PBG EMAS
PENDAHULUAN
KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang
mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral
emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.
Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk
Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer,
sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang
terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang
diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang
tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral
emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan
diolah, dengan menggunakan :
Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya
sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur
pada batuan oksidis.
Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm
menjadi 1%)
Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai
ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#,
misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.
Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang
selanjutnya di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses
metallurgy ada banyak metode yang di gunakan namun dalam pengolahan emas
kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan amalgamasi
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte)
kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk
dari proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan
dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini
metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur
(CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk
menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan
lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu
elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses
pemurnian untuk dioksidasikan S sampai light. Setelah dicetak jadi anoda, Cu
anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada
dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat +
Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan
dengan perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya
perlu memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di
anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa
mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia
(Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya
membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di
katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime
harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah
cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor
dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.
sampai Au 99.99 %.
Proses Pengolahan Emas dengan Sianida
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar
rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini
adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi
reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan
perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87%
sisa sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik,
perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini
kontroversial dan penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan
dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam
sianida. Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847),
dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri
senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887,
ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh
John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest.
Pada tahun 1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang
diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk
sebagai perantara.
(http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html) (diakses
23 Oktober 2011 )
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian
tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak
larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana
Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu
tinggal bakar aja masing masing, jadi deh logam murni.
(http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)
Proses Perendaman
Formula Kimia
1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan
ke dalam bak.
Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan
ke Bak II untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.
Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24
jam, dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah
costic soda secukupnya.
Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan
melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil
untuk mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air
kaya
Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti
pasir selama 5 10 hari
Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex
Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200
ml H2SO4 dan 3 liter air panas
Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion
(http://tambangemasindonesia.com/) (diakses 24 Oktober 2011 )
Teknologi Amalgamasi
Mekanisme Amalgamasi
Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila
terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks
membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam
yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam
yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah,
cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam
emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4
rumus kimia berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas
dalam air raksa bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature
kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada
temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya
disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam
lain terutama perak dan tembaga.
Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat
dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari
yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn).
Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh
butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun,
kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari
0,074 mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.
Gangguan Amalgamasi
Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya
bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas
yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh
oksida besi. Emas kusam mengurangi
kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak
bias beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas
yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).
Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang
untuk menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat
menghambat amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan
ion-ion timbaldan tembaga dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini.
Penambahan bahan alkali yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.
Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat
amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi.
Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan penambahan kapur yang
sedikit.
Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume)
media penggerus, kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam
pulp, dan lamanya penggerusan. Volume media penggerus dapat diatur
sehingga media penggers mengisi barel/gelundung sedikit diats setengah isi
barel/gelundung. Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media
penggerus tidak bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada
suatu posisi sewaktu berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk
jatuh.
Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini
seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang.
Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media
penggerus sewaktu barel berputar dan untuk mencegah selip diantara media
penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat
dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu
batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci.
Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x
24 inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang
biasa digunakan dalam tahap amalgasi).
Perolehan Emas
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang ada
pada lapisan bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang
berkompetensi dalam menghasilkan butiran emas yang dapat dijadikan bahan
baku untuk pembuatan asesoris, lapisan logam, filament dan sebagai katalis
untuk berbagai reaksi kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan
teknologi sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kedua metode tersebut dapat diandalkan untuk menghasilkan emas dalam
kuantitas yang tinggi. sedangkan efek dari teknologi pengolahan bijih emas
dengan kedua metode tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang bersifat
toksik yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.
Referensi
http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html) (diakses 23
Oktober 2011)
http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)
http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html (diakses 23 Oktober 2011)
https://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/pengolahan-bahan-galian-mineral-
processing/ (23 Oktober 2011)
http://tambangemasindonesia.com/) (diakses 24 Oktober 2011)
2. Dua
Ada Proses pemisahan Emas dari konsentrat
Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Perak,
Tembaga dll. Konsentrat ini wujudnya seperti pasir.
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte)
kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk
dari proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan
dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini
metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, disini matte diblowing udara lagi ces + pakai flux
batukapur (CaCO3), disini tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai
kapur untuk menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa
diblowing).
Setelah dari no.(3) Sulfur sudah low (0.8%) disebut cooper blister (bukan lagi
matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu
elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses
pemurnian untuk dioksidasikan S sampai "light". Setelah dicetak jadi anoda, Cu
anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada
dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat +
Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan
dengan perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya
perlu memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di
anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa
mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia
(Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya
membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di
katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime
harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah
cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor
dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.
Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana
tegangannya diatur untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi
untuk mendapatkan purity sampai Au 99.99 %.
Proses Pengolahan Emas dengan Sianida
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar
rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini
adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi
reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan
perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87%
sisa sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik,
perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini
kontroversial dan penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan
dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam
sianida. Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847),
dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri
senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887,
ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh
John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest.
Pada tahun 1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang
diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk
sebagai perantara.
Cara Kerja
1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding
sehingga menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3
dari bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 11) dengan (T = 85C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk
hingga (t= 48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan.
(metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2)
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t
=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80C
90C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 20m) pada (T = 90C 100C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 %
dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110C 120C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T =
110C
120C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50)
selama
(t = 3.5j). (metode 3)
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana
Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu
tinggal bakar aja masing - masing, jadi deh logam murni.
BAHAN
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
FORMULA KIMIA
1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter
PROSES PERENDAMAN
Sources:
http://knol.google.com
http://jalanrejeki.wordpress.com
http://tambangemasindonesia.com