari 23 masalah untuk abad
berikutnya.
Ditemukannya Teori Set dan paradoks, Ernst Zermelo (1904) memberikan bukti
bahwa setiap set bisa tertata dengan baik, hasil Georg Cantor tidak mampu untuk
mendapatkan . Untuk mencapai bukti, Zermelo memperkenalkan aksioma pilihan,
yang menarik perdebatan sengit dan penelitian di kalangan matematikawan dan
pelopor teori himpunan. Kritik langsung dari metode yang dipimpin Zermelo untuk
menerbitkan penjelasan kedua hasilnya, langsung menangani kritik buktinya
(Zermelo 1908). Tulisan ini menyebabkan penerimaan umum aksioma pilihan dalam
komunitas matematika.
Skeptisisme tentang aksioma pilihan diperkuat oleh paradoks, dan baru-baru ini
ditemukan dalam teori himpunan naif. Cesare Burali-Forti (1897) adalah orang
pertama yang menyatakan paradoks: paradoks Burali-Forti menunjukkan bahwa
koleksi semua nomor urut tidak dapat membentuk satu set. Segera setelah itu,
Bertrand Russell menemukan paradoks Russell pada tahun 1901, dan Jules Richard
(1905) menemukan paradoks Richard.
Zermelo (1908) memberikan set pertama aksioma untuk teori himpunan.
Aksioma ini, bersama dengan aksioma tambahan pengganti yang diusulkan oleh
Abraham Fraenkel, sekarang disebut Zermelo-Fraenkel menetapkan teori (ZF).
Aksioma Zermelo yang dimasukkan prinsip pembatasan, menghindari paradoks
Russell .
Pada tahun 1910, volume pertama dari Principia Mathematica oleh Russell dan
Alfred North Whitehead diterbitkan. Karya ini mengembangkan teori fungsi dan
kardinalitas dalam kerangka benar-benar formal jenis teori, yang Russell dan
Whitehead dikembangkan dalam upaya untuk menghindari paradoks. Principia
Mathematica dianggap salah satu karya paling berpengaruh dari abad ke-20,

15
Teknik Digital Dasar 1

meskipun kerangka jenis teori tidak terbukti populer sebagai teori dasar untuk
matematika ( Ferreiros 2001).
Penemu teori Logika simbolik Leopold Lwenheim (1915) dan Thoralf Skolem
(1920 ) diperoleh teorema Lwenheim - Skolem, yang mengatakan bahwa logika
orde pertama tidak bisa mengontrol kardinalitas struktur yang tak terbatas. Skolem
menyadari bahwa teorema ini akan berlaku untuk orde pertama formalizations teori
himpunan, dan itu berarti setiap formalisasi tersebut memiliki model dihitung. Fakta
berlawanan dengan intuisi ini dikenal sebagai paradoks Skolem itu.
Dalam disertasi doktornya, Kurt Gdel (1929) membuktikan teorema kelengkapan,
yang menetapkan korespondensi antara sintaks dan semantik dalam logika orde
pertama. Gdel menggunakan teorema kelengkapan untuk membuktikan teorema
kekompakan, menunjukkan sifat finitary dari orde pertama konsekuensi logis. Hasil
ini membantu mendirikan logika orde pertama sebagai logika dominan yang
digunakan oleh matematikawan.
Pada tahun 1931, Gdel diterbitkan pada proposisi formal Undecidable dari Principia
Mathematica dan Sistem Terintegrasi, yang membuktikan ketidaklengkapan (dalam
arti yang berbeda dari kata) dari semuanya cukup kuat, efektif teori orde pertama.
Hasil ini, yang dikenal sebagai Teorema Gdel 's ketidaklengkapan, menetapkan
pembatasan yang parah pada dasar aksiomatik untuk matematika, dan mencolok
serta punya pukulan yang kuat untuk programnya Hilbert. Hal ini menunjukkan
ketidakmungkinan memberikan bukti konsistensi aritmatika dalam setiap teori formal
aritmatika. Menurut Hilbert, bagaimanapun tidak mengakui pentingnya teorema
ketidaklengkapan untuk beberapa kurun waktu.
Teorema Gdel menunjukkan bahwa bukti konsistensi dari setiap cukup kuat ,
sistem aksioma yang efektif tidak dapat diperoleh dalam sistem itu sendiri, jika
sistem konsisten, maupun dalam sistem lemah. Hal ini membuka kemungkinan bukti
konsistensi yang tidak dapat diformalkan dalam sistem yang mereka anggap.
Gentzen (1936) membuktikan konsistensi aritmatika menggunakan sistem yang
terbatas. Hasil Gentzen yang memperkenalkan ide-ide potong eliminasi dan bukti -
teori ordinal , yang menjadi alat utama dalam teori bukti. Gdel ( 1958 ) memberikan
Teknik Digital Dasar 1

bukti konsistensi yang berbeda, yang mengurangi konsistensi aritmatika klasik


dengan aritmatika intuitif dalam jenis yang lebih tinggi.
Alfred Tarski mengembangkan dasar-dasar teori model, yang dimulai tahun
1935 oleh sekelompok ahli matematika terkemuka berkolaborasi dengan nama
samaran Nicolas Bourbaki untuk menerbitkan serangkaian teks matematika
ensiklopedi. Teks-teks ini, ditulis dalam gaya keras dan aksiomatik, menekankan
presentasi ketat dan teori set. Terminologi diciptakan oleh teks-teks ini, seperti kata-
kata bijection, injection, dan surjection, dan dasar-dasar set-teori teks yang
digunakan, secara luas diadopsi di seluruh matematika.
Studi tentang komputabilitas kemudian dikenal sebagai teori rekursi, karena
formalisasi awal oleh Gdel dan Kleene mengandalkan definisi rekursif fungsi.
Ketika definisi ini ditunjukkan setara dengan formalisasi Turing yang melibatkan
mesin Turing, menjadi jelas bahwa konsep baru. Fungsi komputasi telah ditemukan,
dan bahwa definisi ini cukup kuat untuk mengakui berbagai penokohan independen.
Dalam karyanya pada teorema ketidaklengkapan pada tahun 1931, Gdel tidak
memiliki konsep yang ketat dari sistem formal yang efektif, ia segera menyadari
bahwa definisi baru computability dapat digunakan untuk tujuan ini, sehingga dia
menyatakan teorema ketidaklengkapan dalam umum yang hanya bisa tersirat dalam
kertas asli.
Banyak hasil dalam teori rekursi diperoleh pada tahun 1940 oleh Stephen Cole
Kleene dan Emil Leon Post. Kleene (1943) memperkenalkan konsep relatif
computability, meramalkan oleh Turing (1939), dan hirarki ilmu hitung. Kleene
kemudian digeneralisasi teori rekursi untuk tingkat tinggi functionals. Kleene dan
Kreisel mempelajari versi formal matematika intuitionistic, khususnya dalam konteks
teori bukti.
Pada intinya, sistem logis formal telah diketemukan secara matematika. Penawaran
logika dengan konsep-konsep matematika dinyatakan dengan menggunakan sistem
logis formal. Sistem ini, meskipun mereka berbeda dalam banyak rincian, berbagai
masyarakat umum hanya mempertimbangkan ekspresi dalam bahasa formal tetap.
Sistem proposional logika dan logika orde pertama adalah yang paling banyak

17
Teknik Digital Dasar 1

dipelajari hari ini, karena penerapannya untuk dasar matematika dan karena
diinginkan bukti teori sifat mereka.
Selanjutnya penemuan Aljabar logika, yaitu suatu aljabar yang menggunakan
metode aljabar abstrak untuk mempelajari semantik logika formal. Sebuah contoh
yang mendasar adalah penggunaan aljabar Boolean untuk mewakili nilai-nilai
kebenaran dalam logika proporsional klasik, dan penggunaan Heyting aljabar untuk
mewakili nilai-nilai kebenaran dalam logika proposisional intuitionistic. Logika kuat,
seperti logika orde pertama dan logika tingkat tinggi, yang dipelajari dengan
menggunakan lebih rumit struktur aljabar seperti aljabar cylindric.
Kemudian seterusnya, telah ditemukan Teori Set, yaitu studi tentang sekumpulan
abstrak benda. Banyak gagasan dasar, seperti nomor urut dan kardinal,
dikembangkan secara informal oleh Cantor sebelum axiomatizations formal teori
himpunan dikembangkan .
Studi tentang teori komputabilitas dalam ilmu komputer berkaitan erat dengan
studi computability dalam logika matematika . Ada perbedaan penekanan, namun.
Ilmuwan komputer sering fokus pada bahasa pemrograman dan kelayakan
kemampuan sistem komputer, sementara peneliti dalam logika matematika sering
fokus pada komputabilitas (kemampuan sistem yang terkomputer) sebagai konsep
teoritis dan kemampuan dari sistem yang non komputer (non computability).
Teori Curry-Howard antara bukti dan program berkaitan dengan teori bukti, terutama
logika intuitionistic. Ilmu komputer juga berkontribusi untuk matematika dengan
teknik untuk pemeriksaan otomatis berkembang atau bahkan menemukan bukti-
bukti, seperti membuktikan teorema otomasi dan logika pemrograman.
Teori kompleksitas deskriptif berkaitan logika kompleksitas komputasi. Hasil yang
signifikan pertama di daerah ini, teorema Fagin (1974) menetapkan bahwa NP justru
set bahasa dinyatakan oleh kalimat eksistensial orde kedua logika.
Di era sekarang, sistem logika digital ini justru yang menjadi dasar
pengoperasionalan komputer, selain Libniz, ada seorang Prancis lain yang memiliki
peran dalam meletakkan dasar system operasional komputer. Orang tersebut
bernama Jacquard. Jacquard menggunakan sistem yang menyerupai computer
untuk digunakan dalam proses pengawasan alat tenun. Sistem inilah yang kemudian
Teknik Digital Dasar 1

mempengaruhi penemuan komputer dan juga pembuatan sistem kolom data pada
Biro Sensus Amerika yang ditemukan oleh Herman Hollerith pada akhir abad 19.
Meski demikian, sejarah mencatat bahwa penemu komputer pertama di dunia
adalah seorang yang berasal dari Inggris, Charles Babbage.
Babbage melakukan penyelesaian pada prinsip pemakaian umum komputer digital
yang didasari dari penemuan sebelumnya oleh Libnizz dan Jacquard. Babbage yang
lahir pada 26 Desember 1792, mengeluhkan sistem perhitungan yang
memanfaatkan tabel matematika yang kerap terjadi kesalahan. Babbage ingin
mengubah sistem perhitungan tersebut melalui sistem mekanik untuk menekan
kesalahan perhitungan.
Gagasan tersebut dituangkannya dalam sebuah catatan yang diberi nama note on
the application of machinery to the computation of astronomical and mathematical
tables". Catatan ini dibuat pada tanggal 14 Juni 1822 yang berisi tentang semua
konsep yang ada dalam benaknya. Sayangnya teknologi yang ada pada abad 19
belum mampu mendukung gagasan yang ada di benak Babbage. Akhirnya, hingga
meninggal pada usia 79 tahun tanggal 18 Oktober 1871, gagasan Babbage belum
mampu terwujudkan. Dan gagasan itu pun terkubur bersama dengan jasad
Babbage. Beruntunglah, Babbage sempat meninggalkan warisan berupa catatan
tentang gagasannya yang pada akhirnya mampu menciptakan sebuah penemuan
yang mengubah peradaban dunia.

1.3. Gambaran Logika dalam Teknik Digital

Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila
kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh
tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu, digital merupakan
penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 1 dan 0 atau ON
dan OFF (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital
sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah-mudah saja, proses
biner seperti saklar lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu OFF (0) dan ON (1).

19
Teknik Digital Dasar 1

Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam posisi A,
misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan jika dinyalakan dalam posisi
B, ia akan membentuk gambar hati. Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
Gambaran digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu
keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada
tombol ON, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang
ditekan pada tombol OFF, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta
secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa,
munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan.
Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk.
Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini.
Walaupun sinyal digital sering dikaitkan dengan sistem digital biner yang
digunakan pada elektronika dan komputer, sistem digital telah ada sejak dahulu,
tidak harus biner maupun dengan system elektronik. Sebagai contoh, teks yang
tertulis dalam buku memiliki jenis karakter terbatas dan penggunaan alfabet sebagai
simbol diskrit, demikian juga kode Morse menggunakan kode titik dan garis untuk
menyimbolkan karakter. Kode ini digunakan untuk mengirimkan pesan
menggunakan gelombang cahaya. Contoh lain, sistem huruf Braille adalah sistem
biner pertama untuk pengkodean karakter dengan menggunakan 6 bit kode dengan
pola titik, termasuk juga semaphore menggunakan bendera atau benda lainnya,
dipegang dengan posisi tertentu untuk mengirimkan pesan kepada penerima yang
berada pada jarak tertentu.
Secara prinsip di era digital sekarang ini, semua orang pasti pernah
memanfaatkan jasa komputer. Mesin yang pada awalnya diciptakan untuk
membantu proses penghitungan ini, kini menjadi sebuah bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, meski sudah sering menggunakannya,
tidak banyak orang yg mengetahui mengenai sejarah dan penemu komputer
pertama kali di dunia. Bagi mereka yang menganggap bahwa komputer merupakan
penemuan terhebat pada abad 21, tetapi pandangan tersebut boleh dikatakan salah.
Sebab, pada dasarnya penemuan komputer pertama kali sudah muncul sejak tahun
Teknik Digital Dasar 1

1600-an. Meskipun komputer pada zaman tersebut belum secanggih dan selangka
sebagaimana komputer yang kita temui pada saat ini.
Namun harus diakui, bahwa konsep dasar komputer yang kita jalankan sekarang ini
mengadopsi system yang diterapkan pada mesin hitung yang digunakan pada
tahun 1600-an tersebut. Justru yang jadi pertanyaan adalah, siapa pertama kali yang
menemukan computer? Hal ini tidak dapat dijawab dengan nama tunggal. Sehingga
lebih tepat pertanyaannya di rubah, siapa mereka yang menemukan komputer.
Karena dalam sepanjang sejarah, banyak orang telah menciptakan perangkat dan
yang membantu dalam pengembangan mesin ini. Misalkan kalau nengok ke
belakang lebih jauh, banyak penemuan penting pertama untuk abad ke-4 sebelum
masehi, ketika Babilonia mengembangkan sempoa.
Konsep penting lain yang akan membantu menyebabkan komputer terjadi pada
masa
awal dan termasuk penerapan angka Arab dan konsep nol, dan pada abad ke-17,
perkembangan kalkulator mekanis pertama oleh Wilhelm Schickard dan Blaise
Pascal. Tonggak lain di sepanjang jalan adalah rencana yang dibuat oleh Charles
Babbage di awal abad 19 untuk menciptakan bertenaga uap, meskipun tidak pernah
dibangun dengan sukses, maksud dari perangkat ini adalah untuk menghitung tabel
astronomi.
"Difference Engine". Babbage kemudian beralih ke ide menciptakan sebuah
Analytical
Engine, yang akan dirancang untuk menyelesaikan semua masalah matematika. Ide
Babbage menyebabkan tulisan-tulisan dari Augusta Ada Byron pada Analytical
Engine. Dia jelas digambarkan beberapa cara di mana komputer modern sekarang
beroperasi dan membahas konsep analisis data dan memori antara lain. Atau
berikutnya, karya Pascal, Bryon, Boole dan Babbage, luar biasa dan jauh
mendahului kemampuan untuk membangun mesin dengan komponen elektronik
yang dapat menyimpan memori. Pengembangan dan penggunaan umum dari listrik
menyebabkan precursor komputer banyak pada 1940-an. Ini termasuk kalkulator
programmable Konrad Zuse, dan penemuan transistor oleh Bell Telephone.

21
Teknik Digital Dasar 1

Beberapa model komputer awal seperti Colossus, dibangun pada tahun 1943 adalah
mesin besar yang digunakan untuk memecahkan kode.
Beberapa perkembangan lain pada paruh kedua abad ke-20 termasuk penemuan
konduktor semi, dan sirkuit terpadu. Mesin-mesin yang dikembangkan di awal abad
20 bisa memiliki programabilitas terbatas atau tidak bisa diprogram. Namun
penciptaan apa yang disebut arsitektur program yang tersimpan konsep dijelaskan
oleh John von Neumann mengubah cara komputer dapat menyimpan memori.

1.4. Revolosi Teknik Digital


Teknologi yang mendasar ditemukan pada tahun 1980 ini dan menjadi
ekonomis untuk diadobsi secara luas setelah penemuan Personal Computer (PC).
Teknologi revolusi digital dikonversi sebelumnya adalah analog ke dalam sebuah
format digital. Dalam komunikasi digital, misalnya perangkat keras mempunyai
kemampuan memperkuat sinyal digital dan menyebarkannya informasi tanpa
kehilangan sinyal. Hal yang sama pentingnya dengan revolusi digital adalah
kemampuan untuk dengan mudah memindahkan informasi digital antara media, dan
untuk mengakses atau mendistribusikannya jarak jauh.
Sebagai contoh gambar 1.5 menggambarkan
betapa cepatnya revolusi digital dari mesin
ketik manual menjadi mesin ketik dengan
komputer. Revolusi digital ini terdapat
perubahan teknologi mekanik dan elektronik,
dari teknologi analog ke teknologi digital yang
Gambar 1.5 Mesin Ketik manual dan
Laptop terjadi sejak tahun 1980-an dan berlanjut
sampai sekarang ini.

Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang
lahir pada tahun 80-an. Analogi dengan revolusi pertanian, revolusi Industri, revolusi
digital menandai awal era informasi di jamannya. Revolusi digital ini telah mengubah
cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini.
Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai
Teknik Digital Dasar 1

membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak


bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar.

Berikut sejarah singkat mengenai Revolusi Digital dalam perkembangan teknologi.


Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan
tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan
menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah
pengawasan suatu langkah instruksi - instruksi program dan tersimpan di memori
(storage program). Pengolahan data dengan menggunakan computer dikenal
dengan nama Pengolahan data elektronik (PDE) atau Elektronik Data
Processing (EDP). Pengolahan data adalah manipulasi dari data kedalam bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti berupa informasi dengan menggunakan suatu
alat elektronik, yaitu computer. Komputer yang kita gunakan sekarang ini tidak serta
merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang dalam evolusinya.
Hal ihwal munculnya komputer mungkin dapat dilihat dalam kilas balik sejarah sejak
digunakannya Abacus ditemukan di Babilonia (Irak) sekitar 5000 tahun yang lalu
sebagai alat perhitungan manual yang pertama, baik di lingkup sekolah maupun
kalangan pedagang, saat itu. Pada periode selanjutnya telah banyak ditemukan alat-
alat hitung mekanikal sejenis yaitu Pascaline yang ditemukan oleh Blaine
Pascal pada tahun 1642, Arithometer oleh Charles Xavier Thomas de Colmar pada
tahun 1820, Babbages Folly oleh Charles Babbage pada tahun 1822,
dan Hollerith oleh Herman Hollerith pada tahun 1889. Kesemuanya masih berbentuk
mesin sepenuhnya tanpa tenaga listrik. Ukuran dan kerumitan strukturnya
berdasarkan atas tingkat pengoperasian perhitungan yang dilakukan. Barulah pada
tahun 1940, era baru komputer elektrik dimulai sejak ditemukannya komputer
elektrik yang menerapkan sistem aljabar Boolean. Pada dekade1980-an komputer
menjadi mesin yang akrab bagi masyarakat umum di negara maju, dan jutaan orang
membeli komputer untuk digunakan di rumah, termasuk 17 juta Commodore 64 s
sendiri antara tahun 1982 dan 1994.

23
Teknik Digital Dasar 1

1.5. Lahirnya World Wide Web, Ponsel, Jejaring Sosial, hingga Sistem
Audio Video

1.5.1. World Wide Web

Pada tahun 1992 World Wide Web dirilis ke 5 tahun


1996, Internet berada di kesadaran mainstream dan banyak bisnis
website yang tercantum dalam iklan mereka. Pada tahun 1999, hampir setiap
negara memiliki sambungan, dan lebih dari setengah negara-negara di
Amerika menggunakan Internet secara teratur. Pada tahun 1989, 15% rumah
tangga di Amerika Serikat memiliki komputer, dan pada tahun 2000 hampir
51%.
Sejarah Web bermula di European Laboratory for Particle Physics (lebih
dikenal dengan nama CERN), di kota Geneva dekat
perbatasan Perancis dan Swiss. CERN merupakan suatu organisasi yang
didirikan oleh 18 negara di Eropa. Dibulan Maret 1989, Tim Berners Lee dan
peneliti lainnya dari CERN mengusulkan suatu protokol sistem distribusi
informasi di Internet yang memungkinkan para anggotanya yang tersebar di
seluruh dunia saling membagi informasi dan bahkan untuk menampilkan
informasi tersebut dalam bentuk grafik. Web Browser pertama dibuat dengan
berbasiskan pada teks. Untuk menyatakan suatu link, dibuat sebarisan
nomor yang mirip dengan suatu menu. Pemakai mengetikkan suatu nomor
untuk melakukan navigasi di dalam Web. Kebanyakan software tersebut
dibuat untuk komputer-komputer yang menggunakan Sistem Operasi UNIX,
dan belum banyak yang bisa dilakukan oleh pemakai komputer saat itu yang
telah menggunakan Windows. Tetapi semua ini berubah setelah munculnya
browser Mosaic dari NCSA (National Center for Supercomputing
Applications). Pada 1990, Berners-Lee, yang kali ini berusia 35 tahun,
berpikir ulang dan menghidupkan kembali proyeknya. Kali ini ia bekerja
dengan sebuah mesin yang sangat canggih, komputer NeXT buatan Steve
Jobs (pendiri Apple). Kebetulan, komputer tersebut memiliki paduan
perangkat keras dan perangkat lunak yang tepat untuk menampilkan
Teknik Digital Dasar 1

informasi secara visual.[7] Selama beberapa bulan, Berners-Lee menulis


ulang program komputernya dan berhasil menciptakan browser, sejenis
perangkat penjelajah internet. Ia juga membuat beberapa halaman web yang
bisa diakses. Ini adalah versi pertama dari World Wide Web, nama yang
dicetuskan sendiri oleh Berners-Lee dan biasa disingkat WWW.

1.5.2. Ponsel
Ponsel menjadi pemandangan umum di negara-negara barat, dengan
bioskop mulai menampilkan iklan memberitahu orang-orang untuk
membungkam ponsel mereka. Martin Cooper merupakan penemu ponsel
yang digunakan lebih dari separuh populasi dunia. Handset pertama
dilahirkannya pada 1973 dengan bantuan tim Motorola dengan berat dua
kilogram. Ketika dia di jalanan New York dan membuat panggilan ponsel
pertama dari prototipe ponselnya, dia tidak pernah membayangkan
perangkat buatannya itu akan sukses suatu saat. Untuk memproduksi ponsel
pertama, Motorola memerlukan biaya setara dengan US$1 juta. Di tahun
1983, ponsel portabel ada yang berharga US $4 ribu (setara dengan Rp 40
juta) sampai dengan US$10 ribu (setara dengan Rp 100 juta). Cooper
mengatakan bahwa timnya menghadapi tantangan bagaimana memasukkan
semua bahan ke dalam sebuah ponsel untuk pertama kalinya. Namun
akhirnya desainer industri telah melakukan pekerjaan super dan insinyur
menyelesaikan dua kilogram perangkat ponsel pertama. Bahan yang sangat
penting untuk ponsel pertama adalah baterai dengan berat empat atau lima
kali dari pada ponsel yang ada saat ini. Saat itu waktu hidup baterai hanya
sekitar 20 menit. Setelah merevolusi, masyarakat di dunia
mengembangkannya pada tahun 1990-an, revolusi digital menyebar ke
massa di semua negara, termasuk di negara berkembang pada tahun 2000-
an. Pada akhir tahun 2005 populasi Internet mencapai 1 milyar sampai 3
milyar orang di seluruh dunia menggunakan ponsel sampai akhir dekade ini.
Bahkan sampai saat ini, televisipon akan mengalami transisi dari penyiaran
analog ke penyiaran dengan sinyal digital.

25
Teknik Digital Dasar 1

1.5.3. Situs Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang


memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna
yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung
dalam situs tersebut. Hubungan antara perangkat mobile dan halaman web
internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi
digital. Awal mula situs jejaring sosial ini muncul pada tahun 1997 dengan
beberapa situs yang lahir berbasiskan kepercayaan setelah itu kejayaan situs
jejaring sosial mulai diminati mulai dari tahun 2000-an serta 2004 muncul
situs pertemanan bernama Friendster lanjut ke tahun-tahun berikutnya
tahun 2005 dan seterusnya muncul situs-situs seperti MySpace,
Facebook, Twitter dan lain-lain. Zaman semakin canggih karena teknologi
yang selalu diperbaharui, segala sesuatu saat ini lebih mudah dilakukan.
Selain dampak positif banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari jejaring
sosial.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan
besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang
semakin maju telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah
dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta
dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.
Tetapi di sayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin
banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus
memiliki perlindungan hak cipta dan mengontrol anak-anak dan remaja
khususnya. Begitu banyak game online yang menyebabkan kerusakan
mental anak saat ini, pornografi dan pelanggaran hak cipta pun banyak
dilanggar.

1.5.4. Perkembangan Alat Audio Video

Awalnya perkembangan Gramophone sampai ke Compact Disk (CD)


dalam bentuk MP3, yang dulunya piringan hitam, dimana merupakan sebuah
alat yang memiliki pena yang bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah
Teknik Digital Dasar 1

cakram (disc), alat yang diperlukan untuk memutar piringan hitam adalah
Gramophone seiring berkembangnya teknologi kemudian piringan hitam
berfungsi untuk merekam suara ataupun video dan setelah itu berkembang
menjadi CD. Compact Disk (CD) dibuat dalam usaha merampingkan media
penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan.
Kemudian MP3, untuk mempermudah dalam mendengar ataupun memutar
video dan atau musik. Kemudian VHS tape untuk DVD untuk Blu-ray yang
merupakan format terbaru untuk menyimpan data berupa video.

Format ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi HDTV


(High Definition TV) yang menjanjikan kualitas video yang jauh lebih tajam.
Sekeping Blu-ray dengan single-layer mampu menyimpan data hingga 27
GB. Hal ini setara dengan 2 jam video dengan kualitas tinggi (high defenition)
atau sekitar 13 jam dengan kualitas video standar. Sedangkan untuk double
layer, mampu menampung hingga 54 GB untuk sekitar 4,5 jam video dengan
kualitas tinggi atau 20 jam dengan kualitas video standar. Bahkan ada
rencana untuk mengembangkan terus ukurannya hingga dua kali lebih besar.

1.6. Pengenalan Software dalam Teknik Digital


Software elektronik dalam teknik digital yang banyak digunakan dalam dunia
pendidikan saat ini adalah mulai dari EWB (Electronic Work Bench), Electronic
Livewire, Electronic Circuit Wizard, Multisim, P-Spice, Proteus, Eagle, dan bahkan
ampai Altium.
Tetapi dalam teknik digital dasar cukup software yang sederhana saja, supaya tidak
terlalu memakan memori komputer, dan yang lebih penting lagi dapat kompatibel
dengan sistem windows atau sistem operasi komputer yang digunakan.
Oleh karena itu software elektronik yang cukup baik dan layak serta
direkomendasikan dalam dalam teknik digital dasar ini adalah Electronic Circuit
Wizard, atau Livewire, Proteus, Multisim, atau Eagle saja. Sehingga untuk
menunjang proses pembelajaran selanjutnya pada komputer atau lap-top harus
sudah terinstal salah satu dari software tersebut.
Contoh bentuk tampilan beberapa software elektronik tersebut adalah:

27
Teknik Digital Dasar 1

1. Bentuk tampilan software Electronic Work Bench (EWB)

Gambar 1.6 Bentuk Tampilan Software EWB

Kelemahan sofware EWB ini tidak bisa bekerja dengan baik pada Window 7
ke atas, hanya untuk Windows XP ke bawah yang bisa baik dengan EWB
versi yang tampilannya ini.
Teknik Digital Dasar 1

2. Bentuk tampilan software Electronic Circuit Wizard atau Electronic Livewire.

Gambar 1.7 Bentuk Tampilan Software Electronic Circuit Wizard

3. Bentuk tampilan software Multisim.

Gambar 1.8 Bentuk Tampilan Software Multisim

29
Teknik Digital Dasar 1

1.7. Tugas dan Tes Formatif 1

TUGAS 1:

1. Jelaskan secara ringkas kronologis dari sejarah singkat awal mula


tentang penemu teknik digital !
2. Buatlah kelompok diskusi untuk mendiskusikan tentang contoh-contoh
peralatan yang menggunakan system digital.
3. Jelaskan software yang anda ketahui dalam penggambaran skema
rangkaian dalam teknik digital ! Sebutkan kelebihan dan kekurangannya
dari software yang anda ketahui tersebut !

TES FORMATIF 1:

1. Kapan dan oleh siapa system bilangan biner dari digital ditemukan
pertama kali?
2. Sebutkan beberapa contoh peralatan yang menggunakan system digital!
3. Apakah fungsi atau guna dari system digital pada peralatan atau mesin ?
4. Berikan contoh gambaran saat kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari
yang menggunakan pemikiran logika dalam system digital !
5. Berapa kemungkinan kondisi logika konvensional dalam system digital?
6. Tunjukkan dan simulasikan salah satu gambar skema elektronik teknik
digital yang menggunakan salah satu software elektronik !
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 1:

31
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif 1:


Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 2
MEMAHAMI SISTEM, KONVERSI, OPERASI ARITMATIK
BILANGAN, DAN PENGKODEAN DALAM SISTEM DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. 1. Memahami sistem dan konversi bilangan pada sistem digital.
2. 2. Memahami sistem konversi bilangan pada sistem digital.
3. Memahami operasi sitem aritmatik bilangan pada sistem digital.
4. Memahami pengkodean logika pada sistem digital

B. Uraian Materi
1. Pengenalan macam-macam sistem bilangan dalam sistem digital.
2. Pengenalan macam-macam sistem konversi bilangan dalam sistem digital.
3. Cara mengkonversi dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
4. Operasi Aritmatik dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
5. Pengkodean logika pada sistem digital.

C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran
Teori dan Tugas, serta Simulasi

E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital, dan Alat bantu Trainer

F. Referensi:
1. Malvino; Leach. Terjemahan Irwan Wijaya. 1994. Prinsip-Prinsip dan
Penerapan Digital. Jakarta: Penerbit Erlangga.

33
Teknik Digital Dasar 1

2. Leonhardt.1984. Grundlagen der Digitaltechnik. Muenchen, Deutshland: Carl


Hanser Verlag.
3. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.
4. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang: Materi Bahan
Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.
5. Mano, Morris.2002. Digital Design: Third Edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Prentice Hall.
Teknik Digital Dasar 1

2. Menentukan Sistem, Konversi, dan Operasi Aritmatik


Bilangan, dan Pengkoden dalam Sistem Digital

2.1 Sistem Bilangan


Banyak sistem bilangan yang dapat dan telah dipakai dalam kehidupan sehari-
hari untuk melaksanakan perhitungan. Tetapi ada sistem bilangan yang sudah
jarang dipakai ataupun tidak dipakai lagi sama sekali dan ada pula sistem bilangan
yang hanya dipakai pada hal-hal tertentu saja.
Sistem bilangan limaan (quinary) dipergunakan oleh orang Eskimo dan orang Indian
di Amerika Utara zaman dahulu. Sistem bilangan Romawi yang sangat umum
dipakai pada zaman kuno, kini pemakaiannya terbatas pada pemberian nomor urut
seperti I untuk pertama, II untuk kedua, V untuk kelima dan seterusnya; kadang-
kadang dipakai juga untuk penulisan tahun seperti MDCCCIV untuk menyatakan
tahun 1804. Sistem bilangan dua belasan (duo decimal) sampai kini masih banyak
dipakai seperti 1 kaki = 12 Inchi, 1 lusin = 12 buah, 1 gros = 12 lusin dan
sebagainya. Namun yang paling umum dipakai kini dalam kehidupan sehari-hari
adalah sistem bilangan puluhan (decimal).
Karena komponen-komponen komputer digital yang merupakan sistem digital
bersifat saklar (switch), sistem bilangan yang paling sesuai untuk teknik digital
adalah sistem bilangan biner (binary). Keserdehanaan pengubahan bilangan biner
ke bilangan oktal, desimal, dan heksadesimal atau sebaliknya, membuat bilangan
oktal, desimal, dan heksadesimal juga banyak dipakai dalam dunia teknik digital,
terutama dalam hubungan pengkodean. Beberapa besaran yang digunakan dalam
teknik digital antara lain: bit (digit)x; nibble x x x x; Byte x x x x x x x x, dengan
struktur seperti berikut.

35
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 2.1 Urutan Satuan Sistem Bilangan

1 3
Catatan: 1 Byte = 2 (2) nibble = 2 (8) bit (digit); 1 bit = 1/4 nibble = 1/8 Byte,
sehingga besar dari 1 Giga = 210 (1024) M = 220 (1048576) k = 230
(1073741824) bit, nibble, Byte.

2.1.1 Bilangan Desimal (berbasis 10).


Sistem bilangan desimal (decimal system) adalah sistem bilangan yang
berbasis 10 yaitu sistem bilangan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sistem bilangan ini disusun oleh sepuluh simbol angka yang mempunyai
nilai yang berbeda satu sama lainnya dan karena itu dikatakan bahwa dasar/basis
(base, radix) dari pada sistem bilangan ini adalah 10 (sepuluh), dan biasanya dalam
penulisannya adalah: Kesepuluh angka dasar tersebut secara umum
dituliskan dengan kode simbol angka seperti berikut: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Nilai
yang terkandung dalam setiap simbol angka secara terpisah (berdiri sendiri) disebut
nilai mutlak (absolute value). Jelaslah bahwa harga maksimum yang dapat
dinyatakan oleh satu bit (digit) angka adalah 9. Harga-harga yang lebih besar dapat
dinyatakan dengan memakai lebih dari satu bit (digit) angka secara bersama-sama.
Nilai yang dikandung setiap angka di dalam suatu bilangan ditentukan oleh letak
angka itu di dalam deretan nilai mutlaknya. Cara penulisan ini disebut sebagai
sistem nilai berdasarkan letak/posisi (positional value system).
Angka yang berada paling kanan dari suatu bilangan bulat tanpa bagian
pecahan disebut berada pada letak ke 0 dan yang di kirinya adalah ke 1, ke 2 dan
seterusnya sampai dengan ke (n-1) jika bilangan itu terdiri dari n angka. Nilai letak
Teknik Digital Dasar 1

dari pada angka paling kanan, yaitu kedudukan ke 0, adalah terkecil, yaitu 100 = 1,
nilai letak ke 1 adalah 101, nilai letak ke 2 : 102 =100, dan seterusnya nilai letak ke n-
1 adalah 10n-1 (tabel 2.1).

Tabel 2.1 Urutan Bit Bilangan Desimal pangkat (+)


bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0
ribuan ratusan puluhan satuan
103 102 101 100
1000 100 10 1

Contoh : 124310 = (1 X 103) + (2 X 102) + (4 X 101) + (3 X 100)


= 1000 + 200 + 40 + 3
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan
pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan
negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 10-
1
=1/10=0,1; 10-2=1/100=0,01; 10-3= 1/1000=0,001, dan seterusnya, sedangkan
angka 10-m adalah untuk kedudukan ke (-m) dari yang paling kanan di belakang
koma (tabel 2.2).

Tabel 2.2 Urutan Bit dari Bilangan Desimal pangkat (-)


bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3 bit (digit) ke -4
sepersepuluh seperseratus seperseribu sepersepuluhribu
10-1 10-2 10-3 10-4
1/10 1/100 1/1000 1/10000
0,1 0,01 0,001 0,0001

Contoh : 0,913510 =(0 X 100) + (9 X 10-1) + (1 X 10-2) + (3 X 10-3) + (5 X 10-4)


= 0 + 0,9 + 0,01.+ 0,003.+ 0,0005

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0,913 adalah 0x100 = 0 dan yang diberikan oleh angka 9 adalah 9x10-1 =

37
Teknik Digital Dasar 1

0,9; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x10-2 = 0,01; yang diberikan oleh angka 3
adalah 3x10-3 = 0,003. Suatu bilangan desimal yang terdiri atas n angka di kiri tanda
koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.

2.1.2 Bilangan Heksadesimal (berbasis 16).


Bilangan heksadesimal biasa disebut bilangan basis 16, artinya ada 16 simbol
yang mewakili bilangan ini untuk satu bit (digit). Sistem bilangan Heksadesimal
terdiri atas 16 simbol angka sehingga bilangan dasarnya adalah 16. Sepuluh dari
simbol tersebut diambil dari kesepuluh simbol angka pada sistem bilangan desimal
dan enam angka yang lain diambil dari huruf dalam abjad A sampai F. Jadi ke-16
simbol hexadesimal adalah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Dari huruf A,
B, C, D, E, F berturut-turut bernilai 10, 11, 12, 13, 14, 15.
Harga desimal yang dinyatakan oleh bilangan heksa desimal juga dapat dihitung
dengan memasukkan harga R = 16 ke dalam persamaan di depan (tabel 2.3).

Tabel 2.3 Urutan Bit Bilangan Hexadesimal pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


3 2 1
16 16 16 160
4096 256 16 1

Contoh: 3C516 = (3 x 162) + (C x 161) + (5 x 160)


= (3 x 256) + (12 x 16) + (5 x 1)
= 768 + 192 + 5
= 96510

Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan pecahannya
dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia, dan lain-lain).
Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan negatif, yaitu
letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 16-1=1/16=0,0625;
16-2=1/256=0,00390625; 16-3=1/4096= 0,000244140625 dan seterusnya
-m
16 untuk kedudukan ke (-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.4).
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.4 Urutan Bit Bilangan Hexadesimal pangkat (-)

bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3


16-1 16-2 16-3
1/16 1/256 1/4096
0,0625 0,00390625 0,000244140625

Contoh : 0,3B516 = (0 X 160) + (3 X 16-1) + (B X 16-2) + (5 X 16-3)


= (0 X 1) + (3 X 0,0625) + (11 X 0,00390625) + (5 X
0,000244140625)
= 0 + 0,1875 + 0,04296875 + 0,001220703125
= 0,2316894812510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3B516 adalah 0x160 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x16-1 =
3x0,625 = 0,1875; yang diberikan oleh angka B adalah Bx16-2 = 10x0, 00390625 =
0,00390625; yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x16-3 = 5 x 0, 000244140625.=
0,001220703125. Secara umum, suatu bilangan heksa desimal yang terdiri atas n
angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.

2.1.3 Bilangan Oktal (berbasis 8).


Bilangan oktal disebut bilangan berbasis 8, artinya ada 8 simbol yang mewakili
bilangan ini. Bilangan oktal mempunyai delapan macam simbol angka, yaitu: 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, oleh karena itu dasar dari pada bilangan ini adalah delapan. Harga
desimal yang dinyatakan oleh bilangan oktal diperoleh dengan memasukkan R= 8
ke dalam persamaan tersebut (tabel 2.5).

Tabel 2.5 Urutan Bit Bilangan Oktal pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


3 2 1
8 8 8 80
512 64 8 1

39
Teknik Digital Dasar 1

Contoh : 23458 = (2 x 83) + (3 x 82) + (4 x 81)+ (5 x 80)


= (2 x 512) + (3 x 64) + (4 x 8)+ (5 x 1)
= 1024 + 192 + 32 + 5
= (1253)10

Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan pecahannya
dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia, dan lain-lain).
Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan negatif, yaitu
letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 8-1=1/8=0,125;
8-2=1/64=0,015625; 8-3=1/256= 0,00390625 dan seterusnya 8-m untuk kedudukan ke
(-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.6).

Tabel 2.6 Urutan Bit Bilangan Oktal pangkat (-)


bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3
8-1 8-2 8-3
1/8 1/64 1/256
0,125 0,015625 0,00390625

Contoh : 0,3458 = (0 X 80) + (3 X 8-1) + (4 X 8-2) + (5 X 8-3)


= (0 X 1) + (3 X 0,125) + (4 X 0,015625) + (5 X 0,00390625)
= 0 + 0,375 + 0,0625 + 0,01953125
= 0,4570312510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3458 adalah 0x80 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x8-1 =
3x0,125 = 0,375; yang diberikan oleh angka 4 adalah 4x8-2 = 4x0,015625 = 0,0625;
yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x8-3 = 5x0,00390625.= 0,01953125. Secara
umum, suatu bilangan oktal yang terdiri atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk
angka di kanan tanda koma.
Teknik Digital Dasar 1

2.1.4 Bilangan Biner (berbasis 2).


Sistem bilangan biner mempunyai hanya dua macam simbol angka, yaitu 0
dan 1, oleh karena itu dasar dari sistem bilangan biner ini adalah dua. Harga yang
ditunjukkan oleh bilangan biner dalam puluhan dapat dihitung dengan memakai
persamaan dengan memasukkan R= 2 ke dalamnya (tabel 2.7).

Tabel 2.7 Urutan Bit Bilangan Biner pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


3 2 1
2 2 2 20
8 4 2 1

Contoh : 11012 = (1 x 23) + (1 x 22) + (0 x 21) + (1 x 20)


= (1 x 8) + (1 x 4) + (0 x 2) + (1 x 1)
=8+4+0+1
= 1310
Bila bekerja dengan lebih dari satu macam bilangan, maka mungkin akan
mengalami kebingungan bila tidak memakai suatu tanda yang menyatakan dasar
setiap bilangan. Untuk mencegah hal ini, pada setiap bilangan dicantumkan dasar
bilangannya, seperti (101)2 atau 1012 untuk menyatakan besaran nilai 101 dalam
bilangan biner. Jadi, contoh di atas dapat dituliskan seperti berikut ini (1101) 2 =
11012 = (13)10 = 1310
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan
pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan
negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 2-
1
=1/2=0,5;
2-2=1/4=0,25; 2-3=1/8= 0,125 dan seterusnya 2-m untuk kedudukan ke (-m)
paling kanan di belakang koma (tabel 2.8).

41
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.8 Urutan Bit Bilangan Biner pangkat (-)


bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3 bit (digit) ke -4
-1 -2 -3
2 2 2 2-4
1/2 1/4 1/8 1/16
0,5 0,25 0,125 0,0625

Contoh : 0,11012 = (0 x 20) + (1 x 2-1) + (1 x 2-2) + (0 x 2-3) + (1 x 2-4)


= (0 x 1) + (1 x 0,5) + (1 x 0,25) + (0 x 0,125) + (1 x 0,0625)
= 0 + 0,5.+.0,25 + 0 + 0,0625
= 0,812510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0,11012 adalah 0x20 = 0x1 = 0 dan yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x2-
1 =
= 1x0,5 0,5; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x2-2 = 1x0,25 = 0,25; yang
diberikan oleh angka 0 adalah 0x2-3 = 0x0,125 = 0 yang diberikan oleh angka 1
adalah 1x2-4 = 1x0,0625.= 0,0625. Secara umum, suatu bilangan biner yang terdiri
atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.

2.2 Konversi Bilangan


Berbagai macam teori sistem Konversi Bilangan yang dikenal dalam teknik
digital, diantaranya:
(1) Konversi bilangan Desimal ke Biner, dan sebaliknya;
(2) Konversi bilangan Desimal ke Oktal, dan sebaliknya;
(3) Konversi bilangan Desimal ke Duodesimal, dan sebaliknya;
(4) Konversi bilangan Biner ke Hexadesimal, dan sebaliknya;

2.2.1 Konversi Bilangan Desimal ke Biner.


Sebelum mempelajari sistem konversi berbagai macam bilangan, sebaiknya
perlu dipelajari tabel pesamaan bilangan secara tabel dari berbagai sistem
Teknik Digital Dasar 1

kepangkatan dari berbagai bilangan mulai dari bilangan: 2; 8; 16; dengan beberapa
kelipatan kepangkatannya di bawah ini (tabel 2.9 dan tabel 2.10).

Tabel 2.9 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal pangkat
(+)

163 162 161 160


84 83 82 81 80
212 211 210 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20
4096 2048 1024 512 256 128 64 32 16 8 4 2 1

Tabel 2.10 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal pangkat
(-)
16-1 16-2 16-3
8-1 8-2 8-3 8-4
2-1 2-2 2-3 2-4 2-5 2-6 2-7 2-8 2-9 2-10 2-11 2-12
1/ 1/ 1/ 1/1 1/3 1/6 1/12 1/25 1/51 1/102 1/204 1/409
2 4 8 6 2 4 8 6 2 4 8 6

Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :


1). Metode mengembalikan dari desimal ke biner dengan menjumlahkan 2n.
45 10 = 32 + 0 + 8 + 4 +0 + 1
= 25+0+23+22+0+20
= 1 0 1 1 0 12

43
Teknik Digital Dasar 1

3). Menggunakan tabel (tabel 2.11)

Tabel 2.11 Tabulasi Konversi Bilangan Desimal ke Biner


25 24 23 22 21 20
32 16 8 4 2 1
4510 32 8 4 1
1 0 1 1 0 1

2.2.2 Konversi Bilangan Desimal ke Oktal


Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :

1). Metode mengembalikan dari desimal ke oktal dengan menjumlahkan 8n.


98 10 = 64 + 32 + 2
= (1 x 82) + (4 x 81) + (2 x 80)
= 1 4 28

3). Menggunakan tabel (2.12)

Tabel 2.12 Tabulasi Konversi


Bilangan Desimal ke Oktal

82 81 80
64 8 1
9810 64 32 2
1x64 4x8 2x1
1 4 2
Teknik Digital Dasar 1

2.2.3 Konversi Bilangan Desimal ke Heksadesimal


Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :
1). Metode mengembalikan dari desimal ke oktal dengan menjumlahkan 16n.
1982 10 = 1792 + 176 + 14
= (7 x 162) + (11 x 161) + (14 x 160)
= (7 x 162) + (B x 161) + (E x 160)
= 7 B E16
2). Membagi berulang-ulang.
1982/16 = 123 + sisa 14 = E E (bit paling rendah)
123/16 = 7 + sisa 11 = B B
7/16 = 0 + sisa 7 = 7 7 (bit paling tinggi)
Hasil = 198210 = 7BE16

3). Menggunakan tabel (tabel 2.13).

Tabel 2.13 Tabulasi Konversi Bilangan


Desimal ke Hexadesimal
162 161 160
256 16 1
198210 1792 176 14
7x256 11x16 14x1
7x256 Bx16 Ex1
7 B E

2.2.4 Konversi Cara lain dari Sistem Bilangan


a) Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner.
Sebelum mempelajari mengkonversikan berbagai macam bilangan, sebaiknya
perlu dipelajari pesamaan bilangan, bahwa: 1 bit heksadesimal = 4 bit biner; dan
1 bit oktal = 3 bit biner (tabel 2.14).

45
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.14 Tabel Konversi Bilangan Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner


heksadesimal desimal oktal biner
016 010 08 00002
116 110 18 00012
216 210 28 00102
316 310 38 00112
416 410 48 01002
516 510 58 01012
616 610 68 01102
716 710 78 01112
816 810 108 10002
916 910 118 10012
A16 1010 128 10102
B16 1110 138 10112
C16 1210 148 11002
D16 1310 158 11012
E16 1410 168 11102
F16 1510 178 11112

(1) Mengkonversikan dari Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner.


Jika diketahui awalnya bilangan heksadesimal akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
heksadesimal tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke bilangan
biner, ketiga setelah diketahui hasil bilangan binernya baru konversikan dari
biner tersebut ke bilangan oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan heksa desimal ke desimal, oktal,
biner:
D4716 = .....................10 = .....................8 = .......................2

-Pertama konversikan ke bilangan desimal.


D4716 = (D x 162) + (4 x 161) + (7 x 160)
Teknik Digital Dasar 1

= (13 x 256) + (4 x 16) + (7 x 1)


= 3328 + 64 + 7
= 339910
-Kedua konversikan ke bilangan biner.
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa satu bit (digit) heksadesimal
sama dengan empat bit (digit) biner (1bit heksa = 4 bit biner).
D4716 = D 4 716
= 1101 0100 01112
= 1101010001112
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan oktal.
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa tiga bit (digit) biner sama
dengan satu bit (digit) oktal (3 bit biner = 1bit oktal).
D4716 = 1101010001112
= 110 101 000 1112
= 6 5 0 78
= 65078
Jadi D4716 = 339910 = 65078 = 1101010001112

(2) Mengkonversikan dari Desimal ke Heksadesimal, Oktal, Biner.


Jika diketahui awalnya bilangan desimal akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
desimal tersebut ke bilangan biner, kedua konversikan hasil bilangan biner,
yang telah diketahui hasilnya ke bilangan heksadesimal, oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan desimal ke heksadesimal, oktal,
biner:
88510 = .....................16 = .....................8 = .......................2
-Pertama konversikan ke bilangan biner.
88510 = 512 + 256 + 64 + 32 + 16 + 4 + 1
= (1 x 29) + (1 x 28) + (1 x 26) + (1 x 25) + (1 x 24) + (1 x 22) + (1 x 20)
= 11011101012
-Kedua konversikan ke bilangan heksadesimal.
Seperti diketahui, bahwa 1-bit (digit) heksadesimal = 4-bit (digit) biner.

47
Teknik Digital Dasar 1

88510 = 11011101012 = 11 0111 01012


= 3 7 516 = 37516
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan oktal.
Karena,3-bit (digit) biner = 1-bit (digit) oktal (3-bit biner = 1bit oktal).
88510 = 11011101012 = 1 101 110 1012
= 1 5 6 58 = 15658
Jadi 88510 = 37516 = 15658 = 11011101012

b) Oktal ke Heksadesimal, Desimal, Biner.


Jika diketahui awalnya bilangan oktal akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
oktal tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke bilangan biner,
ketiga setelah diketahui hasil bilangan binernya baru konversikan dari biner
tersebut ke bilangan heksadesimal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan oktal ke heksadesimal, desimal,
biner:
45678 = .....................16 = .....................10 = .......................2
-Pertama konversikan ke bilangan desimal.
45678 = (4 x 83) + (5 x 82) + (6 x 81) + (7 x 80)
= (4 x 512) + (5 x 64) + (6 x 8) + (7 x 1)
= 2048 + 320 + 48 +7
= 339910
-Kedua konversikan ke bilangan biner.
Karena, 1-bit (digit) oktal = 3-bit (digit) biner.
45678 = 4 5 6 78
= 100 101 110 1112
= 1001011101112
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan heksadesimal.
Dan 1-bit (digit) heksadesimal = 1-bit (digit) biner.
45678 = 1001011101112 = 1001 0111 01112
= 9 7 716
= 97716
Teknik Digital Dasar 1

Jadi 45678 = 97716 = 339910 = 1001011101112

c) Biner ke Heksadesimal, Desimal, Oktal


Jika diketahui awalnya bilangan biner akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
biner tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke bilangan
heksadesimal, ketiga konversikan ke bilangan oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan oktal ke heksadesimal, desimal,
biner:
1100100101012 = .....................16 = .....................10 = .......................8
-Pertama konversikan ke bilangan desimal.
1100100101012 = (1 x 211)+ (1 x 210) + (1 x 27) + (1 x 24) + (1 x 22) + (1 x
20)
= 2048 + 1024 + 128 +16 + 4 + 1
= 322110
-Kedua konversikan ke bilangan heksadesimal.
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa satu bit (digit)
heksadesimal sama dengan empat bit (digit) biner (1bit heksa = 4 bit
biner).
1100100101012 = 1100 1001 01012
= 12 9 5
= C 9 516
= C9516
-Ketiga konversikan ke bilangan oktal.
1100100101012 = 110 010 010 1012
= 6 2 2 58
= 62258

2.3. Operasi Aritmatik Sistem Bilangan

2.3.1 Penjumlahan Bilangan Heksadesimal


Pada sistem penjumlahan bilangan heksadesimal perlu diperhatikan bahwa
nilai radiknya (r) = 16 dan memiliki tampilan simbol bilangan A16 sampai F16 yang

49
Teknik Digital Dasar 1

menggantikan simbol bilangan desimal 1010 sampai 1510, sehingga bila ada hasil
penjumlahan lebih dari 1610 maka kelebihan hasil dari 1610 yang ditulis sebagai hasil
dan membawa pindahan 116 bergeser ke kiri sebagai penambah untuk bit lebih tinggi
berikutnya.

Contoh : 78916 + 94916 = ............ 16.


Penyelesaiannya :
Kolom pertama dari kanan ==> 916 + 916 = 1216 = 1810 ==> 1810 - 1610 = 210 = 216
Membawa pindahan 116 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 116 + 816 + 416 = D16 = 1310
Membawa pindahan 016 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 016 + 716 + 916 = 1016 = 1610 ==> 1610 - 1610 = 010 = 016
Membawa pindahan 116 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom keempat ==> 116 + 016 + 016 = 116 = 110

Pindahan 1 0 1 (16)

7 8 9 (16)

9 4 9 (16) +

Hasil 1 0 D 2 (16)

2.3.2 Pengurangan Bilangan Heksadesimal


Pada pengurangan bilangan heksadesimal perlu diperhatikan bahwa nilai
radiknya (r) = 16 dan memiliki tampilan simbol bilangan A16 sampai F16 yang
menggantikan simbol bilangan desimal 1010 sampai 1510. Bila ada bilangan yang
dikurangi lebih kecil dari pengurangnya maka harus pinjam 116 = 1610 dari bit yang
lebih tinggi, nilai tersebut ditambahkan pada bit peminjam sehingga bilangan yang
dipinjam berkurang 116 .
Contoh : 47516 - 2BC16 = ............ 16.

Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==> 516 - C16 = (116 + 516) - C16 = (1610 + 510) - 1210 = 910 = 916
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Teknik Digital Dasar 1

Kolom kedua ==> 616 - B16 = (116 + 616) - B16 = (1610 + 610) - 1110 = 1110 = B16
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 316 - 216 = (016 + 316) - 216 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116
Meminjam 016 dari bit lebih tinggi berikutnya.

Pinjaman 0 1 1 (16)

4 7 5 (16)

2 B C (16) -

Hasil 1 B 9 (16)

2.3.3 Penjumlahan Bilangan Oktal


Pada penjumlahan bilangan oktal dapat dikerjakan seperti penjumlahan
bilangan heksadesimak. perlu diperhatikan bahwa nilai radiknya (r) = 8 dan memiliki
tampilan simbol bilangan 18 sampai 78, sehingga bila ada hasil penjumlahan lebih
dari 810 maka kelebihan hasil dari 810 yang ditulis sebagai hasil dan membawa
pindahan 110 bergeser ke kiri sebagai penambah untuk bit lebih tinggi berikutnya.
Contoh : 2368 + 2548 = ............ 8.
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.68 + 48 = 128 = 1010 ==> 1010 - 810 = 210 = 28
Membawa pindahan 18 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 18 + 38 + 58 = 118 = 910 ==> 910 - 810 = 110 = 18
Membawa pindahan 18 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 18 + 28 + 28 = 58

Pindahan 1 1 (8)

2 3 6 (8)

2 5 4 (8) +

Hasil 5 1 2 (8)

51
Teknik Digital Dasar 1

2.3.4 Pengurangan Bilangan Oktal


Pada pengurangan bilangan oktal dapat dikerjakan seperti pengurangan
bilangan heksadesimal. perlu diperhatikan bahwa nilai radiknya (r) = 8 dan memiliki
tampilan simbol bilangan 18 sampai 78, Bila ada bilangan yang dikurangi lebih kecil
dari pengurangnya maka harus pinjam 18 = 810 dari bit yang lebih tinggi, nilai
tersebut ditambahkan pada bit peminjam sehingga bilangan yang dipinjam
berkurang 18 .
Contoh : 4538 2678 = ............ 8.
Penyelesaiannya :

Kolom pertama ==> 37 - 78 = (18 + 38) - 78 = (810 + 310) - 710 = 410 = 48


Meminjam 18 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 48 - 68 = (18 + 48) - 68 = (810 + 410) - 610 = 610 = 68
Meminjam 18 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 38 28 = (08 + 38) 28 = (010 + 310) - 210 = 110 = 18

Pinjaman 0 1 1 (8)

4 5 3 (8)

2 6 7 (8) -

Hasil 1 6 4 (8)

2.3.5 Penjumlahan Bilangan Biner


Pada penjumlahan bilangan biner bit yang akan dijumlahkan dapat dilakukan
seperti penjumlahan bilangan lainnya. Dalam hal penjumlahan ini masing-masing bit
mempunyai empat kemungkinan.
B A Pindahan Hasil
0 + 0 0 0
0 + 1 0 1
1 + 0 0 1
1 + 1 1 0
Teknik Digital Dasar 1

Contoh : 10112 + 11012 = ............ 2.


Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.12 + 12 = 102 ==> pindahan 12 hasil 02
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 12 + (02 + 12) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 02 hasil
12
selanjutnya ==> 12 + 12 = pindahan 12 hasil 02
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 12 + (12 + 12) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 12 hasil
02
selanjutnya ==> 12 + 02 = pindahan 02 hasil 12
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom keempat ==> 12 + (02 + 02) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 02
hasil 02
selanjutnya ==> 12 + 02 = pindahan 02 hasil 12

Pindahan 1 1 1 1 2

1 0 1 1 2

1 1 0 1 2 +
Hasil 1 1 0 0 0 2

2.3.6 Pengurangan Bilangan Biner


Pada pengurangan bilangan biner dapat dikerjakan seperti pengurangan
bilangan lainnya. Dalam hal pengurangan ini masing-masing bit mempunyai empat
kemungkinan. Bila ada bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pengurangnya maka
harus pinjam 12 = 110 dari bit yang lebih tinggi, nilai tersebut ditambahkan pada bit
peminjam sehingga bilangan yang dipinjam berkurang 12. (tabel 2.15).

53
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.15 Pengurangan Bilangan Biner

B A Pinjaman Hasil
0 - 0 0 0
0 - 1 1 1
1 - 0 0 1
1 - 1 0 0

Sebelum bahasan pengurangan bilangan biner dilanjutkan perlu dipelajari terlebih


dahulu mengenai bilangan negatif. Bilang negatif perlu dipelajari jika pada
permasalahan bilangan yang akan dikurangi lebih kecil dari bilangan pengurangnya
seperti gambaran berikut.

Gambar 2.2 Gambaran Sistem Pengurangan Bilangan Digital dengan


Bilangan Pengurang yang lebih Besar dari pada Bilangan
yang dikurangi
Teknik Digital Dasar 1

Dari gambar 2.2 tersebut di atas dapat diuraikan secara detail untuk bilangan plus
dan minus sebagai berikut:

Bilangan negatif adalah bilangan yang mempunyai bobot di bawah nol. Misalnya,
bilangan desimal -510, atau bilangan biner minus lima (10112) adalah bilangan 5 di
bawah 0.
Contoh : 4538 2678 = ............ 8.
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.37 - 78 = (18 + 38) - 78 = (810 + 310) - 710 = 410 = 48
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 48 - 68 = (18 + 48) - 68 = (810 + 410) - 610 = 610 = 616
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 38 28 = (08 + 38) 28 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116

Pinjaman 0 1 1 8

4 5 3 8

2 6 7 8 -

Hasil 1 6 4 8

Catatan: 1 bit heksadesimal = 4 bit biner; 1 bit oktal = 3 bit biner.

55
Teknik Digital Dasar 1

2.4. Kode Logika Sistem Digital yang lain


Pada aturan standar DIN 44300 (Deutsche Internationale Norm) terdapat
difinisi tentang kode, yaitu merupakan suatu pemberian makna yang jelas dari
sesuatu. Sesuatu di sini dapat berupa barang, benda, ataupun hal yang fiktif
sekalipun. Pengkodean dapat berbentuk huruf alphabet, angka, atau berupa
bilangan-bilangan. Sebagai contoh bilangan Romawi dan bilangan Arabic dikodekan
seperti berikut.

Kode Bilangan Romawi Kode Bilangan dalam Arabic

I 1

IV 4

V 5

VI 6

X 10

C 100

M 1000

Sehubungan dengan pengkodean ini, maka dalam sistem digital dibuat kode
bilangan logika1 (high) dan 0 (low) yang biasa direpresentasikan aplikasinya
untuk saklar listrik ON atau OFF, atau dengan istilah yang sering digunakan yaitu
bilangan biner sebagai pengkodean sistem bilangan berbasis 2 (dual code) atau
binary code. Adapun besarnya nilai bilangan ini tergantung pada pembobotan dari
urutan letak bit (binary digit), yaitu mulai dari bit terendah (LSB: Low Significant Bit)
sampai bit tertinggi (MSB: Most Significant Bit).
Sebagai contoh, berikut disajikan urutan letak bit (binary digit) dan pembobotan dari
sistem bilangan biner (berbasis 2), yaitu 1 atau 0
Sebagai contoh, kode bilangan desimal 18 adalah sama dengan 0001 0010 dalam
kode biner (dual code) untuk 8-bit atau 10010 kode biner untuk 5-bit, yaitu sama
dengan (1x21) + (1x24) = 1810, ini artinya pengkodean bilangan desimal 1810= 100102
biner.
Teknik Digital Dasar 1

Terdapat 4-kode dalam logika sistem biner (dual code) yang sering disebut
tetradische-codes dalam sistem digital, yaitu (1) kode BCD (8-4- 2-1), (2) kode
Aiken (2-4-2-1), (3) kode Excess-3, dan (4) kode Gray. Berikut dari berbagai sumber
tentang ilustrasi tabel pengkodean logika dari sistem digital tersebut.
Kode Tetradic (www.reiner-tolksdorf.de) merupakan sesuatu pengkodean yang tidak
ubahnya seperti yang ada dalam bilangan biner dalam mewakili penomoran. Intinya
terdiri dari 4-digit. Berikut ini (tabel 2.16; tabel 2.17; dan tabel 2.18) adalah
gambaran singkat dari kode BCD tetradic yang disajikan kedalam kode BCD (8-4- 2-
1), kode Aiken (2-4-2-1), kode Excess-3, dan kode Gray.

Tabel 2.16 Contoh Ringkasan Tetradic Code


(sumber: www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03)

57
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.17 Macam-macam Pengkodean Logika (sumber:


www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binrzahl: bilangan biner (bahasa German)


Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.18 Tetradische Code dalam Logika Sistem Digital (sumber: Leonhardt, 1984)

Pembo-
D C B A
botan
Desimal 23 22 21 20
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0

59
Teknik Digital Dasar 1

7 0 1 1 1 Tabel 2.19
Nilai 8 1 0 0 0 Desimal dan Pembobotan
9 1 0 0 1 Bilangan Biner

2.4.1 Kode 8421 (BCD)


Pengkodean BCD (Binary Code Decimal) merupakan signifikansi dari kode
8421. Kode ini sesuai dengan angka biner untuk desimal 0 sampai 9. Karena itu, hal
ini juga disebut sebagai kode BCD atau dahulu juga sering disebut juga dual code.
Kode BCD ini digunakan dalam multi-digit angka desimal untuk menghitung secara
decade (lihat tabel 2.19).

Dengan sangat mudah cara yang lain dapat juga dilakukan, artinya tidak perlu
melakukan koreksi seperti di atas, tetapi langsung dikelompokan setiap 4-bit biner
dari 2-digit bilangan desimalnya.
Contoh 2 :
(1) 8+9 = 17 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 7 = 0001 0111
(2) 9+10= 19 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 9 = 0001 1001
Teknik Digital Dasar 1

Bukti bahwa hasil tersebut benar, maka akan dibuktikan seperti cara di atas, yaitu:

Hasilnya terbukti sama-sama benarnya baik yang menggunakan cara seperti contoh
1, maupun cara seperti contoh 2.
Tabel 2.19 Pengkodean 8-4-2-1 (BCD) sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binrzahl: bilangan biner (bahasa German)

Koreksi dimaksudkan untuk selalu menambahkan dengan bilangan (6)10, karena


bilangan desimal hanya 0 sampai (9)10, sedangan bilangan dengan kode BCD mulai
0 sampai (15)10, sehingga ada kekurangan (6)10. Karena kode ini tidak selalu
simetris, maka dari itu komplemen-komplemen baru harus selalu dilakukan.

2.4.2 Kode Aiken (2421 Code)


Pengkodean Aiken mempunyai signifikansi dengan urutan : 2421. Kode
Aiken adalah simetris, sebagai contoh angka/bilangan desimal 9, 8, 7, 6, sampai 5
pada kode Aiken berturut-turut merupakan negasi dari angka/bilangan desimal 0, 1,
2, 3, sampai 4, sedangkan angka/bilangan desimal 0, 1, 2, 3, sampai dengan angka
desimal 4 adalah sama dengan angka/bilangan biner dari angka-angka itu masing-

61
Teknik Digital Dasar 1

masing (yaitu 0, 1, 2, 3, sampai 4), lebih jelasnya lihat Kode Aiken (tabel 2.20). Jadi
kode Aiken daerah Pseudotetrade berada di tengah, yaitu hanya bisa mulai bilangan
desimal 5 sampai dengan 10 adalah simetris, sedangkan untuk bilangan sebelum 5,
yaitu 4, 3, 2, 1, dan 0
Dalam penambahan dan pengurangan, kode Aiken membawa keuntungan
komputasi dan teknologi rangkaian.
Misalkan, untuk nilai hasil logika 0000 dan atau 1111 semua dalam 4-bit,
maka akan cenderung terdapat kekeliruan/kesalahan, karena dari contoh kasus ini,
nilai dari logika 0 bisa terdapat pada bit ke-1, ke-2, ke-3, dan sampai dengan bit ke-
4, demikian juga nilai logika 1 terjadi kecenderungan ada di bit ke-1 sampai dengan
bit ke-4 juga, artinya logika 0 atau logika 1 yang dimaksudkan berada di berapa
urutan 4-bit tersebut.
Kelemahan yang lain, adalah bahwa kode Aiken tidak dapat mengkonversi bilangan
biner ke kode Aiken, karena selalu tidak cocok. Sebagai gambaran maka akan
direpresentasikan tabulasi hasil pengkodean Aiken.
Contoh:
Bilangan kode Aiken berikut konversinya ke dalam desimal adalah:
(1) 4 = 0x2 + 1x4 + 0x2 + 0x1 = 410
(2) 3 = 0x2 + (1x4-1x1) + 0x1 = 310
(3) 2 = 0x2 + 0x4 + 1x2 + 0x1 = 210
(4) 1 = 0x2 + 0x4 + 0x2 + 1x1 =110
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.20 Pengkodean Aiken (2421) (sumber:


www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binrzahl: bilangan biner (bahasa German)

2.4.3 Kode Excess-3


Kode Excess-3 adalah suatu kode bilangan yang selalu ditambahkan dengan
angka 3 dalam bentuk biner. Daerah angka Pseudotetraden berada pada angka 0,
1, dan 2, demikian juga pada angka 12, 14, dan 15 (secara biner). Kode Excess-3 ini
simetris seperti simetrisnya suatu garis antara 4 dan 5. Adanya perubahan logika 1
dengan 0 pada daerah tetrade yang sama jarak/interval, maka terdapat daerah
tetrade baru yang simetris seperti garis.
Karena tanpa valensi, kode Exess- 3 juga sering disebut sebagai kode Stiblitz. Kode
Excess-3 juga disebut sebagai kode dekade simetris, karena komputasinya
membawa keuntungan dalam hal penambahan dan pengurangan bilangan.

63
Teknik Digital Dasar 1

Tabel 2.21 Pengkodean Excess-3 (2421) (sumber:


www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binrzahl: bilangan biner (bahasa German)

2.4.4 Kode Gray


Untuk mengatur ekspresi biner yang terkait dengan bilangan desimal, maka
kode Gray . Dalam perubahan kode Gray, dari nomor ke nomor hanya sedikit,
sehingga saklar pencacah/penghitung counter butuh hanya satu Fip-Flop . Untuk
alasan inilah, kode tersebut disebut sebagai langkah tunggal atau kode progresif.
Hal ini digunakan secara tidak langsung dalam optimasi sirkuit di bidang teknik
Teknik Digital Dasar 1

listrik. Di sini sangat sesuai dengan di bagian PLC (Programmable Logic


Controller), dan teknologi kontrol lainnya. Kode Gray merupakan fitur penting yang
harus diakui dalam dunia sistem digital, kode ini memiliki langkah progresif.

Tabel 2.22 Pengkodean Gray (sumber:


www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binrzahl: bilangan biner (bahasa German)

Dari tabel kebenaran kode Gray di atas dapat digambar secara diagram Karnaugh
Map sebagai berikut.

Gambar 2.3 Diagram Karnaugh Map untuk


Kode Gray (sumber: Leonhardt, 1994)

65
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 2.4 Diagram Karnaugh Map untuk


Kode Gray dengan Model Pemetaan lain
(sumber: Leonhardt, 1994)
Teknik Digital Dasar 1

2.5 Tugas dan Tes Formatif 2

TUGAS 2:
1. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Biner ! (minimum atau maksimum)

2. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Oktal ! (minimum sampai maksimum)

3. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Hexadesimal ! (minimum sampai


maksimum)

4. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Desimal ! (minimum sampai maksimum)

5. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Duodesimal ! (minimum sampai


maksimum)

6. Sebutkan 4-macam kode lain dalam logika sistem digital selain kode bilangan di
atas!
7. Konversikan bilangan Desimal berikut kedalam Biner, Oktal, dan Hexadesimal
(a). 12(10)=..... (2)=...... (8)=..... (12) (c). 245(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (d). 2048(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)

8. Konversikan bilangan Hexadesimal berikut kedalam Biner, Oktal, dan Desimal:


(a). 1B(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (c). A16(16) =..... (2)=...... (8)=..... (10)
(b). 1BC(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (d). 1024(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10)

9. Konversikan bilangan Biner berikut kedalam Hexadesimal, Oktal, dan Desimal:


(a). 1101 0110(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10) (c). 1111 0011(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10)
(b). 1100 1111(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10) (d). 1101 1110(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10)
10. Jumlahkan bilangan Oktal berikut, dan hasilnya konversikan ke Desimal:
(a). 126(8) + 105(8) =..... (8)=...... (10) (c). 432(8) + 10(8) =..... (8)=...... (10)
(b). 237(8) + 241(8) =..... (8)=...... (10) (d). 027(8) + 432(8) =..... (8)=...... (10)

67
Teknik Digital Dasar 1

11. Kurangkan bilangan Oktal berikut, hasilnya konversikan ke Desimal dan


Hexadesimal
(a). 126(8) - 105(8) =..... (8)=..... (10)=...... (16) (c). 432(8) - 10(8) =..... (8) =..... (10)=...... (16)
(b). 237(8) - 141(8) =..... (8) =..... (10)=...... (16) (d). 127(8) - 111(8) =.... (8)=..... (10)=...... (16)

12. Operasikan Aritmatik bilangan Hexadesimal berikut, hasilnya konversikan ke


Biner dan Desimal.
(a). 1F6(16) + 1CB(16) =..... (2)=..... (10) (c). 41E(16) - 10A(16) =..... (2) =..... (10)
(b). 20D(16) + 1FE(16) =..... (2) =..... (10) (d). ED21(16) - 1FE(8) =.... (2)=..... (10)
13. Operasikan Aritmatik bilangan Desimal berikut, hasilnya konversikan ke
Hexadesimal
(a). 64(10) + 128(10) =..... (10)=..... (16) (c). 256(10) - 32(10) =..... (10) =..... (16)
(b). 256(10) + 32(10) =..... (10) =..... (16) (d). 128(10) - 64(10) =..... (10)=..... (16)

14. Tentukan kode (a) Aiken; (b) Excess-3 dari bilangan desimal 5; 4; 3 berikut
Teknik Digital Dasar 1

TES FORMATIF 2:

1. Sistem bilangan apakah yang digunakan pada teknik digital untuk rangkaian
logika konvensional ?
2. Konversikan bilangan-bilangan berikut ini sesuai dengan permintaan soal !
(a). 1B(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (e). 1BC(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (f). 12(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(c). 1101 0110(2)=...... (8)=..... (10) (g). 101(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(d). 1001 1110(2) =..... (10)=..... (16) (h). 12(8)=..... (10)=...... (16)=..... (2)

3. Operasikan Aritmatik bilangan berikut, dan hasilnya konversikan yang sesuai


dengan permintaan soal !

(a). 1F6(16) + 1CB(16) =..... (2)=..... (10) (e). 237(8) + 241(8) =..... (8)=...... (10)

(b). 256(10) + 32(10) =..... (10) =..... (16) (f). 432(8) - 10(8) =..... (8) =..... (10)

(c). 256(10) - 32(10) =..... (10) =..... (16) (g). 1101 0110(2) +0101 0111(2) =......(2)=..... (16)

(d). 41E(16) - 10A(16) =..... (2) =..... (10) (h). 1101 0110(2) -0101 0101(2) =......(2)=..... (10)

4. Tunjukkan aplikasi sistem bilangan biner pada peralatan elektronika digital !,


Jelaskan secara singkat prinsip kerjanya !
5. Tunjukkan aplikasi sistem bilangan hexadesimal pada peralatan elektronika
digital ! Jelaskan secara singkat prinsip kerjanya !
6. Terangkan konversi kode bilangan Biner menjadi kode Aiken, dan dari kode BCD
menjadi kode Excess-3

69
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 2:
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif 2:

71
Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 3

MEMAHAMI PENERAPAN ALJABAR BOOLE


PADA RANGKAIAN GERBANG LOGIKA DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami aljabar Boole untuk operasi logika dasar dari rangkaian digital.
2. Menerapkan aljabar Boolean dan hukum De-Morgan kedalam fungsi tabel
biner, dan fungsi rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
3. Mensimulasikan gerbang logika dasar dan kombinasi menggunakan
perangkat lunak dan melakukan pengukuran, serta interprestasi data hasil
pengukuran.
4. Memahami dan memadukan aljabar Boole dan hukum De Morgan untuk
penyederhaan rangkaian logika dasar dan kombinasi.
5. Melakukan eksperimen dari analisis aljabar bolean untuk penerapan
rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
6. Memahami prinsip dasar metode pencarian kesalahan pada gerbang dasar
rangkaian elektronika digital.

B. Uraian Materi
1. Pengenalan Aljabar Boole dan Hukum-hukum De-Morgan
2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Dasar dan Kombinasi
3. Penggunaan aljabar Boole dan Hukum De Morgan untuk Penyederhanaan
Rangkaian logika dasar dan kombinasi.
4. Penerapan Rangkaian gerbang logika untuk metode Pencarian Kesalahan
pada Rangkaian Elektronika Digital

C. Alokasi Waktu
24 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran
Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.
Teknik Digital Dasar 1

E. Media pembelajaran

- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer,
- Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)

F. Referensi
1. Kappler Wolfgang. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge

2. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:


Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.

3. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang: Materi Bahan
Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

73
Teknik Digital Dasar 1

3. Memahami Penerapan Aljabar Boole pada Rangkaian Gerbang


Logika

3.1. Pendahuluan
Rangkaian digital memliki dua tingkatan diskrit, yang pada abad ke 19 oleh
George Boole memberikan bentuk matematis logika dengan memakai huruf dan
simbol-simbol tertentu untuk mengungkapkan fungsi logika. Namun pada
pertengahan abad ke 20 aljabar Boole menjadi menonjol berkat penelitian Cland
E.Sannon menemukan penerapan praktis kedua kondisi 1/0, Ya/Tidak,
Benar/Salah yang terdapat dalam Aljabar Boole dengan menggunakan
komponen listrik/elektronika seperti sakelar, dioda, transistor.
Salah satu contoh termudahnya adalah saklar yang mempunyai salah satu pilihan
dari dua macam kemungkinan yaitu buka dan tutup atau ON dan OFF. Aljabar Boole
(Boolean Algebra) adalah rumusan matematika yang menjelaskan hubungan logika
antara fungsi pensaklaran digital ON dan OFF . Aljabar boolean meiliki dua macam
nilai dasar logika, diantaranya hanya bilangan biner yang terdiri dari angka 0 dan 1
maupun pernyataan rendah (low) dan tinggi (high). Seperti aljabar biasa Aritmatik)
terikat pada aturan dan hukum yang telah ditetapkan, demikian pula halnya aljabar
Boole terdapat sepuluh hukum dasar yang biasa digunakan. Untuk menggambarkan
tiap-tiap hukum tersebut digunakan rangkaian sakelar sebagai variabel masukan.
Sehingga Boole memberikan ilustrasi bilangan sistem biner dengan analogi
kelistrikan berupa saklar NO/NC (Normally Open / Normally Closed) seperti gambar
berikut ini.

S0

Saklar

Normal terbuka Normal tertutup


[Normally opened (NO)] [Normally closed (NC)]
Teknik Digital Dasar 1

Biner 0 1

Gambar 3.1 Model Saklar OFF/ON analogi dari logika 0/1

Suatu fungsi logika atau operasi logika yang dimaksud dalam aljabar Boolean adalah suatu kombin
biner dapat dijelaskan oleh tiga operasi logika dasar yaitu :
- Operasi NOT (negation)
- Operasi AND (conjuction)
- Operasi OR (disconjuction)
Operasi dari ketiga gerbang logika tersebut dapat digambarkan dengan simbol
gambar standar ASA (Assosiation Standard of American) dan IEC (Intenational
Electrotechnical Commision) pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Simbol Gerbang Logika Dasar (ASA dan IEC)

Operasi operasi tersebut dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu :


1. Tabel fungsi (tablel kebenaran) yang menunjukkan keadaan semua variabel
masukan dan variabel keluaran untuk setiap kemungkinan.
2. Simbol rangkaian untuk menjelaskan rangkaian digital.
3. Ilustrasi diagram Venn
4. Persamaan fungsi

75
Teknik Digital Dasar 1

3.2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Dasar

3.2.1 Operasi Logika pada Gerbang NOT (NOT gate)


Gerbang NOT adalah sebagai gerbang pembalik (Inverter) atau gerbang
NOT (NOT gate) yang merupakan logika dasar yang untuk fungsi inversi atau
komplementasi. Tujuan dari pembalik (Inverter) adalah untuk mengubah satu tingkat
logika (TINGGI / RENDAH) pada masukan (input) ke tingkat logika yang berlawanan
pada variabel keluarannya (output), secara istiah logika teknik digital, dapat merubah
dari fungsi logika '0' ke '1' dan sebaliknya. Gambar 3.3 menggambarkan 5 macam
bentuk penggambaran fungsi operasi NOT, yaitu tabel kebenaran, simbol logika
standar untuk pembalik (inverter), ilustrasi diagram Venn, dan fungsi persamaan
output-input yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel dan operasi
gerbang logika NOT.
Karena fungsi gerbang NOT (NOT gate) atau pembalik (inverter) adalah membalik
sebuah variabel masukan (input) biner, maka jika masukannya (input) bernilai logika
0 maka variabel keluarannya (output) akan bernilai logika 1.

Tabel Simbol NOT Simbol NOT Ilustrasi diagram Persamaan


kebenaran (standar IEC) (standar ASA) Venn operasi fungsi output:
pembalik (inverter) yx
atau, jika input
A A sama dengan
1 0 x 1 y A, maka
0 1 output adalah
A (bukan A).

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3.3 Operasi NOT, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOT (standar IEC);
(c) simbol NOT (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi inverter;
(e) persamaan fungsi output

Gerbang NOT ini mempunyai satu masukan dan mempunyai satu variabel
keluaran yang dilambangkan dengan tanda () di atas variabel atau tanda single
apostrophe (').
Teknik Digital Dasar 1

Fungsi gerbang NOT adalah untuk mengubah logika masukan (input) yang bernilai
logika 1 menjadi logika 0 pada variabel keluarannya (output), dan begitu pula
sebaliknya yaitu mengubah fungsi logika masukan (input) 0 menjadi logika 1 pada
variabel keluarannya (output). Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NOT dapat
dibuat rangkaian dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu
IC (integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan
sebuah saklar A sebagai variabel masukan, dan LED sebagai indikator keluaran A.

Gambar 3.4 Rangkaian Digital Logika NOT

Dari gambar rangkaian di atas sakelar A berfungsi sebagai pemberi logika masukan
(input) pada gerbang NOT dimana jika sakelar A terhubung ke ground berarti diberi
masukan logika nol 0 jika sakelar A terhubung ke +VB berarti diberi masukan
logika satu 1.
Variabel keluaran Q dengan indikator LED (light emitting diode) sebagai tanda
keluaran gerbang NOT, yaitu jika LED menyala berarti variabel keluaran Q gerbang
NOT sesuai perjanjiannya mengeluarkan logika satu 1 dan jika LED mati berarti
variabel keluaran Q gerbang NOT mengeluarkan logika nol 0. Hubungan fungsi
operasi antara variabel masukan dengan variabel keluaran gerbang NOT pada tabel
kebenaran gambar di atas.
Jadi kesimpulan gerbang NOT adalah jika pulsa diagram masukan A berlogika
nol 0 (low), maka pada waktu bersamaan variabel keluaran Q berlogika 1 (high).
Karena itu dari rangkaian logika gerbang NOT di atas dapat dianalogikan dengan
menggunakan relay seperti gambar di bawah berikut.

77
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 3.5 Analogi Logika Gerbang NOT menggunakan Rangkaian Relay

Dari gambar di atas ini, cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A tidak
ditekan (berlogika 0) relay K tidak aktif, kontak relay K kondisinya normal tertutup
sehingga lampu Q menyala (berlogika 1), sebaliknya jika saklar A ditekan (berlogika
1) mengakibatkan relay K aktif, karena anak relay K awal kondisinya normal
tertutup, akibat relay K aktif menjadikan anak relay K menjadi terbuka sehingga
lampu Q padam (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap variabel
masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan level pulsa
dari fungsi logika gerbang NOT seperti gambar berikut.

input A 0 1 0 1

output Q 1 0 1 0

Gambar 3.6 Diagram bentuk dan Level Pulsa input-output Logika Gerbang NOT
Teknik Digital Dasar 1

3.2.2 Operasi Logika pada Gerbang AND


Operasi logika AND mempunyai variabel masukan paling sedikit dua buah
dan/atau lebih, misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau mulai dari A, B, sampai...Z,
dan mempunyai satu variabel keluaran y atau Q. Variabel keluaran y atau Q akan
berlogika 1 hanya jika semua variabel masukannya x0, x1 sampai xn atau A, B,
sampai...Z dalam keadaan logika 1 semua. Untuk itu sebaliknya, variabel keluaran
y atau Q akan bernilai logika 0 (low), jika salah satu atau semua variabel masukan
bernilai logika 0 (low) juga. Secara diagram Venn dengan luasan area yang
mewakili fungsi variabel keluaran berwarna merah, seperti gambar 3.7, yaitu: y = X0
X1= X0 X1 = X0 . X1, atau Q= A B = A B = A . B.

Tabel kebenaran Simbol AND Simbol Ilustrasi Persamaan fungsi output:


(standar IEC) AND diagram Venn
B A Q (standar operasi AND y = x0 x1= x0 x1= x0.x1
0 0 0 ASA)
0 1 0 x
0 atau jika masukannya A
1 0 0 & y dan B dan output Q,
x
1
1 1 1 maka:

Q= A B = AB = A.B
(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3.7 Operasi AND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol AND (standar IEC);
(c) simbol AND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi AND;
(e) persamaan fungsi output

Secara jelas, variabel keluaran gerbang AND akan berlogika satu 1 (high)
apabila semua masukan berlogika 1 (high) dan apabila salah satu atau semua
masukan berlogika 0 (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika 0 (low).
Oleh karena itu, gerbang AND dilambangkan dengan perkalian menggunakan tanda
intersection () atau () atau secara penulisan aljabar Boole (.).

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang AND dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar A, B
sebagai variabel masukan, dan LED sebagai indikator keluaran Q, seperti gambar di
bawah ini.

79
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 3.8 Rangkaian Digital Logika AND

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang AND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang AND dapat dirangkai
seperti gambar di bawah.

Gambar 3.9 Analogi Logika Gerbang AND menggunakan Rangkaian Relay


Dari gambar di atas cara kerja rangkaiannya adalah jika salah satu atau kedua
saklar A dan/atau B tidak ditekan yang berarti salah satu atau kedua masukan
(berlogika 0), maka relay K tidak aktif, sehingga anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka (posisi 2) yang akan membuat variabel keluaran lampu Q padam
OFF (berlogika 0). Tetapi jika kedua saklar A, B ditekan (berlogika 1), yang berarti
kedua masukan (berlogika 1), maka relay K aktif, sehingga anak (kontak) relay K
kondisinya tertutup (posisi 1), yang mengakibatkan variabel keluaran lampu Q
Teknik Digital Dasar 1

menyala ON (berlogika 1). Secara diagram bentuk dan level pulsa dari fungsi logika
gerbang AND seperti gambar 3.10 berikut.

input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output Q 0 0 0 1

Gambar 3.10 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika AND

3.2.3 Operasi Logika pada Gerbang OR


Operasi logika OR mempunyai variabel masukan paling sedikit dua buah
dan/atau lebih, mulai dari x0, x1 sampai xn atau mulai dari A, B, sampai...Z, dan
mempunyai satu variabel keluaran y atau Q. Variabel keluaran akan berlogika 1
hanya jika salah satu atau semua variabel masukannya mulai dari x0, x1 sampai xn
atau mulai dari A, B sampai ..Z dalam keadaan logika 1. Untuk itu, jika variabel
masukan x0, x1 sampai xn atau A, B sampai ..Z bernilai logika 0 (low) semua, maka
variabel keluaran y atau Q akan bernilai logika 0 (low).
Secara diagram Venn operasi logika gerbang OR seperti gambar 3.11
dengan luasan area fungsi variabel keluaran OR, yaitu: y = X0 X1= X0 v X1 = X0 +
X1, atau Q= A U B = A V B; atau ditulis Q = A + B. Jadi gerbang logika OR adalah
suatu gerbang logika yang variabel keluarannya akan berlogika 1, bila salah satu
variabel masukan berlogika 1, dan variabel keluaran akan berlogika 0, bila semua
variabel masukan berlogika 0. Ini berlaku untuk gerbang logika OR yang
mempunyai dua atau lebih jumlah variabel masukannya, dengan satu variabel
keluaran.

81
Teknik Digital Dasar 1

Tabel Simbol OR Simbol OR Ilustrasi Persamaan fungsi


kebenaran (standar IEC) (standar diagram Venn output:
ASA) operasi OR
B A Q y = x0Ux1= x0Vx1= x0+x1
0 0 0 x
0
>
1
_ y
0 1 1 x
1
atau jika masukannya
1 0 1 A dan B dan output Q,
1 1 1 maka:

Q= AUB = A V B = A+B

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3.11 Operasi OR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol OR (standar IEC);
(c) simbol OR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi OR;
(e) persamaan fungsi output

Variabel keluaran gerbang OR akan berlogika 1 (high) apabila salah satu atau
semua variabel masukan berlogika 1 (high), tetapi jika semua variabel masukan
berlogika 0 (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika 0 (low). Secara
aljabar Boole gerbang OR diberi union (U) atau (V), (+).
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang OR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar A, B
sebagai variabel masukan dan LED sebagai indikator keluaran Q seperti gambar
3.12

Gambar 3.12 Rangkaian Digital Logika OR


Teknik Digital Dasar 1

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang OR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang OR dapat dirangkai
seperti gambar 3.13 di bawah.

Gambar 3.13 Analogi Logika Gerbang OR menggunakan Rangkaian Relay

Dari gambar di atas cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A dan saklar B tidak
ditekan (berlogika 0) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal
terbuka sehingga lampu Q padam (berlogika 0). Jika salah satu saklar A atau B
saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan (berlogika 1), atau kedua
tombol tekan A, B ditekan bersama-sama, yang berarti kedua masukan (berlogika
1), maka relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke
(posisi 1), sehingga lampu Q menyala ON (berlogika 1). Tetapi sebaliknya, jika
saklar A, B tidak ditekan keduanya, yang berarti kedua masukan (berlogika 0),
maka relay K tidak aktif, sehingga anak relay K kondisinya tetap terbuka (posisi 2),
sehingga lampu Q padam OFF (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua variabel
masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan level pulsa
dari fungsi logika gerbang OR seperti gambar 3.14 berikut.

83
Teknik Digital Dasar 1

input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output Q 0 1 1 1

Gambar 3.14 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika OR

3.3. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Kombinasi


Logika kombinasi merupakan perpaduan rangkaian logika dari gerbang dasar
yang satu dengan gerbang dasar yang lainnya. Contohnya, NAND (NOT-AND),
NOR (NOT-OR), dan EXOR (Exclusive-OR). Dari semua gerbang logika di atas
mempunyai dua variabel masukan atau lebih, dan satu variabel keluaran. Sehingga
rumusan Aljabar Boole (Boolean Algebra) yang digunakan untuk menjelaskan
merupakan gabungan dan berhubungan antara fungsi logika gerbang satu dengan
logika gerbang yang lainnya.
Suatu operasi aljabar Boole dalam fungsi logika suatu gerbang kombinasi
adalah operasi rumusan aljabar Boole dengan dua variabel masukan atau lebih
dengan satu variabel keluaran sesuai dengan fungsi dan sifat dari fungsi logika
gerbang masing-masing, yaitu antara variabel input-output biner dengan tiga operasi
logika kombinasi (NAND, NOR, dan EXOR).
Adapun fungsi operasi-operasi tersebut meliputi beberapa uraian penjelasan,
diantaranya:
tabel fungsi (tablel kebenaran) yang menunjukkan keadaan semua variabel
masukan dan variabel keluaran untuk setiap kemungkinan; simbol rangkaian untuk
menjelaskan rangkaian digital; Ilustrasi diagram Venn; dan persamaan fungsi output
gerbang logika.
Teknik Digital Dasar 1

3.3.1 Operasi Logika pada Gerbang NAND


Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar
AND yang keluarannya diberi NOT. Masukan paling sedikit dua variabel masukan
atau lebih, misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau A, B, sampai ..Z, dengan satu
variabel keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika 0 (low), hanya jika semua
masukannya x0, x1 sampai xn atau semua masukan A, B sampai ..Z dalam keadaan
logika 1 (high) semua. Dengan demikian, jika salah satu atau semua variabel
masukannya berlogika 0 (low), maka keluaran akan berlogika 1 (high). Secara
diagram Venn, operasi logika gerbang NAND dapat digambar pada gambar 3.13 (d)
yang memberikan wawasan tentang luasan area yang mewakili fungsi variabel

keluaran NAND, y = x x = x x = x . x , atau Q= A B = A B ; atau


0 1 0 1 0 1

ditulis Q = A.B .
Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NAND tersebut akan berlogika 1 (high)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika 0 (low), tetapi apabila semua
variabel masukan berlogika 1 (high) maka variabel keluaran (output) akan berlogika
0 (low) juga. Oleh karena itu, gerbang NAND dilambangkan dengan atau

menggunakan tanda not intersection ( .. .. ) atau ( .. ... ) atau secara penulisan

aljabar Boole dengan tanda ( .... ).

Tabel Simbol NAND Simbol NAND Ilustrasi diagram Persamaan fungsi


kebenaran (standar IEC) (standar ASA) Venn operasi

x 0 x1
NAND
B A Q y=
x
0
0 0 1 & y
x
1 atau jika
0 1 1
masukannya A dan
1 0 1
B dan output Q,
1 1 0 maka:

Q= A B A B
A.B
(a) (b) (c) (d)
(e)

85
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 3.15 Operasi NAND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NAND (standar
IEC);
(c) simbol NAND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi NAND;
(e) persamaan fungsi output

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NAND dapat dibuat rangkaian seperti
gambar 3.15, dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC
(integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx.

Gambar 3.16 Rangkaian Digital Logika NAND

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NAND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri sebagai variabel maksukan untuk mengaktifkan sebuah relay
sebagai variabel keluaran. Bentuk diagram persamaan listrikdari variabel masukan
maupun keluaran gerbang NAND dapat gambar rangkaian persamaan
kelistrikannya yang menggunakan relay lengkap dengan kontak NO-NC (normally
open, normally closed) seperti gambar 3.17.
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 3.17 Analogi Gerbang Logika NAND menggunakan Rangkaian Relay

Prinsip kerja gambar rangkaiannya di atas adalah jika saklar A dan saklar B tidak
ditekan (A=B= berlogika 0) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q menyala (berlogika 1). Jika salah satu
saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan (berlogika 1)
dan masukan yang lain (berlogika 0), atau kedua tombol tekan A, B ditekan
bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan (berlogika 1)maka relay K
tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2), sehingga
lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q (berlogika 1). Tetapi jika kedua
tombol tekan ditekan bersama-sama (A=B=berlogika 1), maka kondisi maka relay K
akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke (posisi 2), sehingga
lampu Q mati (OFF) (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NAND seperti gambar 3.16 berikut. dan secara
pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang NAND
seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang digambarkan seperti gambar 3.18 .

87
Teknik Digital Dasar 1

input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output Q 1 1 1 0

Gambar 3.18 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika NAND

3.3.2 Gerbang Logika pada Gerbang NOR


Operasi NOR merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar OR yang
keluarannya diberi NOT. Masukan paling sedikit dua variabel masukan atau lebih,
misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau A, B, sampai ..Z, dengan satu variabel
keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika 1 (high), hanya jika semua
masukannya x0, x1 sampai xn atau semua masukan A, B sampai ..Z dalam keadaan
logika 0 (low) semua. Dengan demikian, variabel keluaran akan berlogika 0 (low)
jika salah satu atau semua variabel masukannya berlogika 1 (high). Secara
diagram Venn, operasi logika gerbang NOR dapat dilihat pada (gambar 3.17. d)

yang merupakan area fungsi dari variabel keluaran NOR, yaitu y = x x = x x


0 1 0 1

= x x , atau Q= A B = A B ; atau ditulis Q = A B.


0 1

Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NOR tersebut akan berlogika 0 (low)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika 1 (high), tetapi apabila salah
satu atau semua variabel masukan berlogika 1 (high) maka variabel keluaran akan
berlogika 1 (high). Oleh karena itu, gerbang NOR dilambangkan dengan atau

menggunakan tanda not union ( .. .. ) atau ( .. ... ) atau secara penulisan aljabar

Boole dengan tanda ( .. . ), sehingga operasi logika NOR sama dengan gabungan
Teknik Digital Dasar 1

dari dua buah operasi logika dasar yaitu OR dan NOT. Masukan paling sedikit dua
variabel, dan dapat lebih variabel mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu variabel
variabel keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z, dengan
variabel keluaran Q, maka dapat dibuat tabel kebenaran dan diagram Venn, serta
persamaan fungsinya seperti gambar berikut.

Tabel Simbol NOR Simbol Ilustrasi diagram Persamaan fungsi


kebenaran (standar IEC) NOR Venn operasi

x 0 x1
(standar NOR
B A Q y=
x
0 ASA)
0 0 1 >
1
_ y
x
1 atau jika masukannya A
0 1 0
dan B dan output Q,
1 0 0 maka:
1 1 0
Q= A B A B A B

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3.19 Operasi NOR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOR (standar IEC);
(c) simbol NOR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi NOR;
(e) persamaan fungsi output.

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NOR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, seperti gambar 3.20.

Gambar 3.20 Rangkaian Digital Logika NOR

Sedangkan gambar rangkaian persamaan kelistrikannya menggunakan relay


lengkap dengan kontak NO-NC (normally open, normally closed) seperti gambar

89
Teknik Digital Dasar 1

3.21, dan secara pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan keluaran
gerbang NOR seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang digambarkan seperti
gambar 3.22.
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NOR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik dari variabel masukan maupun keluaran gerbang NOR dapat
dirangkai dengan menggunakan relay seperti gambar 3.21. Prinsip kerja rangkaian
ini adalah jika saklar A dan saklar B tidak ditekan (A=B= berlogika 0) relay K tidak
aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q
menyala (berlogika 1).

Gambar 3.21 Analogi Gerbang Logika NOR menggunakan Rangkaian Relay

Jika salah satu saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan
(berlogika 1) dan masukan yang lain (berlogika 0), atau kedua tombol tekan A, B
ditekan bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan (berlogika 1)maka
relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2),
sehingga lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q (berlogika 1). Tetapi jika
kedua tombol tekan ditekan bersama-sama (A=B=berlogika 1), maka kondisi maka
relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke (posisi 2),
sehingga lampu Q mati (OFF) yang berarti keluaran Q berlogika 0).
Teknik Digital Dasar 1

Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NOR seperti gambar 3.22 berikut.

input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output Q 1 1 1 0

Gambar 3.22 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika NOR

3.3.3. Operasi Logika pada Gerbang Exclusive OR (EXOR)


Operasi EXOR merupakan kombinasi beberapa buah operasi logika dasar
NOT, AND, dan OR, dengan dua variabel masukan, dan satu variabel keluaran,
misalnya variabel masukannya x0, x1 atau A, B, dan variabel keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika 0 (low), hanya jika semua masukannya
x0, x1 atau masukan A, B dalam keadaan sama logika, artinya variabel keluaran Q
akan berlogika 1 bila kedua variabel masukan sama kondisi logikanya, yaitu
A=B=1 (high), atau A=B=0 (low) semua. Dan sebaliknya, variabel keluaran Q
akan berlogika 1 (high) jika kedua variabel masukannya tidak sama kondisi
logikanya, yaitu AB (A berlogika 1, B berlogika 0, ataukah A berlogika 0, B
berlogika 1, yang penting tidak sama kondisi logika kedua variabel masukannya).
Secara diagram Venn, operasi logika gerbang EXOR dapat dilihat pada (gambar
3.23.d) yang merupakan area fungsi dari variabel keluaran EXOR, yaitu y =x0 x1,
atau Q =A B, atau juga bisa ditulis, Q =
Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang EXOR tersebut akan berlogika 0 (low)
apabila kondisi kedua variabel masukan sama nilai logikanya, tetapi apabila kondisi
semua variabel masukan tidak sama nilai logikanya (artinya logika variabel satu
dengan variabel lainnya tidak sama), maka variabel keluaran akan berlogika 1
(high). Oleh karena itu, gerbang EXOR dilambangkan dengan atau menggunakan
tanda ( ) atau ( ), sehingga operasi logika EXOR sama dengan gabungan dari dua

91
Teknik Digital Dasar 1

buah operasi logika dasar yaitu AND, NOT, dan OR. Masukan paling sedikit dua
variabel, dan dapat lebih, mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu variabel variabel
keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z, dengan variabel
keluaran Q. Sehingga secara tabel kebenaran dan diagram Venn, serta persamaan
fungsinya dapat diuraikan seperti gambar berikut.

Tabel Simbol Simbol EXOR Ilustrasi diagram Persamaan fungsi


kebenaran EXOR (standar ASA) Venn operasi
(standar EXOR y = x0 x1
B A Q
IEC) atau jika masukannya
0 0 0
A dan B dan output Q,
0 1 1 x
0 maka:
1 0 1 =
1 y
1 1 0 x
1
Q= AB =A B=AB+AB

(b) (c) (e)


(a)
(d)
Gambar 3.23. Operasi EXOR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol EXOR (standar
IEC);
(c) simbol EXOR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi EXOR;
(e) persamaan fungsi output.

Tabel kebenaran memprlihatkan bahwa ketika variabel masukan x0 = x1 = logika 0 atau ketika
berbeda dengan variabel masukan B).
Pada prakteknya, sebuah operasi EXOR disamping menggunakan rangkaian
terpadu gerbang tunggal seri TTL (seperti tipe 74LS86) dapat dibangun juga dari
operasi logika gerbang dasar AND, NOT, dan OR, dengan seri rangkaian terpadu
TTL 74LSxxx, yang berturut-turut adalah (74LS08; 74LS04, dan 74LS32), seperti
yang diperlihatkan pada gambar berikut.
Teknik Digital Dasar 1

Rangkaian EXOR dari gerbang EXOR dengan


Rangkaian EXOR dari gerbang dasar (standar ASA) satu gerbang
dasar (standar IEC) tunggal

x0 1 &
>
_1 y
&
x1 1

(a) (b)
(c)

Gambar 3.24 Operasi EXOR yang dibangun dari (a); (b) Operasi Logika Dasar;
(c) Operasi Gerbang kombinasi (tunggal)

Untuk mengekspresikan fungsi logika gerbang EXOR dapat dibuat rangkaian


dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted
circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LS86, seperti gambar 3.25.

Gambar 3.25 Rangkaian Digital Operasi Logika EXOR

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang EXOR di atas, maka secara analogi
rangkaian persamaan listriknya yang dibangun dengan menggunakan dua buah
saklar atau lebih sebagai variabel masukan, dimana untuk mengaktifkan relay
lengkap dengan kontak NO-NC (normally open, normally closed) yang
disambungkan dengan lampu Q sebagai indikator keluaran seperti gambar 3.26.

93
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 3.26 Analogi Gerbang Logika EXOR menggunakan Rangkaian Relay

Prinsip kerja rangkaian ini adalah jika saklar A ditekan tertutup ON (logika
1) dan saklar B tidak ditekan OFF, maka relay K1 aktif, posisi K1 pada posisi 1,
karena saklar B masih OFF, maka relay K2 tidak aktif, sehingga K2 pada posisi 2,
maka lampu Q akan dialiriri arus listrik dari tegangan 24V melalui lampu lalu terus
sampai ke ground, dan akibatnya lampu Q menyala ON (berarti logika 1), demikian
juga sebaliknya, atau dengan kata lain, jika variabel masukan A B, atau selalu
berbeda kondisi logikanya), maka salah satu dari relay K1 atau K2 akan aktif,
sehingga keluaran lampu Q akan menyala ON, yang berarti logika 1). Namun jika
kedua variabel masukan A = B, yaitu sama-sama OFF saja (berlogika 0), atau
sama-sama ON saja keduanya (logika1), maka relay K1, atau K2 keduanya sama-
sama tidak aktif, atau sama-sama aktif, sehingga keluaran lampu Q tidak pernah
mendapat aliran listrik dari 24V menuju ke ground, atau dengan kata lain lampu Q
kondisinya mati OFF (berlogika 0).
Jadi, operasi logika EXOR adalah, jika kedua variabel masukan A=B, kondisi logika
apapun, maka variabel keluaran lampu Q akan mati OFF (berlogika 0), dan
sebaliknya jika kedua variabel masukan AB, maka variabel keluaran lampu Q akan
menyala ON (berlogika 1).
Sedangkan hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang EXOR
seperti yang digambarkan seperti gambar 3.27, yaitu merupakan fungsi diagram
bentuk dan level pulsa dari logika gerbang EXOR yang menyatakan hubungan
antara variabel masukan dan keluaran.
Teknik Digital Dasar 1

input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output Q 0 1 1 0

Gambar 3.27 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika EXOR

Dari rangkaian gambar 3.27 di atas suatu operasi EXOR dapat juga dihubungkan
bertingkat (kaskade), sehingga secara keseluruhan operasi EXOR tersebut menjadi
memiliki tiga variabel masukan A , B dan C, serta sebuah variabel keluaran Q.
Perilaku EXOR dengan tiga masukan tersebut ditunjukkan oleh tabel kebenaran di
bawah ini.

(a) (b)
Gambar 3.28 Rangkaian EXOR bentuk Kaskade (a) standar IEC; (b) standar ASA

Dari rangkaian EXOR secara Kaskade tersebut dapat dibuat tabel kebenaran (truth
table) sesuai dengan prinsip-prinsip dari operasi dasar EXOR seperti berikut.

Tabel kebenaran EXOR Kaskade


INPUT OUTPUT
C B A Q
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

95
Teknik Digital Dasar 1

3.4. Hukum De Morgan


De Morgan adalah seorang ahli matematik dari Inggris yang hidup pada tahun
1806 sampai 1871. Dia juga mengembangkan aljabar boole yang disebut dengan
hukum De Morgan, yaitu hukum De Morgan 1, dan De Morgan 2.

3.4.1 Hukum De Morgan 1


Suatu variabel masukan (A, B) dari fungsi logika OR ATAU jika masing-
masing masukannya dibalik inverter, maka hasil fungsi variabel keluarannya
adalah sama dengan NAND TIDAK DAN, sehingga secara penulisan aljabar Boole
adalah:
A + B = (A . B)
(3.1)

Tetapi apabila variabel masing-masing masukan (A, B) dari suatu fungsi logika
NOR TIDAK ATAU dibalik inverter maka fungsinya sama dengan AND DAN,
maka penulisan secara aljabar Boole adalah:

(A + B) = A . B
(3.2)

3.4.2 Hukum De Morgan 2


Suatu variabel masukan (A, B) fungsi AND DAN masing-masing dibalik
inverter maka fungsinya variabel keluarannya sama dengan NOR TIDAK ATAU.
Secara aljabar Boole, dapat ditulis sebagai berikut:

A . B = (A + B)
(3.3)
Teknik Digital Dasar 1

Tetapi, apabila variabel masukan (A, B) dari fungsi NAND TIDAK DAN dibalik
inverter, maka fungsin variabel keluarannya sama dengan OR ATAU, secara
aljabar Boole ditulis:
(A . B) = A + B
(3.4)

Dari rumus hukum De Morgan di atas dapat dibuat gambar rangkaian gerbang
logikanya dengan menggunakan gerbang logika dasar, yaitu NOT, OR, AND, NOR,
dan NAND, seperti gambar 3.29 berikut. Namun untuk uraian penjelasan
penyederhanaan rangkaian dengan menggunakan metode matematik aljabar Boole
akan dijelaskan pada pokok bahasan berikutnya.

B' B'
B B
(A'+B') (A'.B')
A' A'
A A

(A.B)' A+B (A+B)'


B A.B B
A A

B (A.B)' B (A+B)'
A A

Gambar 3.29 Rangkaian Gerbang Logika Hukum De Morgan

Secara tabel kebenaran, fungsi variabel keluaran dari hukum De Morgan tersebut
adalah:

Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran


Hukum De Morgan 1 Hukum De Morgan 2
B A B A A+B (A.B) B A B A A.B (A+B)
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

97
Teknik Digital Dasar 1

B' B'
B (A'.B') (A'.B')' B (A'+B') (A'+B')'
A' A'
A A

B' B'
B B (A'+B')'
(A'.B')'
A' A'
A A

B A+B B A.B
A A

Gambar 3.30 Rangkaian Gerbang Logika Hukum De Morgan

Dengan tabel kebenaran, fungsi variabel keluaran hukum De Morgan tersebut


adalah:
Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran
Hukum De Morgan 1 Hukum De Morgan 2
B A B A (A+B) A.B B A B A (A.B) A+B
0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1

Dari hukum De Morgan tersebut, maka dapat dikembangkan untuk suatu rangkaian
gerbang logika disusun dari gerbang logika yang lainnya, seperti gambar berikut.

NOT NAND NOR


A A' (A.A)'=A' (A+A)'=A'
A A

AND NAND NOR


A' (A'+B')'
((A.B)')' (A')'.(B')'
B (A.B) B (A.B)' A
A.B A.B
A A B'
B

OR NAND NOR
(A'.B')'
B' (A')'+(B') (A+B)' ((A+B)')'
B (A+B) B
A+B
B
A+B
A A' A
A

Gambar 3.31 Rangkaian suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika yang lain
Teknik Digital Dasar 1

3.5. Membangun dan Menyederhanakan Gerbang Logika Menggunakan


Aljabar Boole

Dalam Penyusunan dan Penyederhanaan Gerbang Logika biasanya


digunakan lebih dahulu penyederhanaan dengan bantuan rumus atau formula, dan
kaidah-kaidah dalam aljabar Boole untuk meringkas dan menyederhanaan
persamaan. Biasanya dalam persamaan aljabar Boole ditentukan bahwa logika
1=H=high, dan logika 0=L=low, dan tanda AND adalah atau atau . ,
sedangkan untuk OR adalah V atau U atau + . Rumus-rumus penting dalam aljabar
Boole tersebut adalah seperti berikut:

(1) A . 1 = A (16) A+1=1

(2) A . 0 = 0 (17) A+A=A


(3) A.B = B.A Komutatif (18) A.A=A
(4) A + B = B + A Komutatif (19) A.A=0
(5) A+B+C=A+(B+C)=B+(A+C) Asosiatif (20) A+BC=(A+B)(A+C) Distributif
(6) A.B.C = (A.B).C=A.(B.C)=B.(A.C) Asosiatif (21) A+AB=A Absorpsi
(7) A(B+C)= A.B + A.C Distributif (22) A(A+B)=A Absorpsi
(8) 0 . 0 = 0 (23) A(A+B)=AB Absorpsi
(9) 0 . 1 = 0 (24) A+A.B=A+AB Absorpsi
(10) 1. 0 = 0 (25) (A+B)=A.B De Morgan
(11) 1. 1 = 1 (26) (A+B)=(A.B) De Morgan

(12) 0+0 = 0 (27) (A.B)=(A+B) De Morgan

(13) 0+1 = 1 (28) A.B=(A+B) De Morgan

(15) 1+1 = 1 (29) ((A.B))=A.B

3.5.1 Membangun Gerbang NOT, AND, NAND, OR, NOR, dan EXOR
Pada prinsipnya terdapat berbagai cara untuk membangun rangkaian
gerbang logika yang dibangun dari gerbang logika dasar adalah sama seperti halnya
untuk menyederhanakan rangkaian gerbang logika, yaitu dengan menggunakan
salah satu metode, diantaranya:

99
Teknik Digital Dasar 1

(1) hukum-hukum De Morgan, dan operasi aljabar Boole,


(2) fungsi tabel kebenaran keluaran yang diinginkan
(3) fungsi diagram Venn
(4) fungsi diagram Karnaugh Map
Hal ini dimaksudkan untuk supaya lebih mudah dalam menentukan komponen
gerbang logika dasar yang akan digunakan.

Beberapa hal yang akan dibahas dalam membangun rangkaian gerbang


logika dari gerbang logika yang lain, diantaranya, membangun rangkaian: (a) NOT,
(b) AND, (c) NAND, (d) OR, (e) NOR, (f) EXOR, dan lain-lainya.
Pada dasarnya untuk membangun gerbang logika yang dibangun dari
gerbang yang tersebut atau gerbang yang lain adalah sesuatu kreatifitas, hal ini juga
untuk mengatasi salah satu problem bila dalam rangkaian tersebut tidak ada
komponen gerbang logika yang diperlukan.

Gerbang Simbol dan Persamaan Susunan Rangkaian terbuat dari Gerbang logika
Logika Aljabar Boole lain

NOT

Q=A=((A))

AND

Q=A.B=((A.B))=(A+B)

NAND
Q=(A.B)=((A+B))=(A+B
)

OR

Q=A+B=((A+B)) =(A.B)
Teknik Digital Dasar 1

NOR

Q=(A+B)=(A.B)

EXOR
Q=AB+AB=(A B)

Gambar 3.32 Rangkaian Suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika yang lain

3.5.2 Membangun Gerbang Logika 3- atau 4-Input dengan Gerbang


logika 2-Input
Untuk membangun gerbang logika 3-input dengan menggunakan gerbang
logika 2-input adalah sesuatu yang harus dilakukan, hal ini juga salah satunya untuk
mengatasi problem bila dalam rangkaian tersebut tidak ada komponen gerbang
logika yang diperlukan. Contohnya, untuk membangun rangkaian 3-input dan 4-input
menggunakan gerbang logika 2-input, diantaranya: OR, dan AND.

Gerbang Simbol dan Persamaan Susunan Rangkaian terbuat dari Gerbang


Logika Aljabar Boole logika lain

OR
(3-input)
Q=A+B+C

AND

(3-input)
Q=A.B.C

101
Teknik Digital Dasar 1

OR

(4-input)

Q=A+B+C+D

AND

(4-input)

Q=A.B.C.D

Gambar 3.33 Rangkaian Gerbang Logika 3-, dan 4-input dibangun dari Gerbang logika
2-input

3.6. Peta Diagram Karnaugh ( Karnaugh Map-diagram)


Telah diketahui bahwa dalam kasus penyederhanaan fungsi logika secara
aljabar Boole cukup membosankan dan hasilnya kadang-kadang masih belum dapat
teringkas secara sederhana, dan bahkan terdapat perbedaan dari satu orang ke
orang lain, tergantung dari kelincahan seseorang mempermainkan rumus-rumus
logika aljabar Boole dan hasil penyederhanaan juga tidak segera dapat dipastikan
sebagai fungsi yang minimum.
Cara lain untuk mempermudah proses penyederhanaan dan mencegah
kemungkinan memperoleh hasil yang dianggap sudah minimum, padahal masih
dapat lagi disederhanakan, adalah cara diagram/pemetaan digunakanlah diagram
atau peta Karnaugh.
Metode diagram/peta Karnaugh adalah teknik untuk mereduksi
persamaan logika digital dengan menggunakan grak (gambar) sehingga
dapat diikuti prosesnya secara visual. Cara ini jauh lebih mudah daripada cara
penyederhanaan aljabar terutama untuk fungsi-fungsi dengan 3 atau 4 variabel
masukan. Peta Karnaugh menggambarkan harga/keadaan suatu fungsi untuk setiap
kombinasi masukan yang mungkin dibentuk. Jadi sebenarnya, peta karnaugh
Teknik Digital Dasar 1

memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang jumlahnya


tergantung dari jumlah variabel masukan.
Untuk mengurung logika yang sudah dimasukan ke dalam diagram/peta Karnaugh
mulailah dengan jumlah logika terbanyak.

3.6.1 Karnaugh Map untuk 2 Variabel Input


Suatu fungsi logika dengan 2 variabel masukan, maka peta Karnaugh akan
terdiri atas 22 = 4 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya akan
terdiri atas 2n kotak.
Setiap kotak berisi 0 atau 1 yang menunjukkan keadaan fungsi untuk
kombinasi masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 2
variabel masukan peta karnaugh disusun seperti gambar di bawah.

Peta Karnaugh 2 Tabel Kurungan logika


Kurungan logika 1
masukan kebenaran 0

B
(B) = B

Gambar 3.34 Diagram/peta Karnaugh 2 Variabel Masukan

103
Teknik Digital Dasar 1

3.6.2 Karnaugh Map untuk 3 Variabel Input


Jika fungsi logika itu terdiri dari 3 variabel masukan, maka peta Karnaugh
akan terdiri atas 23 = 8 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya
akan terdiri atas 2n kotak.

Peta karnaugh 3 Tabel Kurungan logika Kurungan


masukan kebenaran 1 logika 0

(A.B)+(A.C) ((A.B)+(A.C))

Gambar 3.34 Diagram/peta Karnaugh 3 Variabel Masukan

Setiap kotak berisi 0 atau 1 yang menunjukkan keadaan fungsi untuk


kombinasi masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 3
variabel masukan peta Karnaugh disusun seperti gambar di atas. Dari hasil analisis
keluaran yang dihasilkan dapat dibangun gerbang logika secara elektronika digital
sebagai berikut.

(A.B)+(A.C)

((A.B)+(A.C))
(a) Hasil pengurungan logika 1 (b) Hasil pengurungan logika 0

Gambar 3.35 Rangkaian Logika Hasil analisis Karnaugh Map


Teknik Digital Dasar 1

Dengan cara pemetaan Karnaugh ini adalah cara yang paling efektif untuk
menyederhanakan persamaan dan pembuatan rangkaian logikanya.
Yang jelas, semua fungsi logika keluaran bisa dipetakan dengan Karnaugh,
namun cara ini juga bukan satu-satunya untuk menyederhanakan persamaan logika
dalam pembuatan rangkaian logika, tetapi ada cara lain seperti menggunakan tabel
kebenaran, hukum-hukum aljabar Boole dan De Morgan.

3.6.3 Karnaugh Map untuk 4 Variabel Input


Berikutnya untuk fungsi logika dengan 4 variabel masukan, peta Karnaugh
akan terdiri atas 24 = 16 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya
akan terdiri atas 2n kotak.
Setiap kotak berisi 0 atau 1 yang menunjukkan keadaan fungsi untuk kombinasi
masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 4 variabel
masukan peta Karnaugh disusun seperti gambar berikut di bawah.

105
Teknik Digital Dasar 1

Peta Karnaugh 4 masukan Tabel kebenaran

Kurungan logika 1 Kurungan logika 0

(A.D)+(A.B.D)+(A.B.C)
(A.D)+(C.D)+(A.B) ((A.D)+(A.B).(D+C))
(D.(A+C))+(A.B)

Gambar 3.36 Diagram/peta Karnaugh 4 Variabel Masukan


Teknik Digital Dasar 1

3.7 Tugas dan Tes Formatif 3


TUGAS 3:
1. Apa nama simbol dari berbagai fungsi gerbang logika berikut:

a. d. g.

b. e. h.

c. f. i.

2. Buatlah simbol dari nama-nama fungsi gerbang logika berikut:

AND-gate NAND-gate NOT-gate dari


a. d. g.
(3-input) (schmitt trigger 2-input) NAND (4-input)

Untuk fungsi output


OR-gate EXOR-gate
b. e. h. Q=AB dari NOR-
(4-input) (2-input)
gate (2-input)

Untuk fungsi output


EXNOR NOR-gate
c. f. i. Q=A+B dari
(2-input) (3-input)
NAND-gate (2-input)

3. Berdasarkan tabel kebenaran berikut, tentukan persamaan aljabar Boole untuk


fungsi output.
Input Output
B A Q
Q= .......................................
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

107
Teknik Digital Dasar 1

4. Buatlah rangkaian gerbang logika dari fungsi aljabar Boole berikut.


a. Q = (A . B) + (A . B)
b. Q = (A . B) + (A . B)
c. Q = (A . B) + (A . B)
d. Q = (A . B) + (A . B)
5. Buatlah persamaan aljabar Boole fungsi output untuk rangkaian fungsi gerbang
logika seperti berikut.
a. c.

b. d.

6.Dari analogi gambar rangkaian kelistrikan berikut, tentukan:


+24V

A K1 K2

a. Persamaan fungsi output Q secara


B
aljabar Boole terhadap fungsi input (A
dan B)
b. Rangkaian fungsi gerbang logikanya
K1 K2 Q
0V
Teknik Digital Dasar 1

7. Dari diagram Karnaugh map di bawah ini, tentukan

A A
C 1 1 0 0 a. fungsi output Q terhadap inputnya (ABC)
C 0 1 0 1 secara persamaan aljabar Boole untuk
B B B kurungan logika1
b. gambar rangkaian gerbang fungsi logika dari
persamaan aljabar Boole tersebut.

8. Dari diagram bentuk dan level pulsa berikut, tentukan persamaan aljabar Boole
dari fungsi output Q, dan tentukan gambar rangkaian fungsi gerbang logikanya

9. Tentukan rangkaian gerbang fungsi logikanya menggunakan teknik gerbang


dasar dan kombinasi (NOT, AND, OR) dari persamaan aljabar Boole berikut
a. Q = ((A . B) + C) + (A . (B . C))
b. Q = (A . (B + C)) . (A . (B . C))
10. Amati gambar rangkaian gerbang fungsi logika berikut !
Kemudian, dari rangkaian gerbang
fungsi logika berikut, buatlah tabel
kebenarannya (truth table), dan
persamaan aljabar Boole

109
Teknik Digital Dasar 1

TES FORMATIF 3:
1. Dari gambar rangkaian fungsi gerbang logika (gambar a., dan b) tersebut,
buatlah analisis output Q secara aljabar Boole,
a C B A b. C B A

Q Q

2. Dari gambar pulsa diagram di bawah ini A, B, C, D sebagai input dan Q sebagai
output
Tentukan persamaan aljabar Boole, dan buat rangkaian gerbang fungsi output
terhadap input

Q
Teknik Digital Dasar 1

3. Buatlah model alat Lampu Lalu Lintas (Model Traffic Light) dengan ketentuan
seperti berikut:
Perhatikan model lampu lalu lintas
(gambar tugas-3.1) di samping, dan
lihat tabel kondisi nyala lampu di
bawah jika warna gelap kondisi lampu
mati atau berlogika 0 sedangkan
warna terang kondisi lampu menyala
atau berlogika 1 (seperti gambar
tugas 3.3).

Gambar tugas-3.1
Catatan:
Gambar yang berwarna (gambar tugas 3.1; gambar tugas 3.2) hanya
merupakan ilustrasi saja, untuk tugasnya lihat (gambar tugas 3.3) yang
tidak berwarna.

Gambar tugas 3.2 Ilustrasi Waktu Nyalanya Lampu Lalu Lintas

Gambar Tugas 3.3 Nyala/Matinya Lampu Sesusi Tugas

111
Teknik Digital Dasar 1

Tugas :
a. Lengkapi tabel kebenaran di bawah berdasarkan kondisi lampu di atas lalu
masukan kondisi logikanya ke dalam peta/diagram karnaught dan lengkapi
persamaan aljabar boolenya.

4. Dari soal dengan diagram peta Karnaugh berikut, tentukanlah:


a. Persamaan aljabar Boole fungsi output Q
terhadap input ABCD
b. Rangkaian gerbang fungsi logikanya

5. Dari persamaan aljabar Boole berikut, tentukan rangkaian gerbang fungsi


logikanya : (a). Q = (A . B) + (A . B)
(b). Q = (A . B) + (A . B)
Teknik Digital Dasar 1

6. Dari gambar rangkaian kelistrikan dengan saklar A, dan B sebagai input, dan Q
sebagai output.

+24V
Tentukan: a. Persamaan aljabar Boole-nya
A K c. Rangkaian gerbang logikanya
d. Rangkaian gerbang logikanya
dengan menggunakan komponen
B
gerbang logika yang lainnya

K Q
0V

7. Dengan menggunakan diagram Venn seperti contoh gambar berikut, gambarlah


secara diagram Venn untuk fungsi gerbang logika:
a. OR-gate c. EXOR-gate
b. AND-gate d. NAND-gate

113
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 3 :
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 3:

115
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif 3:


Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif 3:

117
Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 4
MEMAHAMI RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL

A. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami prinsip dasar rangkaian logika sekuensial dan Diagram State.


2. Mensimulasikan rangkaian Flip-flop (S-R-, J-K-, D-, dan Toggle- Flip-flop),
menggunakan perangkat lunak dan keras untuk melakukan pengukuran, dan
interprestasi hasil pengukuran.
5. Menyimpulkan rangkaian Flip-Flop berdasarkan hasil simulasi, dan tabel eksitasi.
6. Memahami prinsip dasar Komponen IC digital untuk keperluan penentuan metode
throubleshooting rangkaian Flip-Flop.

B. Uraian Materi
1. Pengenalan dan Prinsip kerja Logika Sekuensial.
2. Macam-macam Flip-flop (SR-, J-K-, D-, dan Toggle-Flip-flop)
3. Aplikasi dari macam-macam Rangkaian Flip-Flop (S-R-, D-, Toggle-, J-K-Flip-
Flop)
4. Penerapan dan Troubleshooting Rangkaian Logika Sekuensial

C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran
Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.

E. Media pembelajaran

- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)
Teknik Digital Dasar 1

F. Referensi
1. Leonhardt, E. 1984. Grundlagen der Digitaltechnik: Eine Systematische
Einfuerung. Muenchen: Carl Hanser Verlag.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.
4. Mukti, A. 2011. Teknik Digital Dasar: Logika Sekuensial. Malang: Materi Bahan
Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

119
Teknik Digital Dasar 1

4. Rangkaian Logika Sekuensial


Logika sekuensial adalah penggabungan dari logika dasar dan logika
kombinasi yang berfungsi untuk memperlambat (delay) dan untuk menyimpan data
logika sebagai memori (memory storage). Logika ini merupakan salah satu
rangkaian logika yang sangat bermanfaat, yang di interkoneksikan untuk
penyimpanan, pewaktu, perhitungan dan urutan keluarnya data logika.
Berikut gambaran secara diagram blok rangkaian logika sekuensial, di dalamnya
terdapat fungsi delay, dan penyimpan data logika.

Gambar 4.1 Diagram Blok Logika Sekuensial

Bentuk dasar dari rangkaian logika sekuensial adalah rangkaian flip-flop yang
dirangkai dari gerbang logika dasar dan kombinasi, seperti AND dan NAND.
Flip-flop adalah suatu rangkaian bistabil dengan triger yang dapat menghasilkan
kondisi logika 0 dan 1 pada keluarannya. Keadaan dapat dipengaruhi oleh satu
atau kedua masukannya. Tidak seperti fungsi gerbang logika dasar dan kombinasi,
keluaran suatu flip-flop sering tergantung pada keadaan sebelumnya. Kondisi
tersebut dapat pula menyebabkan keluaran tidak berubah atau dengan kata lain
terjadi kondisi memory. Oleh sebab itu flip-flop dipergunakan sebagai elemen
memory.
Teknik Digital Dasar 1

(a) Rangkaian Delay Elemen (c) Rangkaian Logika (d) Rangkaian Logika
Penyimpan (b) Oscillasi 4 NAND- Kombinasional & Sekuensial &Timing
Gate Timing Diagram Diagram

Gambar 4.2 Kelengkapan Isi Rangkaian Logika Sekuensial


Nama lain dari flip-flop ini adalah multivibrator bistabil, dimana keluarannya
adalah suatu tegangan rendah (logika 0) atau tinggi (logika 1). Keluaran ini tetap
rendah (0) atau tinggi (1) selama belum ada masukkan yang merubah keadaan
tersebut. Rangkaian yang bersangkutan harus di dikendalikan (drive) oleh satu
masukkan yang disebut pemicu (trigger). Keadaan tersebut akan berubah kembali
bila ada masukkan pemicu lagi.
Ada tiga jenis multivibrator, yaitu : astabil, monostabil, dan bistabil. Pada
bagian ini hanya membahas multivibrator bistabil (flip-flop), karena topik ini
berhubungan dengan penggunaan logika sekuensial pada pengembangan
rangkaian logika yang lebih lanjut, yaitu pencacah (counter).
Berdasarkan cara penyimpanannya flip-flop dapat digolongkan atas:

1. SR flip-flop,
2. JK flip-flop
3. D flip-flop
4. T flip-flop

121
Teknik Digital Dasar 1

4.1 SR Flip-flop (Set-ReSet)


SR flip-flop atau sering disebut RS flip-flop adalah suatu flip-flop yang
mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Rangkaian flip-flop ini merupakan flip-
flop yang paling sederhana, yang memiliki dua masukan yaitu R = Reset, dan S =

Set, serta dua keluaran Q dan Q atau bisa ditulis Q. Dua (2) input tersebut yaitu,

S=Set dan R=Reset, dan dua (2) output yaitu Q dan Q atau juga bisa ditulis Q
tersebut salah satunya bertindak sebagai 1 bit memori yaitu output Q. Untuk input
S=1, dan R=1 adalah kondisi yang tidak dibenarkan (tidak boleh diset serentak)
karena akan menghasilkan output yang tidak konsisten.
Tabel Kebenaran Simbol

S R Q Q
0 0 Tidak berubah S Q
0 1 0 1
1 0 1 0 R Q
1 1 Tidak tentu

(a) (b)

Gambar 4.3 RS Flip-flop (a) tabel kebenaran, (b) simbol

Gambar 4.4 RS Flip-flop dengan Clock


Teknik Digital Dasar 1

(a) RS FF (NAND-Gate) (b) RS- FF (NAND-Gate) & (c) RS FF (NOR-Gate) &


Diagram Pulsa (d) RS- FF (NOR-Gate)
& Diagram Pulsa Tabel State & Tabel State

Gambar 4.5 RS Flip-flop (a) (b) dengan NAND-gate, (c) (d) dengan NOR-gate

Flip-flop RS dapat dibentuk dari kombinasi dua gerbang NAND atau


kombinasi dua gerbang NOR seperti gambar di atas. Sesuai dengan namanya
(gambar 4.3) dan (gambar 4.5), keluaran flip flop Q = 1 dan Q = 0 pada saat S = 1
dan R = 0,dan reset ketika S = 0 dan R = 1 akan menghasilkan keluaran Q = 0
dan Q = 1. Kondisi tersebut adalah kondisi satbbil dari RS flip-flop.
Ketika kedua masukan R dan S berlogika 0, keluaran flip-flop tidak berubah tetap
seperti pada kondisi sebelumnya. Tetapi ketika kedua masukan R dan S berlogika
1 maka keluaran flip-flop tidak dapat diramalkan karena kondisinya tidak tentu
tergantung pada toleransi komponen dan tunda waktu temporal dan lain sebagainya
dan kondisi tersebut dapat diabaikan.

123
Teknik Digital Dasar 1

Pada prakteknya sebuah RS Flip-flop dapat dibangun dari rangkaian dua buah
gerbang NAND yang saling dihubungkan silang seperti ditunjukan pada berikut.

Tabel Kebenaran Rangkaian RS Flip flop


S R Q Q
Tidak tentu
S & Q
0 0
0 1 0 1
1 0 1 0
1 1 Tidak berubah & Q
R

(a) (b)

Gambar 4.6 Rangkaian RS Flip-flop dengan gerbang NAND

Berbeda dengan flip flop dengan gambar di atas, keluaran dari flip-flop adalah
kebalikan dari flip-flop tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya garis di atas variabel
input-nya.
Lebih lanjut tipe yang sangat penting dari flip-flop adalah master slave flip-flop atau
disebut juga dua memory yang pada dasarnya dibangun dari dua flip-flop yang
terhubung secara seri. Jalur kontrol dapat diatur dari sebuah clock melalui
penambahan sebuah gerbang NAND. Gambar rangkaian dasarnya ditunjukkan
dalam gambar berikut.

S
& &
& & Q

Clock &

& Q
& &
&
R
Kontrol Master Kontrol Slave
Clock I Flip flop Clock II Flip flop

Gambar 4.7. Master-Slave Flip-flop menggunakan NAND


Teknik Digital Dasar 1

Pertama kita lihat pada master flip-flop. Jika masukan clock adalah 0 kedua
keluaran dari kontrol clock I adalah 1. Ini artinya bahwa suatu perubahan keadaan
pada masukan S dan R tidak berpengaruh pada master flip-flop. Flip flop tersebut
mempertahankan keadaan. Di sisi lain jika masukan clock adalah 1 maka keadaan
dari S dan R menentukan keadaan master flip-flop.
Slave flip flop memperlihatkan perilaku yang sama. Kadang kontrol clock adalah
dibalik oleh sebuah inverter. Ini artinya bahwa clock 1 dari master flip flop menjadi
0 pada slve flip flop.
Operasi flip-flop ini dijelaskan lebih mudah dari sekuensial temporal dari pulsa clock
seperti ditunjukan oleh berikut.
Dari gambar pulsa clock (gambar 4.8) dapat diuraikan fungsi tegangan pulsa terhadap waktu, m

t1 : Ketika pulsa clock muncul dari 0 ke 1 terjadi toleransi daerah 0 ke arah 1


keluaran clock terbalik ke 0. Misalnya keluaran slave flip-flop akan OFF dan
mempertahankan kondisi.

Vclock

0 t
t1 t2 t3t4

Gambar 4.8 Sekuensial temporal untuk master slave flip flop

t2 : Ketika pulsa clock muncul dari 0 ke 1 mencapai batas terendah dari toleransi
daerah 1 masukan dari master flip flop adalah dapat diatur, misalnya master
flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.
t3 : Ketika pulsa clock turun dari 1 ke 0 terjadi toleransi daerah 1 ke arah0
masukan master flip-flop kembali ditahan. Misalnya master flip-flop
menghasilkan keadaan baru.

125
Teknik Digital Dasar 1

T4 : Ketika pulsa clock turun dari 1 ke 0 mencapai batas tertinggi dari toleransi
daerah 0 masukan dari master flip-flop adalah dapat diatur, misalnya master
flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.

Hasilnya bahwa pengaruh masukan R dan S terjadi pada interval t1 sampai t2 data
dikirim ke flip-flop dan pada saat t4 baru data dikirim ke keluaran. Selama masukan
clock 0 data tersimpan di dalam flip-flop.

4.2 JK Flip-flop
Flip-flop ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran, di mana salah satu
keluarannya (Q) berfungsi sebagai komplemen. Flip-flop JK dapat dibentuk dari
kombinasi empat gerbang NAND, flip-flop ini tidak memiliki keadaan terlarang seperti
yang terdapat pada flip-flop RS. Karena dikembangkan dalam master slave flip-flop,
maka pada prakteknya yang terpenting adalah Master slave JK flip-flop yang
dibangun dengan menyambungkan keluaran ke masukan gerbang seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Rangkaian Dasar dan Simbol JK Flip-flop


Teknik Digital Dasar 1

Dari gambar 4.10, jika keadaan masukan J = 1 dan K = 0 menghasilkan keluaran

Q = 1 dan Q = 0 setelah pulsa clock. Untuk J = K = 1 keluaran akan selalu


berubah setiap kali pulsa clock diberikan.

J & &
& & Q

Clock &

& Q
& &
K &

Gambar 4.10 Rangkaian JK Flip flop menggunakan NAND

Tabel Kebenaran Simbol

tn tn+1
K J Q Q J Q
0 0 Q Q
Clock
0 1 1 0
K Q
1 0 0 1
1 1 Q Q
(a) (b)

Gambar 4.11 Tabel Kebenaran dan Simbol JK Flip flop

127
Teknik Digital Dasar 1

Clock

0 t
Q

1
0 t
Q

0 t

Gambar 4.12 Diagram pulsa JK Flip flop Ketika masukan J = K = 1

Gambar 4.13 Bentuk dan Nama Pin IC Dual JK Flip-flop 74LS76

4.3 D Flip-flop

D Flip-flop merupakan modifikasi dari RS flip-flop dengan tambahan gerbang


pembalik pada masukan R, sehingga masukan R merupakan komplemen dari
masukan S. Saat, D = 0 keadaan flip-flop reset (Q = 0) sedangkan bila D = 1,
maka keadaan flip-flop kondisinya Set (Q = 1). Karena itu D flip-flop ini dibangun
dari suatu flip-flop yang mirip JK Master slave flip-flop, untuk J = K = 1, yaitu yang
dikenal dengan nama D flip-flop. Versi yang paling banyak dipergunakan dalam
praktek, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Teknik Digital Dasar 1

& &
& & Q

Clock

& Q
& &
D

Gambar 4.14 Rangkaian D Flip flop menggunakan NAND

Tabel Kebenaran Simbol

tn tn+1 Q
D Q Q Clock
0 0 1
K Q
1 1 0

(a) (b)

Gambar 4.15 Tabel kebenaran dan symbol D Flip flop

Kelebihan D flip-flop dibandingkan dengan JK flip-flop bahwa data masukan dikirim


ke keluaran selama pulsa clock berubah dari 0 ke 1. Jika clock = 1 dan data
masukan di D berubah, perubahan tersebut tidak lama berpengaruh terhadap
keadaan keluaran. Suatu perubahan di D selama clock = 1 mengakibatkan
pengaruh ke keluaran hanya pada perubahan 0 ke 1 berikutnya. Karena
perlambatan internal memungkinkan dengan flip flop ini mengenal sebuah umpan

balik misalnya dari Q ke D tanpa menghasilkan oscilasi. Karena kelebihan tersebut


sering D flip flop ini disebut sebagai Delay flip-flop. Berikut beberapa contoh IC D
Flip-flop 74LS74, dan 74LS75.

129
Teknik Digital Dasar 1

(a) Dual positive-edge triggered D-FF (a) Tabel Eksitasi D-FF 74LS74 (c) Bentuk Pin D-FF (D-
(74LS74) Latch) 74LS75

Gambar 4.16 Simbol, Timing Diagram, dan Bentuk IC D Flip-flop 74LS74

(b) Simbol dan Tabel Eksitasi D- (b) Timing Diagram D-FF (D- (c) Bentuk Pin D-FF (D-Latch)
FF (D-Latch) latch) 74LS75

Gambar 4.17 Simbol, Timing Diagram, dan Bentuk IC D Flip-flop (D-Latch) 74LS75
Teknik Digital Dasar 1

4.4 T Flip-flop
Flip-flop Toggle merupakan modifikasi dari RS Flip-flop, atau juga bisa
dimodifikasi dari JK Flip-flop. Untuk memodifikasi T Flip-flop yang dibangun dari RS
Flip-flop adalah:
(a) keluaran Q disambungkan masukan S,
(b) dan keluaran Q disambungkan ke masukan R
(c) masukan clock sebagai input Toggle.

Sedangkan untuk modifikasi T Flip-flop yang dibangun dari JK Flip-flop yaitu


dengan cara mengubah hubungan pada JK Flip-flop, diantaranya :
(a) menggabungkan kedua masukan J dan K ke logika1
(b) masukan clock sebagai input Toggle.
Sehinga keluaran Q akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan pada clock-nya.
Untuk lebih jelasnya, berikut ditunjukkan tabel eksitasi , dan timing diagram, dan
cara memodifikasi dari T-Flip flop, dan D-Flip flop dari RS-, dan dari JK-Flip flop.

Tabel Keluaran T-FF

(b) Timing Diagram D-FF (D-latch)


(a) Rangkaian T-FF dari RS-, dan JK-FF

Gambar 4.18 Rangkaian Toggle Flip-flop dan Tabel Keluaran

131
Teknik Digital Dasar 1

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.19 Model D Flip-flop, dan T Flip-flop yang dibangun dari RS-FF dan JK-FF

4.5 Diagram State Rangkaian Logika Sekuensial

Sebagaimana diketahui, dalam merancang suatu rangkaian Flip-flop untuk


keperluan penghitung atau yang lainnya, harus mengikuti prosedur disain, supaya
terjamin ketelitian dan kebenarannya.
Langkah-langkah dan prosedur State:

- Mendisain rangkaian dengan menggunakan Flip-flop adalah:


(a) Gunakan persamaan next state atau state diagram yang diketahui,
(b) Lalu buatlah tabel present state/ next state untuk rangkaian yang akan
dibangun,
(c) Tambahkan kolom pasangan eksitasi dari masing-masing Flip-flop yang akan
digunakan.
(d) Gunakan KV-map, lalu carilah persamaan logika dari nilai eksitasi yang
didapat,
(e) Buat rangkaiannya sesuai dengan persamaan yang didapat.
Teknik Digital Dasar 1

- Menganalisa rangkaian dengan Flip-flop adalah:

a. State Transisi (penghitung 0-7)

Karena, rangkaian Penghitung Naik Asinkron yang akan dibuat menggunakan


rangkaian Flip-Flop, maka tahapan prosedur yang dilakukan adalah sebagai
berikut.

Diagram state digunakan sebagai rancangan dalam merencanakan rangkaian


sebuah penghitung (naik / turun / acak) dari rangkaian Flip-flop. Contoh state-
transisi untuk persoalan penghitung naik 0 7. Untuk itu seperti diperlihatkan
pada gambar berikut.

Gambar 4.20 Model state transisi Penghitung naik 0-7 menggunakan Flip-flop

133
Teknik Digital Dasar 1

b. Pembuatan Rangkaian Flip-flop untuk Penghitung


Rangkaian Penghitung Naik Asinkron yang dibuat menggunakan rangkaian Flip-
Flop JK diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.21 Rangkaian Penghitung Asinkron naik 0-7 menggunakan FF

c. Simulasi Rangkaian
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan computer
menggunakan software EWB atau Livewire.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam simulasi menggunakan software, yaitu
lebih baik digunakan Livewire, karena kompatibel dengan windows XP, windows7
dan windows 2010. Jika digunakan software EWB untuk simulasi, maka akan
terjadi problem ketika koneksi dengan windows 7 ke atas, terutama gambar tidak
sempurna.

Gambar 4.22 Simulasi penghitung naik


asinkron (1)
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 4.23 Simulasi penghitung naik asinkron (7)

4.6 State Transisi Penghitung Naik Asinkron (0-5)


Penghitung naik asinkron dengan pembatas yaitu suatu penghitungan naik
pada suatu rangkaian Flip-Flop yang dilengkapi dengan suatu rangkaian tambahan
pembatas. Misalnya, suatu rangkaian penghitung naik 3 bit menggunakan rangkaian
Flip-flop hanya dapat menghitung 0 7, rangkaian penghitung naik ini dapat
dibatasi, sehingga penghitungan hanya berfungsi 0 5 saja.
State Transisi yang digunakan untuk merancang dalam pembuatan sebuah
penghitung naik asinkron dengan pembatas, diperlihatkan pada gambar berikut

Gambar 4.24 State-transisi penghitung naik 0 5

135
Teknik Digital Dasar 1

a. Tabel Transisi
Table transisi untuk penghitung naik asinkron dengan pembatas, yaitu untuk
menghitung 0 5 dapat disusun sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel transisi penghitung naik 0 - 5

Des C B A
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
Persamaan Logika :
3 0 1 1
R = B.C
4 1 0 0
Simbol :
5 1 0 1
6 1 1 0 RESET
7 1 1 1

b. Rangkaian Penghitung Naik Asinkron:


Rangkaian Penghitung Naik Asinkron dari 0 hingga 5 yang dibuat menggunakan
rangkaian Flip-Flop JK diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 4.25 Rangkaian penghitung naik asinkron 0 5


Teknik Digital Dasar 1

c. Simulasi
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan komputer
menggunakan software EWB / Livewire.

137
Teknik Digital Dasar 1
Teknik Digital Dasar 1

139
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 4.26 Gambar Rangkaian Contoh soal


Teknik Digital Dasar 1

4.7 Tugas dan Tes Formatif 4

TUGAS 4
1. Sebutkan jenis kelompok rangkaian apa saja yang terdapat dalam rangkaian
logika sekuensial !
2. Jelaskan perbedaan antara logika dasar, logika kombinasional, dan logika
sekuensial !
3. Sebutkan jenis dan macam-macam dari Flip-flop ! Terangkan prinsip
kerjanya !
4. Sebutkan gerbang logika yang sering digunakan untuk dasar rangkaian
Flip-flop !
5. Buatlah diagram state untuk penghitung naik dan turun asinkron (0-8 dan
8-0) menggunakan JK Flip-flop!

TES FORMATIF 4
1. Terangkan prinsip kerja dari salah satu logika sekuensial yang dibangun
dari D-Flip flop !
2. Buatlah tabel eksitasi dan rangkaian berikut dengan menggunakan
gerbang sekuensial JK-Flip-flop dari diagram state berikut.

3. Buatlah JK Flip-flop yang berfungsi untuk penghitung naik dan turun 0-6
lalu turun 6-0 secara terus menerus jika diberikan clock.
Tugas:
-Buat diagram state dari rangkaian tersebut !
-Isikan bentuk tabel eksitasinya !
-Buat persamaan state dari diagram dan tabel tersebut !

141
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 4:
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif 4 :

143
Teknik Digital Dasar 1

KEGIATAN BELAJAR 5
MEMAHAMI KOMPONEN DIGITAL UNTUK
DASAR LOGIKA BUFFER, DRIVER, DAN DEKODER

A. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Buffer.


2. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Driver.
3. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Dekoder.
4. Mensimulasikan rangkaian dasar logika untuk keperluan Buffer, Driver, dan
Decoder.
5. Memahami rangkaian dasar pembangkit sinyal digital.
6. Memahami prinsip dasar Komponen IC digital untuk keperluan penentuan metode
pencarian kesalahan pada rangkaian Buffer, Driver, dan Dekoder.

B. Uraian Materi
1. Komponen Digital (TTL dan CMOS)
2. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Buffer
3. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Driver
4. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Decoder
5. Pembangkit Sinyal Digital
C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran

Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.

E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)
Teknik Digital Dasar 1

F. Referensi
1. Leach D. dan Malvino A. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta:
Erlangga.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.

145
Teknik Digital Dasar 1

5. Komponen Digital untuk Buffer, Driver, dan Dekoder


Sebelum membicarakan tentang teknik digital lebih lanjut, akan lebih baik jika
mengetahui dan memahami tentang komponen elektronika digital untuk keperluan
praktek, mulai dari buffer, driver, dan dekoder.
Komponen yang dimaksud adalah komponen digital, diantaranya rangkaian terpadu
(IC Integrated Circuit) jenis kelompok TTL Transistor Transistor Logic, dan jenis
kelompok CMOS Complementary Metal Oxide Semiconductor. Demikian juga
komponen-komponen analog pendukung rangkaian logika untuk Buffer, Driver, dan
Dekoder.
Rangkaian dasar Buffer yang akan dibahas adalah tentang IC digital jenis
famili TTL, komponen analog yang berfungsi untuk melewatkan, memperkuat, dan
mengamankan sinyal logik pada rangkaian digital. Sedangkan rangkaian dasar
Driver lebih banyak dibahas tentang karakteristik dari komponen analog atau digital
yang berfungsi untuk mengendalikan beban-beban sederhana dibawah 1 Ampere,
(seperti: LED, motor dc, lampu dc, buzzer, speaker, relay, selenoid), dan lain-lainya.

5.1 Komponen IC Digital Famili TTL


Komponen Digital dari keluarga Transistor Transistor Logic (TTL) adalah
komponen yang banyak digunakan dalam praktek di pendidikan dan di industri.
Komponen IC digital jenis TTL ini telah disusun dengan manajemen penomoran
kode keluarga komponen yang mempunyai arti dan makna teknis, mulai dari jenis,
pabrik pembuat, fungsi operasi, jenis kemasan, hingga temperatur kerja dari
komponen tersebut.
Adapun sistem penomoran seri dari IC digital keluarga TTL adalah seperti
berikut:
74xxx: komponen komersial bisa bekerja pada temperatur 00 C sampai 700 C.
54xxx: komponen khusus untuk militer bisa bekerja pada temperatur -550 C sampai
1250 C.
Semua seri penomoran ini berlaku untuk seluruh dunia, artinya secara internasional
diakui secara teknik, pada peralatan industri, pendidikan, dan militer. Berikut
diberikan contoh bentuk IC digital keluarga TTL (gambar 5.1)
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 5.1 Bentuk Fisik IC Digital Kelurga TTL (tampak atas)

5.1.1 Gambaran Data Teknis


Sebagai contoh IC digital jenis keluarga TTL, dengan tipe seri nomor SN 74
LS 00 NT, atau SN 54 LS 00 NT maka urut akan mempunyai arti sebagai berikut.
SN 74 LS 00 NT
Bahan kemasan/pembungkus IC
(J:ceramic dual in line; N :plastic dual in line;W:ceramic flat pack,
FN:plastic
leaded chip carrier, FH; single layer, FK: three layer, NT:plastic 300
mil wide 24
pin dual in line, JT: ceramic 300 mil wide 24 pin dual in line, JD:
ceramic side
brazed dual in line, D:small outline)
Dua atau tiga angka berarti : XXX fungsi logic
(00: quad NAND-gates, 32: quad OR-gate,107: dual J-K FF with clear)
Kategori bahan semikonduktor yang digunakan
(kosong: komponen standar,S: schkottky, LS: low power schottky,
AS:
advanced schkottky, ALS: advanced low power schottky, HC: high
speed
CMOS, HCU: HCMOS unbuffered, HCT: HCMOS with TTL inputs).

Keluarga TTL
(74: untuk keperluan komersial, pendidikan, 54: militer)

Standar prefix industri pembuat IC


(SN: Texas Instrumen, HD: Hitachi, MN:Matshusita, LM: National
Semicondustor, MC: Motorolla)

Tegangan kerja:
Tegangan kondisi saat logika 1 (high), dan saat 0 (low) dari IC digital
tergantung jenis familinya, dan tegangan catu (supply). Berikut diberikan grafik
pemakain tegangan kerja dari masing-masing jenis famili IC.

147
Teknik Digital Dasar 1

Gambar 5.2 Level tegangan Kerja IC Kelurga TTL dan CMOS

Keluarga TTL 74LSXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,75 V 5V 5,25 V
High input level 2V 5,25
Low input level 0,8 V

Keluarga TTL 54LSXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,5 V 5V 5,5 V
High input level 2V 5,5 V
Low input level 0,8 V

Keluarga CMOS MC40XXX atau MC140XXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,75 V 12 V 15 V
High input level 4,75 V 10 V 12
Low input level 1,7 V
Teknik Digital Dasar 1

5.1.2 Keselamatan Kerja


1. Karena IC ini dibuat dari bahan semikonduktor, bahkan ada yang sensitif
terhadap efek medan dan muatan statis, maka untuk menghindari hal
tersebut, biasanya dimulai dari cara memegang IC yang benar diperlihatkan
oleh gambar di bawah :

Gambar 5.3 Cara memegang IC Kelurga TTL


dan CMOS yang benar

2. Dan yang lebih aman dan benar , seharusnya badan kita harus tersambung
dengan peralatan anti statis.
3. Hal yang lain lebih penting adalah, jika dilakukan penyolderan maka harus
diperhatikan temperatur solder, dan lama waktu penyolderan, juga kualitas
solder dan timah harus standar.
4. Untuk menentukan kaki atau pin IC secara tepat prhatikan tanda pada
gambar di bawah.

Gambar 5.4 Cara Menentukan Pin IC yang benar


Posisi menentukan urutan nomor kaki atau pin IC selalu dimulai dari indeks, dan
berlawanan arah jarum jam (ccw: counter clock wise).

149
Teknik Digital Dasar 1

5. Dalam hal penggunaan, IC TTL ini rentan patah kakinya bila digunakan
berulang-ulang, oleh karena itu bila digunakan praktek, sebaiknya digunakan
trainer yang ada soket IC-nya.
6. Tegangan catu daya (power supply) harus dilakukan pengecekan supaya
tidak terjadi kesalahan yang fatal, yaitu untuk keluarga TTL 5VDC, dan untuk
CMOS 5V-15VDC.
7. Sebaiknya sebelum praktek selalu dilakukan konfirmasi dengan data sheet
atau buku data dari IC tersebut, untuk menjamin kebenarannya.

5.2 Dasar IC Buffer, Driver, dan Decoder


Istilah lain dari Buffer dalam teknik elektronika sering disebut penyangga, dan di
dalam komponen ini biasanya terdapat beberapa komponen semikonduktor, seperti
diode, transistor, thyristor. Fungsi dari Buffer dalam sistem digital biasanya
digunakan sebagai penguat sinyal, penyangga, pengemudi, atau bahkan kadang-
kadang sekaligus sebagai pengendali sinyal data yang apabila pengiriman sinyal
data terlalu jauh jaraknya dengan penerima, maka setiap jarak tertentu sinyal
tersebut diperlukan Buffer.
Berikut diberikan beberapa komponen elektronika dasar yang termasuk sebagai
Buffer, disamping berfungsi sebagai penguat sinyal juga dapat mengendalikan
sinyal.

(a) Pembalik sinyal (Inverter) (b) Buffer (c) Buffer analog sebagai
analog NOR-gate
sebagai
NAND-gate
Gambar 5.1 Berbagai contoh Buffer Analog sebagai Pengendali Sinyal Digital
Teknik Digital Dasar 1

5. 2.1 Buffer Tri-State (3-State Buffer)


Buffer Tri-state adalah seperti buffer biasa yang kita bahas sebelumnya,
dengan pengecualian bahwa ada tambahan masukan untuk mengendalikan
keluaran buffer. Tergantung dari masukan kendalinya, keluaran dari buffer dapat
bernilai logika 0, atau 1, atau tak berfungsi sebagai buffer, tapi justru akan
menyekat. Buffer 3-state pada dasarnya terdiri 3-pin, yaitu masukan, keluaran, dan
kontrol. Kontrol digunakan untuk mengaktifkan kapan data bisa ditransfer dari input
ke output dan kapan data bisa ditransfer sebaliknya, serta kapan data pada input
tidak bisa ditransfer ke output.

(b) buffer 3-state elektronik (c) buffer 3-state kendali inverse


(a) buffer 3-state mekanis

Gambar 5.2 Blok Diagram prinsip dan Buffer 3-State

Prinsip kerjanya dapat dijelaskan secara manual seperti gambar saklar


mekanik yang ditambahi tuas pengendali seperti gambar 5.2 (a) di atas. Sedangkan
buffer elektronik digital ada pada gambar 5.2 (b), dan (c). Buffer 3-state ini dengan
satu masukan satu keluaran dan satu kendali. Jika masukan kendali C bernilai 1
maka buffer bekerja seperti biasa. Namun jika masukan kendali C ini bernilai 0
maka buffer dalam keadaan tak berfungsi, tidak ada sinyal keluaran. Simbol
digunakan untuk menyatakan keadaan tak berfungsi ini. Perlu diketahui bahwa
keadaan tidak menunjukkan 0 atau 1, tetapi menyatakan bahwa tidak ada sinyal.
Dalam istilah elektronika keadaan ini disebut berimpedansi tinggi (high impedance).
Buffer 3-state kendali inversi, ada pada gambar 5.2 (c), mirip dengan buffer
3-state kendali aktif high, kecuali bila masukan sinyal berlogika 0 terhubung
dengan GND. Dengan buffer 3-state memungkinkan sejumlah keluaran
dihubungkan menjadi satu tanpa

151
Teknik Digital Dasar 1

ada risiko hubung singkat, asal dijaga bahwa pada satu saat hanya boleh satu buffer
3-state yang hidup. Buffer tri-state penting saat implementasi register. Lebih jelasnya
bisa dilihat sistem rangkaian gerbang yang ada dalam buffer 3-state (IC 74LS245).

(a) Blok Diagram Arah Data (b) Buffer 3-state 74LS245 (dalam IC)

Gambar 5.3 Blok Diagram Arah data dan Bagian Dalam Buffer 3-State 74LS245

Jadi data di blok A akan ditransfer ke bagian B, bila kontrol Enable G, dan kontrol
DIR (direction : arah), masing-masing berlogika: 0 1. Dan akan terjadi sebaliknya,
yaitu data B akan ditransfer ke bagian A, bila kontrol Enable G, dan kontrol DIR
(direction : arah), masing-masing berlogika: 0, 0. Sedangkan data akan
tersekat/terisolasi tidak bisa ditransfer kemana-mana, bila kondisi Enable G, dan
kontrol DIR, masing-masing: 1, X (sembarang: irrelevant). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar data pin dan tabel arah transfer data berikut ini.
Teknik Digital Dasar 1

(a) Data pin IC 74LS 245

(b) Arah data dan tabel operasi transfer


data

Gambar 5.4 Blok Diagram Arah Data, dan Tabel Operasi Data

Gambar 5.5 Rangkaian 3-State Buffer menggunakan IC 74LS244 (simulasi)

153
Teknik Digital Dasar 1

5.2.2 Dasar Driver


Pemakaian driver dalam teknik digital adalah sesuatu yang penting, karena
tanpa driver logika digital hanya bisa dilihat dengan LED (light emitting diode).
Artinya untuk menggerakkan beban atau aktuator secara langsung keluaran logika
digital dari IC digital adalah tidak mungkin. Jadi tujuan dipelajari driver adalah untuk
mengkoneksi antara kontrol logika 0 dan 1 yang dianalogikan dengan tegangan 0
Volt dan 5 Volt hanya mampu menyangga beban sekitar 10 mA. Karena itu arus
kontrol yang kecil tadi (sekitar 10 mA tadi) supaya dapat menyangga beban yang
besar, maka dipasanglah driver. Hal ini juga untuk menaikkan tegangan sesuai
kebutuhan beban, dari tegangan logika digital sekitar 5Volt, sedangkan tegangan
beban ada yang 24 Volt, sehingga sangatlah diperlukan driver.

Sebagai gambaran hubungan antar blok diagram kontrol logika digital dengan
beban pada plant (pabrik) (gambar 5.6), dan rangkaian realisasinya secara
elektronik bisa dilihat pada gambar 5.7, dimana posisi driver ada pada kotak yang
bertanda tanya (?).

Gambar 5.6 Blok Diagram Hubungan Driver dengan Kontrol Logika Digital

Gambar 5.7 Realisasi Rangkaian Driver Kontrol Logika Digital

Cara menentukan komponen driver rangkaian di atas adalah:


Teknik Digital Dasar 1

Misalkan : arus yang dibutuhkan motor dc IM= 400 mA/ (motor dc ON pada
tegangan 10V sampai dengan 12Vdc), dan Transistor NPN yang
digunakan berdasarkan data sheet mempunyai = 50, IC max. 2 A, dan
VCE sat=0,2 V, VBE silikon= 0,6V; tegangan sumber Vcc=12V.
Tegangan output kontrol logika (Vo) saat logika 1=H= 5 Volt, dan saat
logika 0=L= 0,2 Volt.
Maka semua komponen, akhirnya dapat ditentukan, yaitu dengan cara:

IC=IM= 400 mA, IB=IC/=(400mA/50)=8 mA

R= , dari E12 = 560 Ohm

5.2.3 Dekoder dan Multiplekser


5.2.3.1 Multiplekser
Multiplekser adalah suatu rangkaian logika yang memiliki banyak masukan
dan satu keluaran. Fungsinya adalah seprti saklar pilih yang dapat dikontrol.
Keluaran bergantung dari sinyal kontrol Si, dan hanya satu dari masukan Xi yang
tersambung ke keluaran. Dimana sinyal masukan yang terdiri dari lebih dari satu
jalur diproses sehingga didapatkan satu keluaran.
Jika multiplexer memiliki 4 masukan x0, x1, x2 dan x3 maka sinyal kontrol yang
diperlukan sebanyak dua masukan s0 dan s1 sehingga secara keseluruhan semua
masukan multiplexer berjumlah 6 masukan.

Tabel kebenaran Diagram blok


x0
Data masukan

Kontrol Keluaran Keluaran


x1
masukan y
x2
S1 S0 y
x3
0 0 x0
0 1 x1
1 0 x2
s1 s0
1 1 x3 Kontrol masukan
(d) Blok Diagram Multiplekser
(a) (c) Blok Diagram Multiplexer

Gambar
5.2.3.2 5.8 Multiplexer dengan Empat Masukan
Dekoder

155
Teknik Digital Dasar 1

Rangkaian Dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Enkoder


yaitu merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Sebuah dekoder harus memenuhi
syarat perancangan m < 2 n. Variabel m adalah kombinasi keluaran dan n adalah
jumlah bit masukanDekoder adalah suatu rangkaian logika yang memiliki sedikit
masukan dan banyak keluaran.

Tabel kebenaran Diagram blok


x2 x1 x0 y0 y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
y0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 y1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 x0 y2

D ekoder
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 x1 y3
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 y4
x2
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 y5
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 y6
y7

(a) (b)

Gambar 5.9 Dekoder tiga Masukan Delapan Keluaran

Dekoder pada Gambar 5.9 memiliki tiga masukan x0, x1 dan x2 dan delapan
keluaran ( y0 y7 ). Bergantung dari kombinasi masukan. Keluaran akan berganti ke
0 maupun 1. Kombinasi masukan dan keluaran yang dikeluarkan bergantung dari
jenis atau tipe dekoder yang digunakan. Kita ambil contoh pada keluaran y6
menjadi 1 ketika input x0 = 0, x1= 1, dan x2 = 1. Pada prakteknya, dekoder yang
paling banyak dipergunakan adalah yang keluarannya dibalik. Rumus umum
dekoder adalah memiliki n masukan dan 2 pangkat n keluaran.
Teknik Digital Dasar 1

5.3 Pembangkit Pulsa TTL Menggunakan IC Timer 555


IC NE 555 adalah termasuk IC timer yang bisa digunakan untuk membuat
pembangkit pulsa gelombang TTL atau biasanya disebut pula pembangkit frekuensi.
Adapun bentuk IC secara phisik seperti di bawah ini. IC NE 555 ini dilengkapi
dengan pin VCO (Voltage Control Oscillator), termasuk pin charge, dan discharge.

Keterangan Nomor pin/kaki:

Kaki 1 sumber tegangan -


Kaki 2 trigger
Kaki 3 output
Kaki 4 reset
Kaki 5 control voltage
Kaki 6 threshold
Kaki 7 discharge
Kaki 8 sumber tegangan +

(a) Bentuk phisik (a) Keterangan nomor pin

Gambar 5.10 Bentuk Phisik dan Data nomor Pin IC NE 555

Pembangkit pulsa bisa juga dibuat menggunakan IC Timer 555. Untuk


merangkai komponen yang akan digunakan agar frekuensi yang dibutuhkan
terpenuhi perlu diperhatikan teori singkat berikut ini.

157
Teknik Digital Dasar 1

(a)
(b) Rangkaian Pembangkit Pulsa

(c) Tabel Nilai R dan C pada Frekuensi tertentu

Gambar 5.11 Rangkaian Pembangkit Pulsa dan Tabel Penentu Frekuensi

Analisis Hitungan untuk Menentukan Frekuensi yang dibangkitkan:

Thigh = 0,693 (R1 + R2).C1 Tlow = 0,693 (R2).C1

T = Thigh + Tlow = 0,693 (R1 + R2).C1 + 0,693 (R2).C1 = 0,693 (R1 + 2R2).C1

1 1 1,44
F => F => F
T 0,693(R 1 2R2 ).C 1 (R 1 2R2 ).C1

F frekuensi = Hz T waktu = detik


R tahanan = ohm C kapasitor = uF
Teknik Digital Dasar 1

5.4 Tugas dan Tes Formatif 5


TUGAS
1. Buatlah rangkaian Buffer dari Transistor yang berfungsi sebagai AND gate
dengan 3-buah masukan
2. Berapakah tegangan analog saat gerbang AND atau OR berlogika 1 dan
berlogika 0, jika digunakan IC jenis TTL ?
3. Buatlah rangkaian seperti gambar Timer NE 555 dan gunakan tabel untuk
memilih nilai C R1 R2 untuk mendapatkan frekuensi sebesar 1 Hz dan 0.5 Hz.
Berdasarkan rumus tersebut pula, lalu periksakan dengan pengajar dengan
memperhatikan nilai Thigh dan Tlow mendekati yang sama.
4. Buatlah karya sederhana untuk menjalankan kipas angin yang terbuat dari
motor dc 12 V, berikan driver motor tersebut dengan Transistor NPN tipe TIP
31, hitung nilai Resistor Basis TIP 31 tersebut, agar Motor kipas berjalan
normal. Adapun input untuk menjalankan driver hanya logika 1 atau sama
dengan 5 V dari trainer digital di sekolah anda.
Buat simulasinya di komputer anda, sebelum membuat dengan benda nyata.
5. Sambungkan model alat Lampu Lalu Lintas (Model Traffic Light) yang telah
dibuat pada Kegiatan Belajar sebelumnya dengan pembangkit pulsa yang
dibuat pada Kegiatan Belajar 5 ini. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
Perhatikan tabel kondisi nyala lampu
di bawah jika warna gelap kondisi
lampu mati atau berlogika 0
sedangkan warna terang kondisi
lampu menyala atau berlogika 1.
Model lampu lalu lintas ini apabila
sudah selesai dibuat, sambungkan
dengan hasil pembuatan pembangkit
pulsa yang menggunakan IC NE 555
pada Kegiatan Belajar 5 ini (Soal
Nomer 3, Tugas pada Kegiatan
Belajar 5 ini).

159
Teknik Digital Dasar 1

Bahan: 1. LED merah, kuning, hijau, masing-masing : 4 buah


2. Transistor BC 547/BC546 : 6 buah
3. Resistor 1K2, dan 22K,1/4W masing-masing: 12 buah
4. Papan percobaan atau PCB lubang : 1 buah
5. Kabel tunggal / single d=1mm secukupnya

Gambar Nyala/padamnya Lampu pada Kegiatan Belajar 3 yang lalu

Tugas :
1. Buat Sistem Driver dan Buffer dari Model Lampu Lalu lintas untuk
sambungan dari tugas dan tes formatif Kegiatan Belajar 3.
2. Lakukan pengujian dengan menghubungkan hasil Kegiatan Belajar
sebelumnya dengan Sistem Driver dan Buffer anda.
3. Buat Pembangkit Pulsa dari IC NE 555 dan jika sudah sambungkan
dengan Modul Lampu Lalu Lintas dari Kegiatan Belajar sebelumya.
Teknik Digital Dasar 1

TES FORMATIF
1. Rancanglah pembangkit frekuensi untuk 1 detik, dan 2 detik, dengan
menggunakan NE555.
2. Buatlah rangkaian Multiplekser dari gerbang logika dasar
3. Simulasikan rangkaian Buffer 3-state dari IC 74LS245
4. Buatlah Buffer dengan 4-masukan yang berfungsi sebagai NOR gate !
5. Kerjakan Model Lampu Lalu Lintas seperti pada tugas di atas !

161
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tugas 5:
Teknik Digital Dasar 1

Jawab Tes Formatif :

163
Teknik Digital Dasar 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Boole, George". Encyclopdia


Britannica (11th.ed.)
Cambridge University Press.

2. en.wikipedia.org/wiki/George_Boole. 2014. George Booloe. Diakses 03 Maret


2014

3. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT


Fachlehrgaenge

4. Leach D. dan Malvino A. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital.


Jakarta: Erlangga.

5. Leonhardt.1984. Grundlagen der Digitaltechnik. Muenchen, Deutshland: Carl


Hanser Verlag.

6. Malvino; Leach. Terjemahan Irwan Wijaya. 1994. Prinsip-Prinsip dan


Penerapan Digital. Jakarta: Penerbit Erlangga.

7. Mano, Morris.2002. Digital Design: Third Edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Prentice Hall.

8. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang: Materi


Bahan Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

9. Mukti, A. 2011. Teknik Digital Dasar: Logika Sekuensial. Malang: Materi


Bahan Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

10. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.

11. www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03. Pengkodean dalam Teknik


Digital : BCD, Aiken, Excess-3, dan Gray-Codes.

Anda mungkin juga menyukai