Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PARASITOLOGI

TREMATODA USUS (INTESTINAL FLUKES)

Untuk Memenuhi Tugas :


Parasitologi

Dosen Pengampu :
Solikhah Anna Estikomah, S.Si, M.Si

Kelompok 2
Resta Amanda 362015711130
Sintia Ayu 362015711125
Salamatul Maimanah 362015711143
Sri Fatiyah 362015711135
Diah Masrifah 362015711123

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Darussalam Gontor
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah akan membahas tentang trematoda usus, di ketahui bahwa
Trematoda usus yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga
fasciolidae, echinostomatidae dan heterophyidae. Dalam daur hidup trematoda
usus tersebut, seperti pada trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes
perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista, berlanjut menjadi
redia dan serkaria.
Serkaria yang di bentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar
dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air. Tujuan akhir serkaria tersebut
adalah hospes perantara II, yang dapat berupa keong jenis yang lebih
besar,bebrapa jenis ikan air tawar atau tumbuh-tumbuhan air.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mempelajari Trematoda Usus
2. Untuk Mempelajari Fasciolopsis Buski
3. Untuk Mempelajari Heteropydae
4. Untuk Mempelajari Echinostoma
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Trematoda Usus


Mirasidium yang bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang
bebas dalam air untuk masuk ke dalam tubuh hospes perantara I yang sesuai.
Biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus
Segmentina, Hippeutus dan Gyraulus. Dalam keong, mirasidum tumbuh
menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung dan hati
keong.
Bila sporokista matang menjadi koyak dan melepaskan banyak radia
induk. Dalam radia di bentuk banyak radia anak, yang pada giliranya
membentuk serkaria, serkaria ini seperti mirasidum yang dapat berenang
bebas dalam air, berbentuk seperti kecebong, ekornya melurus dan
meruncing pada ujungnya.Badan sarkaria ini mirip cacing dewasa yaitu
mempunyai batil isap kepala dan batil isap perut.
Mirasidum atau serkaria yang dalam batas waktu tertentu belum
menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapat berenang dengan
ekornya, atau merayap dengan menggunakan batil isap. Serkaria tidak
menunjukan kecenderungan memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk
tumbuh menjadi metaserkaria yang berbentuk kista.

2.2 Fasciolopsis Buski


Cacing trematoda fasciolopsis buski adalah suatu trematoda yang di
dapatkan pada manusia atu hewan. Trematoda tersebut mempunyai ukuran
terbesar di antara treramatoda lain yang di temukan pada manusia. Cacing
ini pertama kali di temukan oleh busk (1843) pada otoupsi seorang pelaut
yang meninggal di London.

A. Hospes Dan Nama Penyakit


Hospes definitif merupakan manusia dan babi, tetapi terdapat hewan
lain seperti anjing dan kelinci juga dapat di hinggapi. Penyakit yang di
sebabkan cacing ini di sebut fasiolopsiasis
B. Distribusi Geografis
Fasciolopsis buski adalah cacing trematoda yang sering di temukan
pada manusia dan babi di RRC. Cacing ini juga dilaporkan dari berbagai
Negara seperti Taiwan,Vietnam,Thailand,India,dan Indonesia.

C. Morfologi Daur Hidup


Cacing dewasa yang di temukan pada manusia mempunyai ukuran
panjang 2-7,5cm dan lebar 0,8-2,0cm. Bentuknya agak lonjong dan
tebal.biasanya kutikulum di tutupi duri-duri kecil yang letaknya
melintang.duri-duri tersebut sering rusak karena cairan usus.batil isap
berukuran kira-kira ukuran batil isap perut. Dua buah testis yang
bercabang cabang letaknya agak tandem di bagian posterior dari cacing.
Pitelaria letaknya lebih lateral dari sekum, meliputi badan cacing setinggi
batil isap perut sampai keujung badan ovarium bentuknya agak bulat. Uterus
berpangkal pada ootip, berkelok-kelok kearah anterior badan cacing, ukuran
bermuara pada atrium genital, pada sisi anterior batil isap perut.
Telur berbentuk agak lonjong berdinding tipis transparan, dengan
sebuah operculum yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran
panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85 mikron.setiap ekor cacing dapat
mengeluarkan 5000-48000 butir telur sehari. Telur-telur tersebut dalam air
bersuhu 70 derajat sampai 32 derajat C, menetas setelah 3-7 minggu.
Mirasidium yang bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang bebas
dalam air untuk masuk ke dalam tubuh hospes perantara I yang sesuai.
Biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus
segmentina, hippeutus, dan gyraulus, dalam keong, mirasidum tumbuh
menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung dan hati
keong. Bila sporokista matang menjadi koyak dan melepaskan banyak radia
induk. Dalam radia di bentuk banyak radia anak, yang pada giliranya
membentuk serkaria,sarkaria ini seperti miresidum yang dapat berenang
bebas dalm air, berbentuk seperti kecebong, ekornya melurus dan
meruncing pada ujungnya, berukurang kira-kira 500 mikron dengan badan
agak bulat dengan berukuran 195 mikron x 145 mikron.
D. Patologi Dan Gejala Klinis
Cacing dewasa fasciolopsis buski, melekat dengan perantara batil isap
perut pada mukosa usus muda seperti duodenum dan jujenum, cacing ini
memakan isi usus, maupun permukaan mukosa usus, pada tempat pelekatan
cacing tersebut terdapat peradangan, tukak (ulkus), maupun abses, apabila
terjadi erosi kapiler pada tempat tersebut, maka timbul pendarahan, cacing
dalam jumlah besar dapat menyebabkan sumbatan yang menimbulkan
gejala ileus akut.
Gejala klinis yang dini pada akhir masa inkubasi adalah diare dan nyeri,
uluhati (epigastrium) diare yang mulanya di selingi konstipasi, kemudian
menjadi persisten, warna tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan
berisi makanan yang tidak di cerna, pada beberapa pasien nafsu makan
cukup baik atau berlebihan walaupun ada yang mengalami gejala mual,
muntah, atau tidak memiliki selera (semua ini tergantung dari berat ringanya
penyakit).

E. Diagnosis
Sering gejala klinis seperti di atas di dapatkan di suatu daerah pada
ademi, cukup untuk menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis namun
diagnosa pasti dengan menemukan telur dalam tinja.

F. Pengobatan
Obat yang efektif untuk penyakit ini adalah diklorofen, niklosamid dan
prazikuantel.

G. Prognosis
Penyakit dapat menyebabkan kematian, akan tetapi bila di lakukan
pengobatan sedini mungkin masih dapat memberi harapan untuk sembuh,
masalah yang penting adalah reinfeksi yang sering terjadi pada penderita.
H. Epidemiologi
Infeksi pada manusia tergantung pada kebiasaan makan tumbuh-
tumbuhan air yang mentah dan tidak di masak sampai matang.
Membudidayakan tumbuh-tumbuhan air di daerah yang tercemar dengan
kotoran manusia maupun babi dapat menyebarluaskan penyakit tersebut.
Kebiasaan mengenai defekasi, pembuangan kotoran ternak dan cara
membudidayakan tumbuh-tumbuhan air untuk konsumsi harus di ubah atau
di perbaiki untuk mencegah meluasnya penyakit fasiolopsiasis.

2.3 Heterpyhidae
A. Pengertian Dan Morfologi
Cacing keluarga Heterophyidae adalah cacing trematoda kerdil,
berukuran sangat kecil, hanya kurang lebih beberapa milimeter. Cacing ini
pertama kali ditemukan oleh Biliharz (1851) pada autopsi seorang Mesir di
Kairo.
Cacing ini sangat banyak, umumnya makhluk pemakan ikan seperti
manusia, kucing, anjing, rebah, dan jenis burung-burung tertentu. Nama
penyakitnya adalah heterofiasis. Cacing ini ditemukan di Mesir, Turki,
Jepang, Korea, RRC, Taiwan, filipina, dan Indonesia.
Cacing dari keluarga Heterophyidae berukuran panjang antara 1-1,7
mm dan lebar antara 0,3-0,75 mm, kecuali genus Haplorchis yang jauh lebih
kecil, yaitu panjang 0,41-0,51 mm dan lebar 0,24-0,3 mm. Disamping batil
isap perut, ciri khas yang lain adalah batil isap kelamin yang terdapat di
sebelah kiri belakang.

B. Daur Hidup
Cacing ini mempunyai 2 buah testis yang lonjong, ovarium kecil yang
agak bulat dan 14 buah folikel fitelin yang letaknya samping lateral,
letaknya diantara dua sekum, telur agak berwarna coklat muda, mempunyai
overkulum, berukuran 26,5-30 x 15-17 mikron, berisi mirasidium.
Mirasidium yang keluar dari telur menghinggapi keong air tawar/payau,
seperti genus viranella, ceritidia, semisulcuspira, seperi hospes perantara
satu dan ikan dari genus mugil, tilapia, aphanius, acantiogobius, clareas dan
lain-lain sebagai perantara dua. Dalam keong mirasidium tumbuh menjadi
proskista kemudian menjadi banyak redia induk, berlanjut banyak menjadi
redia anak. Untuk pada gilirannya membentuk serkaria. Serkaria
menghinggapi ikan-ikan tersebut dan masuk ke otot-ototnya untuk tumbuh
menjadi metaserkaria.
Manusia mendapatkan infeksi karena makan daging ikan mentah, atau
yang dimasak kurang matang. Pada ikan genus pelectoglosus dan
sejenisnya, metaserkaria tidak masuk ke dalam otot akan tetapi hinggap di
sisik dan siripnya. Metaserkaria yang turut dimakan dengan daging mentah,
tumbuh menjadi cacing dewasa dalam 14 hari dan bertelur.

C. Patologi Dan Gejala Klinis


Pada infeksi keluarga Heterophyidae biasanya stadium dewasa
menyebabkan iritasi ringan pada usus halus, namun ada beberapa jenis
cacing yang mungkin dapat menembus vilus usus. Telurnya dapat
menembus masuk aliran getah bening dan menyangkut di katub-katub atau
otot jantung dan mengakibatkan payah jantung. Kelainan ini terutama
dilaporkan infeksi cacing metagonimus atau Haplorchis yokogawai. Telur
atau cacing dewasa dapat bersarang di jaringan otak dan menyebabkan
kelainan disertai gejala-gejalanya. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh
infeksi berat cacing tersebut adalah mulas dan diare berlendir, serta nyeri
tekan pada perut.

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada tinja.

E. Pengobotan
Obat yang tepat untuk penyakit cacing ini adalah praziquantel.

F. Prognosis
Penyakit heterofiasis biasanya ringan dan tidak membahayakan, dapat
diobati sampai sembuh.
2.4 Echinostomatidae
A. Sejarah
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira 11
spesies atau lebih. Garisson (1907) adalah sarjana yang pertama kali
menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidana pribumi di
Filipina. Tubangui (1931) berhasil menemukan bahwa Ratus rattus
norvegicus merupakan hospes resevoar cacing tersebut. Chen (1934)
melaporkan bahwa anjing-anjing setempat di canton RRC, dihinggapi
cacing tersebut. Brug dan Tesch (1973) melaporkan spesies Echinostoma
lindoense pada manusia di palu, Sulawesi Tengah. Bonne Bras dan lie kian
joe (1948) menemukan Echinodestomata ilocanum pada penderita sakit
jiwa di jawa.
Brug dan Tesch melaporkan bahwa di Indonesia ditemukan 5 spesies
cacing Echinostoma, yaitu : Echinodestomata ilocanum, Echinodestomata
malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum dan
Echinostoma revolatum.

B. Hospes dan Nama Penyakit


Hospes cacing keluarga Echinostomatidae sangat beraneka ragam. yaitu
manusia, tikus, anjing, burung, ikan dan lain-lain (poliksen). Nama
penyakitnya disebut ekinostomiasis.

C. Distribusi geografik
Cacing tersebut kecuali ditemukan di Filipina, Cina dan Indonesia juga
dilaporkan dari India.

D. Morfologi dan Daur Hidup


Cacing trematoda dari keluarga Echinostomatidae, dapat dibedakan
dari cacing trematoda lain, dengan adanya ciri-ciri khas berupa duri-duri
leher dengan jumlah antara 37 buah sampai kira-kira 51 buah, letaknya
dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari bagian belakang serta
samping batil isap kepala. cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran
panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 0,7 mm hingga 2,5
3,5 mm.
Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya bersusun tandem
pada bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3
badan cacing dan melanjut hingga bagian posterior. Cacing dewasa hidup
diusus halus, mempunyai warna agak merah ke abu-abuan. telur mempunyai
operculum, besarnya berkisar antara 103-137 x 59 75 mikron. Telur
setelah 3 minggu dalam air, berisi tempayak yang disebut mirasidium. Bila
telur menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada
hospes perantara I yang berupa keong jenis kecil seperti genus anisus,
gyraulus, lymnae, dan sebagainya.
Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokista,
kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang kemudian
membentuk serkaria yang pada suatu saat berjumlah banyak. Dilepaskan
kedalam air oleh redia yang berada dalam keong. Serkaria ini kemudian
hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif.
Hospes perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus
vivivar/bellamya, pila atau corbicula.
Ukuran Besar cacing, jumlah duri-duri sirkumoral, bentuk testis,
ukuran telur, dan jenis hospes perantara digunakan untuk mengidentifikasi
spesies cacing.

E. Patologi dan Gejala Klinis


Biasanya cacing Echinostema menyebabkan kerusakan ringan pada mukosa
usus dan tidak menimbulkan timbulnya radang kataral pada dinding usus,
atau ulserari. Pada anak dapat menimbulkan gejala diare, sakit perut,
anemia, dan sembab (edema).

F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja.

G. Pengobatan
Tetraklorotilenn adalah obat yang dianjurkan akan tetapi penggunaan obat-
obat baru yang lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.
H. Prognosis
Penderita biasanya tidak menunjukkan gejala yang berat, dapat sembuh
setelah pengobatan.

I. Epidemiologi
Keong sawah yang digunakan untuk konsumsi sebaiknya dimasaki sampai
matang, sebab bila tidak, metaserkaria dapat hidup dan tumbuh menjadi
cacing dewasa.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cacing merupakan penyebab dari banyak penyakit, terutama cacing
usus. Cacing usus terdiri dari 3 macam, diantaranya Fasciolopsis Buski,
Echinostomatidae dan Heterophydae. Hospesnya merupakan manusia dan
hewan. Penyakit yang ditimbulkan, diantaranya fasciolopsiasis,
ekinostomiasis dan heteropidiasis. Jika segera ditangani dan diobati,
penyakit tersebut dapat teratasi.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, semoga kritik dan saran dari para pembaca
dapat memberi kesempurnaan dikemudian harinya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada srisasi. Parasitologi kedokteran.edisi ke tiga. Fakultas kedokteran


universitas indonesia. Jakarta
Staf pengajar departemen parasitologi. Parasitologi kedokteran. Fkui jakarta. Edisi
keempat, 2008.
Http://id.wikipedia.org/wiki/trematoda
Http://isharmanto.blogspot.com/2017/02/02 trematoda.html
Http://infoterbaruterlengkap.blogspot.com/2017/02/02 ciri-habitat-dan-contoh-
trematoda.html
Http://haryati-1992.blogspot.com/2017/02/02 cacing-trematoda-cacing
dauncacing.html
Http://rubriksehat.blogspot.com/2017/02/02 cacing-trematoda.html

Anda mungkin juga menyukai