Anda di halaman 1dari 11

pengenalanalatalatukurradiasipengen

alanalatalatukurradiasipengenalanalat
alatukurradiasipengenalanalatalatuku
rradiasipengenalanalatalatukurradiasi
LAPORAN PRAKTIKUM
ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI
pengenalanalatalatukurradiasipengen
alanalatalatukurradiasipengenalanalat
Pengenalan Alat-Alat Ukur Radiasi

alatukurradiasipengenalanalatalatuku
rradiasipengenalanalatalatukurradiasi
pengenalanalatalatukurradiasipengen
alanalatalatukurradiasipengenalanalat
alatukurradiasipengenalanalatalatuku
rradiasipengenalanalatalatukurradiasi
pengenalanalatalatukurradiasipengen
Disusun Oleh :
Nama : Tino Umbar

alanalatalatukurradiasipengenalanalat
NIM : 011100301
Jurusan/Semester : Teknokimia Nuklir/III
Rekan Kerja : 1. Dian Puspita H

alatukurradiasipengenalanalatalatuku
2. Niken S.W
3. Ridho Wahyu T
Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2012
rradiasipengenalanalatalatukurradiasi
Asisten : Maria Christina P

pengenalanalatalatukurradiasipengen
alanalatalatukurradiasipengenalanalat
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
alatukurradiasipengenalanalatalatuku
YOGYAKARTA
2012
rradiasipengenalanalatalatukurradiasi
pengenalanalatalatukurradiasipengen
alanalatalatukurradiasipengenalanalat
PENGENALAN ALAT-ALAT UKUR RADIASI

Tujuan
1. Mengetahui beberapa alat ukur radiasi
2. Mengetahui cara kerja beberapa alat proteksi radiasi
3. Mengetetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi
4. Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi

Materi
Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua jenis potensi
paparan:
1. Paparan eksterna : untuk penetrasi radiasi yang dipancarkan oleh sumber diluar tubuh
manusia.
2. Paparan interna : dimana sekumpulan material radioaktif dalam suatu bentuk mempunyai
kemampuan masuk dan berinteraksi dengan tubuh manusia.
Apabila kita terkena radiasi dari luar tubuh maka kita menyebutnya sebagai radiasi eksterna.
Partikel a, b, sinar g, sinar-X dan neutron adalah jenis radiasi pengion, tetapi tidak semua
memiliki potensi bahaya radiasi eksterna. Partikel a memiliki daya ionisasi yang besar, sehingga
jangkauannya di udara sangat pendek (beberapa cm) dan dianggap tidak memiliki potensi bahaya
eksterna karena tidak dapat menembus lapisan kulit luar manusia. Partikel b memiliki daya
tembus yang jauh lebih tinggi dari partikel a. Daya tembus partikel b dipengaruhi besar energi.
Partikel b berenergi tinggi mampu menjangkau beberapa meter di udara dan dapat menembus
lapisan kulit luar beberapa mm. Oleh karena itu, partikel b memiliki potensi bahaya radiasi
eksterna kecil, kecuali untuk mata. Sinar-X dan sinar g adalah gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang pendek dan meiliki kemampuan menembus semua organ tubuh,
sehingga mempunyai potensi bahaya radiasi eksterna yang signifikan. Neutron juga memiliki
daya tembus yang sangat besar. Neutron melepaskan energi didalam tubuh karena neutron
dihamburkan oleh jaringan tubuh, Neutron memiliki potensi bahaya radiasi eksterna yang tinggi
sehingga memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Jika zat yang memancarkan radiasi
berada di dalam tubuh, kita sebut dengan radiasi interna. Partikel a mempunyai potensi bahaya
radiasi interna yang besar karena radiasi a mempunyai daya ionisasi yang besar sehingga dapat
memindahkan sejumlah besar energi dalam volume yang sangat kecil dari jaringan tubuh dan
mengakibatkan kerusakan jaringan disekitar sumber radioaktif. Partikel b mempunyai potensi
bahaya radiasi interna yang tingkatannya lebih rendah dari a. Karena jangkauan partikel b
didalam tubuh jauh lebih besar dari partikel a di dalam tubuh, maka energi b akan dipindahkan
dalam volume jaringan yang lebih besar. Kondisi ini mengurangi keseluruhan efek radiasi pada
organ dan jaringan sekitarnya. Sinar g memiliki daya ionisasi yang jauh lebih rendah
dibandingkan a dan b, sehingga potensi radiasi internanya sangat rendah.

011100301 Page 2
Prinsip kerja peralatan alat ukur radiasi pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah
radiasi terhadap detektor (sensor) yang sedemikian rupa sehingga tanggap (respon) dari alat akan
sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang diukur.
Dalam penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi radiasi, yang
dibedakan atas : Surveymeter, Dosimeter personal, dan Monitor kontaminasi

A. Surveymeter (Alat Ukur Laju Dosis / Doserate meter)


Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area
secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang
akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan
informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak
terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan.
Sebagaimana fungsinya, suatu surveimeter harus bersifat portable meskipun tidak
perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter terdiri atas detektor dan
peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut. Cara pengukuran yang diterapkan
adalah cara arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai
intensitas radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala
dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam.

Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti detektor
isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis,
detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi juga
banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi
yang tinggi.
Terdapat beberapa jenis surveimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang sesuai
sebagai berikut:
1. Surveymeter Gamma.

011100301 Page 3
Surveimeter gamma merupakan surveimeter yang sering digunakan dan pada
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering
digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).
2. Surveymeter Beta dan Gamma.
Berbeda dengan surveimeter gamma biasa, surveimeter beta dan gamma
mempunyai detektor yang terletak di luar badan surveimeter dan mempunyai
jendela yang dapat dibuka atau ditutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi
beta, maka jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya
ditutup.Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau
GM.

Gambar Detektor Beta Gamma Digital Gambar Detektor Beta Gamma Analog

Perlu diketahui bahwa pada Detektor Beta Gamma Analog untuk membedakan
radiasi beta dan gamma perlu perlakuan khusus. Apabila detektor digunakan untuk
mendeteksi radiasi gamma maka penutup (warna merah) tetap digunakan, sedangkan
untuk mendeteksi radiasi beta maka penutup harus dilepas.
3. Surveymeter Alpha.
Surveimeter alpha mempunyai detektor yang terletak di luar badan surveimeter
dan terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat tipis,
biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores
benda tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau
detektor sintilasi ZnS(Ag).
4. Surveimeter Neutron.
Surveimeter neutron biasanya menggunakan detektor proporsional yang diisi
dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur Boron
atau Helium adalah neutron termal saja, maka surveimeter neutron biasanya
dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen yang berfungsi
untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal. Moderator ini hanya
digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah neutron cepat.
5. Surveimeter Multipurpose.

011100301 Page 4
Pada saat ini sudah mulai dipasarkan jenis surveimeter yang serbaguna
(multipurpose) karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung,
sebagaimana surveimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang
waktu tertentu, dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan
spektrum distribusi energi radiasi seperti sistem spektroskopi.

Selain surveymeter diatas juga ada surveymeter yang digunakan untuk mendeteksi
cairan yang jatuh di lantai seperti gambar di bawah ini:

Prosedur Pemakaian Surveimeter


Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan surveimeter adalah:
1. Memeriksa baterai.
Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi detektor. Bila
tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka detektor tidak
peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya survaimeter
akan menunjukkan nilai yang salah.
2. Memeriksa sertifikat kalibrasi.
Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi alat dan
memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter
yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis
sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi
Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka survaimeter
tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.
3. Mempelajari pengoperasian dan pembacaan.
Langkah ini perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan survaimeter
baru. Setiap survaimeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang
berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100
dan sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent /

011100301 Page 5
jam ; rad / jam ; Sievert /jam atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm
(counts per minutes).

B. Dosimeter Personal
Dosimeter mengukur kumulatif energi yang diserap sebagai akibat terhadap paparan
radiasi pengion.

Gambar 3. Personal dosimeter

Dosimeter personal harus dipakai pekerja radiasi untuk mengukur paparan radiasi.
Dosimeter digunakan secara rutin mencatat dosis kumulatif paparan eksterna. Dosimeter
menyediakan pembacaan seketika, dan mungkin juga memberikan alarm bila dosis yang
terukur mencapai nilai yang telah diatur (setting) oleh pemakai atau pekerja. (lihat gambar
3.)
Integrasi doserate meter dan dosimeter digunakan untuk menaksir/ memperkirakan
paparan eksterna yang cepat berubah. Personal dosimeter dan integrasi doserate meter
mengukur dosis ekivalen bahaya eksternal yang berubah terhadap waktu.
Tiga jenis dosimeter perorangan yang banyak digunakan:
1. Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip
kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan
secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan disimpan
seperti halnya suatu kapasitor.

011100301 Page 6
A B
Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada
Gambar di atas (B). Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan
negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya
bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan
menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz
pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial. Dengan
mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka penyimpangan jarum
tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam pemakaian di tempat kerja,
bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas,
sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju
anoda atau katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan
dinding detektor. Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan
jarum berkurang.
Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas
radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan
intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum
tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak
membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter
ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu
yang lama (sifat akumulasi kurang baik).
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan
dengan komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala
pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik)
melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka
hasil pengukurannya. Gambar dari alat tersebut dapat dilihat dibawah ini:

display digital

2. Film Badge

011100301 Page 7
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film
dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama
film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya atau
telah mengenai orang yang memakainya maka tingkat kehitaman film setelah
diproses akan semakin pekat.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi
sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada
holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi
yang telah mengenainya.
Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu
menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan
Jepang seperti pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau
kalibrasi pembacaan yang tetap.

011100301 Page 8
Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada
dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang
mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada
dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya
harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca
tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

3. TLD (Termoluminisensi Dosimeter)


Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang
digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF.
Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses
termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.
Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru
kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya.
Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu,
kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang
digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.
Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada
ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses
kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

C. Monitor Kontaminasi
Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi kalau sampai
terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau bekerja dengan sumber
radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas. Adapun yang terkontaminasi
biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan, sepatu.
Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah terkontaminasi sangat
rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi pencacahan yang sangat tinggi.
Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus mempunyai jendela
(window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu,
melainkan tersebar pada permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini

011100301 Page 9
biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah
per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau
Becquerel, dengan hubungan sebagai berikut.

A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan h adalah efisiensi alat pengukur.
Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor kontaminasi
permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor kontaminasi udara (airborne).

1. Monitor Kontaminasi Permukaan.


Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor) digunakan untuk mengukur
tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun
baju kerja.
2. Monitor Kontaminasi Perorangan.
Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi
pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering
terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor kontaminasi khusus
untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination monitor. Suatu instalasi
yang modern biasanya dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole
body monitor). Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa
terlebih dahulu dengan monitor kontaminasi.
3. Monitor Kontaminasi Udara.
Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas
udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk melepaskan zat
radioaktif ke udara.
Sebagaimana survaimeter, detektor yang digunakan di sini dapat berupa detektor
isian gas, sintilasi ataupun semikonduktor. Detektor yang paling banyak digunakan
adalah detektor isian gas proporsional untuk mendeteksi kontaminasi pemancar alpha
atau beta dan detektor sintilasi NaI(Tl) untuk kontaminasi pemancar gamma. Khusus
untuk monitor kontaminasi udara biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter)
dan pompa penghisap udara untuk menangkap partikulat zat radioaktif yang
bercampur dengan molekul-molekul udara.

011100301 Page 10
Daftar Pustaka.
Tim Asisten ADPR.2012.Petunjuk Praktikum Alat Deteksi & Proteksi Radiasi.
Yogyakarta : STTN-BATAN
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_05.htm
http://budisma.web.id/materi/sma/fisika-kelas-x/macam-macam-kesalahan-pengukuran/
http://isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/12210118127_1411-0822.pdf

Yogyakarta, 6 November 2012.


Dosen Praktikan,

Maria Christina P SST,. Tino Umbar.

011100301 Page 11

Anda mungkin juga menyukai