Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME PECAHNYA BATUAN AKIBAT PELEDAKAN

Salah satu metode pemberaian pada batuan adalah metode pemboran dan peledakan.
Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan, melepas ataupun
membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi target produksi dan
memindahkan batuan yang telah hancur ke dalam alat angkut menggunakan alat muat.
Suatu operasi peledakan dikatakan berhasil dengan baik pada kegiatan penambangan
apabila :
Target produksi terpenuhi (dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan)
Penggunaan bahan peledak effisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan yang
berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak (disebut Powder Factor)
Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah ( kurang
dari 15 % dari jumlah batuan terbongkar per peledakan).
Diperoleh dinding batuan yang stabil dan aman ( tidak ada retakan-retakan)
Aman
Dampak terhadap lingkungan ( flyrorck, getaran, air blast, gas beracun) minimal.

Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan
peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kegiatan pemboran dan
peledakan tersebut. Diharapkan ukuran fragmentasi batuan dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan pada kegiatan penambangan, sehingga produksi dapat meningkat.
Untuk memenuhi kriteria-kriteria diatas, diperlukan kontrol dan pengawasan terhadap
faktor yang dapat mempengaruhi suatu operasi peledakan.
Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
Suatu batuan yang pecah akibat dari bahan peledak akan mengalami beberapa tingkat
dalam prosesnya. Dimana proses tersebut dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :
1. Proses pemecahan tingkat I
Ketika bahan peledak yang berada dalam lubang ledak meledak, maka akan
menimbulkan tekanan yang tinggi di sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang
dihasilkan dari peledakan tersebut akan merambat dengan kecepatan 3000-5000 m/s
sehingga akan mengakibatkan tegangan yang memiliki arah tegak lurus dengan
dinding lubang ledak. Dari tegangan tersebut maka akan menimbulkan rekahan radial
yang merambat di sekitar lubang tembak. Rekah menjari pertama terjadi dalam waktu
1 2 ms.
2. Proses pemecahan tingkat II
Tekanan yang dihasilkan dari proses pemecahan tingkat I akan menimbulkan
gelombang kejut dan akan bernilai positif. Bila gelombang kejut tersebut akan
mencapai bidang bebas maka akan dipantulkan kembali sehingga tekanan akan turun
dan bernilai negatif kemudian akan merambat kembali ke dalam batuan. Suatu batuan
akan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap tekanan daripada tarikan, sehingga dari
gelombang tarik tersebut akan menimbulkan suatu rekahan-rekahan di dalam batuan.
3. Proses pemecahan tingkat III
Akibat tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan tersebut maka
rekahan-rekahan yang telah terbentuk pada tingkat I dan II akan semakin cepat
melebar. Apabila suatu masaa batuan didepan lubang ledak gagal dalam
mempertahankan posisinya bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yang
berada di dalam batuan akan dilepas. Efek dari terlepasnya batuan tersebut akan
menimbulkan tegangan tarik tinggi sebagai kelanjutan dari proses tingkat II. Rekahan
yang terbentuk akibat dari proses tingkat II akan menyebabkan bidang-bidang lemah
untuk memulai reaksi-reaksi fragmentasi utama ada proses peledakan.

Mekanisme Pecahnya Batuan

POLA PEMBORAN
Tujuan dari pekerjaan pemboran adalah membuat lubang tembak sebagai tempat isian bahan
peledak. Salah satu keberhasilan peledakan batuan sangat ditentukan oleh susunan lubang
tembak.

Untuk melakukan pembongkaran batuan perlu diperhatikan beberapa variabel yaitu :


Variabel-variabel yang dapat dikontrol seperti bahan peledak, geometri peledakan.
Variabel-variabel yang tidak dapat dikontrol seperti sifat fisik batuan dan keadaan cuaca.

Pola pemboran lubang tembak yang biasanya digunakan pada tambang terbuka yaitu :
Square Pattern (pola bujur sangkar) yaitu pola jarak antar burden dan spacing sama
dimana letak baris pertama dan kedua sejajar.
Rectangular Pattern (pola persegi panjang) dimana letak jarak spacing lebih panjang
dari jarak burden.
Staggered Pattern (pola selang seling) dimana letak baris pertama dan kedua tidak
sejajar atau selang seling tujuannya agar distribusi energi peledakan lebih merata.
S Pola pemboran
sejajar (paralel).

S = Spasi
B B = Burden
Bidang bebas

S Pola pemboran
selang-seling
(staggered).

B
B S = Spasi

B = Burden
Bidang bebas
ARAH PEMBORAN
Untuk menentukan arah lubang bor yang akan diterapkan, maka terlebih dahulu ditinjau arah
lubang bor vertikal maupun arah lubang bor dengan kemiringan tertentu. Lubang bor vertikal
adalah lubang yang tidak memiliki sudut kemiringan terhadap bidah horizontal. Lubang bor
miring adalah lubang yang memiliki sudut kemiringan tertentu terhadap bidang horizontal.

Arah Lubang Bor Vertikal

Keuntungannya :
Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman lubang bor vertikal lebih pendek
daripada lubang bor miring, sehingga waktu pemboran yang dibutuhkan lebih sedikit.
Untuk menempatkan alat pada titik atau posisi batuan yang akan dibor tidak
memerlukan kecermatan yang tinggi sehingga waktu untuk melakukan manuver
cenderung lebih cepat
Kecepatan penetrasi alat bor lebih cepat dikarenakan kurangnya gesekan yang timbul
dari dinding lubang bor terhadap batang bor.
Cakupan daerah pelemparan batuan hasil peledakan lebih kecil atau dekat.
Kerugian :
Mudah terjadi longsor pada jenjang.
Kemungkinan adanya bongkahan yang besar.
Kemungkinan terjadi tonjolan atau toe pada lantai jenjang.

Arah Lubang Bor Miring


Keuntungan :
Memperkecil terjadinya bahaya longsor pada jenjang.
Memperbaiki fragmentasi batuan / menghindari adanya bongkah pada hasil peledakan
Hasil peledakan mempunyai permukaan yang lebih rata.
Kerugian :
Cakupan daerah pelemparan batuan hasil peledakan lebih luas atau jauh
Dengan ketinggian jenjang yang sama, keedalaman lubang bor yang dibuat lebih
panjang daripada lubang bor arah vertikal sehingga waktu pemboran yang dibutuhkan
lebih lama.
Membutuhkan ketelitian yang cukup cermat untuk menempatkan alat bor pada titik
atau posisi pada kemiringan tertentu sehingga waktu untuk melakukan manuver
cenderung lebih lama.

Pola Peledakan
Peledakan jenjang biasanya dilakukan dengan memakai lubang bor vertikal atau
miring (lihat gambar 2.6 dan 2.7). Lubang bor diatur dalam suatu deret atau beberapa deretan,
sejajar atau searah bidang bebas (free face).
Batuan yang diledakkan akan pecah apabila kekuatan ledak melampaui kekuatan
batuan itu. Yang perlu diamati pada daerah yang akan diledakkan adalah jenis batuan, kondisi
geologi (kekar, perlapisan, dll) dan kondisi di lapangan. Berdasarkan arah runtuhan batuan,
pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk kotak.
2. V Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk V.
3. Corner Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalah satu sudut
dari bidang bebasnya.
Berdasarkan urutan waktu peledakan maka pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pola peledakan serentak, yaitu pola peledakan yang menerapkan peledakan
serentak untuk semua lubang tembak.
2. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan
waktu tunda antara baris yang satu dengan yang lainnya atau memakai detonator
yang memiliki delay antara row yang satu dengan row yang lainnya.

Untuk mendapatkan hasil optimal (fragmentasi yang baik), peledakan yang


disarankan dalam suatu kali peledakan terdiri dari 2 - 3 baris dan umumnya dilakukan
sebanyak tiga baris. Cara peledakan yang biasa digunakan adalah box cut dan corner cut. Box
cut adalah cara peledakan yang dimulai dibagian tengah dari satu jenjang dan mempunyai
dua bidang bebas. Corner cutadalah cara peledakan dimulai dari tepi suatu jenjang dan
mempunyai tiga bidang bebas.

Anda mungkin juga menyukai