Anda di halaman 1dari 36

Promosi kesehatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja,
namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung
dalam membuat keputusan yang sehat.

Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:

1. menciptakan lingkungan yang mendukung,


2. mengubah perilaku, dan
3. meningkatkan kesadaran.

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada,


menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini
tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka
sendiri.

UPAYA PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN STRATEGI GLOBAL DAN STRATEGI PIAGAM


OTTAWA

Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang
kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di
lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan
lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan
penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan,
upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu
ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve,
their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an
individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan
sebagai berikut : Health promotion is programs are design to bring about changewithin
people, organization, communities, and their environment.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi
kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-
kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses
pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya
setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi
lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.
Konsep Promosi Kesehatan
Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)

Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan


terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan
upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Misi Promosi Kesehatan


Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan
perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam
rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi
merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar
dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program
dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki
peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984)


Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang
kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan.
Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang
bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan
memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan
peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat
dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari
atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar
pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi
adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan
dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan
dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari
informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi
kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah
(miskin)

Dukungan Sosial (social support)


Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan
social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang
lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana
ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan
masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan
pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari
masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya
ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di
dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita
(Kapalawi, 2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan
aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan,
partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-
bidang lainnya.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat (Tawi, 2008):
1. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang
diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses
pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.
Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita
melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih
atau anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan promosi
kesehatan.

Strategi Promkes (Piagam Ottawa, 1986)


WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada
tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara
untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari
Piagam Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut
Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan
menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua sektor pada semua
level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka
dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat
saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi.
Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan
kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu
memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat,
pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih
menyenangkan. Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk
diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini
dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk pembuat
keputusan. Kebijakan Berwawasan Kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu
memandang atau mempunyai cara pandang tentang kresehatan. Contoh sederhana ketika
camat mengeluarkan ijin mendirikan bangunan maka harus ada ketentuan bahwa yang
membuat bangunan harus membangun bangunan dengan didukung sarana kesehatan seperti
jamban keluarga..
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari
tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya
menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan
keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan
untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama
lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia
harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan
waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang
harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat
membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi
hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.terutama di
daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi- sangat esensial dan harus
diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan
masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber
daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang Mendukung
adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan
lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat
yang mempunyai lingkungan yang sehat.
3. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam
mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas -
kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas
menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk
mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang
fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan
akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk
kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu
partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jumat bersih.
4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan
informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian,
hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol
kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka
untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting.
Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam menyampaikan informasi
kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh sederhana
ketika petugas memberikan promosii kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka
petugas harus mampu membuatnya dan bias mencontohkannya.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara
individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan
pemerintah.
Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi
untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah
promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan
pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal
sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung
kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran
antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang
lebih luas.
Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian
kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus
membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan
memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.
Reorientasi Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan
bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh adalah
pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan komunikasi tentang
kesehatan.
6. Bergerak ke masa depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka
sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan
dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan
membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa
masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian
kesehatan oleh semua anggotanya.
Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan
strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara
pria dan wanita sebagai acuan utama.

Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misal : kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah

Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama

Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah
PROMOSI KESEHATAN
Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh perorangan, akan tetapi
juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sebelum berbicara lebih luas lagi,
berikut akan dijelaskan beberapa definisi sehat itu sendiri, antara lain :

1. Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938).

2. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya
terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,1947 dan UU Pokok Kesehatan No.9
tahun 1960)

3. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)

4. Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai
keluhan atau tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White,1977)

5. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23 tahun 1992)

Sejalan dengan definisi diatas, menurut H.L. Bloem (1974) bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh
faktor biologik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik
adalah merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang disebut juga dengan faktor
keturunan. Faktor keturunan ini, misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis
penyakit kelainan darah.

Disamping definisi sehat, maka harus dikenal pula istilah penyakit. Definisi penyakit cukup beragam,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat
terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbullah gangguan pada fungsi atau struktur dari
bagian, organ, atau sistem tubuh (Gold Medical-Dictionary).

2. Penyakit adalah suatu keadaan dimana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu
perjalanannya (Van Dales Groot Woordenboek der Nederlandse Tall).

3. Penyakit bukan hanya merupakan kelainan yang dapat dilihat dari luar, tetapi juga suatu gangguan
keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa penyakit merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu
gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal.
Penyakit adalah keadaan yang bersifat obyektif, sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat
subyektif. Dengan demikian dapat lebih dipahami bahwa pengertian penyakit tidak sama dengan
rasa sakit.
Menurut Gordon dan Le Richt tahun 1950, timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dapat
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Pejamu (Host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit. Faktor tersebut diantaranya faktor keturunan, mekanisme
imun/pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, dan kebiasaan
hidup.

2. Bibit penyakit (Agent), adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Elemen yang
dimaksud secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :

* Golongan nutrien, yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi
kehidupannya. Apabila seeorang mengalami kekurangan atau kelebihan dari zat gizi tersebut maka
akan timbullah penyakit-penyakit tertentu yang dapat membahayakan tubuh.

* Golongan kimia, adalah berbagai zat kimia yang ditemukan di alam (exogenous chemical
substance) dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance). Jika tubuh
terkena atau terpapar zat kimia tertentu misalnya, logam berat, gas beracun, atau debu, akan dapat
menimbulkan beberapa penyakit tertentu.

* Golongan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban
udara, tekanan udara, radiasi, atau trauma mekanis yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.

* Golongan mekanik, sering digolongkan kedalam golongan fisik, namun sesungguhnya golongan ini
lebih banyak ditemukan unsur campur tangan manusia di dalamnya, misalnya kecelakaan lalu lintas,
pukulan akibat perkelahian, dan lain-lain.

* Golongan biologik, bisa berupa jasad renik atau mikroorganisme maupun bukan jasad renik yang
dapat berasal dari tumbuhan (flora) atau hewan (fauna).

Empat golongan yang pertama sering disederhanakan sebagai golongan abiotik, sedangkan golongan
terakhir sering disebut sebagai golongan biotik. Apabila penyebab penyakit yang tergolong dalam
kategori biotik, maka penyakit yang akan ditimbulkannya akan disebut sebagai penyakit infeksi yang
dapat bersifat menular maupun tidak menular.

3. Lingkungan (Environment), yaitu merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Peran lingkungan adalah
sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik dan
lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia,
sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar
manusia.

Menderita penyakit karena daya tahan pejamu kurang


Setiap tahap perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahapan selanjutnya. Untuk mencegah
berjalannya penyakit ke tahapan yang lebih lanjut lagi, diperlukan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi usaha-usaha berikut ini :

1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek kehidupan
pasien yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.

2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.

3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of prevention) dari
Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:

a. Promosi Kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia
dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang sehat. Misalnya, promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), kesehatan olahraga, dan lain sebagainya.

b. Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih dimaksudkan untuk
mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang
yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Misalmya, Pemberian Imunisasi,
Keluarga Berencana (KB)

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), merupakan
tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan
terapi yang tepat.

d. Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksanaan terapi yang adekuat
pada pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
menyembuhkan pasien serat mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.

e. Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke


masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang
lain.

4. Pelayanan rujukan

SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada
era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health
Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter,
yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah
tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah
yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer
istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran
Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.

Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health
Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang
direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu
itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH.,
yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam
kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program
dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan
ke Bandung.

Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke
Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali
karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu
usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona
Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva
lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi
jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep
promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter,
Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama
organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

DEFINISI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai
dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan
kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa
setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular,
program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya
promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini
organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi
kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their
health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group
must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the
environment . (Ottawa Charter,1986).

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain
itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan
sebagai berikut :

Health promotion is programs are design to bring about changewithin people, organization,
communities, and their environment .

Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan
proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan
semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya
mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization),


pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi
kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi
tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).

VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam
konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi
kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan
mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,


baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,


sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan
bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan
dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus
dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu
kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program
lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu
jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi
oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan
tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat
adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan
tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
promosi kesehatan :

1. Strategi Global (Global Strategy)

* Advokasi (advocacy)

* Dukungan sosial (social support)

* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah menghasilkan


Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan strategi promosi kesehatan
yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :

* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).

* Lingkungan yang medukung (supportive environment)

* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).

* Keterampilan individu (personal skill).

* Gerakan masyarakat (community action).


*

SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok
sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi
model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan
agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy)

STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada pertengahan
tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya merupakan embrio promosi kesehatan di
Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan
kesehatan maupun eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi
profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan (health promotion)
atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to
control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan.
Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau


perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di
bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan
dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam
rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk
menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya kesehatan
merupakan sesuatu yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan
masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada


promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak
dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan
istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi,
terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana
(social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para
pembuat opini). Maka dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali
masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh
masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang
ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk
mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan
lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini
kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku
hidup sehat.

6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui


pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan:
yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where
we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat
kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa
sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan
(equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini
dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih
menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan.
Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan
perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi
kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut
untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan
tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan
seterusnya.

Diposkan oleh iQi_Donk di 18:01 0 komentar

Label: iQi-Donk

Jumat, 11 April 2008


Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

Membuat surat rujukan

Bila pasien dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan nasehat
dan pengobatan lebih lanjut, harus dikirimnkan juga surat yang berisi rincian hal-hal yang
berkaitan. Keterangan iniakan membantu petugas medis yang menerimanya untuk mengerti
riwayat dan latar belakang keadaan pasien dan pengobatan yang telah diberikan.

Aturan-aturan berikut ini merupakan pedoman dalam menulis surat rujukan :

1. gunakan bentuk surat resmi yang lazim digunakan

2. Di tempat masalah utama, tuliskan nama serta umur pasien

3. Nyatakan tanggal saat pertama kali pasien diperiksa (jangan gunakan kata-kata misalnya
"satu minggu yang lalu", yang dapat membingungkan bila terjadi keterlambatan rujukan).

4. Nyatakan perkiraan tanggal (minggu atau bulan) saat pasie mulai sakit

5. Berikan ringkasan mengenai keluhan utama, riwayat penyakit dan temuan klinis

6. Berikan ringkasan hasil pemeriksaan laboratorium.


7. yang paling penting, berikan rincian semua pengobatan yang telah diberikan, termasuk dosis
obat.

8. cantumkan juga permintaan nasehat dan pengobatan secara sopan.

9. Tanda tangani surat dengan nama anda dan tuliskan jabatan resmi anda (misalnya,
pembantu medis atau perawat yang bertugas) sebagai orang yang mengirim pasien.

10. Tuliskan alamat pasien, dan nama serta alamat kerabat terdekat pasien, di bagian bawah
surat.

III. Informasi dan Pendidikan kepada pasien

Untuk dapat memberikan informasi dan edukasi yang efektif kepada pasien,
diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, dalam hal ini dikenal dengan istilah
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Oleh karena itu, penting dibahas tentang
komunikasi.

II.1. Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata "communicate" yang artinya berpartisipasi atau


memberitahukan. Pada saat ini penertian komunikasi banyak macamnya, antara lain :

1. komuniksai adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan


rasa saling mengerti dan saling percaya sehingga terbentuk hubungan yang baik
2. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau
lebih.

Dari batasan seperti ini jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi adalah untuk
menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan. Seseorang yang tidak setuju terhadap
sesuatu hal, tetapi paham benar apa yang tidak disetujuinya tersebut, juga telah
mempunyaui komunikasi yang baik.

Dalam administrasi, peranan komunikasi ini amat penting. Peranan tersebut


diantaranya :

1. menyempurnakan pekerjaan administrasi


2. menimbulkan suasana kerja kerja yang menguntungkan.

Unsur-unsur komunikasi diantaranya adalah :

1. sumber
2. pesan
3. media

Ada dua media yaitu :

- media massa

- media antar pribadi

4. Sasaran

5. Umpan balik

6. Akibat

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

Agar proses komunikasi sebagaimana dikemukakan diatas dapat berjalan dengan lancar,
dalam arti mencapai tujuan sebagaimana diharapkan, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan. Faktor-faktor yang dimaksud pada dasarnya adalah berperan pada setiap
unsur komunikasi, yang dapat bersifat positif dalam arti menunjang keberhasilan komunikasi
atau bersifat negatif dalam arti menghambat berlangsungnya proses komunikasi.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Credibility

Artinya bahwa pesan yang disampaikan berasal dari sumber yang berkualitas.

2. Content

Artinya pesan yang disampaikan mengandung isi yang ada manfaatnya bagi sasaran.

3. Context
Artinya bahwa pesan yang disampaikan ada hubungannya dengan kepentingan dan
ataupun kehidupan sehari-hari.

4. Clarity

Artinya haruslah dipilih pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga pesan yang
disampaikan lebih mudah diterima secara jelas

5. Continuity and consistency

Artinya pesan yang akan dikomunikasikan tersebut harus sering dan terus menerus
disampaikan.

6. Channels

Artinya harus dapat dipilih media penyampai pesan yang sesuai dengan sasaran yang akan
dicapai.

7. Capability of the audience

Artinya dalam penyampaian pesan harus diperhitungkan kemampuan dari sasaran dalam
menerima pesan

Pasien menginginkan pelayanan. Bila telah mengerti masalah mereka, dan telah datang
kepada pekerja kesehatan untuk mencari pemecahan, mereka berhak untuk didengarkan.
Kebutuhan dalam bidang kesehatan dari suatu masyarakat sering tercermin mula-mula pada
mereka yang sakit. Bagi tim kesehatan, pengobatan penyakit mungkin bukan merupakan
kebutuhan utama, tetapi untuk mendapatkan kerja sama masyarakat, tim kesehatan
pertama-tama harus memenuhi kebutuhan yang merasa tunjukkan ini.

Sering kali sulit untuk menemukan apa yang merupakan tujuan masyarakat, atau
seberapa besar kebutuhan sekelompok masyarakat akan perbaikan kesehatan atau
perubahan sosial atau lingkungan lain yang dapat meningkatkan mutu kehidupan. Dalam
setiap kelompok masyarakat, rakyat harus ikut serta dalam menentukan tujuan-tujuan
kesehatan mereka sendiri; staf kesehatan tidak diperbolehkan untuk menentukannya
sendiri. Namun, beberapa orang akan mencoba mempengaruhi rakyat secara tidak
semestinya untuk memenuhi kepentingannya sendiri, dan para pekerja kesehatan harus
mengimbangi pengaruh tersebut dengan mendorong semua orang berperan serta dalam
penetapan tujuan. Suatu keadaan belum merupakan masalah sampai keadaan tersebut
dipandang sebagai suatu masalah. Para pekerja kesehatan harus waspada terhadap
banyak masalah kesehatan masyarakat yang tidak tampak bagi masyarakat setempat.
Salah satu fungsi pendidikan kesehatan bagi mereka adalah membantu agar mereka sadar
akan masalah-masalah ini. Sebelum mereka sampai pada kesadaran ini, para pekerja
kesehatan tidak akan mampu mendorong mereka untuk berusaha memecahkan masalah
mereka sendiri.

IV. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari "guidance" dan "counseling"


dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah "guidance" berarti : - mengarahakan (to direct)

- memandu (to pilot)

- mengelola (to manage)

Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) mengemukakan bahwa :

" guidance may be defined as that park of the total educational program that helps provide
the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can
develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratic idea"

Shertzer and Stone (1971) mengartikan bimbingan sebagai "... proses of helping an
individual to understand himself and his world ( proses pemberiam bantuan kepada individu
agar mampu memahami diri dan lingkungannya "

Sunaryo Kartadinata (1998) mengartikan sebagai " proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan yang optimal ". Sementara Rochman Natawidjaya (1987)
mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tersebut dapat memahami dirinya ,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Bimbingan
membantu individu untuk mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makluk
sosial.

Istilah bimbingan sering dirangkai dengan konseling. Robinson (1986) mengartikan


konseling adalah " semua bentuk hubungan antara dua orang dimana yang seorang, yaitu
klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya ". Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan
wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatif atau mengajar,
meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan
usaha-usaha penyembuhan (terapi).

Shertzer dan Stone (1980) dalam bahasannya menyimpulkan bahwa : "Counseling is


an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and
environmentand result in the establishment and clarification of goals and values of future
behavior ".

Lebih jauh, Pietrofesa dan kawan-kawan(1980) menunjukan sejumlah ciri-ciri


konseling profesional sebagai berikut.

a. konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang
sudahdilatih untuk pekerjaannya itu.

b. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan
keputusan , pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru.

c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.

ASCA (American School Counselor Association) megemukakan bahwa :

Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor
mempergunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk membantu kliennya mengatasi
masalah-masalahnya.

Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu.


Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu
tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor
adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
klien.

Hubungan dalam konseling bersifat intrapersonal. Terjadi dalam bentuk


wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu, melainkan
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-
nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain.
Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara
konselor dan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada
kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

Dari seluruh pengertian konseling yang ada, Shertzer dan Stone (1980)
menyimpulkan bahwa yang menjadi tujuan konseling adalah "mengadakan perubahan
perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan ".

Diposkan oleh iQi_Donk di 18:04 0 komentar

Label: iQi-Donk

Kamis, 24 Januari 2008


Promosi Kesehatan

NYAMUK
Sebagaimana yang telah disebutkan, dalam banyak ayat Al Quran Allah memerintahkan manusia
untuk memperhatikan alam dan melihat "tanda-tanda" di dalamnya. Semua makhluk hidup dan tak
hidup di alam semesta diliputi oleh tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka semua
"diciptakan", bahwa mereka menunjukkan kekuasaan, ilmu, dan seni dari "Pencipta" mereka.
Manusia bertanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda ini dengan menggunakan akal budinya,
untuk memuliakan Allah.

Walau semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk Allah secara khusus
dalam Al Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Di surat Al Baqarah ayat 26, nyamuk disebutkan:

"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah
dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari
Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik."(Al Bagarah, ayat 26)
Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang biasa dan tidak penting. Namun, ternyata
nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran
Allah. Inilah sebabnya "Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu".

Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan menggunakan antenanya-organ
pendengar-untuk menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan
antena nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan
nyamuk betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang
membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di udara.
Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina
memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan
melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan
nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan. Sejak saat itu, nyamuk betina
memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.

Perjalanan Luar Biasa Sang Nyamuk

Pada umumnya, nyamuk dikenal sebagai pengisap dan pemakan darah. Hal ini ternyata tidak terlalu
tepat, karena yang mengisap darah hanya nyamuk betina. Selain itu, nyamuk betina tidak
membutuhkan darah untuk makan. Baik nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga.
Nyamuk betina mengisap darah hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk
membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk
memelihara kelangsungan spesiesnya.

Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang paling mengesankan dan
mengagumkan. Berikut ini adalah kisah singkat tentang transformasi makhluk hidup dari seekor larva
renik melalui beberapa tahap menjadi seekor nyamuk:

Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun
lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur. Sebelumnya, si induk memeriksa
permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya. Setelah
menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu
milimeter, tersusun dalam satu baris, secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur
dalam bentuk tertentu, saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini
bisa terdiri atas 300 telur.

Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu menghitam
dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi larva, agar takterlihat oleh
burung atau serangga lain. Selain telur, warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan
lingkungan, sehingga mereka lebih terlindungi.

Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui berbagai proses kimia
rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik
perubahan warna dalam tahap perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini.
dengan kemampuan sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk
telah diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul.

Menetasnya Telur

Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang terus-
menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit, sehingga mereka tidak
bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya untuk pergantian kulit yang pertama.
Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi
sampai selesai berkembang.

Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air, dengan
menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini membuat bakteri
atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil bergantung terjungkir di dalam air, larva
bernapas melalui pipa udara yang mirip "snorkel" yang digunakan para penyelam. Tubuhnya
mengeluarkan cairan kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk
bernapas. Singkatnya, makhluk hidup ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan rumit
yang berhubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki pipa udara, ia tidak
akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air.
Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap
ini. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan kata
lain, ia telah diciptakan.

Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda dengan sebelumnya. Pada
tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir, yaitu tahap kepompong. Kepompong yang
mereka tempati menjadi sangat sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari
kepompong. Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit dipercaya
bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk yang sama. Sebagaimana
yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun
nyamuk betina.

Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya pernapasan, sebab
lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa udara akan tertutup. Sejak tahap
ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja
muncul pada bagian depan tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air
sebelum pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap terbang,
lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan
matanya yang besar.

Kepompong tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah bocornya air ke
dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek ini ditutupi suatu cairan
kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari sentuhan air. Ini saat yang sangat
penting. Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas
air dan hanya kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia berhasil.
Bagaimana nyamuk pertama kali mendapatkan "kemampuan" bertransformasi seperti ini?
Mungkinkah sebuah larva "memutuskan" untuk berubah menjadi seekor nyamuk setelah berganti
kulit tiga kali? Tentu tidak! Sangatlah jelas bahwa makhluk hidup mungil ini, yang dijadikan
perumpamaan oleh Allah, telah diciptakan sedemikian secara khusus.

Sistem Pernapasan

Dalam sistem pernapasannya, larva mengisap udara dengan menggunakan pipa berongga yang
didorong ke atas permukaan air. Sementara itu, larva menggantung terjungkir di bawah air. Suatu
cairan kental mencegah masuknya air ke lubang yang digunakan larva untuk bernapas.

Gnats during their pupal stages = Nyamuk dalam tahap kepompong

Ketika nyamuk keluar dari air, kepalanya tidak boleh menyentuh air sama sekali. Jika tidak bernapas
satu saat saja, napasnya akan terputus. Angin sepoi atau riak kecil pada permukaan air pun dapat
berakibat fatal bagi nyamuk.

Bagaimana Nyamuk Mengindra Dunia Luar?

Nyamuk dilengkapi dengan penerima panas yang sangat peka. Mereka mengindra segala sesuatu di
sekitar mereka dalam berbagai warna menurut panasnya, sebagaimana terlihat pada gambar di
sebelah kanan. Karena pengindraannya tidak bergantung pada cahaya, nyamuk sangat mudah
menentukan letak pembuluh darah dalam ruangan yang gelap sekalipun. Penerima panas pada
nyamuk cukup peka untuk mendeteksi perbedaan suhu hingga sekecil 1/1000 C.

Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan

Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang mengatur kerja
sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.

Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan bibir pada
belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus khusus yang membuka
selama proses pengisapan darah.

Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara menghunjamkan belalainya
dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang atas yang setajam pisau dan rahang
bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah
maju-mundur seperti gergaji dan mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat
diselipkan melalui irisan pada kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir.
Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah.

Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan menyebabkan
tubuh manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan menghentikan kebocoran. Enzim
ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh manusia juga akan segera bereaksi
membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk
tidak akan bisa mengisap darah lagi.

Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia menyuntikkan cairan
khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku
darah. Maka, nyamuk dapat mengisap darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa
gatal dan bengkak pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan
darah ini.

Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh perorangan, akan tetapi
juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sebelum berbicara lebih luas lagi,
berikut akan dijelaskan beberapa definisi sehat itu sendiri, antara lain :

1. Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938).
2. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya
terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,1947 dan UU Pokok Kesehatan No.9
tahun 1960)
3. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)
4. Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai
keluhan atau tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White,1977)
5. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23 tahun 1992)

Sejalan dengan definisi diatas, menurut H.L. Bloem (1974) bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh
faktor biologik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik
adalah merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang disebut juga dengan faktor
keturunan. Faktor keturunan ini, misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis
penyakit kelainan darah.

Disamping definisi sehat, maka harus dikenal pula istilah penyakit. Definisi penyakit cukup beragam,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat
terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbullah gangguan pada fungsi atau struktur dari
bagian, organ, atau sistem tubuh (Gold Medical-Dictionary).
2. Penyakit adalah suatu keadaan dimana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu
perjalanannya (Van Dales Groot Woordenboek der Nederlandse Tall).
3. Penyakit bukan hanya merupakan kelainan yang dapat dilihat dari luar, tetapi juga suatu gangguan
keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa penyakit merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu
gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal.
Penyakit adalah keadaan yang bersifat obyektif, sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat
subyektif. Dengan demikian dapat lebih dipahami bahwa pengertian penyakit tidak sama dengan
rasa sakit.
Menurut Gordon dan Le Richt tahun 1950, timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dapat
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Pejamu (Host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit. Faktor tersebut diantaranya faktor keturunan, mekanisme
imun/pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, dan kebiasaan
hidup.
2. Bibit penyakit (Agent), adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Elemen yang
dimaksud secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :

* Golongan nutrien, yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi
kehidupannya. Apabila seeorang mengalami kekurangan atau kelebihan dari zat gizi tersebut maka
akan timbullah penyakit-penyakit tertentu yang dapat membahayakan tubuh.
* Golongan kimia, adalah berbagai zat kimia yang ditemukan di alam (exogenous chemical
substance) dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance). Jika tubuh
terkena atau terpapar zat kimia tertentu misalnya, logam berat, gas beracun, atau debu, akan dapat
menimbulkan beberapa penyakit tertentu.
* Golongan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban
udara, tekanan udara, radiasi, atau trauma mekanis yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
* Golongan mekanik, sering digolongkan kedalam golongan fisik, namun sesungguhnya golongan ini
lebih banyak ditemukan unsur campur tangan manusia di dalamnya, misalnya kecelakaan lalu lintas,
pukulan akibat perkelahian, dan lain-lain.
* Golongan biologik, bisa berupa jasad renik atau mikroorganisme maupun bukan jasad renik yang
dapat berasal dari tumbuhan (flora) atau hewan (fauna).

Empat golongan yang pertama sering disederhanakan sebagai golongan abiotik, sedangkan golongan
terakhir sering disebut sebagai golongan biotik. Apabila penyebab penyakit yang tergolong dalam
kategori biotik, maka penyakit yang akan ditimbulkannya akan disebut sebagai penyakit infeksi yang
dapat bersifat menular maupun tidak menular.

3. Lingkungan (Environment), yaitu merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Peran lingkungan adalah
sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik dan
lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia,
sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar
manusia.

Menderita penyakit karena daya tahan pejamu kurang


Setiap tahap perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahapan selanjutnya. Untuk mencegah
berjalannya penyakit ke tahapan yang lebih lanjut lagi, diperlukan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi usaha-usaha berikut ini :
1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek kehidupan
pasien yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.
2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of prevention) dari
Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:
a. Promosi Kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia
dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang sehat. Misalnya, promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), kesehatan olahraga, dan lain sebagainya.
b. Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih dimaksudkan untuk
mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang
yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Misalmya, Pemberian Imunisasi,
Keluarga Berencana (KB)
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), merupakan
tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan
terapi yang tepat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksanaan terapi yang adekuat
pada pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
menyembuhkan pasien serat mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
e. Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang
lain.
4. Pelayanan rujukan

SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada
era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health
Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter,
yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah
tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah
yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer
istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran
Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health
Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang
direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu
itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH.,
yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam
kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program
dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan
ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke
Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali
karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu
usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona
Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva
lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi
jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep
promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter,
Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama
organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

DEFINISI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai
dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan
kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa
setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular,
program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya
promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini
organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi
kesehatan :

Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their
health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group
must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the
environment . (Ottawa Charter,1986).

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain
itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan
sebagai berikut :
Health promotion is programs are design to bring about changewithin people, organization,
communities, and their environment .

Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan
proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan
semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya
mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization),
pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi
kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi
tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan


Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam
konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi
kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan
mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,


baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan
bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan
dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus
dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu
kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program
lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu
jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi
oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan
tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat
adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan
tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
promosi kesehatan :
1. Strategi Global (Global Strategy)

* Advokasi (advocacy)
* Dukungan sosial (social support)
* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)


Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah menghasilkan
Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan strategi promosi kesehatan
yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :

* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).


* Lingkungan yang medukung (supportive environment)
* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
* Keterampilan individu (personal skill).
* Gerakan masyarakat (community action).
*

SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok
sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)


Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi
model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)


Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan
agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy)

STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada pertengahan
tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya merupakan embrio promosi kesehatan di
Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan
kesehatan maupun eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi
profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan (health promotion)
atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia ini adalah bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to
control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan.
Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau
perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di
bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan
dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam
rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk
menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya kesehatan
merupakan sesuatu yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan
masyarakat.
4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada
promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak
dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan
istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi,
terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana
(social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para
pembuat opini). Maka dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali
masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh
masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang
ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk
mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan
lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini
kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku
hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui
pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan:
yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where
we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat
kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa
sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan
(equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini
dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih
menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan.
Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan
perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi
kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut
untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan
tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan
seterusnya.

Diposkan oleh iQi_Donk di 02:58 0 komentar

Label: iQbal

Posting Lama Beranda

Langgan: Entri (Atom)

Anda mungkin juga menyukai