MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
i
Teknik Digital Dasar 1
Disklaimer
Penerbit tidak menjamin kebenaran dan keakuratan isi/informasi yang tertulis di dalam buku
teks ini. Kebenaran dan keakuratan isi/informasi merupakan tanggung jawab dan wewenang
dari penulis.
Penerbit tidak bertanggung jawab dan tidak melayani terhadap semua komentar apapun
yang ada didalam buku teks ini. Setiap komentar yang tercantum untuk tujuan perbaikan isi
adalah tanggung jawab dari masing-masing penulis.
Setiap kutipan yang ada di dalam buku teks akan dicantumkan sumbernya dan penerbit tidak
bertanggung jawab terhadap isi dari kutipan tersebut. Kebenaran keakuratan isi kutipan tetap
menjadi tanggung jawab dan hak diberikan pada penulis dan pemilik asli. Penulis
bertanggung jawab penuh terhadap setiap perawatan (perbaikan) dalam menyusun informasi
dan bahan dalam buku teks ini.
Penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian, kerusakan atau ketidaknyamanan yang
disebabkan sebagai akibat dari ketidakjelasan, ketidaktepatan atau kesalahan didalam
menyusun makna kalimat didalam buku teks ini.
Kewenangan Penerbit hanya sebatas memindahkan atau menerbitkan mempublikasi,
mencetak, memegang dan memproses data sesuai dengan undang-undang yang berkaitan
dengan perlindungan data.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas tersusunnya buku
teks ini, dengan harapan dapat digunakan sebagai buku teks untuk siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Studi Teknik Elektronika.
Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada paradigma belajar kurikulum abad 21
menyebabkan terjadinya perubahan, yakni dari pengajaran (teaching) menjadi
pembelajaran (learning), dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-
centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student-
centered), dari pembelajaran pasif (pasive learning) ke cara belajar peserta didik
aktif (active learning-CBSA) atau Student Active Learning-SAL.
Buku siswa pada mata pelajaran Elektronika Dasar untuk materi Teknik Digital
Dasar ini disusun sebagai buku teks siswa berdasarkan tuntutan paradigma
pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan berdasarkan pendekatan
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21,
yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses
sains.
Penyajian buku teks dari materi pelajaran dengan judul Teknik Digital Dasar ini
disusun dengan tujuan agar supaya peserta didik dapat melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (penerapan saintifik), dengan demikian peserta didik diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru
secara mandiri.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan menyampaikan terima kasih, sekaligus saran kritik demi
kesempurnaan buku teks ini dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam membantu terselesaikannya buku tek Siswa untuk Mata
Pelajaran Elektronika Dasar kelas X / Semester 1 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
iii
Teknik Digital Dasar 1
DAFTAR ISI
KEGIATAN BELAJAR 1
MEMAHAMI SEJARAH TEKNIK DIGITAL .............................................................. 7
1.1. Sejarah Teknik Digital ........................................................................................ 8
1.2. Berbagai Penemuan Teori Digital .................................................................... 13
1.3. Gambaran Logika dalam Teknik Digital ........................................................... 19
1.4. Revolosi Teknik Digital .................................................................................... 22
1.5. Lahirnya World Wide Web, Ponsel, Jejaring Sosial, hingga Sistem Audio Video
24
1.5.1. World Wide Web ..................................................................................... 24
1.5.2. Ponsel .................................................................................................... 25
1.5.3. Situs Jejaring Sosial................................................................................ 26
1.5.4. Perkembangan Alat Audio Video ............................................................ 26
1.6. Pengenalan Software dalam Teknik Digital ...................................................... 27
1.7. Tugas dan Tes Formatif 1 ................................................................................ 30
KEGIATAN BELAJAR 2
MEMAHAMI SISTEM, KONVERSI, OPERASI ARITMATIK BILANGAN, DAN
PENGKODEAN DALAM SISTEM DIGITAL ........................................................... 33
2. Menentukan Sistem, Konversi, dan Operasi Aritmatik Bilangan, dan Pengkoden
dalam Sistem Digital ............................................................................................... 35
2.1 Sistem Bilangan ......................................................................................... 35
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 3
MEMAHAMI PENERAPAN ALJABAR BOOLE PADA RANGKAIAN GERBANG
LOGIKA DIGITAL .................................................................................................. 72
3. Memahami Penerapan Aljabar Boole pada Rangkaian Gerbang Logika ............ 74
3.1. Pendahuluan ............................................................................................... 74
3.2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Dasar ................................... 76
3.3. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Kombinasi ............................ 84
3.4. Hukum De Morgan ...................................................................................... 96
3.5. Membangun dan Menyederhanakan Gerbang Logika Menggunakan Aljabar
Boole ........................................................................................................... 99
3.6. Peta Diagram Karnaugh ( Karnaugh Map-diagram)................................... 102
3.7 Tugas dan Tes Formatif 3 .......................................................................... 107
KEGIATAN BELAJAR 4
MEMAHAMI RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL ............................................ 118
4. Rangkaian Logika Sekuensial ........................................................................... 120
4.1 SR Flip-flop (Set-ReSet) ............................................................................. 122
4.2 JK Flip-flop ................................................................................................ 126
4.3 D Flip-flop ................................................................................................... 128
4.4 T Flip-flop ................................................................................................... 131
4.5 Diagram State Rangkaian Logika Sekuensial ............................................. 132
4.6 State Transisi Penghitung Naik Asinkron (0-5) ........................................... 135
4.7 Tugas dan Tes Formatif 4 .......................................................................... 141
v
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 5
MEMAHAMI KOMPONEN DIGITAL UNTUK DASAR LOGIKA BUFFER, DRIVER,
DAN DEKODER ................................................................................................... 144
5. Komponen Digital untuk Buffer, Driver, dan Dekoder ........................................ 146
5.1 Komponen IC Digital Famili TTL ................................................................. 146
5.2 Dasar IC Buffer, Driver, dan Decoder ........................................................ 150
5.3 Pembangkit Pulsa TTL Menggunakan IC Timer 555................................... 157
5.4 Tugas dan Tes Formatif 5........................................................................... 159
Buku siswa yang berupa buku teks materi pelajaran Teknik Digital Dasar ini
berisi pembahasan tentang pengenalan Sistem dan konversi bilangan dalam teknik
digital (bilangan biner, oktal, desimal, dan heksadesimal), termasuk system
pengkodean digital, aljabar Boole, Karnaugh-map, pengenalan gerbang logika
konvensional (mulai dari gerbang dasar, gerbang kombinasi, system memori dasar
menggunakan Flip-flop, hingga dasar-dasar penghitung counter), dan penggunaan
perangkat lunak software (seperti salahsatunya adalah: Electronic Work Bench,
Livewire atau Electronic Circuit Wizard, Multisim, ataupun Proteus, dan atau bahkan
Altium).
Pada buku siswa ini dibahas juga tentang aplikasi dasar dari beberapa pokok
bahasan setiap materi pembelajaran, disamping terdapat juga tugas-tugas untuk
latihan sebagai evaluasi hasil pembelajaran kepada siswa itu sendiri.
B. PRASYARAT
1
Teknik Digital Dasar 1
elektronika pada Program Studi Keahlian Elektronika yang meliputi Paket Keahlian
Audio Video, Elektronika Industri, Mekatronika, dan Ototronik.
Di sisi lain juga dapat digunakan untuk menunjang pada Paket Keahlian Otomasi
industri, dan Paket Keahlian lain yang sesuai kebutuhan kompetensinya. Oleh
karenanya prasarat yang seharusnya dipunyai siswa sebagai peserta didik pada
materi pemebelajaran ini adalah pernah belajar teknik elektronika analog, teknik
listrik, dan memahami ilmu-ilmu dasar matematika, dan fisika, serta dapat berpikir
logis sesuai dengan tuntutan dari logika-logika dasar yang bersifat pasti.
C. PETUNJUK PENGGUNAAN
D. TUJUAN AKHIR
Tujuan akhir yang hendak dicapai adalah agar siswa mampu:
Mengenal bagian mata pelajaran Elektronika Dasar dengan materi Teknik
Digital Dasar.
Memahami menggunakan alat perangkat lunak software untuk membuktikan
konsep-konsep teori dengan simulasi.
Memahami konsep dan simulasi teknik digital dasar untuk diaplikasikan dalam
praktik.
Mampu membuat rangkaian aplikasi digital dasar untuk keperluan kontrol
ON/OFF dengan menggunakan simulasi software maupun secara praktik
dengan menggunakan komponen hardware.
Teknik Digital Dasar 1
Indikator: Indikator:
1. Memahami sistem bilangan desimal, 1. Menerapkan sistem bilangan desimal,
biner, oktal, dan heksadesimal. biner, oktal, dan heksadesimal.
2. Memahami konversi sistem bilangan 2. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan biner. desimal ke sistem bilangan biner.
3. Memahami konversi sistem bilangan 3. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan oktal. desimal ke sistem bilangan oktal.
4. Memahami konversi sistem bilangan 4. Menerapkan konversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan desimal ke sistem bilangan
heksadesimal. heksadesimal.
5. Memahami konversi sistem bilangan 5. Menerapkan konversi sistem bilangan
biner ke sistem bilangan desimal. biner ke sistem bilangan desimal.
6. Memahami konversi sistem bilangan 6. Menerapkan konversi sistem bilangan
oktal ke sistem bilangan desimal. oktal ke sistem bilangan desimal.
7. Memahami konversi sistem bilangan 7. Menerapkan konversi sistem bilangan
heksadesimal ke sistem bilangan heksadesimal ke sistem bilangan
desimal. desimal.
8. Memahami operasi aritmatik dan 8. Menerapkan operasi aritmatik dan
3
Teknik Digital Dasar 1
5
Teknik Digital Dasar 1
1. Sebutkan penemu sistem aljabar bolean yang digunakan dalam teknik digital !
4. Apa yang anda ketahui tentang kondisi logika yang digunakan pada teknik digital!
KEGIATAN BELAJAR 1:
MEMAHAMI SEJARAH TEKNIK DIGITAL
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mengenal Sejarah kronologis penemuan teknik digital.
2. Menjelaskan beberapa istilah teknik digital sesuai dengan kronologis
sejarahnya.
3. Memahami macam dan sifat dari berbagai sistem logika dalam teknik digital.
4. Mengenal beberapa penggunaan software dalam teknik digital.
B. Uraian Materi
1. Sejarah singkat teknik digital.
2. Mengenalkan penemu teknik digital, dengan cara ceramah atau
searching/browsing internet.
3. Pengenalan software elektronik digital (EWB; Live wire; Multisim; P-Spice;
Proteus, Eagle dan lain-lain).
C. Alokasi Waktu
4 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
Teori, simulasi dan Browsing internet
E. Media pembelajaran
- PC/Notebook, Windows
- Internet Browsing
- Software Livewire, Workbench, Multisim, Proteus, Eagle (salah satu).
- Modul Trainer Digital Dasar
F. Referensi:
1. Malvino; and Leach. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
2. en.wikipedia.org/wiki/George_Boole. 2014. George Booloe. Diakses 03 Maret
2014.
3. Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Boole, George". Encyclopdia Britannica (11th
ed.)
Cambridge University Press.
7
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 1.1 Charles Babbage (1791-1871) muncul Eniac, Mac, Will Gates, atau
Steve Jobs, Andrei Wozniak, hingga
ke eranya Brinn dan kawan-
kawannya.
George Boole yang lahir 2
November 1815 dan meninggal 8
Desember 1864 adalah seorang ahli
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 1.2 George Boole (1815-1864) logika Boolean, yang menjadi dasar
dari komputer digital modern, Boole
dianggap di belakang sebagai
pendiri bidang ilmu komputer.
Boole berkata, "...no general
method for the solution of questions
in the theory of probabilities can be
established which does not explicitly
recognise ... those universal laws of
thought which are the basis of all
reasoning....", terjemahannya
Gambar 1.3 Mesin Analisis Model Percobaan
Ciptaan Babage di Museum Sain adalah: ... ada metode umum untuk
London (1871)
solusi pertanyaan dalam teori
probabilitas yang dapat dibentuk
dengan tidak secara eksplisit
mengakui hukum-hukum universal
pemikiran yang merupakan dasar
dari semua penalaran ...
9
Teknik Digital Dasar 1
Morgan, seperti yang sekarang disebut. Pendekatan Boole adalah akhirnya lebih
jauh jangkauannya dari baik sisi dalam kontroversi. Mendirikan apa yang pertama
kali dikenal sebagai "aljabar logika" tradisi.
Boole tidak menganggap logika sebagai cabang dari matematika, tetapi ia
memberikan sebuah metode simbolik umum inferensi logis. Boole diusulkan bahwa
proposisi logis harus diekspresikan melalui persamaan aljabar. Manipulasi aljabar
simbol dalam persamaan akan menyediakan metode yang gagal-aman deduksi
logis: yaitu logika direduksi menjadi jenis aljabar. Dengan 1 (kesatuan) Boole
dilambangkan "obyek-obyek alam masuk akal"; simbol literal, seperti x, y, z, v, u,
dan lain-lain, digunakan dengan arti "pilihan" yang terikat pada kata sifat dan kata
benda bahasa alam. Jadi, jika x = bertanduk dan y= domba, maka tindakan yang
berurutan dari pemilihan (yaitu pilihan) yang diwakili oleh x dan y, jika dilakukan
pada persatuan, memberikan kelas "domba bertanduk". Dengan demikian, (1 - x)
akan mewakili operasi memilih semua hal di dunia kecuali hal bertanduk, yaitu
segala sesuatu tidak bertanduk, dan (1 - x) (1 - y) akan memberikan segala sesuatu
tidak bertanduk atau domba.
Status Boole sebagai matematikawan diakui oleh pengangkatannya pada
tahun 1849 sebagai guru besar pertama matematika di College Cork Ratu di
Irlandia. Dia bertemu dengan calon istrinya, Maria Everest, ada pada tahun 1850
ketika dia sedang mengunjungi pamannya Ryall John yang adalah Profesor dari
Yunani. Mereka menikah beberapa tahun kemudian. Dia mempertahankan
hubungan dengan Lincoln, bekerja di sana dengan ER Larken dalam kampanye
untuk mengurangi pelacuran. Boole telah dipilih mahasiswa Fellow di Royal Society
pada tahun 1857 dan menerima gelar kehormatan dari dari Universitas Dublin dan
Universitas Oxford. Pada tanggal 8 Desember 1864, Boole meninggal karena
serangan demam. Ia dimakamkan di Gereja Irlandia pemakaman St Michael, Church
Road, Blackrock (pinggiran Cork City).
Sejarah komputer memang lebih melibatkan, para penemu yang tidak akan
ada habisnya. Inilah yang pertama kali sejarah tentang computer berawal pada
tahun 1671. Pada tahun tersebut, seorang Prancis bernama Gottfired Wilhelm Von
Leibniz yang merupakan seorang filosof sekaligus ahli Matematika merancang
11
Teknik Digital Dasar 1
13
Teknik Digital Dasar 1
Pada dekade-dekade awal abad ke-20, bidang utama studi ditetapkan teori dan
logika formal . Penemuan paradoks dalam set informal yang teori menyebabkan
beberapa bertanya-tanya apakah matematika itu sendiri tidak konsisten, dan untuk
mencari bukti konsistensi.
Pada tahun 1900, Hilbert berpose daftar terkenal dari 23 masalah untuk abad
berikutnya.
Ditemukannya Teori Set dan paradoks, Ernst Zermelo (1904) memberikan bukti
bahwa setiap set bisa tertata dengan baik, hasil Georg Cantor tidak mampu untuk
mendapatkan . Untuk mencapai bukti, Zermelo memperkenalkan aksioma pilihan,
yang menarik perdebatan sengit dan penelitian di kalangan matematikawan dan
pelopor teori himpunan. Kritik langsung dari metode yang dipimpin Zermelo untuk
menerbitkan penjelasan kedua hasilnya, langsung menangani kritik buktinya
(Zermelo 1908). Tulisan ini menyebabkan penerimaan umum aksioma pilihan dalam
komunitas matematika.
Skeptisisme tentang aksioma pilihan diperkuat oleh paradoks, dan baru-baru ini
ditemukan dalam teori himpunan naif. Cesare Burali-Forti (1897) adalah orang
pertama yang menyatakan paradoks: paradoks Burali-Forti menunjukkan bahwa
koleksi semua nomor urut tidak dapat membentuk satu set. Segera setelah itu,
Bertrand Russell menemukan paradoks Russell pada tahun 1901, dan Jules Richard
(1905) menemukan paradoks Richard.
Zermelo (1908) memberikan set pertama aksioma untuk teori himpunan.
Aksioma ini, bersama dengan aksioma tambahan pengganti yang diusulkan oleh
Abraham Fraenkel, sekarang disebut Zermelo-Fraenkel menetapkan teori (ZF).
Aksioma Zermelo yang dimasukkan prinsip pembatasan, menghindari paradoks
Russell .
Pada tahun 1910, volume pertama dari Principia Mathematica oleh Russell dan
Alfred North Whitehead diterbitkan. Karya ini mengembangkan teori fungsi dan
kardinalitas dalam kerangka benar-benar formal jenis teori, yang Russell dan
Whitehead dikembangkan dalam upaya untuk menghindari paradoks. Principia
Mathematica dianggap salah satu karya paling berpengaruh dari abad ke-20,
15
Teknik Digital Dasar 1
meskipun kerangka jenis teori tidak terbukti populer sebagai teori dasar untuk
matematika ( Ferreiros 2001).
Penemu teori Logika simbolik Leopold Lwenheim (1915) dan Thoralf Skolem
(1920 ) diperoleh teorema Lwenheim - Skolem, yang mengatakan bahwa logika
orde pertama tidak bisa mengontrol kardinalitas struktur yang tak terbatas. Skolem
menyadari bahwa teorema ini akan berlaku untuk orde pertama formalizations teori
himpunan, dan itu berarti setiap formalisasi tersebut memiliki model dihitung. Fakta
berlawanan dengan intuisi ini dikenal sebagai paradoks Skolem itu.
Dalam disertasi doktornya, Kurt Gdel (1929) membuktikan teorema kelengkapan,
yang menetapkan korespondensi antara sintaks dan semantik dalam logika orde
pertama. Gdel menggunakan teorema kelengkapan untuk membuktikan teorema
kekompakan, menunjukkan sifat finitary dari orde pertama konsekuensi logis. Hasil
ini membantu mendirikan logika orde pertama sebagai logika dominan yang
digunakan oleh matematikawan.
Pada tahun 1931, Gdel diterbitkan pada proposisi formal Undecidable dari Principia
Mathematica dan Sistem Terintegrasi, yang membuktikan ketidaklengkapan (dalam
arti yang berbeda dari kata) dari semuanya cukup kuat, efektif teori orde pertama.
Hasil ini, yang dikenal sebagai Teorema Gdel 's ketidaklengkapan, menetapkan
pembatasan yang parah pada dasar aksiomatik untuk matematika, dan mencolok
serta punya pukulan yang kuat untuk programnya Hilbert. Hal ini menunjukkan
ketidakmungkinan memberikan bukti konsistensi aritmatika dalam setiap teori formal
aritmatika. Menurut Hilbert, bagaimanapun tidak mengakui pentingnya teorema
ketidaklengkapan untuk beberapa kurun waktu.
Teorema Gdel menunjukkan bahwa bukti konsistensi dari setiap cukup kuat ,
sistem aksioma yang efektif tidak dapat diperoleh dalam sistem itu sendiri, jika
sistem konsisten, maupun dalam sistem lemah. Hal ini membuka kemungkinan bukti
konsistensi yang tidak dapat diformalkan dalam sistem yang mereka anggap.
Gentzen (1936) membuktikan konsistensi aritmatika menggunakan sistem yang
terbatas. Hasil Gentzen yang memperkenalkan ide-ide potong eliminasi dan bukti -
teori ordinal , yang menjadi alat utama dalam teori bukti. Gdel ( 1958 ) memberikan
Teknik Digital Dasar 1
17
Teknik Digital Dasar 1
dipelajari hari ini, karena penerapannya untuk dasar matematika dan karena
diinginkan bukti teori sifat mereka.
Selanjutnya penemuan Aljabar logika, yaitu suatu aljabar yang menggunakan
metode aljabar abstrak untuk mempelajari semantik logika formal. Sebuah contoh
yang mendasar adalah penggunaan aljabar Boolean untuk mewakili nilai-nilai
kebenaran dalam logika proporsional klasik, dan penggunaan Heyting aljabar untuk
mewakili nilai-nilai kebenaran dalam logika proposisional intuitionistic. Logika kuat,
seperti logika orde pertama dan logika tingkat tinggi, yang dipelajari dengan
menggunakan lebih rumit struktur aljabar seperti aljabar cylindric.
Kemudian seterusnya, telah ditemukan Teori Set, yaitu studi tentang sekumpulan
abstrak benda. Banyak gagasan dasar, seperti nomor urut dan kardinal,
dikembangkan secara informal oleh Cantor sebelum axiomatizations formal teori
himpunan dikembangkan .
Studi tentang teori komputabilitas dalam ilmu komputer berkaitan erat dengan
studi computability dalam logika matematika . Ada perbedaan penekanan, namun.
Ilmuwan komputer sering fokus pada bahasa pemrograman dan kelayakan
kemampuan sistem komputer, sementara peneliti dalam logika matematika sering
fokus pada komputabilitas (kemampuan sistem yang terkomputer) sebagai konsep
teoritis dan kemampuan dari sistem yang non komputer (non computability).
Teori Curry-Howard antara bukti dan program berkaitan dengan teori bukti, terutama
logika intuitionistic. Ilmu komputer juga berkontribusi untuk matematika dengan
teknik untuk pemeriksaan otomatis berkembang atau bahkan menemukan bukti-
bukti, seperti membuktikan teorema otomasi dan logika pemrograman.
Teori kompleksitas deskriptif berkaitan logika kompleksitas komputasi. Hasil yang
signifikan pertama di daerah ini, teorema Fagin (1974) menetapkan bahwa NP justru
set bahasa dinyatakan oleh kalimat eksistensial orde kedua logika.
Di era sekarang, sistem logika digital ini justru yang menjadi dasar
pengoperasionalan komputer, selain Libniz, ada seorang Prancis lain yang memiliki
peran dalam meletakkan dasar system operasional komputer. Orang tersebut
bernama Jacquard. Jacquard menggunakan sistem yang menyerupai computer
untuk digunakan dalam proses pengawasan alat tenun. Sistem inilah yang kemudian
Teknik Digital Dasar 1
mempengaruhi penemuan komputer dan juga pembuatan sistem kolom data pada
Biro Sensus Amerika yang ditemukan oleh Herman Hollerith pada akhir abad 19.
Meski demikian, sejarah mencatat bahwa penemu komputer pertama di dunia
adalah seorang yang berasal dari Inggris, Charles Babbage.
Babbage melakukan penyelesaian pada prinsip pemakaian umum komputer digital
yang didasari dari penemuan sebelumnya oleh Libnizz dan Jacquard. Babbage yang
lahir pada 26 Desember 1792, mengeluhkan sistem perhitungan yang
memanfaatkan tabel matematika yang kerap terjadi kesalahan. Babbage ingin
mengubah sistem perhitungan tersebut melalui sistem mekanik untuk menekan
kesalahan perhitungan.
Gagasan tersebut dituangkannya dalam sebuah catatan yang diberi nama note on
the application of machinery to the computation of astronomical and mathematical
tables". Catatan ini dibuat pada tanggal 14 Juni 1822 yang berisi tentang semua
konsep yang ada dalam benaknya. Sayangnya teknologi yang ada pada abad 19
belum mampu mendukung gagasan yang ada di benak Babbage. Akhirnya, hingga
meninggal pada usia 79 tahun tanggal 18 Oktober 1871, gagasan Babbage belum
mampu terwujudkan. Dan gagasan itu pun terkubur bersama dengan jasad
Babbage. Beruntunglah, Babbage sempat meninggalkan warisan berupa catatan
tentang gagasannya yang pada akhirnya mampu menciptakan sebuah penemuan
yang mengubah peradaban dunia.
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila
kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh
tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu, digital merupakan
penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 1 dan 0 atau ON
dan OFF (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital
sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah-mudah saja, proses
biner seperti saklar lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu OFF (0) dan ON (1).
19
Teknik Digital Dasar 1
Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam posisi A,
misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan jika dinyalakan dalam posisi
B, ia akan membentuk gambar hati. Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
Gambaran digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu
keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada
tombol ON, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang
ditekan pada tombol OFF, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta
secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa,
munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan.
Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk.
Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini.
Walaupun sinyal digital sering dikaitkan dengan sistem digital biner yang
digunakan pada elektronika dan komputer, sistem digital telah ada sejak dahulu,
tidak harus biner maupun dengan system elektronik. Sebagai contoh, teks yang
tertulis dalam buku memiliki jenis karakter terbatas dan penggunaan alfabet sebagai
simbol diskrit, demikian juga kode Morse menggunakan kode titik dan garis untuk
menyimbolkan karakter. Kode ini digunakan untuk mengirimkan pesan
menggunakan gelombang cahaya. Contoh lain, sistem huruf Braille adalah sistem
biner pertama untuk pengkodean karakter dengan menggunakan 6 bit kode dengan
pola titik, termasuk juga semaphore menggunakan bendera atau benda lainnya,
dipegang dengan posisi tertentu untuk mengirimkan pesan kepada penerima yang
berada pada jarak tertentu.
Secara prinsip di era digital sekarang ini, semua orang pasti pernah
memanfaatkan jasa komputer. Mesin yang pada awalnya diciptakan untuk
membantu proses penghitungan ini, kini menjadi sebuah bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, meski sudah sering menggunakannya,
tidak banyak orang yg mengetahui mengenai sejarah dan penemu komputer
pertama kali di dunia. Bagi mereka yang menganggap bahwa komputer merupakan
penemuan terhebat pada abad 21, tetapi pandangan tersebut boleh dikatakan salah.
Sebab, pada dasarnya penemuan komputer pertama kali sudah muncul sejak tahun
Teknik Digital Dasar 1
1600-an. Meskipun komputer pada zaman tersebut belum secanggih dan selangka
sebagaimana komputer yang kita temui pada saat ini.
Namun harus diakui, bahwa konsep dasar komputer yang kita jalankan sekarang ini
mengadopsi system yang diterapkan pada mesin hitung yang digunakan pada
tahun 1600-an tersebut. Justru yang jadi pertanyaan adalah, siapa pertama kali yang
menemukan computer? Hal ini tidak dapat dijawab dengan nama tunggal. Sehingga
lebih tepat pertanyaannya di rubah, siapa mereka yang menemukan komputer.
Karena dalam sepanjang sejarah, banyak orang telah menciptakan perangkat dan
yang membantu dalam pengembangan mesin ini. Misalkan kalau nengok ke
belakang lebih jauh, banyak penemuan penting pertama untuk abad ke-4 sebelum
masehi, ketika Babilonia mengembangkan sempoa.
Konsep penting lain yang akan membantu menyebabkan komputer terjadi pada
masa
awal dan termasuk penerapan angka Arab dan konsep nol, dan pada abad ke-17,
perkembangan kalkulator mekanis pertama oleh Wilhelm Schickard dan Blaise
Pascal. Tonggak lain di sepanjang jalan adalah rencana yang dibuat oleh Charles
Babbage di awal abad 19 untuk menciptakan bertenaga uap, meskipun tidak pernah
dibangun dengan sukses, maksud dari perangkat ini adalah untuk menghitung tabel
astronomi.
"Difference Engine". Babbage kemudian beralih ke ide menciptakan sebuah
Analytical
Engine, yang akan dirancang untuk menyelesaikan semua masalah matematika. Ide
Babbage menyebabkan tulisan-tulisan dari Augusta Ada Byron pada Analytical
Engine. Dia jelas digambarkan beberapa cara di mana komputer modern sekarang
beroperasi dan membahas konsep analisis data dan memori antara lain. Atau
berikutnya, karya Pascal, Bryon, Boole dan Babbage, luar biasa dan jauh
mendahului kemampuan untuk membangun mesin dengan komponen elektronik
yang dapat menyimpan memori. Pengembangan dan penggunaan umum dari listrik
menyebabkan precursor komputer banyak pada 1940-an. Ini termasuk kalkulator
programmable Konrad Zuse, dan penemuan transistor oleh Bell Telephone.
21
Teknik Digital Dasar 1
Beberapa model komputer awal seperti Colossus, dibangun pada tahun 1943 adalah
mesin besar yang digunakan untuk memecahkan kode.
Beberapa perkembangan lain pada paruh kedua abad ke-20 termasuk penemuan
konduktor semi, dan sirkuit terpadu. Mesin-mesin yang dikembangkan di awal abad
20 bisa memiliki programabilitas terbatas atau tidak bisa diprogram. Namun
penciptaan apa yang disebut arsitektur program yang tersimpan konsep dijelaskan
oleh John von Neumann mengubah cara komputer dapat menyimpan memori.
Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang
lahir pada tahun 80-an. Analogi dengan revolusi pertanian, revolusi Industri, revolusi
digital menandai awal era informasi di jamannya. Revolusi digital ini telah mengubah
cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini.
Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai
Teknik Digital Dasar 1
23
Teknik Digital Dasar 1
1.5. Lahirnya World Wide Web, Ponsel, Jejaring Sosial, hingga Sistem
Audio Video
1.5.2. Ponsel
Ponsel menjadi pemandangan umum di negara-negara barat, dengan
bioskop mulai menampilkan iklan memberitahu orang-orang untuk
membungkam ponsel mereka. Martin Cooper merupakan penemu ponsel
yang digunakan lebih dari separuh populasi dunia. Handset pertama
dilahirkannya pada 1973 dengan bantuan tim Motorola dengan berat dua
kilogram. Ketika dia di jalanan New York dan membuat panggilan ponsel
pertama dari prototipe ponselnya, dia tidak pernah membayangkan
perangkat buatannya itu akan sukses suatu saat. Untuk memproduksi ponsel
pertama, Motorola memerlukan biaya setara dengan US$1 juta. Di tahun
1983, ponsel portabel ada yang berharga US $4 ribu (setara dengan Rp 40
juta) sampai dengan US$10 ribu (setara dengan Rp 100 juta). Cooper
mengatakan bahwa timnya menghadapi tantangan bagaimana memasukkan
semua bahan ke dalam sebuah ponsel untuk pertama kalinya. Namun
akhirnya desainer industri telah melakukan pekerjaan super dan insinyur
menyelesaikan dua kilogram perangkat ponsel pertama. Bahan yang sangat
penting untuk ponsel pertama adalah baterai dengan berat empat atau lima
kali dari pada ponsel yang ada saat ini. Saat itu waktu hidup baterai hanya
sekitar 20 menit. Setelah merevolusi, masyarakat di dunia
mengembangkannya pada tahun 1990-an, revolusi digital menyebar ke
massa di semua negara, termasuk di negara berkembang pada tahun 2000-
an. Pada akhir tahun 2005 populasi Internet mencapai 1 milyar sampai 3
milyar orang di seluruh dunia menggunakan ponsel sampai akhir dekade ini.
Bahkan sampai saat ini, televisipon akan mengalami transisi dari penyiaran
analog ke penyiaran dengan sinyal digital.
25
Teknik Digital Dasar 1
cakram (disc), alat yang diperlukan untuk memutar piringan hitam adalah
Gramophone seiring berkembangnya teknologi kemudian piringan hitam
berfungsi untuk merekam suara ataupun video dan setelah itu berkembang
menjadi CD. Compact Disk (CD) dibuat dalam usaha merampingkan media
penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan.
Kemudian MP3, untuk mempermudah dalam mendengar ataupun memutar
video dan atau musik. Kemudian VHS tape untuk DVD untuk Blu-ray yang
merupakan format terbaru untuk menyimpan data berupa video.
27
Teknik Digital Dasar 1
Kelemahan sofware EWB ini tidak bisa bekerja dengan baik pada Window 7
ke atas, hanya untuk Windows XP ke bawah yang bisa baik dengan EWB
versi yang tampilannya ini.
Teknik Digital Dasar 1
29
Teknik Digital Dasar 1
TUGAS 1:
TES FORMATIF 1:
1. Kapan dan oleh siapa system bilangan biner dari digital ditemukan
pertama kali?
2. Sebutkan beberapa contoh peralatan yang menggunakan system digital!
3. Apakah fungsi atau guna dari system digital pada peralatan atau mesin ?
4. Berikan contoh gambaran saat kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari
yang menggunakan pemikiran logika dalam system digital !
5. Berapa kemungkinan kondisi logika konvensional dalam system digital?
6. Tunjukkan dan simulasikan salah satu gambar skema elektronik teknik
digital yang menggunakan salah satu software elektronik !
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 1:
31
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 2
MEMAHAMI SISTEM, KONVERSI, OPERASI ARITMATIK
BILANGAN, DAN PENGKODEAN DALAM SISTEM DIGITAL
A. Tujuan Pembelajaran
1. 1. Memahami sistem dan konversi bilangan pada sistem digital.
2. 2. Memahami sistem konversi bilangan pada sistem digital.
3. Memahami operasi sitem aritmatik bilangan pada sistem digital.
4. Memahami pengkodean logika pada sistem digital
B. Uraian Materi
1. Pengenalan macam-macam sistem bilangan dalam sistem digital.
2. Pengenalan macam-macam sistem konversi bilangan dalam sistem digital.
3. Cara mengkonversi dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
4. Operasi Aritmatik dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
5. Pengkodean logika pada sistem digital.
C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
Teori dan Tugas, serta Simulasi
E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital, dan Alat bantu Trainer
F. Referensi:
1. Malvino; Leach. Terjemahan Irwan Wijaya. 1994. Prinsip-Prinsip dan
Penerapan Digital. Jakarta: Penerbit Erlangga.
33
Teknik Digital Dasar 1
35
Teknik Digital Dasar 1
1 3
Catatan: 1 Byte = 2 (2) nibble = 2 (8) bit (digit); 1 bit = 1/4 nibble = 1/8 Byte,
sehingga besar dari 1 Giga = 210 (1024) M = 220 (1048576) k = 230
(1073741824) bit, nibble, Byte.
dari pada angka paling kanan, yaitu kedudukan ke 0, adalah terkecil, yaitu 100 = 1,
nilai letak ke 1 adalah 101, nilai letak ke 2 : 102 =100, dan seterusnya nilai letak ke n-
1 adalah 10n-1 (tabel 2.1).
Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0,913 adalah 0x100 = 0 dan yang diberikan oleh angka 9 adalah 9x10-1 =
37
Teknik Digital Dasar 1
0,9; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x10-2 = 0,01; yang diberikan oleh angka 3
adalah 3x10-3 = 0,003. Suatu bilangan desimal yang terdiri atas n angka di kiri tanda
koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan pecahannya
dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia, dan lain-lain).
Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan negatif, yaitu
letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 16-1=1/16=0,0625;
16-2=1/256=0,00390625; 16-3=1/4096= 0,000244140625 dan seterusnya
-m
16 untuk kedudukan ke (-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.4).
Teknik Digital Dasar 1
Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3B516 adalah 0x160 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x16-1 =
3x0,625 = 0,1875; yang diberikan oleh angka B adalah Bx16-2 = 10x0, 00390625 =
0,00390625; yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x16-3 = 5 x 0, 000244140625.=
0,001220703125. Secara umum, suatu bilangan heksa desimal yang terdiri atas n
angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.
39
Teknik Digital Dasar 1
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan pecahannya
dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia, dan lain-lain).
Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada kedudukan negatif, yaitu
letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah 8-1=1/8=0,125;
8-2=1/64=0,015625; 8-3=1/256= 0,00390625 dan seterusnya 8-m untuk kedudukan ke
(-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.6).
Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3458 adalah 0x80 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x8-1 =
3x0,125 = 0,375; yang diberikan oleh angka 4 adalah 4x8-2 = 4x0,015625 = 0,0625;
yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x8-3 = 5x0,00390625.= 0,01953125. Secara
umum, suatu bilangan oktal yang terdiri atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk
angka di kanan tanda koma.
Teknik Digital Dasar 1
41
Teknik Digital Dasar 1
Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0,11012 adalah 0x20 = 0x1 = 0 dan yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x2-
1 =
= 1x0,5 0,5; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x2-2 = 1x0,25 = 0,25; yang
diberikan oleh angka 0 adalah 0x2-3 = 0x0,125 = 0 yang diberikan oleh angka 1
adalah 1x2-4 = 1x0,0625.= 0,0625. Secara umum, suatu bilangan biner yang terdiri
atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.
kepangkatan dari berbagai bilangan mulai dari bilangan: 2; 8; 16; dengan beberapa
kelipatan kepangkatannya di bawah ini (tabel 2.9 dan tabel 2.10).
Tabel 2.9 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal pangkat
(+)
Tabel 2.10 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal pangkat
(-)
16-1 16-2 16-3
8-1 8-2 8-3 8-4
2-1 2-2 2-3 2-4 2-5 2-6 2-7 2-8 2-9 2-10 2-11 2-12
1/ 1/ 1/ 1/1 1/3 1/6 1/12 1/25 1/51 1/102 1/204 1/409
2 4 8 6 2 4 8 6 2 4 8 6
43
Teknik Digital Dasar 1
82 81 80
64 8 1
9810 64 32 2
1x64 4x8 2x1
1 4 2
Teknik Digital Dasar 1
45
Teknik Digital Dasar 1
47
Teknik Digital Dasar 1
49
Teknik Digital Dasar 1
menggantikan simbol bilangan desimal 1010 sampai 1510, sehingga bila ada hasil
penjumlahan lebih dari 1610 maka kelebihan hasil dari 1610 yang ditulis sebagai hasil
dan membawa pindahan 116 bergeser ke kiri sebagai penambah untuk bit lebih tinggi
berikutnya.
Pindahan 1 0 1 (16)
7 8 9 (16)
9 4 9 (16) +
Hasil 1 0 D 2 (16)
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==> 516 - C16 = (116 + 516) - C16 = (1610 + 510) - 1210 = 910 = 916
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Teknik Digital Dasar 1
Kolom kedua ==> 616 - B16 = (116 + 616) - B16 = (1610 + 610) - 1110 = 1110 = B16
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 316 - 216 = (016 + 316) - 216 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116
Meminjam 016 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Pinjaman 0 1 1 (16)
4 7 5 (16)
2 B C (16) -
Hasil 1 B 9 (16)
Pindahan 1 1 (8)
2 3 6 (8)
2 5 4 (8) +
Hasil 5 1 2 (8)
51
Teknik Digital Dasar 1
Pinjaman 0 1 1 (8)
4 5 3 (8)
2 6 7 (8) -
Hasil 1 6 4 (8)
Pindahan 1 1 1 1 2
1 0 1 1 2
1 1 0 1 2 +
Hasil 1 1 0 0 0 2
53
Teknik Digital Dasar 1
B A Pinjaman Hasil
0 - 0 0 0
0 - 1 1 1
1 - 0 0 1
1 - 1 0 0
Dari gambar 2.2 tersebut di atas dapat diuraikan secara detail untuk bilangan plus
dan minus sebagai berikut:
Bilangan negatif adalah bilangan yang mempunyai bobot di bawah nol. Misalnya,
bilangan desimal -510, atau bilangan biner minus lima (10112) adalah bilangan 5 di
bawah 0.
Contoh : 4538 2678 = ............ 8.
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.37 - 78 = (18 + 38) - 78 = (810 + 310) - 710 = 410 = 48
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 48 - 68 = (18 + 48) - 68 = (810 + 410) - 610 = 610 = 616
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 38 28 = (08 + 38) 28 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116
Pinjaman 0 1 1 8
4 5 3 8
2 6 7 8 -
Hasil 1 6 4 8
55
Teknik Digital Dasar 1
I 1
IV 4
V 5
VI 6
X 10
C 100
M 1000
Sehubungan dengan pengkodean ini, maka dalam sistem digital dibuat kode
bilangan logika1 (high) dan 0 (low) yang biasa direpresentasikan aplikasinya
untuk saklar listrik ON atau OFF, atau dengan istilah yang sering digunakan yaitu
bilangan biner sebagai pengkodean sistem bilangan berbasis 2 (dual code) atau
binary code. Adapun besarnya nilai bilangan ini tergantung pada pembobotan dari
urutan letak bit (binary digit), yaitu mulai dari bit terendah (LSB: Low Significant Bit)
sampai bit tertinggi (MSB: Most Significant Bit).
Sebagai contoh, berikut disajikan urutan letak bit (binary digit) dan pembobotan dari
sistem bilangan biner (berbasis 2), yaitu 1 atau 0
Sebagai contoh, kode bilangan desimal 18 adalah sama dengan 0001 0010 dalam
kode biner (dual code) untuk 8-bit atau 10010 kode biner untuk 5-bit, yaitu sama
dengan (1x21) + (1x24) = 1810, ini artinya pengkodean bilangan desimal 1810= 100102
biner.
Teknik Digital Dasar 1
Terdapat 4-kode dalam logika sistem biner (dual code) yang sering disebut
tetradische-codes dalam sistem digital, yaitu (1) kode BCD (8-4- 2-1), (2) kode
Aiken (2-4-2-1), (3) kode Excess-3, dan (4) kode Gray. Berikut dari berbagai sumber
tentang ilustrasi tabel pengkodean logika dari sistem digital tersebut.
Kode Tetradic (www.reiner-tolksdorf.de) merupakan sesuatu pengkodean yang tidak
ubahnya seperti yang ada dalam bilangan biner dalam mewakili penomoran. Intinya
terdiri dari 4-digit. Berikut ini (tabel 2.16; tabel 2.17; dan tabel 2.18) adalah
gambaran singkat dari kode BCD tetradic yang disajikan kedalam kode BCD (8-4- 2-
1), kode Aiken (2-4-2-1), kode Excess-3, dan kode Gray.
57
Teknik Digital Dasar 1
Tabel 2.18 Tetradische Code dalam Logika Sistem Digital (sumber: Leonhardt, 1984)
Pembo-
D C B A
botan
Desimal 23 22 21 20
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
59
Teknik Digital Dasar 1
7 0 1 1 1 Tabel 2.19
Nilai 8 1 0 0 0 Desimal dan Pembobotan
9 1 0 0 1 Bilangan Biner
Dengan sangat mudah cara yang lain dapat juga dilakukan, artinya tidak perlu
melakukan koreksi seperti di atas, tetapi langsung dikelompokan setiap 4-bit biner
dari 2-digit bilangan desimalnya.
Contoh 2 :
(1) 8+9 = 17 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 7 = 0001 0111
(2) 9+10= 19 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 9 = 0001 1001
Teknik Digital Dasar 1
Bukti bahwa hasil tersebut benar, maka akan dibuktikan seperti cara di atas, yaitu:
Hasilnya terbukti sama-sama benarnya baik yang menggunakan cara seperti contoh
1, maupun cara seperti contoh 2.
Tabel 2.19 Pengkodean 8-4-2-1 (BCD) sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )
61
Teknik Digital Dasar 1
masing (yaitu 0, 1, 2, 3, sampai 4), lebih jelasnya lihat Kode Aiken (tabel 2.20). Jadi
kode Aiken daerah Pseudotetrade berada di tengah, yaitu hanya bisa mulai bilangan
desimal 5 sampai dengan 10 adalah simetris, sedangkan untuk bilangan sebelum 5,
yaitu 4, 3, 2, 1, dan 0
Dalam penambahan dan pengurangan, kode Aiken membawa keuntungan
komputasi dan teknologi rangkaian.
Misalkan, untuk nilai hasil logika 0000 dan atau 1111 semua dalam 4-bit,
maka akan cenderung terdapat kekeliruan/kesalahan, karena dari contoh kasus ini,
nilai dari logika 0 bisa terdapat pada bit ke-1, ke-2, ke-3, dan sampai dengan bit ke-
4, demikian juga nilai logika 1 terjadi kecenderungan ada di bit ke-1 sampai dengan
bit ke-4 juga, artinya logika 0 atau logika 1 yang dimaksudkan berada di berapa
urutan 4-bit tersebut.
Kelemahan yang lain, adalah bahwa kode Aiken tidak dapat mengkonversi bilangan
biner ke kode Aiken, karena selalu tidak cocok. Sebagai gambaran maka akan
direpresentasikan tabulasi hasil pengkodean Aiken.
Contoh:
Bilangan kode Aiken berikut konversinya ke dalam desimal adalah:
(1) 4 = 0x2 + 1x4 + 0x2 + 0x1 = 410
(2) 3 = 0x2 + (1x4-1x1) + 0x1 = 310
(3) 2 = 0x2 + 0x4 + 1x2 + 0x1 = 210
(4) 1 = 0x2 + 0x4 + 0x2 + 1x1 =110
Teknik Digital Dasar 1
63
Teknik Digital Dasar 1
Dari tabel kebenaran kode Gray di atas dapat digambar secara diagram Karnaugh
Map sebagai berikut.
65
Teknik Digital Dasar 1
TUGAS 2:
1. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Biner ! (minimum atau maksimum)
6. Sebutkan 4-macam kode lain dalam logika sistem digital selain kode bilangan di
atas!
7. Konversikan bilangan Desimal berikut kedalam Biner, Oktal, dan Hexadesimal
(a). 12(10)=..... (2)=...... (8)=..... (12) (c). 245(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (d). 2048(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)
67
Teknik Digital Dasar 1
14. Tentukan kode (a) Aiken; (b) Excess-3 dari bilangan desimal 5; 4; 3 berikut
Teknik Digital Dasar 1
TES FORMATIF 2:
1. Sistem bilangan apakah yang digunakan pada teknik digital untuk rangkaian
logika konvensional ?
2. Konversikan bilangan-bilangan berikut ini sesuai dengan permintaan soal !
(a). 1B(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (e). 1BC(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (f). 12(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(c). 1101 0110(2)=...... (8)=..... (10) (g). 101(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(d). 1001 1110(2) =..... (10)=..... (16) (h). 12(8)=..... (10)=...... (16)=..... (2)
(a). 1F6(16) + 1CB(16) =..... (2)=..... (10) (e). 237(8) + 241(8) =..... (8)=...... (10)
(b). 256(10) + 32(10) =..... (10) =..... (16) (f). 432(8) - 10(8) =..... (8) =..... (10)
(c). 256(10) - 32(10) =..... (10) =..... (16) (g). 1101 0110(2) +0101 0111(2) =......(2)=..... (16)
(d). 41E(16) - 10A(16) =..... (2) =..... (10) (h). 1101 0110(2) -0101 0101(2) =......(2)=..... (10)
69
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 2:
Teknik Digital Dasar 1
71
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 3
A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami aljabar Boole untuk operasi logika dasar dari rangkaian digital.
2. Menerapkan aljabar Boolean dan hukum De-Morgan kedalam fungsi tabel
biner, dan fungsi rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
3. Mensimulasikan gerbang logika dasar dan kombinasi menggunakan
perangkat lunak dan melakukan pengukuran, serta interprestasi data hasil
pengukuran.
4. Memahami dan memadukan aljabar Boole dan hukum De Morgan untuk
penyederhaan rangkaian logika dasar dan kombinasi.
5. Melakukan eksperimen dari analisis aljabar bolean untuk penerapan
rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
6. Memahami prinsip dasar metode pencarian kesalahan pada gerbang dasar
rangkaian elektronika digital.
B. Uraian Materi
1. Pengenalan Aljabar Boole dan Hukum-hukum De-Morgan
2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Dasar dan Kombinasi
3. Penggunaan aljabar Boole dan Hukum De Morgan untuk Penyederhanaan
Rangkaian logika dasar dan kombinasi.
4. Penerapan Rangkaian gerbang logika untuk metode Pencarian Kesalahan
pada Rangkaian Elektronika Digital
C. Alokasi Waktu
24 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.
Teknik Digital Dasar 1
E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer,
- Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)
F. Referensi
1. Kappler Wolfgang. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang: Materi Bahan
Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.
73
Teknik Digital Dasar 1
3.1. Pendahuluan
Rangkaian digital memliki dua tingkatan diskrit, yang pada abad ke 19 oleh
George Boole memberikan bentuk matematis logika dengan memakai huruf dan
simbol-simbol tertentu untuk mengungkapkan fungsi logika. Namun pada
pertengahan abad ke 20 aljabar Boole menjadi menonjol berkat penelitian Cland
E.Sannon menemukan penerapan praktis kedua kondisi 1/0, Ya/Tidak,
Benar/Salah yang terdapat dalam Aljabar Boole dengan menggunakan
komponen listrik/elektronika seperti sakelar, dioda, transistor.
Salah satu contoh termudahnya adalah saklar yang mempunyai salah satu pilihan
dari dua macam kemungkinan yaitu buka dan tutup atau ON dan OFF. Aljabar Boole
(Boolean Algebra) adalah rumusan matematika yang menjelaskan hubungan logika
antara fungsi pensaklaran digital ON dan OFF . Aljabar boolean meiliki dua macam
nilai dasar logika, diantaranya hanya bilangan biner yang terdiri dari angka 0 dan 1
maupun pernyataan rendah (low) dan tinggi (high). Seperti aljabar biasa Aritmatik)
terikat pada aturan dan hukum yang telah ditetapkan, demikian pula halnya aljabar
Boole terdapat sepuluh hukum dasar yang biasa digunakan. Untuk menggambarkan
tiap-tiap hukum tersebut digunakan rangkaian sakelar sebagai variabel masukan.
Sehingga Boole memberikan ilustrasi bilangan sistem biner dengan analogi
kelistrikan berupa saklar NO/NC (Normally Open / Normally Closed) seperti gambar
berikut ini.
S0
Saklar
Biner 0 1
Suatu fungsi logika atau operasi logika yang dimaksud dalam aljabar Boolean adalah suatu kombin
biner dapat dijelaskan oleh tiga operasi logika dasar yaitu :
- Operasi NOT (negation)
- Operasi AND (conjuction)
- Operasi OR (disconjuction)
Operasi dari ketiga gerbang logika tersebut dapat digambarkan dengan simbol
gambar standar ASA (Assosiation Standard of American) dan IEC (Intenational
Electrotechnical Commision) pada gambar 3.2.
75
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 3.3 Operasi NOT, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOT (standar IEC);
(c) simbol NOT (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi inverter;
(e) persamaan fungsi output
Gerbang NOT ini mempunyai satu masukan dan mempunyai satu variabel
keluaran yang dilambangkan dengan tanda () di atas variabel atau tanda single
apostrophe (').
Teknik Digital Dasar 1
Fungsi gerbang NOT adalah untuk mengubah logika masukan (input) yang bernilai
logika 1 menjadi logika 0 pada variabel keluarannya (output), dan begitu pula
sebaliknya yaitu mengubah fungsi logika masukan (input) 0 menjadi logika 1 pada
variabel keluarannya (output). Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NOT dapat
dibuat rangkaian dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu
IC (integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan
sebuah saklar A sebagai variabel masukan, dan LED sebagai indikator keluaran A.
Dari gambar rangkaian di atas sakelar A berfungsi sebagai pemberi logika masukan
(input) pada gerbang NOT dimana jika sakelar A terhubung ke ground berarti diberi
masukan logika nol 0 jika sakelar A terhubung ke +VB berarti diberi masukan
logika satu 1.
Variabel keluaran Q dengan indikator LED (light emitting diode) sebagai tanda
keluaran gerbang NOT, yaitu jika LED menyala berarti variabel keluaran Q gerbang
NOT sesuai perjanjiannya mengeluarkan logika satu 1 dan jika LED mati berarti
variabel keluaran Q gerbang NOT mengeluarkan logika nol 0. Hubungan fungsi
operasi antara variabel masukan dengan variabel keluaran gerbang NOT pada tabel
kebenaran gambar di atas.
Jadi kesimpulan gerbang NOT adalah jika pulsa diagram masukan A berlogika
nol 0 (low), maka pada waktu bersamaan variabel keluaran Q berlogika 1 (high).
Karena itu dari rangkaian logika gerbang NOT di atas dapat dianalogikan dengan
menggunakan relay seperti gambar di bawah berikut.
77
Teknik Digital Dasar 1
Dari gambar di atas ini, cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A tidak
ditekan (berlogika 0) relay K tidak aktif, kontak relay K kondisinya normal tertutup
sehingga lampu Q menyala (berlogika 1), sebaliknya jika saklar A ditekan (berlogika
1) mengakibatkan relay K aktif, karena anak relay K awal kondisinya normal
tertutup, akibat relay K aktif menjadikan anak relay K menjadi terbuka sehingga
lampu Q padam (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap variabel
masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan level pulsa
dari fungsi logika gerbang NOT seperti gambar berikut.
input A 0 1 0 1
output Q 1 0 1 0
Gambar 3.6 Diagram bentuk dan Level Pulsa input-output Logika Gerbang NOT
Teknik Digital Dasar 1
Q= A B = AB = A.B
(a) (b) (c) (d) (e)
Gambar 3.7 Operasi AND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol AND (standar IEC);
(c) simbol AND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi AND;
(e) persamaan fungsi output
Secara jelas, variabel keluaran gerbang AND akan berlogika satu 1 (high)
apabila semua masukan berlogika 1 (high) dan apabila salah satu atau semua
masukan berlogika 0 (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika 0 (low).
Oleh karena itu, gerbang AND dilambangkan dengan perkalian menggunakan tanda
intersection () atau () atau secara penulisan aljabar Boole (.).
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang AND dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar A, B
sebagai variabel masukan, dan LED sebagai indikator keluaran Q, seperti gambar di
bawah ini.
79
Teknik Digital Dasar 1
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang AND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang AND dapat dirangkai
seperti gambar di bawah.
menyala ON (berlogika 1). Secara diagram bentuk dan level pulsa dari fungsi logika
gerbang AND seperti gambar 3.10 berikut.
input A 0 1 0 1
input B 0 0 1 1
output Q 0 0 0 1
Gambar 3.10 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika AND
81
Teknik Digital Dasar 1
Q= AUB = A V B = A+B
Gambar 3.11 Operasi OR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol OR (standar IEC);
(c) simbol OR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi OR;
(e) persamaan fungsi output
Variabel keluaran gerbang OR akan berlogika 1 (high) apabila salah satu atau
semua variabel masukan berlogika 1 (high), tetapi jika semua variabel masukan
berlogika 0 (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika 0 (low). Secara
aljabar Boole gerbang OR diberi union (U) atau (V), (+).
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang OR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar A, B
sebagai variabel masukan dan LED sebagai indikator keluaran Q seperti gambar
3.12
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang OR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang OR dapat dirangkai
seperti gambar 3.13 di bawah.
Dari gambar di atas cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A dan saklar B tidak
ditekan (berlogika 0) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal
terbuka sehingga lampu Q padam (berlogika 0). Jika salah satu saklar A atau B
saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan (berlogika 1), atau kedua
tombol tekan A, B ditekan bersama-sama, yang berarti kedua masukan (berlogika
1), maka relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke
(posisi 1), sehingga lampu Q menyala ON (berlogika 1). Tetapi sebaliknya, jika
saklar A, B tidak ditekan keduanya, yang berarti kedua masukan (berlogika 0),
maka relay K tidak aktif, sehingga anak relay K kondisinya tetap terbuka (posisi 2),
sehingga lampu Q padam OFF (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua variabel
masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan level pulsa
dari fungsi logika gerbang OR seperti gambar 3.14 berikut.
83
Teknik Digital Dasar 1
input A 0 1 0 1
input B 0 0 1 1
output Q 0 1 1 1
Gambar 3.14 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika OR
ditulis Q = A.B .
Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NAND tersebut akan berlogika 1 (high)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika 0 (low), tetapi apabila semua
variabel masukan berlogika 1 (high) maka variabel keluaran (output) akan berlogika
0 (low) juga. Oleh karena itu, gerbang NAND dilambangkan dengan atau
x 0 x1
NAND
B A Q y=
x
0
0 0 1 & y
x
1 atau jika
0 1 1
masukannya A dan
1 0 1
B dan output Q,
1 1 0 maka:
Q= A B A B
A.B
(a) (b) (c) (d)
(e)
85
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 3.15 Operasi NAND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NAND (standar
IEC);
(c) simbol NAND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi NAND;
(e) persamaan fungsi output
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NAND dapat dibuat rangkaian seperti
gambar 3.15, dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC
(integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx.
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NAND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri sebagai variabel maksukan untuk mengaktifkan sebuah relay
sebagai variabel keluaran. Bentuk diagram persamaan listrikdari variabel masukan
maupun keluaran gerbang NAND dapat gambar rangkaian persamaan
kelistrikannya yang menggunakan relay lengkap dengan kontak NO-NC (normally
open, normally closed) seperti gambar 3.17.
Teknik Digital Dasar 1
Prinsip kerja gambar rangkaiannya di atas adalah jika saklar A dan saklar B tidak
ditekan (A=B= berlogika 0) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q menyala (berlogika 1). Jika salah satu
saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan (berlogika 1)
dan masukan yang lain (berlogika 0), atau kedua tombol tekan A, B ditekan
bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan (berlogika 1)maka relay K
tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2), sehingga
lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q (berlogika 1). Tetapi jika kedua
tombol tekan ditekan bersama-sama (A=B=berlogika 1), maka kondisi maka relay K
akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke (posisi 2), sehingga
lampu Q mati (OFF) (berlogika 0).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NAND seperti gambar 3.16 berikut. dan secara
pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang NAND
seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang digambarkan seperti gambar 3.18 .
87
Teknik Digital Dasar 1
input A 0 1 0 1
input B 0 0 1 1
output Q 1 1 1 0
Gambar 3.18 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika NAND
Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NOR tersebut akan berlogika 0 (low)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika 1 (high), tetapi apabila salah
satu atau semua variabel masukan berlogika 1 (high) maka variabel keluaran akan
berlogika 1 (high). Oleh karena itu, gerbang NOR dilambangkan dengan atau
menggunakan tanda not union ( .. .. ) atau ( .. ... ) atau secara penulisan aljabar
Boole dengan tanda ( .. . ), sehingga operasi logika NOR sama dengan gabungan
Teknik Digital Dasar 1
dari dua buah operasi logika dasar yaitu OR dan NOT. Masukan paling sedikit dua
variabel, dan dapat lebih variabel mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu variabel
variabel keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z, dengan
variabel keluaran Q, maka dapat dibuat tabel kebenaran dan diagram Venn, serta
persamaan fungsinya seperti gambar berikut.
x 0 x1
(standar NOR
B A Q y=
x
0 ASA)
0 0 1 >
1
_ y
x
1 atau jika masukannya A
0 1 0
dan B dan output Q,
1 0 0 maka:
1 1 0
Q= A B A B A B
Gambar 3.19 Operasi NOR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOR (standar IEC);
(c) simbol NOR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi NOR;
(e) persamaan fungsi output.
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NOR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, seperti gambar 3.20.
89
Teknik Digital Dasar 1
3.21, dan secara pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan keluaran
gerbang NOR seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang digambarkan seperti
gambar 3.22.
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NOR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik dari variabel masukan maupun keluaran gerbang NOR dapat
dirangkai dengan menggunakan relay seperti gambar 3.21. Prinsip kerja rangkaian
ini adalah jika saklar A dan saklar B tidak ditekan (A=B= berlogika 0) relay K tidak
aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q
menyala (berlogika 1).
Jika salah satu saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan
(berlogika 1) dan masukan yang lain (berlogika 0), atau kedua tombol tekan A, B
ditekan bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan (berlogika 1)maka
relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2),
sehingga lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q (berlogika 1). Tetapi jika
kedua tombol tekan ditekan bersama-sama (A=B=berlogika 1), maka kondisi maka
relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke (posisi 2),
sehingga lampu Q mati (OFF) yang berarti keluaran Q berlogika 0).
Teknik Digital Dasar 1
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NOR seperti gambar 3.22 berikut.
input A 0 1 0 1
input B 0 0 1 1
output Q 1 1 1 0
Gambar 3.22 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika NOR
91
Teknik Digital Dasar 1
buah operasi logika dasar yaitu AND, NOT, dan OR. Masukan paling sedikit dua
variabel, dan dapat lebih, mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu variabel variabel
keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z, dengan variabel
keluaran Q. Sehingga secara tabel kebenaran dan diagram Venn, serta persamaan
fungsinya dapat diuraikan seperti gambar berikut.
Tabel kebenaran memprlihatkan bahwa ketika variabel masukan x0 = x1 = logika 0 atau ketika
berbeda dengan variabel masukan B).
Pada prakteknya, sebuah operasi EXOR disamping menggunakan rangkaian
terpadu gerbang tunggal seri TTL (seperti tipe 74LS86) dapat dibangun juga dari
operasi logika gerbang dasar AND, NOT, dan OR, dengan seri rangkaian terpadu
TTL 74LSxxx, yang berturut-turut adalah (74LS08; 74LS04, dan 74LS32), seperti
yang diperlihatkan pada gambar berikut.
Teknik Digital Dasar 1
x0 1 &
>
_1 y
&
x1 1
(a) (b)
(c)
Gambar 3.24 Operasi EXOR yang dibangun dari (a); (b) Operasi Logika Dasar;
(c) Operasi Gerbang kombinasi (tunggal)
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang EXOR di atas, maka secara analogi
rangkaian persamaan listriknya yang dibangun dengan menggunakan dua buah
saklar atau lebih sebagai variabel masukan, dimana untuk mengaktifkan relay
lengkap dengan kontak NO-NC (normally open, normally closed) yang
disambungkan dengan lampu Q sebagai indikator keluaran seperti gambar 3.26.
93
Teknik Digital Dasar 1
Prinsip kerja rangkaian ini adalah jika saklar A ditekan tertutup ON (logika
1) dan saklar B tidak ditekan OFF, maka relay K1 aktif, posisi K1 pada posisi 1,
karena saklar B masih OFF, maka relay K2 tidak aktif, sehingga K2 pada posisi 2,
maka lampu Q akan dialiriri arus listrik dari tegangan 24V melalui lampu lalu terus
sampai ke ground, dan akibatnya lampu Q menyala ON (berarti logika 1), demikian
juga sebaliknya, atau dengan kata lain, jika variabel masukan A B, atau selalu
berbeda kondisi logikanya), maka salah satu dari relay K1 atau K2 akan aktif,
sehingga keluaran lampu Q akan menyala ON, yang berarti logika 1). Namun jika
kedua variabel masukan A = B, yaitu sama-sama OFF saja (berlogika 0), atau
sama-sama ON saja keduanya (logika1), maka relay K1, atau K2 keduanya sama-
sama tidak aktif, atau sama-sama aktif, sehingga keluaran lampu Q tidak pernah
mendapat aliran listrik dari 24V menuju ke ground, atau dengan kata lain lampu Q
kondisinya mati OFF (berlogika 0).
Jadi, operasi logika EXOR adalah, jika kedua variabel masukan A=B, kondisi logika
apapun, maka variabel keluaran lampu Q akan mati OFF (berlogika 0), dan
sebaliknya jika kedua variabel masukan AB, maka variabel keluaran lampu Q akan
menyala ON (berlogika 1).
Sedangkan hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang EXOR
seperti yang digambarkan seperti gambar 3.27, yaitu merupakan fungsi diagram
bentuk dan level pulsa dari logika gerbang EXOR yang menyatakan hubungan
antara variabel masukan dan keluaran.
Teknik Digital Dasar 1
input A 0 1 0 1
input B 0 0 1 1
output Q 0 1 1 0
Gambar 3.27 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika EXOR
Dari rangkaian gambar 3.27 di atas suatu operasi EXOR dapat juga dihubungkan
bertingkat (kaskade), sehingga secara keseluruhan operasi EXOR tersebut menjadi
memiliki tiga variabel masukan A , B dan C, serta sebuah variabel keluaran Q.
Perilaku EXOR dengan tiga masukan tersebut ditunjukkan oleh tabel kebenaran di
bawah ini.
(a) (b)
Gambar 3.28 Rangkaian EXOR bentuk Kaskade (a) standar IEC; (b) standar ASA
Dari rangkaian EXOR secara Kaskade tersebut dapat dibuat tabel kebenaran (truth
table) sesuai dengan prinsip-prinsip dari operasi dasar EXOR seperti berikut.
95
Teknik Digital Dasar 1
Tetapi apabila variabel masing-masing masukan (A, B) dari suatu fungsi logika
NOR TIDAK ATAU dibalik inverter maka fungsinya sama dengan AND DAN,
maka penulisan secara aljabar Boole adalah:
(A + B) = A . B
(3.2)
A . B = (A + B)
(3.3)
Teknik Digital Dasar 1
Tetapi, apabila variabel masukan (A, B) dari fungsi NAND TIDAK DAN dibalik
inverter, maka fungsin variabel keluarannya sama dengan OR ATAU, secara
aljabar Boole ditulis:
(A . B) = A + B
(3.4)
Dari rumus hukum De Morgan di atas dapat dibuat gambar rangkaian gerbang
logikanya dengan menggunakan gerbang logika dasar, yaitu NOT, OR, AND, NOR,
dan NAND, seperti gambar 3.29 berikut. Namun untuk uraian penjelasan
penyederhanaan rangkaian dengan menggunakan metode matematik aljabar Boole
akan dijelaskan pada pokok bahasan berikutnya.
B' B'
B B
(A'+B') (A'.B')
A' A'
A A
B (A.B)' B (A+B)'
A A
Secara tabel kebenaran, fungsi variabel keluaran dari hukum De Morgan tersebut
adalah:
97
Teknik Digital Dasar 1
B' B'
B (A'.B') (A'.B')' B (A'+B') (A'+B')'
A' A'
A A
B' B'
B B (A'+B')'
(A'.B')'
A' A'
A A
B A+B B A.B
A A
Dari hukum De Morgan tersebut, maka dapat dikembangkan untuk suatu rangkaian
gerbang logika disusun dari gerbang logika yang lainnya, seperti gambar berikut.
OR NAND NOR
(A'.B')'
B' (A')'+(B') (A+B)' ((A+B)')'
B (A+B) B
A+B
B
A+B
A A' A
A
Gambar 3.31 Rangkaian suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika yang lain
Teknik Digital Dasar 1
3.5.1 Membangun Gerbang NOT, AND, NAND, OR, NOR, dan EXOR
Pada prinsipnya terdapat berbagai cara untuk membangun rangkaian
gerbang logika yang dibangun dari gerbang logika dasar adalah sama seperti halnya
untuk menyederhanakan rangkaian gerbang logika, yaitu dengan menggunakan
salah satu metode, diantaranya:
99
Teknik Digital Dasar 1
Gerbang Simbol dan Persamaan Susunan Rangkaian terbuat dari Gerbang logika
Logika Aljabar Boole lain
NOT
Q=A=((A))
AND
Q=A.B=((A.B))=(A+B)
NAND
Q=(A.B)=((A+B))=(A+B
)
OR
Q=A+B=((A+B)) =(A.B)
Teknik Digital Dasar 1
NOR
Q=(A+B)=(A.B)
EXOR
Q=AB+AB=(A B)
Gambar 3.32 Rangkaian Suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika yang lain
OR
(3-input)
Q=A+B+C
AND
(3-input)
Q=A.B.C
101
Teknik Digital Dasar 1
OR
(4-input)
Q=A+B+C+D
AND
(4-input)
Q=A.B.C.D
Gambar 3.33 Rangkaian Gerbang Logika 3-, dan 4-input dibangun dari Gerbang logika
2-input
B
(B) = B
103
Teknik Digital Dasar 1
(A.B)+(A.C) ((A.B)+(A.C))
(A.B)+(A.C)
((A.B)+(A.C))
(a) Hasil pengurungan logika 1 (b) Hasil pengurungan logika 0
Dengan cara pemetaan Karnaugh ini adalah cara yang paling efektif untuk
menyederhanakan persamaan dan pembuatan rangkaian logikanya.
Yang jelas, semua fungsi logika keluaran bisa dipetakan dengan Karnaugh,
namun cara ini juga bukan satu-satunya untuk menyederhanakan persamaan logika
dalam pembuatan rangkaian logika, tetapi ada cara lain seperti menggunakan tabel
kebenaran, hukum-hukum aljabar Boole dan De Morgan.
105
Teknik Digital Dasar 1
(A.D)+(A.B.D)+(A.B.C)
(A.D)+(C.D)+(A.B) ((A.D)+(A.B).(D+C))
(D.(A+C))+(A.B)
a. d. g.
b. e. h.
c. f. i.
107
Teknik Digital Dasar 1
b. d.
A K1 K2
A A
C 1 1 0 0 a. fungsi output Q terhadap inputnya (ABC)
C 0 1 0 1 secara persamaan aljabar Boole untuk
B B B kurungan logika1
b. gambar rangkaian gerbang fungsi logika dari
persamaan aljabar Boole tersebut.
8. Dari diagram bentuk dan level pulsa berikut, tentukan persamaan aljabar Boole
dari fungsi output Q, dan tentukan gambar rangkaian fungsi gerbang logikanya
109
Teknik Digital Dasar 1
TES FORMATIF 3:
1. Dari gambar rangkaian fungsi gerbang logika (gambar a., dan b) tersebut,
buatlah analisis output Q secara aljabar Boole,
a C B A b. C B A
Q Q
2. Dari gambar pulsa diagram di bawah ini A, B, C, D sebagai input dan Q sebagai
output
Tentukan persamaan aljabar Boole, dan buat rangkaian gerbang fungsi output
terhadap input
Q
Teknik Digital Dasar 1
3. Buatlah model alat Lampu Lalu Lintas (Model Traffic Light) dengan ketentuan
seperti berikut:
Perhatikan model lampu lalu lintas
(gambar tugas-3.1) di samping, dan
lihat tabel kondisi nyala lampu di
bawah jika warna gelap kondisi lampu
mati atau berlogika 0 sedangkan
warna terang kondisi lampu menyala
atau berlogika 1 (seperti gambar
tugas 3.3).
Gambar tugas-3.1
Catatan:
Gambar yang berwarna (gambar tugas 3.1; gambar tugas 3.2) hanya
merupakan ilustrasi saja, untuk tugasnya lihat (gambar tugas 3.3) yang
tidak berwarna.
111
Teknik Digital Dasar 1
Tugas :
a. Lengkapi tabel kebenaran di bawah berdasarkan kondisi lampu di atas lalu
masukan kondisi logikanya ke dalam peta/diagram karnaught dan lengkapi
persamaan aljabar boolenya.
6. Dari gambar rangkaian kelistrikan dengan saklar A, dan B sebagai input, dan Q
sebagai output.
+24V
Tentukan: a. Persamaan aljabar Boole-nya
A K c. Rangkaian gerbang logikanya
d. Rangkaian gerbang logikanya
dengan menggunakan komponen
B
gerbang logika yang lainnya
K Q
0V
113
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 3 :
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 3:
115
Teknik Digital Dasar 1
117
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 4
MEMAHAMI RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL
A. Tujuan Pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Pengenalan dan Prinsip kerja Logika Sekuensial.
2. Macam-macam Flip-flop (SR-, J-K-, D-, dan Toggle-Flip-flop)
3. Aplikasi dari macam-macam Rangkaian Flip-Flop (S-R-, D-, Toggle-, J-K-Flip-
Flop)
4. Penerapan dan Troubleshooting Rangkaian Logika Sekuensial
C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.
E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)
Teknik Digital Dasar 1
F. Referensi
1. Leonhardt, E. 1984. Grundlagen der Digitaltechnik: Eine Systematische
Einfuerung. Muenchen: Carl Hanser Verlag.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.
4. Mukti, A. 2011. Teknik Digital Dasar: Logika Sekuensial. Malang: Materi Bahan
Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.
119
Teknik Digital Dasar 1
Bentuk dasar dari rangkaian logika sekuensial adalah rangkaian flip-flop yang
dirangkai dari gerbang logika dasar dan kombinasi, seperti AND dan NAND.
Flip-flop adalah suatu rangkaian bistabil dengan triger yang dapat menghasilkan
kondisi logika 0 dan 1 pada keluarannya. Keadaan dapat dipengaruhi oleh satu
atau kedua masukannya. Tidak seperti fungsi gerbang logika dasar dan kombinasi,
keluaran suatu flip-flop sering tergantung pada keadaan sebelumnya. Kondisi
tersebut dapat pula menyebabkan keluaran tidak berubah atau dengan kata lain
terjadi kondisi memory. Oleh sebab itu flip-flop dipergunakan sebagai elemen
memory.
Teknik Digital Dasar 1
(a) Rangkaian Delay Elemen (c) Rangkaian Logika (d) Rangkaian Logika
Penyimpan (b) Oscillasi 4 NAND- Kombinasional & Sekuensial &Timing
Gate Timing Diagram Diagram
1. SR flip-flop,
2. JK flip-flop
3. D flip-flop
4. T flip-flop
121
Teknik Digital Dasar 1
Set, serta dua keluaran Q dan Q atau bisa ditulis Q. Dua (2) input tersebut yaitu,
S=Set dan R=Reset, dan dua (2) output yaitu Q dan Q atau juga bisa ditulis Q
tersebut salah satunya bertindak sebagai 1 bit memori yaitu output Q. Untuk input
S=1, dan R=1 adalah kondisi yang tidak dibenarkan (tidak boleh diset serentak)
karena akan menghasilkan output yang tidak konsisten.
Tabel Kebenaran Simbol
S R Q Q
0 0 Tidak berubah S Q
0 1 0 1
1 0 1 0 R Q
1 1 Tidak tentu
(a) (b)
Gambar 4.5 RS Flip-flop (a) (b) dengan NAND-gate, (c) (d) dengan NOR-gate
123
Teknik Digital Dasar 1
Pada prakteknya sebuah RS Flip-flop dapat dibangun dari rangkaian dua buah
gerbang NAND yang saling dihubungkan silang seperti ditunjukan pada berikut.
(a) (b)
Berbeda dengan flip flop dengan gambar di atas, keluaran dari flip-flop adalah
kebalikan dari flip-flop tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya garis di atas variabel
input-nya.
Lebih lanjut tipe yang sangat penting dari flip-flop adalah master slave flip-flop atau
disebut juga dua memory yang pada dasarnya dibangun dari dua flip-flop yang
terhubung secara seri. Jalur kontrol dapat diatur dari sebuah clock melalui
penambahan sebuah gerbang NAND. Gambar rangkaian dasarnya ditunjukkan
dalam gambar berikut.
S
& &
& & Q
Clock &
& Q
& &
&
R
Kontrol Master Kontrol Slave
Clock I Flip flop Clock II Flip flop
Pertama kita lihat pada master flip-flop. Jika masukan clock adalah 0 kedua
keluaran dari kontrol clock I adalah 1. Ini artinya bahwa suatu perubahan keadaan
pada masukan S dan R tidak berpengaruh pada master flip-flop. Flip flop tersebut
mempertahankan keadaan. Di sisi lain jika masukan clock adalah 1 maka keadaan
dari S dan R menentukan keadaan master flip-flop.
Slave flip flop memperlihatkan perilaku yang sama. Kadang kontrol clock adalah
dibalik oleh sebuah inverter. Ini artinya bahwa clock 1 dari master flip flop menjadi
0 pada slve flip flop.
Operasi flip-flop ini dijelaskan lebih mudah dari sekuensial temporal dari pulsa clock
seperti ditunjukan oleh berikut.
Dari gambar pulsa clock (gambar 4.8) dapat diuraikan fungsi tegangan pulsa terhadap waktu, m
Vclock
0 t
t1 t2 t3t4
t2 : Ketika pulsa clock muncul dari 0 ke 1 mencapai batas terendah dari toleransi
daerah 1 masukan dari master flip flop adalah dapat diatur, misalnya master
flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.
t3 : Ketika pulsa clock turun dari 1 ke 0 terjadi toleransi daerah 1 ke arah0
masukan master flip-flop kembali ditahan. Misalnya master flip-flop
menghasilkan keadaan baru.
125
Teknik Digital Dasar 1
T4 : Ketika pulsa clock turun dari 1 ke 0 mencapai batas tertinggi dari toleransi
daerah 0 masukan dari master flip-flop adalah dapat diatur, misalnya master
flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.
Hasilnya bahwa pengaruh masukan R dan S terjadi pada interval t1 sampai t2 data
dikirim ke flip-flop dan pada saat t4 baru data dikirim ke keluaran. Selama masukan
clock 0 data tersimpan di dalam flip-flop.
4.2 JK Flip-flop
Flip-flop ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran, di mana salah satu
keluarannya (Q) berfungsi sebagai komplemen. Flip-flop JK dapat dibentuk dari
kombinasi empat gerbang NAND, flip-flop ini tidak memiliki keadaan terlarang seperti
yang terdapat pada flip-flop RS. Karena dikembangkan dalam master slave flip-flop,
maka pada prakteknya yang terpenting adalah Master slave JK flip-flop yang
dibangun dengan menyambungkan keluaran ke masukan gerbang seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
J & &
& & Q
Clock &
& Q
& &
K &
tn tn+1
K J Q Q J Q
0 0 Q Q
Clock
0 1 1 0
K Q
1 0 0 1
1 1 Q Q
(a) (b)
127
Teknik Digital Dasar 1
Clock
0 t
Q
1
0 t
Q
0 t
4.3 D Flip-flop
& &
& & Q
Clock
& Q
& &
D
tn tn+1 Q
D Q Q Clock
0 0 1
K Q
1 1 0
(a) (b)
129
Teknik Digital Dasar 1
(a) Dual positive-edge triggered D-FF (a) Tabel Eksitasi D-FF 74LS74 (c) Bentuk Pin D-FF (D-
(74LS74) Latch) 74LS75
(b) Simbol dan Tabel Eksitasi D- (b) Timing Diagram D-FF (D- (c) Bentuk Pin D-FF (D-Latch)
FF (D-Latch) latch) 74LS75
Gambar 4.17 Simbol, Timing Diagram, dan Bentuk IC D Flip-flop (D-Latch) 74LS75
Teknik Digital Dasar 1
4.4 T Flip-flop
Flip-flop Toggle merupakan modifikasi dari RS Flip-flop, atau juga bisa
dimodifikasi dari JK Flip-flop. Untuk memodifikasi T Flip-flop yang dibangun dari RS
Flip-flop adalah:
(a) keluaran Q disambungkan masukan S,
(b) dan keluaran Q disambungkan ke masukan R
(c) masukan clock sebagai input Toggle.
131
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 4.19 Model D Flip-flop, dan T Flip-flop yang dibangun dari RS-FF dan JK-FF
Gambar 4.20 Model state transisi Penghitung naik 0-7 menggunakan Flip-flop
133
Teknik Digital Dasar 1
c. Simulasi Rangkaian
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan computer
menggunakan software EWB atau Livewire.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam simulasi menggunakan software, yaitu
lebih baik digunakan Livewire, karena kompatibel dengan windows XP, windows7
dan windows 2010. Jika digunakan software EWB untuk simulasi, maka akan
terjadi problem ketika koneksi dengan windows 7 ke atas, terutama gambar tidak
sempurna.
135
Teknik Digital Dasar 1
a. Tabel Transisi
Table transisi untuk penghitung naik asinkron dengan pembatas, yaitu untuk
menghitung 0 5 dapat disusun sebagai berikut :
Des C B A
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
Persamaan Logika :
3 0 1 1
R = B.C
4 1 0 0
Simbol :
5 1 0 1
6 1 1 0 RESET
7 1 1 1
c. Simulasi
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan komputer
menggunakan software EWB / Livewire.
137
Teknik Digital Dasar 1
Teknik Digital Dasar 1
139
Teknik Digital Dasar 1
TUGAS 4
1. Sebutkan jenis kelompok rangkaian apa saja yang terdapat dalam rangkaian
logika sekuensial !
2. Jelaskan perbedaan antara logika dasar, logika kombinasional, dan logika
sekuensial !
3. Sebutkan jenis dan macam-macam dari Flip-flop ! Terangkan prinsip
kerjanya !
4. Sebutkan gerbang logika yang sering digunakan untuk dasar rangkaian
Flip-flop !
5. Buatlah diagram state untuk penghitung naik dan turun asinkron (0-8 dan
8-0) menggunakan JK Flip-flop!
TES FORMATIF 4
1. Terangkan prinsip kerja dari salah satu logika sekuensial yang dibangun
dari D-Flip flop !
2. Buatlah tabel eksitasi dan rangkaian berikut dengan menggunakan
gerbang sekuensial JK-Flip-flop dari diagram state berikut.
3. Buatlah JK Flip-flop yang berfungsi untuk penghitung naik dan turun 0-6
lalu turun 6-0 secara terus menerus jika diberikan clock.
Tugas:
-Buat diagram state dari rangkaian tersebut !
-Isikan bentuk tabel eksitasinya !
-Buat persamaan state dari diagram dan tabel tersebut !
141
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 4:
Teknik Digital Dasar 1
143
Teknik Digital Dasar 1
KEGIATAN BELAJAR 5
MEMAHAMI KOMPONEN DIGITAL UNTUK
DASAR LOGIKA BUFFER, DRIVER, DAN DEKODER
A. Tujuan Pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Komponen Digital (TTL dan CMOS)
2. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Buffer
3. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Driver
4. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Decoder
5. Pembangkit Sinyal Digital
C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran
D. Metode Pembelajaran
E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)
Teknik Digital Dasar 1
F. Referensi
1. Leach D. dan Malvino A. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta:
Erlangga.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.
145
Teknik Digital Dasar 1
Keluarga TTL
(74: untuk keperluan komersial, pendidikan, 54: militer)
Tegangan kerja:
Tegangan kondisi saat logika 1 (high), dan saat 0 (low) dari IC digital
tergantung jenis familinya, dan tegangan catu (supply). Berikut diberikan grafik
pemakain tegangan kerja dari masing-masing jenis famili IC.
147
Teknik Digital Dasar 1
2. Dan yang lebih aman dan benar , seharusnya badan kita harus tersambung
dengan peralatan anti statis.
3. Hal yang lain lebih penting adalah, jika dilakukan penyolderan maka harus
diperhatikan temperatur solder, dan lama waktu penyolderan, juga kualitas
solder dan timah harus standar.
4. Untuk menentukan kaki atau pin IC secara tepat prhatikan tanda pada
gambar di bawah.
149
Teknik Digital Dasar 1
5. Dalam hal penggunaan, IC TTL ini rentan patah kakinya bila digunakan
berulang-ulang, oleh karena itu bila digunakan praktek, sebaiknya digunakan
trainer yang ada soket IC-nya.
6. Tegangan catu daya (power supply) harus dilakukan pengecekan supaya
tidak terjadi kesalahan yang fatal, yaitu untuk keluarga TTL 5VDC, dan untuk
CMOS 5V-15VDC.
7. Sebaiknya sebelum praktek selalu dilakukan konfirmasi dengan data sheet
atau buku data dari IC tersebut, untuk menjamin kebenarannya.
(a) Pembalik sinyal (Inverter) (b) Buffer (c) Buffer analog sebagai
analog NOR-gate
sebagai
NAND-gate
Gambar 5.1 Berbagai contoh Buffer Analog sebagai Pengendali Sinyal Digital
Teknik Digital Dasar 1
151
Teknik Digital Dasar 1
ada risiko hubung singkat, asal dijaga bahwa pada satu saat hanya boleh satu buffer
3-state yang hidup. Buffer tri-state penting saat implementasi register. Lebih jelasnya
bisa dilihat sistem rangkaian gerbang yang ada dalam buffer 3-state (IC 74LS245).
(a) Blok Diagram Arah Data (b) Buffer 3-state 74LS245 (dalam IC)
Gambar 5.3 Blok Diagram Arah data dan Bagian Dalam Buffer 3-State 74LS245
Jadi data di blok A akan ditransfer ke bagian B, bila kontrol Enable G, dan kontrol
DIR (direction : arah), masing-masing berlogika: 0 1. Dan akan terjadi sebaliknya,
yaitu data B akan ditransfer ke bagian A, bila kontrol Enable G, dan kontrol DIR
(direction : arah), masing-masing berlogika: 0, 0. Sedangkan data akan
tersekat/terisolasi tidak bisa ditransfer kemana-mana, bila kondisi Enable G, dan
kontrol DIR, masing-masing: 1, X (sembarang: irrelevant). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar data pin dan tabel arah transfer data berikut ini.
Teknik Digital Dasar 1
Gambar 5.4 Blok Diagram Arah Data, dan Tabel Operasi Data
153
Teknik Digital Dasar 1
Sebagai gambaran hubungan antar blok diagram kontrol logika digital dengan
beban pada plant (pabrik) (gambar 5.6), dan rangkaian realisasinya secara
elektronik bisa dilihat pada gambar 5.7, dimana posisi driver ada pada kotak yang
bertanda tanya (?).
Gambar 5.6 Blok Diagram Hubungan Driver dengan Kontrol Logika Digital
Misalkan : arus yang dibutuhkan motor dc IM= 400 mA/ (motor dc ON pada
tegangan 10V sampai dengan 12Vdc), dan Transistor NPN yang
digunakan berdasarkan data sheet mempunyai = 50, IC max. 2 A, dan
VCE sat=0,2 V, VBE silikon= 0,6V; tegangan sumber Vcc=12V.
Tegangan output kontrol logika (Vo) saat logika 1=H= 5 Volt, dan saat
logika 0=L= 0,2 Volt.
Maka semua komponen, akhirnya dapat ditentukan, yaitu dengan cara:
Gambar
5.2.3.2 5.8 Multiplexer dengan Empat Masukan
Dekoder
155
Teknik Digital Dasar 1
D ekoder
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 x1 y3
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 y4
x2
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 y5
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 y6
y7
(a) (b)
Dekoder pada Gambar 5.9 memiliki tiga masukan x0, x1 dan x2 dan delapan
keluaran ( y0 y7 ). Bergantung dari kombinasi masukan. Keluaran akan berganti ke
0 maupun 1. Kombinasi masukan dan keluaran yang dikeluarkan bergantung dari
jenis atau tipe dekoder yang digunakan. Kita ambil contoh pada keluaran y6
menjadi 1 ketika input x0 = 0, x1= 1, dan x2 = 1. Pada prakteknya, dekoder yang
paling banyak dipergunakan adalah yang keluarannya dibalik. Rumus umum
dekoder adalah memiliki n masukan dan 2 pangkat n keluaran.
Teknik Digital Dasar 1
157
Teknik Digital Dasar 1
(a)
(b) Rangkaian Pembangkit Pulsa
T = Thigh + Tlow = 0,693 (R1 + R2).C1 + 0,693 (R2).C1 = 0,693 (R1 + 2R2).C1
1 1 1,44
F => F => F
T 0,693(R 1 2R2 ).C 1 (R 1 2R2 ).C1
159
Teknik Digital Dasar 1
Tugas :
1. Buat Sistem Driver dan Buffer dari Model Lampu Lalu lintas untuk
sambungan dari tugas dan tes formatif Kegiatan Belajar 3.
2. Lakukan pengujian dengan menghubungkan hasil Kegiatan Belajar
sebelumnya dengan Sistem Driver dan Buffer anda.
3. Buat Pembangkit Pulsa dari IC NE 555 dan jika sudah sambungkan
dengan Modul Lampu Lalu Lintas dari Kegiatan Belajar sebelumya.
Teknik Digital Dasar 1
TES FORMATIF
1. Rancanglah pembangkit frekuensi untuk 1 detik, dan 2 detik, dengan
menggunakan NE555.
2. Buatlah rangkaian Multiplekser dari gerbang logika dasar
3. Simulasikan rangkaian Buffer 3-state dari IC 74LS245
4. Buatlah Buffer dengan 4-masukan yang berfungsi sebagai NOR gate !
5. Kerjakan Model Lampu Lalu Lintas seperti pada tugas di atas !
161
Teknik Digital Dasar 1
Jawab Tugas 5:
Teknik Digital Dasar 1
163
Teknik Digital Dasar 1
DAFTAR PUSTAKA
7. Mano, Morris.2002. Digital Design: Third Edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Prentice Hall.
10. Susaat, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.