Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah. Memiliki sifat yang cenderung
unik (tidak ada kembarannya). Meskipun secara deskriptif namanya sama misalnya andesit,
tetapi antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah
maka sifat massa batuan di alam adalah heterogen, anisotrop dan diskontinu.
1. Heterogen, artinya :
a. Mineralogis, yaitu jenis mineral pembentuk batuan berbeda-beda.
b. Butiran padatan, yaitu ukuran dan bentuknya berbeda-beda.
c. Void, yaitu ukuran bentuk dan penyebarannya berbeda-beda.
2. Anisotrop, artinya mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda.
3. Diskontinu, artinya massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar, retakan, fissure, bidang perlapisan.
Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa bantuan.
Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak memungkinkan dilakukan
solusi dengan pendekatan logik-matematik. Oleh karena itu perlu penyederhanaan dengan
asumsi, yang semula heterogen-anisotrop-diskontinu menjadi homogen-isotrop-kontinu
(Anonim, 2013).
2.2. Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain)
Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan suatu struktur
geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip-prinsip dasar mekanika
batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegangan (stress), regangan (strain) dan faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi karakter suatu materi atau bahan.
1. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda.
Tegangan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon
dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Ada 3 macam tegangan sebelum massa batuan mengalami
gangguan, antara lain :
a. Tegangan gravitasi
b. Tegangan tektonik
c. Tegangan sisa
Tegangan (stress) dan tegangan tarik (strain stress) adalah gaya-gaya yang bekerja di
seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegangan yang biasa kita kenal adalah tegangan
yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegangan
seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi di
bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah tegangan yang bersifat
seragam. Jika tegangan ke segala arah tidak sama (tidak seragam) maka tegangan yang demikian
dikenal sebagai tegangan diferensial.
Tegangan diferensial dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Tegangan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami peregangan atau mengencang.
b. Tegangan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami
penekanan.
c. Tegangan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya
batuan.
Nilai kuat tekan uniaksial dari percontoh batuan merupakan tegangan yang terjadi pada
saat percontoh batuan tersebut mengalami keruntuhan (failure) akibat pembebanan, dan nilai
dapat diperoleh dari persamaan :
2. Regangan (Strain)
Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami regangan. Regangan akan merubah
bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan
mengalami peningkatan regangan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan. Bentuk
regangan dan deformasi keduanya menunjukkan perubahan dimensi. Sebuah benda yang
mendapat gaya tarik atau tekan akan mengalami perubahan panjang. Benda akan mulur
(bertambah panjang) dengan gaya tarik dan mengkerut (memendek) dengan gaya tekan
c. Regangan volumetrik (v), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk
secara volumetrik.
Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat perilaku dari
materialketika dikenakan gaya tegangan padanya, yaitu :
a. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau sebagian besar
bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut retak.
b. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan sebagian
besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan atau fracture (Anonim, 2013).
Adapun pengujian yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, pengujian sifat fisik dan
mekanik batuan, meliputi :
1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compression Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan contoh batu
yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di
dalam contoh batu secara teoritis adalah searah dengan gaya dikenakan pada contoh tersebut.
Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh
tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit contoh. Sehingga
bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
kerucut.
Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat tekan
batuan. Untuk perbandingan l/D = 1, kondisi tegangan triaxial saling bertemu sehingga akan
memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/D < 2,5.
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang paling
umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (t ),
Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan
berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter
contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan
yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil
pengujian akan didapat beberapa data seperti:
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari contoh
batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur didefinisikan sebagai kuat tekan
uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
c = F
Keterangan :
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)
2. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan
bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena
adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus
elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus
elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar
arah perlapisan (Jumikis, 1979).
= ..(2.2)
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas
yaitu :
1. Tangent Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial.
2. Average Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan.
3. Secant Youngs Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada
kurva regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya
diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan
aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion)
akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan persamaan
:
V = l ..(2.3)
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh. Tipe
pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan
contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe pecah,
yaitu :
a. Cataclasis
f. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
(Kramadibrata, 1991)