Sejarah Perkembangan Pariwisata Dan Pengaruhnya Terhadap Faktor Ekonomi-1
Sejarah Perkembangan Pariwisata Dan Pengaruhnya Terhadap Faktor Ekonomi-1
DAN
OLEH :
1. X 1633122117
2. X 1633122117
3. X 1633122117
4. X 1633122117
5. I KOMANG SUADNYANA SANDI 1633122117
UNIVERSITAS WARMADEWA
2017
1. SEJARAH PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI
Sejarah perkembangan pariwisata Bali dapat ditelusuri, semenjak kedatangan
pelaut Belanda di pulau Bali pada tahun 1597. Kapten kapal dari pelaut Belanda
yang bernama Cornelius Houtman. Tahun inilah orang Bali pertama kali
melakukan kontak dengan orang Eropa. Ketika Cornelius Houtman ingin
meninggalkan pulau Bali, banyak dari kru kapal yang tidak ingin meninggalkan
pulau Bali. Mereka sangat tertarik dan terpesona akan kemakmuran dan seni
budaya orang Bali. Ketika Belanda kembali lagi ke Bali beberapa tahun
selanjutnya, Belanda tidak lagi tertarik akan seni dan budaya yang dimiliki oleh
orang Bali. Melainkan Belanda lebih tertarik akan mencari keuntungan dengan
mengeksploitasi orang Bali.
Sejak penguasaan oleh Belanda, pulau Bali seolah dibuka lebar untuk
kunjungan orang asing, Bali tidak saja kedatangan orang asing sebagai pelancong
namun tidak sedikit para pemerhati dan penekun budaya yang datang mencatat
keunikan seni budaya Bali. Para penekun budaya yang terdiri dari sastrawan,
penulis dan pelukis, inilah yang menyebabkan keunikan Bali semakin menyebar
ke seluruh dunia internasional. Penyampain informasi melalui berbagai media
oleh orang asing ternyata mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi
Bali, Kekaguman akan tanah Bali kemudian menggugah minat orang asing
memberi gelar kepada Bali sebagai The Island of Gods, The Island of Paradise,
The Island of Thousand Temples, The Magic of The World, dan berbagai nama
pujian lainnya yang bergema menyanjung Bali di dunia pariwisata.
Tahun 1930, di jantung kota Denpasar dibangun sebuah hotel untuk
menampung kedatangan wisatawan ketika itu, Bali hotel yang sekarang bernama
Inna Bali Hotel, sebuah bangunan bergaya arsitektur kolonial menjadi tonggak
sejarah pariwisata Bali yang hingga kini bangunan tersebut masih berdiri kokoh
dalam langgam aslinya. Tidak hanya menerima kunjungan wisatawan tapi juga
kunjungan budaya. Duta kesenian bali dari desa Peliatan melakukan kunjungan
budaya ke beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika. Secara tidak langsung
kunjungan tersebut sekaligus memperkenalkan keberadaan Bali sebagai daerah
tujuan wisata yang layak dikunjungi. Kegiatan pariwisata yang mulai mekar
ketika itu sempat terhenti akibat terjadinya perang Dunia II antara tahun 1942 -
1945 yang kemudian disusul dengan makin sengitnya perjuangan merebut
kemerdekaan Indonesia termasuk perjuangan yang terjadi di Bali hingga tahun
1945.
Pertengahan dasawarsa 50-an pariwisata Bali mulai ditata kembali dan tahun
1963 dibangunlah Hotel Bali Beach yang sekarang bernama Inna Grand Bali
Beach di pantai Sanur dengan bangunan berlantai 10. Hotel ini merupakan satu
satunya hunian wisata yang bertingkat di Bali saat itu. Sementara sarana
akomodasi wisata lainnya yang berkembang kemudian hanyalah bangunan
berlantai satu. Pada pertengahan tahun 1970 pemerintah daerah Bali
mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur ketinggian bangunan maksimal
15 meter. Ketetapan ini ditentukan dengan mempertimbangkan faktor budaya dan
tata ruang tradisional Bali sehingga tetap memiliki nilai nilai budaya yang
mampu menjadi tumpuan sektor pariwisata.
Secara pasti sejak dioperasikannya Inna Grand Bali Beach pada November
1966, pembangunan sarana hunian wisata berkembang dengan pesat. Dari sisi
kualitas, Sanur berkembang relatif lebih terencana karena berdampingan dengan
Inna Grand Bali Beach Hotel sedangkan kawasan pantai Kuta berkembang secara
alamiah bergerak mengikuti model akomodasi setempat. Model homestay dan
pansion berkembang lebih dominan dibandingkan dengan model standar hotel.
Sama halnya dengan kawasan Ubud di daerah Gianyar berkembang secara
alamiah, tumbuh di rumah rumah penduduk yang tetap bertahan dengan nuansa
pedesaannya. Pembangunan sarana akomodasi wisata yang berkelas internasional
akhirnya dimulai dengan pengembangan kawasan Nusa Dua menjadi resort wisata
internasional. Dikelola oleh Bali Tourism Development Corporation, suata badan
bentukan pemerintah, kawasan Nusa Dua dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata bertaraf internasional. Beberapa operator hotel masuk ke
kawasan Nusa Dua sebagai investor. Pada akhirnya kawasan ini mampu
mendongkrak perkembangan pariwisata Bali.
Masa masa berikutnya, sarana hunian wisata lalu tumbuh dengan sangat
pesat di pusat akomodasi dan hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar
dan Gianyar. Kawasan pantai Kuta, Jimbaran dan Ungasan menjadi kawasan
hunian wisata di Kabupaten Badung. Sanur dan pusat kota untuk kawasan
Denpasar. Ubud, Kedewatan, Payangan dan Tegalalang menjadi pengembang
akomodasi wisata di daerah Gianyar.Untuk mengendalikan perkembangan yang
amat pesat tersebut, pemerintah daerah Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di
Bali sebagai daerah akomodasi wisata berikut sarana penunjangnya seperti
restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah memiliki lebih dari
35.000 kamar hotel terdiri dari kelas Pondok Wisata, Melati hotel hingga
berbintang lima. Sarana hotel hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi
bentuk mulai dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow dan boutique hotel
dengan harga yang bervariasi. Keanekaragam ini memberi nilai lebih bagi Bali
karena menawarkan banyak pilihan kepada para pelancong. Perkembangan
kunjungan wisatawan membuat sarana wisata penunjang pariwisata tumbuh
dengan pesat seperti restoran, art shop, pasar seni, sarana hiburan dan rekreasi.
Perkembangan pariwisata khususnya di Bali, sangat mempengaruhi sektor
ekonomi. Namun perkembangan ini belum secara menyeluruh ataupun
menyentuh seluruh lapisan masyarakat Bali. Sampai saat ini perkembangan
pariwisata di Bali lebih terkonsentrasi di Bali Selatan, terutama di Kuta, Sanur
dan Nusa Dua, tentunya juga karena pengaruh keberadaan Bandara Internasional
Ngurah Rai yang berdekatan dengan lokasi tersebut, kemudian perkembangan
pariwisata di Bali selatan ini juga akhirnya menyentuh daerah pecatu yang
dulunya lahan yang tidak produktif, banyak berdiri, hotel, resor, villa dan
lapangan golf, sehingga secara ekonomi membuka lapangan kerja dan
kesempatan berusaha.
Sebagai daerah pariwisata, tentunya karena Bali memiliki banyak objek
wisata menarik, begitu juga dengan hasil kreasi budaya yang mempunyai nilai
seni tinggi, adat istiadat yang unik dan juga keramah-tamahan penduduk setempat
sehingga menambah minat wisatawan untuk mengunjungi Bali. Atraksi wisata
yang ada juga bervariasi, baik wisata petualangan, bahari dan banyak lagi yang
lainnya, perkembangan sarana transportasi pun sangat beragam, wisatawan bisa
memilih angkutan umum, taxi, trasnport freelance, sewa motor ataupun sewa
mobil.
Dengan berkembangnya pariwisata Bali maka perlu dilakukan peningkatan
pembangunan sarana pendukung seperti hotel-hotel, artshop, restaurant, museum
serta pembangunan daerah pedalaman menjadi kawasan wisata alam yang bisa
menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Selain itu pemerintah
juga berupaya meningkatkan keamanan dan kebersihan demi kenyamanan para
wisatawan.