Anda di halaman 1dari 6

ETIKA DAN PRANATA ARSITEKTUR

WAWANCARA DENGAN ARSITEKTUR

Oleh:

Cica Ariska Putri (03061181419109)

Husnul Khotila (03061181419033)

Sania Monariska (03061181419037)

Zesthy Arzona (03061181419005)

Dosen Pembimbing:

Ria Dwi Putri. ST, MSc

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Narasumber:

Bapak Joko (CV. PRIMA UTAMA)

Tanggal wawancara:

1 Desember 2016

P : Pewawancara

N: Narasumber

P : Sejak kapan bapak bergelut didunia arsitektur ?

N : Sejak tahun 1981

P : Bagaimana caranya bapak bisa menjadi seorang arsitektur ?

N : Melalui pendidikan formal pada fakultas teknik arsitektur dan bekerja pada kantor
perencanaan griya arsikan.

P : Suka dukanya menjadi seorang arsitektur ?

N : Sukanya apabila mendapatkan sebuah proyek memiliki kepuasan batin karena bisa
mengabdikan diri pada dunia arsitektur. Dukanya yaitu masyarakat Indonesia khususnya
yang hidup dikota-kota kecil belum banyak memahami tentang dunia arsitektur sehingga
pembuatan-pembuatan gedung maupun perumahan tidak sesuai standar serta cenderung
orang-orang dikota-kota kecil membangun bangunan rumah tinggal mereka hanya sebatas
tempat tinggal hanya untuk tempat berteduh, padahal menurut arsitektur ruma tinggal
merupakan suatu bangunan yang harus memperhatikan keindahan, kekuatan bangunan,
efesiensi ruang tata letak serta rumah harus identik dengan pemilik, oleh sebab itu dalam
dunia arsitektur tercipta suatu motto rumahku adalah istanaku.

P : Menurut bapak pengertian arsitektur itu apa ?


N : Arsitektur adalah ilmu mengenai dunia bangunan yang meliputi perencanaan, design,
seni , interiaor maupun eksterior fisik bangunan, pemakaian bahan-bahan bangunan sesuai
standar ilmu kesehatan lingkungan bagi manusia baik berupa perumahan, pelabuhan,
perkantoran, pusat bisnis, fasilitas umum, monument-monument, gedung-gedung keagamaan,
olaraga, dll.

P : Kalau boleh tahu gaya arsitektur bapak lebih condong kemana?

N : Gaya minimalis dan gaya tropis.

P : Kalau minimalis dan tropis itu konsepnya seperti apa?

N : Kalau minimalis menonjolkan fungsi-fungsi struktur yang sangat efesien serta garis-garis
lurus dalam penggunaan material alam seperti batu, koral, bata, sangat dominan serta tidak
banyak lekukan, bahan finishing mengenai warna cat cenderung putih, hitam, abu-abu, merah
dan krem. Dan banyak menggunakan pencahayaan yang tidak memakai profil. Kalau tropis
penggunaan material banyak menggunakan kayu, genteng, tidak bergelasur dan ornament
tidak menggunakan bata serta warna cenderung coklat.

P : Apakah ada perbedaan antara gaya tradisional dan gaya tropis?

N : Untuk di Indonesia Gaya tradisional itu gaya tropis, yang dimana pemakaian bahan
cenderung dari bahan/material setempat. Namun untuk diluar negri gaya tropis tidak identik
dengan gaya tradisional.

P : Selain merancang rumah apakah bapak pernah merancang bangunan lain?

N : Pernah seperti perkantoran, showroom, mall ramayana dan mall matahari. Masjid,
gudang, kolam renang, sekolahan , dan rumah sakit.

P : Berapa penghasilan terbesar bapak selama menjadi arsitektur ?

N : Rp. 76.000.000,00.
P : Apakah bapak pernah merancang bangunan di luar negri ? jenis apa yang bapak pernah
rancang?

N : Belum pernah.

P : Apakah bapak senang menjadi seorang arsitektur ?

N : Terpaksa, pada waktu itu mengingat keluarga banyak yang masuk teknik sipil, sehingga
pilihannya berbeda dengan keinginan semula sehingga ikut jurusan teknik arsitektur, karena
pengembangan pada pekerjaan sehingga mau tak mau mengikuti pekerjaan, terutama
berkecimpung pada dunia konsultan bangunan. Sejak tahun 1987 menggeluti pekerjaan
sebagai kepala studio sehingga oleh pihak perusahaan banyak diberi tugas dan menimba ilmu
pada kursus-kursus teknik dilingkungan cipta karya kementrian perumahan dan seminar-
seminar yang diprakarsai oleh ikatan arsitektur Indonesia

P : Biasanya bapak merancang bangunan untuk siapa? pemerintah atau swasta ?

N : Bahwa perancangan atau perencanaan bangunan selain Pemerintah dan Swasta masih
juga mendapat pekerjaan dari perseorangan ataupun yayasan.

P : Apakah bapak pernah mendapatkan penghargaan ?

N : Belum pernah.

P : Apakah dalam dunia arsitektur ada nilai seninya atau tidak ?

N : Ada, arsitektur memang memakai banyak kultur budaya maupun seni. Karena ilmu
arsitektur selalu berorientasi tentang keindahan, kenyamanan, bentuk bangunan, juga design-
design seni seperti kaca patri, ukir-ukiran, patung, pertamanan yang semuanya itu
berhubungan dengan seni.

P : Apakah seorang arsitekur bisa dibilang juga seniman? alasannya?


N : Seniman, karena banyak berurusan dengan seni/art. Namun dahulu arsitektur cenderung
mengikuti gaya sipil sehingga pada waktu itu di Indonesia sebelum teknik arsitektur lahir
terlebih dahulu terjadi pecahan ilmu sipil yaitu sipil basa, sipil kering,sipil perencanaan. Sipil
perencanaanlah yang merupakan cikal bakal lahirnya teknik arsitektur di Indonesia.

P : Menurut bapak rumah-rumah diIndonesia cocoknya menggunakan gaya apa?

N : Untuk perumahan di Indonesia karena Indonesia adalah negara tropis, maka gaya
arsitektur yang cocok di Indonesia adalah gaya tradisional atau gaya tropis, mengingat gaya
ini benar-benar memakai material-material yang tidak banyak menggunakan komponen luar
negri.

P : Kalau menurut bapak untuk menjadi bagaimana seorang arsitektur?

N : Punya keinginan kuat untuk minimba ilmu mengenai lingkungan seni, tradisi, setiap
kebudayaan baik kebudayaan bangsa sendiri maupun kebudayaan bangsa lain, Mengingat
arsitektur harus menjiwai dari kebudayaan tersebut.

P : Jadi arsitektur khususnya di indonesia menurut bapak bisa dibilang enak atau tidak?

N : Karena profesi arsitektur belum menjangkau kepada masyarakat bawah cenderung yang
mempergunakan jasa arsitek adalah orang-orang kelas menengah keatas mempunyai selera
tinggi terhadap kepentingan serta fungsi bangunan yang digunakannya sehingga jasa
arsitektur belum begitu menjangkau semua kelas, sehingga arsitektur Indonesia belum
mempunyai kepribadian bangsa sendiri. Ini terbukti dengan tampilan-tampilan arsitektur yang
kurang memperhatikan lingkungan. Oleh sebab itu sangat dilematis bagi seorang arsitek
untuk mengemban visi arsitek yang sesuai karakter kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga
pemahan ini membuat arsitektur Indonesia cenderung dipaksakan dan terpaksa mengikuti
selera owner, akibatnya banyak bangunan-bangunan di Indonesia tidak bisa mengikuti
standar kesehatan, ini terbukti banyak design bangunan mengunakan bahan material yang
merusak ekosistem alam dengan tampilan pada bangunan rumah kaca maupun bangunan-
bangunan yang berdiri pada daerah-daerah resapan air seperti dipegunungan dan daerah
rawa-rawa. Saya sebagai arsitek merasa sangat tidak enak hati terhadap kondisi ini.
P : Apakah bangunan maupun pemukiman di Indonesia sudah banyak mempergunakan jasa
arsitek?

N : Untuk bangunan-bangunan yang memang dekat dengan ibukota maupun kota-kota


khususnya gedung-gedung, pabrik, perumahan mewah, gedung olahraga, gereja, pusat
pertokoan maupun perumahan real estate jasa arsitektur sangat diperlukan dan dibutuhkan
oleh pemberi tugas maupun pemerintah daerah. Sedangkan untuk daerah-daerah kumuh
diperkotaan didaerah jasa arsitektur cenderung tidak dihargai.

P : Menurut bapak pemukiman khususnya di Palembang sudah memenuhi standar atau


belum?

N: Belum, karena kesediaan lahan yang ada di beberapa daerah di Kota Palembang lebih
cenderung dan kebanyakan membangun ruko-ruko yang pada akhirnya tidak terpakai dan
sia-sia begitu saja. Karena hal itulah Palembang sering dijuluki Arsitektur Ruko. Juga
bagaimana masyarakat sekitar masih saja tidak memikirkan bagaimana kelanjutan dan
kebersihan bangunan sekitar sehingga sering membuat sampah sembarangan, menyia-
nyiakan lahan yang tersedia, bahkan terkadang membangun sesuatu yang tidak di gunakan
pada akhirnya. Terlebih lagi saat ini sedang marak-maraknya pembangunan LRT yang
nantinya akan menambah ikon baru kota Palembang, nah apakah nanti LRT yang sudah jadi
akan bagus dan terawat seterusnya atau tidak kita bahkan belum mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai