Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pemahaman mahasiswa tentang Pembangkit tenaga nuklir. Serta
tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Aries Prasetyo, M.T. selaku dosen mata kuliah Penggerak Mula
2. Orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan moril.
3. Rekan-rekan Kelompok Pembangkit tenaga nuklir yang telah bekerja sama
dalam penyusunan makalah ini.
4. Teman-teman program studi Teknik Perminyakan angkatan 2015 yang telah
berjuang bersama dalam memenuhi tugas semester mata kuliah Penggerak
Mula
5. Semua pihak yang telah berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung
dalam peyelesaian tugas ini.

Tim Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang.
Akhirnya tim penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk menambah wawasan dan keterampilan khususnya di bidang
Penggerak Mula. Amin.

Kota Deltamas, 23 April 2017

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ 1


Daftar Isi.......................................................................................................... 2
Daftar Gambar ................................................................................................. 3
Daftar Tabel .................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5
1.1 Latar Belakang......................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 7
2.1 Atom ........................................................................................ 7
2.2 Unsur Radioaktif ..................................................................... 7
2.3 Nuklir....................................................................................... 8
2.4 Pembelahan Diri (Reaksi Fisi)................................................. 9
2.5 Reaksi Penggabungan (Reaksi Fusi) ..................................... 11
BAB III PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR ............................ 12
3.1 Proses Kerja PLTN ............................................................... 12
3.2 Jenis-jenis Reaktor Nuklir ......................................................13
3.3 Keuntungan dan Kerugian.......................................................22
3.4 Sistem Keamanan PLTN.........................................................24
3.5 Perkembangan PLTN di Dunia...............................................26
3.6 Limbah dan Penanggulangannya........................................... 31
BAB IV PENUTUP .................................................................................... ..35
4.1 Kesimpulan ........................................................................... .35
4.2 Saran ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................36

2
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Uranium ...................................................................................................... 8
Gambar 2.2 Peta penyebaran Uranium di Indonesia ..................................................... 9
Gambar 2.3 Reaksi Fisi .................................................................................................. 10
Gambar 2.5 Reaksi Fusi ................................................................................................. 11
Gambar 3.1 Reaktor nuklir jenis pressurized water reactor (PWR) .............................. 12
Gambar 3.2 Reaktor PWR ............................................................................................. 13
Gambar 3.4 Reaktor PHWR ........................................................................................... 15
Gambar 3.5 Reaktor HWGCR ........................................................................................ 17
Gambar 3.6 Reaktor LMFBR .......................................................................................... 18
Gambar 3.7 Reaktor LWGR ........................................................................................... 19
Gambar 3.8 Reaktor Pendingin Logam ......................................................................... 21
Gambar 3.9 Perbandingan Harga Berbagai PLT ............................................................ 23
Gambar 3. Perbandingan Kontribusi berbagai PLT ....................................................... 29
Gambar 3.11 Perbandingan Harga Listrik dan Sistem di Empat Negara....................... 29
Gambar 3.13 Skema Limbah Padat ............................................................................... 33

3
Daftar Tabel

3.1 Reaktor-reaktor nuklir di Dunia ........................................... 28


3.2 Reaktor Riset di Berbagai Negara Tanpa Reaktor Nuklir .... 30

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan suatu kebutuhan yang sangat dibutuhkan . Energi
merupakan kemampuan untuk melakukan kerja , energi merupakan hal yang
erat kaitannya dengan kehidupan manusia . Di semua aspek kehidupan manusia
pasti berkaitan dengan energi. Sumber energi bermacam-macam bentuknya ,
antara lain kayu bakar , air , angin , matahari , minyak , gas , aneka tambang ,
dan sampah sekalipun bisa menjadi sebuah energi.
Setiap manusia membutuhkan energi contoh kecilnya adalah listrik ,
tidak ada satupun orang yang tidak membutuhkan listrik di zaman modern ini.
Jika setiap orang membutuhkan listrik , maka dapat dihitung berapa banyak
pasokan listrik yang dibutuhkan. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah
penduduk yang sangat padat tercatat per 2016 jumlah penduduk Indonesia
adalah 257.912.349 jiwa , sehingga konsumsi energi Negara ini sangatlah besar
namun produksi energi listrik Negara ini belumlah cukup. Energi listrik dapat
dibangkitkan dengan berbagai sumber daya seperti minyak , gas , nuklir , dan
aneka sumber daya terbarukan. Sampai saat ini pembangkit listrik masih
didominasi oleh bahan bakar fosil sebagai sumber energinya. Bahan bakar fosil
merupakan sumber energy yang kurang bersih pembakaran dari bahan bakar
ini menghasilkan emisi dan efek rumah kaca yang cukup tinggi , sehingga
terjadinya beberapa isu mengenai lingkungan seperti perubuhan temperature
bumi yang menjadi semakin panas. Oleh karena itu , penggunaan baha bakar
dari jenis ini perlu dikurangi. Dari dampak tadi maka Indoesia membutuhkan
alternative pembangkit baru yang jauh lebih bersih dari sumber energy fosil
jawabannya adalah energy terbarukan dan nuklir.
PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) terbukti merupakan energy
yang ramah lingkungan dan aman. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan
PLTN di Negara-negara maju. PLTN juga merupakan energy relative murah
dan menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan PLT lainnya
sehingga nuklir merupakan Sumber yang sangat efektif dan efesien.

5
1.2 Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan PLTN dan bagaimana cara kerjan ?
Apa saja jenis jenis reactor nuklir ?
Apa saja keutungan dan kerugian dari PLTN?
Bagaimana hasil Limbah yang produksikan oleh PLTN ?
Bagaimana system keamanan dari PLTN ?
Bagaimana perkembangan PLTN di Dunia dan Indonesia ?
Bagimana Perbandingan PLTN dan PLT lainya ?
1.3 Tujuan Makalah

Untuk mengetahui pengertian PLTN


Untuk mengetahui prinsip kerja PLTN
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pembangunan PLTN
Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan PLTN
Untuk mengetahui komponen utama reactor nuklir

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Atom
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri
atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral
(kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-
elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik.
Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan
elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion.
Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat
pada inti atom tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (tomos), yang berarti tidak
dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom
sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh
para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18,
para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan
bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan
metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen
subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-
bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan
kemudian berhasil memodelkan atom

2.2 Unsur Radioaktif


Berawal dari penemuan sinar X pada tahun 1895 oleh Wilhelm Konrad
Rontgen (1845 - 1923) bahwa beberapa unsur dapat memancarkan sinarsinar
tertentu. Para ahli tertarik untuk mengadakan penelitian tentang unsur tersebut.
Setahun kemudian Antoine Henre Becquerel (1852 - 1908) mengamati garam

7
uranik sulfat (K2UO2(SO4)) memancarkan sinar (radiasi) secara spontan.
Gejala ini dinamakan keradioaktifan, sedangkan unsur yang memancarkan
radiasi disebut unsur radioaktif.
Sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif memiliki sifat-sifat:
a) dapat menembus lempeng logam tipis
b) dapat menghitamkan pelat film
c) dalam medan magnet terurai menjadi tiga berkas sinar.
Pada tahun 1898 Paul Ulrich Villard menemukan sinar radioaktif yang
tidak dipengaruhi oleh medan magnet yaitu sinar gamma . Setahun kemudian
Ernest Rutherford berhasil menemukan dua sinar radioaktif yang lain, yaitu
sinar alfa dan sinar beta . Ketidakstabilan

2.3 Nuklir

Gambar 2.1 Uranium

Nuklir adalah istilah untuk suatu yang berhubungan dengan inti atom .
Bahan Nuklir merupakan bahan yang dapat menghasilkan rekasi pembelahan
berantai atau bahan yang dapat diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan
reaksi pembelahan berantai contoh dari bahan nuklir adalah Uranium ,
Thorium , Plutonium , Deuterium , Lithium , dan Tritium.
Nuklir merupakan bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai penghasil
energi , salah satunya yaitu energi listrik atau biasa disebut sebagai pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN). PLTN merupakan pembangkit yang
memanfaatkan reaksi nuklir yaitu reaksi antara partikel neutron dan inti bahan

8
nuklir . Di Indonesia cadangan bahan nuklir cukup banyak , diantaranya
indonesia diperkirakan memiliki cadangan Uranium sebanyak 70.000 ton dan
Thorium sebanyak 280.000 ton yang tersebar dibeberapa daerah diantaranya
adalah

Gambar 2.2 Peta penyebaran Uranium di Indonesia

2.4 Pembelahan inti (Reaksi Fisi)


Pembelahan inti adalah reaksi dari suatu unsur yang bersifat dapat
dibelah(fissill) jika berinteraksi dengan partikel tertentu. Reaksi pembelahan
inti mnghasilkan 2 unsur baru dengan massa yang hamper sama . Apabila ada
satu neutron dengan energy tertentu bergerak menembus inti atom uranium ,
maka akan menyebabkan uranium menjadi tidak stabil . Inti uranium akan
membelah menjadi unsur-unsur yang lebih kecil sambil melepaskan energy
berupa panas dan pelepasan radiasi .

9
Pembelahan inti dapat tergolong menjadi :
a. Reaksi berantai
Reaksi fisi ini akan terus terjadi berulang-ulang hingga tidak ada lagi
uranium yang dapat bereaksi. Setiap kali terjadi pembelahan inti maka akan
diikuti pelepasan neutron . Neutron hasil pelepasan ini akan bereaksi dengan
inti atom yang sebelumnya belum bereaksi dan akan terjadi berulang-ulang

Gambar 2.3 Reaksi Fisi


b. Reaksi berantai tak terkendali
Reaksi merupakan reaksi berantai namun reaksi antara neutron dan
inti atom dapat dikendalikan. Pengendalian ini dilakukan dengan
menggunakan batang kendali yang adapt menyerap neutron , sehingga
jumlah neutron yang dapat memicu pembelah inti atom dapat dikendalikan

Gambar 2.4 Reaksi Fisi Dengan Pengendali

10
2.5 Reaksi Penggabungan (Reaksi Fusi)
Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses saat dua inti
atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan
melepaskan energi. Fusi nuklir adalah sumber energi yang
menyebabkan bintang bersinar, dan Bom Hidrogen meledak.
Proses ini membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti
nuklir, bahkan elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang
ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat dan neutron bebas, akan
menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan untuk
menggabungkan merekasebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan
reaksi yang terjadi sendirinya.

Gambar 2.5 Reaksi Fusi

11
BAB III
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

3.1 Proses Kerja PLTN

Gambar 3.1 Reaktor nuklir jenis pressurized water reactor (PWR)

Pada prinsipnya PLTN sama dengan PLTU (Pembangkit Listrik


Tenaga Uap) dimana listrik dihasilkan oleh perputaran turbin-generator yang
digerakan oleh uap air hasil pemanasan air dingin . Letak perbedaannya adalah
pada pembangkitan panas yang dimanfaatkan untuk meghasilkan uap air.
Pada PLTU panas dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti
minyak , gas , dan batubara. Sedangkan pada PLTN panas didapatkan dari hasil
reaksi bahan nuklir seperti uranium . Pada reaksi ini yang dimanfaatkan adalah
reaksi pembelahan inti uranium yang dipicu oleh partikel neutron sehingga
akan menghasilkan energy berupa panas yang sangat tinggi. Panas inilah yang
digunakan untuk memanaskan air yang diinjeksikan sehingga menjadi uap air
dan dapat memutar turbin juga generator yang kemudian akan menghasilka
listrik. Reaksi nuklir ini akan berlangsung secara berantai ( terus-menerus)
sehingga didapatkan panas yang berlanjut begitu pula halnya dengan air yang
mempunyai siklus berlanjut yakni air yang telah menjadi uap akan didingkan
sehingga berubah menjadi air kembali dan akan diinjeksikan kembali kedalam
reactor.

12
3.2 Jenis-jenis Reaktor Nuklir
Pada umumnya tipe reaktor nuklir dalam PLTN dibedakan berdasarkan
komposisi dan konstruksi dari bahan moderator neutron dan bahan pendingin
yang digunakan sehingga digunakan sebutan seperti reaktor gas, reactor air
ringan, reaktor air berat (air ringan: H2O; air berat: D2O; D adalah salah satu
isotop hidrogen, yaitu deuterium 2H1). Selain itu faktor kondisi air pendingin
juga menjadi pertimbangan penggolongan tipe reaktor nuklir dalam PLTN.
Jika air pendingin dalam kondisi mendidih disebut reaktor air didih, jika tak
mendidih (atau tidak diizinkan mendidih, dengan memberi tekanan
secukupnya pada pendingin) disebut reaktor air tekan. Reaktor nuklir dengan
temperatur pendingin sangat tinggi (di atas 800 oC) disebut reaktor gas
temperatur tinggi. Kecepatan neutron ratarata dalam reaktor yang dihasilkan
dari reaksi fisi juga dipakai untuk menggolongkan tipe reaktor. Berdasarkan
kecepatan neutron rata-rata dalam teras, ada reaktor cepat dan reaktor termal
(neutron dengan kecepatan relative lambat sering disebut sebagai neutron
termal).
3.2.1 Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR)
1. Pressurized Water Reactor (PWR)

Gambar 3.2 Reaktor PWR


Pada PLTN tipe PWR, air sistem pendingin primer masuk ke
dalam bejana tekan reactor pada tekanan tinggi dan temperatur lebih
kurang 2900C. Air bertekanan dan bertemperatur tinggi ini bergerak
pada sela-sela batang bahan bakar dalam perangkat bahan bakar ke
arah atas teras sambil mengambil panas dari batang bahan bakar,

13
sehingga temperaturnya naik menjadi sekitar 3200C. Air pendingin
primer ini kemudian disalurkan ke perangkat pembangkit uap (lewat
sisi dalam pipa pada perangkat pembangkit uap), di perangkat ini air
pendingin primer memberikan energi panasnya ke air pendingin
sekunder (yang ada di sisi luar pipa pembangkit uap) sehingga
temperaturnya naik sampai titik didih dan terjadi penguapan. Uap
yang dihasilkan dari penguapan air pendingin sekunder tersebut
kemudian dikirim ke turbin untuk memutar turbin yang dikopel
dengan generator listrik. Perputaran generator listrik akan
menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke jaringan listrik. Air
pendingin primer yang ada dalam bejana reaktor dengan temperatur
320 oC akan mendidih jika berada pada tekanan udara biasa (sekitar
satu atmosfer). Agar pendingin primer ini tidak mendidih, maka
sistem pendingin primer diberi tekanan hingga 157 atm. Karena
adanya pemberian tekanan ini maka bejana reaktor sering disebut
sebagai bejana tekan atau bejana tekan reaktor. Pada reaktor tipe
PWR, air pendingin primer yang membawa unsur-unsur radioaktif
dialirkan hanya sampai ke pembangkit uap, tidak sampai turbin.
2. Reaktor Air Didih (Boiling Water Reactor, BWR)

Gambar 3.3 Reaktor BWR

Pada reaktor BWR hanya terdapat satu sirkuit aliran pendingin


yang bertekanan rendah (sekitar 75 atm) sehingga aliran pendingin
tersebut dapat mendidih di dalam teras mencapai suhu 285C. Reaksi

14
fisi pada reaktor menghasilkan energi panas yang mendidihkan air
yang kemudian menjadi uap. Uap yang dihasilkan tersebut mengalir
menuju perangkat pemisah dan pengering uap yan g terletak di atas
teras kemudian menuju turbin. Karena air yang berada di sekitar teras
selalu mengalami kontaminasi oleh peluruhan radionuklida, maka
turbin harus diberi perisai dan perlindungan radiasi sewaktu masa
pemeliharaan. Kebanyakan zat radioaktif yang terdapat pada air
tersebut beumur paro sangat singkat, misalnya N-16 dengan umur
paro 7 detik sehingga ruang turbin dapat dimasuki sesaat setelah
reaktor dipadamkan. Uap tersebut kemudian memasuki turbin-
generator. Setelah turbin digerakkan, uap diembunkan di kondenser
menjadi aliran pendingin, kemudian dipompa ke reaktor dan memulai
siklus kembali seperti di atas.
3.2.2 Reaktor Air Berat (Heavy Water Reactor, HWR)
1. Reaktor Air Berat Tekan (Pressurized Heavy Water Reactor, PHWR)

Gambar 3.4 Reaktor PHWR

Canadian Deuterium Uranium Reactor (CANDU) adalah


suatu PLTN yang tergolong pada tipe reaktor pendingin air berat tekan
dengan pipa tekan. Reaktor ini merupakan reaktor air berat yang
banyak digunakan. Bahan bakar yang digunakan adalah uranium
alam. Moderator reaktor CANDU terletak pada tangki besar yang
disebut calandria, yang disusun oleh tabung-tabung bertekanan

15
horisontal yang digunakan sebagai tempat bahan bakar. Kalandria
adalah silinder "shell and tube" yang diletakkan secara horisontal, di
dalamnya terdapat pipa-pipa tekan dan batang kendali. Kalandria
terdiri dari tangki yang diisi dengan air berat sebagai moderator
neutron, di dalamnya terdapat pipa tekan dalam jumlah besar yang
disusun berbentuk kisi bujur sangkar. Pipa tekan ini menembus dua
penutup tangki kalandria, dan di dalam pipa tekan ini diletakkan
beberapa perangkat bahan bakar (panjang perangkat 50 cm, panjang
kalandria 5 meter) yang disusun secara horisontal. Dalam kalandria,
moderator dan pendingin tidak bercampur. Moderator air berat berada
di ruang antara pipa-pipa tekan, sedangkan pendingin berada dalam
pipa tekan. Jadi moderator (air berat) dan pendingin (air biasa)
dipisahkan oleh dinding pipa tekan. Bahan yang dipakai untuk dinding
kalandria dan pipa tekan adalah bahan yang tidak banyak menyerap
neutron yaitu logam paduan zirkalloy-2. Untuk menjaga jarak antara
tabung tekan dan dinding kalandria terdapat "spacer" yang diisi oleh
gas karbondioksida untuk isolasi termal.
Pada sistem pengendalian reaktivitas, selain sistem
pengendalian pada waktu operasi normal dan waktu memadamkan
reaktor, terdapat dua sistem pengendalian darurat yang saling terpisah,
yaitu pengendalian darurat dengan batang kendali dan injeksi cepat
racun reaksi fisi (zat yang menghambat reaksi fisi ) ke dalam
moderator neutron (air berat). Semua sistem ini berada dalam daerah
moderator di dalam kalandria yang dapat dioperasikan pada
temperatur dan tekanan ruang sehingga keandalannya menjadi tinggi.
Energi panas dari teras reaktor diambil oleh sistem pendingin
primer yang mengalir dalam pipa tekan. Pipa-pipa tekan dalam
kalandria dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok
menjadi bagian dari untai pendingin yang saling terpisah. Setiap untai
mempunyai dua pembangkit uap dan dua pompa pendingin primer.
Dalam kalandria, dua kelompok pipa tekan ini dipilih sedemikian
sehingga dua pipa tekan yang saling berdekatan bergabung dalam

16
kelompok berbeda dan aliran pendingin di dalamnya bergerak dengan
arah berlawanan, dengan demikian arah aliran pendingin primer akan
membentuk seperti angka 8. Dengan sistem pendingin primer seperti
diuraikan di atas, jalur pemipaan menjadi lebih efisien, dapat
menghemat perlengkapan maupun kapasitas air berat dan
kesetimbangan panas teras menjadi lebih efisien.
Perangkat bahan bakar dengan panjang 50 cm, tersusun dari
28 batang (pada pengembangan berikutnya menjadi 37 batang) bahan
bakar yang disusun secara konsentris berlapis. Batang-batang bahan
bakar ini diikat dengan las pada kedua ujung perangkat dengan
piringan penopang. Batang bahan bakar terbuat dari kelongsong
zirkalloy-4 yang diisi dengan pelet bahan bakar uranium (alam)
oksida. Dengan berhasilnya pengembangan bahan bakar baru, bagian
dalam kelongsong dapat dilapisi dengan grafit (CANLUB), sehingga
bahan bakar menjadi lebih tahan terhadap perubahan daya yang
drastis pada saat penggantian bahan bakar sewaktu reaktor beroperasi.
2. Reaktor Air Berat Pendingin Gas (Heavy Water Gas Cooled Reactor,
HWGCR)

Gambar 3.5 Reaktor HWGCR

HWGCR atau sering dibalik GCHWR adalah suatu tipe


reaktor nuklir yang menggunakan air berat sebagai bahan
moderatornya, sehingga pemanfaatan neutronnya optimal. Gas
pendingin dinaikkan temperaturnya sampai pada tingkat yang cukup
tinggi sehingga efisiensi termal reaktor ini dapat ditingkatkan. Tetapi

17
oleh karena persoalan pengembangan bahan kelongsong yang tahan
terhadap temperatur tinggi dan paparan radiasi lama belum
terpecahkan hingga sekarang, maka pada akhirnya di dunia hanya
terdapat 4 reaktor tipe ini. Di negara Perancis reaktor tipe ini
dibangun, tetapi sebagai bahan kelongsong tidak digunakan berilium
melainkan stainless steel.
3.2.3 Reaktor Cepat (FR), Reaktor Pembiak Cepat (Liquid Metal Fast
Breeder Reactor, LMFBR)

Gambar 3.6 Reaktor LMFBR

Seperti tersirat dalam nama tipe reaktor ini, neutron cepat yang
dihasilkan dari reaksi fisi dengan kecepatan tinggi dikondisikan
sedemikian rupa sehingga diserap oleh uranium-238 menghasilkan
plutonium-239. Dengan kata lain di dalam reaktor dapat dibiakkan
(dibuat) unsur plutonium. Rapat daya dalam teras reaktor cepat sangat
tinggi, oleh karena itu sebagai pendingin biasanya digunakan bahan
logam natrium cair atau logam cair campuran natrium dan kalium (NaK)
yang mempunyai kemampuan tinggi dalam mengambil panas dari bahan
bakar. Konstruksi reaktor pembiak cepat terdiri dari pendingin primer
yang berupa bahan logam cair mengambil panas dari bahan bakar dan
kemudian mengalir ke alat penukar panas-antara (intermediate heat
exchanger), selanjutnya energi panas ditransfer ke pendingin sekunder
dalam alat penukar panas-antara ini. Kemudian pendingin sekunder

18
(bahan pendingin adalah natrium cair atau logam cair natrium) yang tidak
mengandung bahan radioaktif akan mengalir membawa panas yang
diterima dari pendingin primer menuju ke perangkat pembangkit uap,
dan memberikan panas ke pendingin tersier (air ringan) sehingga
temperaturnya meningkat dan mendidih (proses pembangkitan uap). Uap
yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke turbin untuk memutar generator
listrik yang dikopel dengan turbin. Komponen sistem primer dari reaktor
pembiak cepat terdiri dari bejana reaktor, pompa sirkulasi primer, alat
penukar panas-antara. Komponen ini dirangkai oleh pipa penyalur
pendingin membentuk suatu untai (loop), karena itu reaktor seperti ini
digolongkan dalam kelas reaktor untai. Apabila seluruh komponen
sistem primer di atas semuanya dimasukkan ke dalam bejana reaktor,
maka reaktor pembiak cepat seperti ini digolongkan dalam kelas reaktor
tangki atau reaktor kolam. Contoh reaktor pembiak cepat tipe reaktor
untai adalah reaktor prototipe Monju di Jepang, sedangkan untuk tipe
reaktor kolam adalah reaktor Super Phenix di Perancis yang sudah
menjadi reaktor komersial. Reaktor Cepat Eropa (Europian Fast
Reactor, EFR) yang secara intensif dikembangkan oleh negara-negara
Eropa diharapkan akan mulai masuk pasar komersial pada tahun 2010.

3.2.4 Reaktor Grafit


1. Reaktor Pipa Tekan Air Didih Moderator Grafit (LWGR)

Gambar 3.7 Reaktor LWGR

19
Reaktor ini tidak menggunakan tangki kalandria (berisi air
berat) seperti reaktor tipe SGHWR tetapi menggunakan grafit sebagai
moderator, oleh karena itu dimensi reaktor menjadi besar. Sekitar
1700 buah pipa tekan menembus susunan blok grafit. Di dalam pipa
tekan diisi batang bahan bakar di mana di sekelilingnya mengalir air
ringan yang mengambil panas dari batang bahan bakar sehingga
mendidih. Uap yang terbentuk dikirim ke turbin pembangkit listrik
untuk memutar turbin dan membangkitkan listrik. Salah satu reaktor
tipe ini yang terkenal karena mengalami kecelakaan adalah reaktor
Chernobyl No.4 yang merupakan reaktor tipe RBMK-1000. Salah
satu kegagalan desain pada reaktor tipe RBMK yang dianggap sebagai
kambing hitam terjadinya kecelakaan Chernobyl adalah tidak
tersedianya bejana pengungkung reaktor.
2. Reaktor Pendingin Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas-cooled
Reactor, HTGR)
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin.
Karakteristika menonjol yang unikdari reaktor HTGR ini adalah
konstruksi teras didominasi bahan moderator grafit, temperature
operasi dapat ditingkatkan menjadi tinggi dan efisiensi pembangkitan
listrik dapat mencapai lebih dari 40 %. Terdapat 3 bentuk bahan bakar
dari HTGR, yaitu dapat berupa:
a. Bentuk batang seperti reaktor air ringan (dipakai di reaktor Dragon
dan Peach Bottom)
b. Bentuk blok, di mana di dalam lubang blok grafit yang berbentuk
segi enam di masukkan batang bahan bakar (dipakai di reaktor Fort
St. Vrain, MHTGR, HTTR)
c. Bentuk bola (peble bed), di mana butir bahan bakar bersalut
didistribusikan dalam bola grafit (dipakai di reaktor AVR, THTR-
300).
3. Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR)
Advanced Gas-Cooled Reactor (AGR) merupakan reaktor
generasi kedua dari reaktor berpendingin gas yang dikembangkan

20
Inggris. AGR merupakan pengembangan dari reaktor Magnox.
Reaktor ini menggunakan grafit sebagai moderator netron, CO2
sebagai pendingin dan bahan bakarnya adalah pelet Uranium oksida
yang diperkaya 2,5%-3,5% yang dikungkung di dalam tabung
stainless steel. Gas CO2 yang mengalir di teras mencapai suhu 650C
dan kemudian memasuki tabung generator uap. Kemudian uap yang
memasuki turbin akan diambil panasnya untuk menggerakkan turbin.
Gas telah kehilangan panas masuk kembali ke teras.
3.2.5 Reaktor berpendingin logam cair

Gambar 3.8 Reaktor Pendingin Logam

Pada reaktor nuklir jenis reaktor cepat (reaktor epat), air tidak
dapat digunakan sebagai pendingin reaktor karena air bersifat
memoderasi neutron sehingga neutron cepat menjadi neutron thermal,
oleh karena itu diperlukan pendingin yang mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan air. Pendingin logam cair selama ini sudah digunakan
untuk reaktor cepat, diantaranya adalah Sodium, NaK, timbal, lead-
bismuth eutectic dan dalam waktu dekat mercury juga akan digunakan
sebagai pendingin reaktor jenis ini. Beberapa reaktor berpendingin logam
cair diantaranya adalah Sodium-cooled fast reactor, lead-cooled fast
reactor.

21
3.2.6 Reaktor berpendingin garam cair
Molten Salt Reactors, MSR merupakan salah satu jenis reaktor
yang menggunakan garam cair sebagai pendinginnya, khususnya
campuran flouride salts FLiBe. MSR beroperasi pada temperatur yang
lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur operasi reaktor
berpendingin air, namun tekanan yang digunakan hampir sama dengan
tekanan atmosfer, sehingga reaktor jenis ini dapat menekan tekanan
mekanik yang bekerja pada system, sehingga aspek keselamatannya
dapat meningkat. Oleh karenanya reaktor jenis ini mempunyai
kemungkinan biaya konstruksi dan operasinya lebih murah dibandingkan
dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

3.3 Keuntungan dan Kerugian


3.3.1 Keuntungan PLTN
1. Lahan
PLTN tidak memerlukan area yang luas, tidak seperti
pembangkit lain semacam Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)
atau PLTA yang memerlukan catchment area yang luas. Namun untuk
pendinginan, PLTN memerlukan air yang banyak, sehingga PLTN
biasanya diletakkan di pinggir pantai, yang juga untuk mencegah
terganggunya air minum.
2. Rendah Emisi Karbon
PLTN tidak berkontribusi terhadap emisi karbon. Tak ada
emisi CO2 yang dikeluarkan oleh PLTN, karenanya PLTN tidak
menjadi penyebab global warming.
3. Tidak Memproduksi Partikel Polutan
PLTN juga tidak mengeluarkan partikel polutan seperti halnya
Pembangkit Thermal dari bahan fosil. Sehingga tidak menimbulkan
pencemaran udara yang dapat menyebabkan hujan asam.

22
4. Padat Energi
Energi nuklir memiliki intensitas energi yang tertinggi, energi
yang sangat besar diproduksi dari jumlah bahan bakar yang sangat
sedikit.
5. Raliable
Energi nuklir sangat reliable, tidak tergantung cuaca, tidak
seperti PLT Bayu atau PLTA.
6. Volume Sampah Kecil
Sampah dari energi nulir volumenya relatif kecil. Meskipun
demikian sampah ini bersifat radioaktif.
7. Murah
Harga per KWh dari PLTN tergolong relatif lebih murah
dibandingkan PLT lainnya.

Gambar 3.9 Perbandingan Harga Berbagai PLT

23
3.3.2 Kekurangan PLTN
1. Pembuangan Energi Nuklir
Pembuangan sampah nuklir sangat mahal. Karena sampahnya
bersifat radioaktif maka harus mendapatkan treatment khusus sehingga
sampahnya tidak mencemari lingkungan.
2. Decomissioning
PLTN yang tidak terpakai tidak bisa begitu saja ditinggalkan.
Proses decomisiioning akan memakan waktu yang lama dan biaya yang
besar untuk mencegah terpaparnya lingkungan sekitar dari sampah
radioaktif.
3. Kecelakaan Nuklir
Kecelakaan nuklir dapat menyebarkan partikel radioaktif
kelingkungan yang luas. Radiasi ini dapat merusak sel-sel tubuh yang
dapat menyebabkan penyakit atau kematian. Penyakit dapat muncul
dalam waktu yang lama setelah kejadian radiasi.

3.4 Sistem Keamanan PLTN


Potensi bahaya yang dimiliki sebuah reaktor nuklir bisa ditentukan
setelah dilakukan kajian teknologi dan keselamatan yg dimiliki oleh sebuah
reaktor nuklir.
PLTN memiliki berbagai kelengkapan keselamatan nuklir untuk
menjamin keamanan operasi reaktor nuklir. Upaya keselamatan dari system
PLTN antara lain :
a) Pelatihan SDM secara periodik. Pelatihan SDM selalu dilakukan secara
berkala untuk memastikan standar kualitas SDM dalam menghadapi kondisi
darurat.
b) Fail safe system, sistem dan peralatan dalam PLTN didesain selalu
beroperasi aman meskipun pada kondisi tidak ideal. Misalnya, pada setiap
gejala kecelakaan, power shut down otomatis harus bekerja meskipun tanpa
listrik, bahkan sebuah petir yang menggelegar hebat sekali cukup untuk
mematikan secara otomatis sebuah PLTN. Fail safe system diterapkan
dalam beberapa peralatan lainnya di PLTN, misalnya pada pompa

24
pendingin. Meskipun pompa pendingin gagal bekerja sekalipun, jumlah
pendingin yg berlebihan dlm sistem primer harus mampu menyerap semua
panas dari reaktor setelah shutdown terjadi.
c) Interlock system, sebuah sistem untuk mencegah operasi PLTN yang
menyalahi prosedur. Sistem otomatis terkunci pada kondisi tertentu
sehingga operasi PLTN tidak mungkin bekerja diluar perencanaan.
d) Sistem anti gempa. PLTN dibangun di lapisan bedrock dan sebelum proses
pembangunan selalu dilakukan kajian, analisis dan tes seismik. Resiko
seismik berhubungan dengan kondisi maksimum saat terjadi gempa bumi
serta perencanaan evakuasi.
e) Emergency shutdown system, sistem ini terhubung langsung dengan fail
safe system. Batang kendali harus memiliki sistem shutdown otomatis
supaya kondisi darurat bisa diantisipasi dengan jalan tercepat. Kriteria
sistem pengaman shutdown otomatis ini beragam, inputnya bisa dari batas
maksimal penambahan daya yg dilewati, jumlah radiasi yg melebihi
ambang batas, pola kerja batang kendali yg tidak sesuai, reaktivitas yg
berlebihan, temperatur suhu pendingin, temperatur suhu ruangan dll.
f) Emergency core cooling system (ECCS). Sebuah sistem yang bertugas
untuk mendinginkan reaktor. Pada kecelakaan reaktor, sistem ini bekerja
dengan membanjiri teras reaktor dengan pendingin yang berlebihan
sehingga dijamin reaktor segera dingin.
g) Inherent safety system. Sebuah sistem yang dikembangkan setelah terjadi
kecelakaan di Chernobil (Rusia) dan TMII (USA) dimana fokus safety
dilakukan dalam tahap desain bahan bakar reaktor (fuel). Fuel pada PLTN
sekarang ini didesain memiliki reaktivitas negatif yang lebih baik pada saat
suhu fuel meningkat. Sehingga setiap potensi kecelakaan berupa
peningkatan suhu pada fuel akan membuat reaktifitas negatif membesar dan
membuat daya reaktor tidak bisa naik secara tidak terkendali dalam orde
mili-detik sampai 2 detik. Dengan demikian, human error, procedure-error,
dan gabungan banyak error yang memicu kecelakaan reaktifitas yg
membuat daya dan suhu dalam fuel meningkat secara drastis dalam waktu
yg singkat menjadi tidak mungkin karen rekayasa material dalam fuel.

25
Otomatis kecelakaan reaktivitas seperti Chernobyl dan TMII seharusnya
tidak mungkin terjadi lagi.
h) Defense in depth,yaitu pembahasan 4 lapis pengaman diPelepasan materi
radiasi dicegah oleh: materi pengikat keramik yang kuat dlm bahan bakar
nuklir, pelindung bahan bakar nuklir berupa cladding yg kokoh, pelindung
teras reaktor atau vessel reaktor, dan bangunan reaktor atau containment.
Kesederhanaan prinsip yg diterapkan adalah penyediaan sesuatu bahan
dg jumlah angka lebih diatas kekuatan teknis peralatan PLTN sehingga
marginnya cukup jauh. Misalnya untuk titik leleh fuel adalah 2600 Celcius,
maka suhu fuel PLTN yg diijinkan harus dibawah 1600 Celcius. Contoh lain:
Posisi PLTN di Bedrok membuat gedung PLTN akan mengalami goncangan
gempa sekitar 4 SR bila sumber gempa adalah 6 SR, namun gedung harus tetap
dirancang menahan gempa sampai sebesar 10 SR. Kasus gempa bumi yg
menimpa PLTN di Jepang memberikan pengetahuan bahwa bangunan PLTN
bisa menahan dengan baik gempa lebih besar dari pada 6 SR meskipun telah
terjadi kebakaran di transformer listrik dan kebocoran air limbah low level
radiasi (kebocoran radiasi tdk mencemari lingkungan krn pada dasarnya low
level radiasi memiliki radiasi sangat kecil hasil limbah pencucian sepatu, karet,
dan media penyimpan fuel).

3.5 Perkembangan PLTN di Dunia


Perlombaan negara-negara maju untuk bisa menguasai teknologi maju
sudah dimulai sejak terjadinya peperangan baik perang dunia kesatu maupun
kedua. Pada era perang dunia kedua, penguasaan teknologi nuklir
memungkinkan negara-negara tersebut membuat kapal-kapal perang dengan
berpendorong nuklir dan memasukan bahan-bakar nuklir kedalam hulu ledak
misilnya. Generasi pertama penggunaan energi nuklir adalah untuk tujuan
militer seperti hal nya sebuah reaktor pendorong kapal selam (submarine)
(West, J.M. and W.K. Davis, 2001) milik US Nautilus, diikuti juga oleh uni
soviet atau rusia saat ini dan senjata mematikan seperti bom atom yang pernah
di jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia II. Selepas
perang duani kedua, dunia semakin sadar akan kehancurannya terutama akibat

26
dijatuhkannya dua bom nuklir dijepang yang menyebabkan banyak korban
jiwa. Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir
untuk pembangkit daya dimulai secara intensif setelah konferensi genewa On
the peaceful uses of atomic energy yang di sponsori oleh UN (PBB) tahun
1955. Teknologi nuklir untuk tujuan damai atau untuk menghasilkan listrik
bagi penduduk telah dimulai pertama kalinya oleh pemerintah rusia di
daerah Obninsk, pada 27 Juni 1954 dengan daya 30 MW. Energi nuklir setelah
era perang dunia kedua merupakan energi yang bertujuan kebutuhan sipil,
seperti halnya untuk kebutuhan pertanian dan peternakan. Penggunaan
teknologi nuklir juga bermanfaat pada peningkatan kesehatan dan kedokteran,
serta kebutuhan industri. Teknologi nuklir yang lebih umum digunakan adalah
untuk pembangkit tenaga listrik yang dapat membantu supply energi bagi
listrik nasional khususnya.

27
Tabel 3.1 Reaktor-reaktor Nuklir di Dunia

1987 1989 2002 Maret 2017


R. R. R. R. Dalam R. Dalam
No. Nama Negara
Nuklir Riset Nuklir Nuklir konstruksi Nuklir konstruksi
1 Afrika Selatan 2 1 2 2 2 0
2 Argentina 2 5 2 2 1 3 1
3 Armenia 0 0 0 1 1 0
4 Belanda 2 2 2 1 1 0
5 Belgia 7 6 7 7 7 0
6 Brazil 1 3 1 2 2 1
7 Bulgaria 5 1 6 6 2 0
8 Cina 0 7 0 3 8 36 21
9 Finlandia 4 1 4 4 4 1
6
10 Hongaria 4 3 4 4 4 0
11 India 6 5 7 14 22 8
12 Inggris 38 15 39 33 15 0
13 Iran 0 1 0 0 2 1 1
14 Jepang 36 18 39 54 3 42 1
15 Jerman 21 22 24 19 8 0
16 Kanada 18 14 18 14 19 0
17 Lithuania 0 0 0 2 0 0
18 Meksiko 0 3 1 2 2 0
19 Pakistan 1 1 1 2 4 1
20 Perancis 53 21 55 59 58 3
21 Republik Chezh 8 3 8 5 1 6 0
22 Korea Selatan 7 3 9 16 4 25 3
23 Rumania 0 2 0 1 1 2 1
24 Rusia 56 24 55 30 2 35 4
25 Slovakia 0 0 0 6 2 4 2
26 Slovenia 0 0 0 1 1 0
27 Spanyol 9 1 10 9 7 0
28 Swedia 12 2 12 11 9 0
29 Swiss 5 4 5 5 5 0
30 Taiwan 6 6 6 6 2 6 2
31 Ukraina 0 0 0 13 4 15 0
32 USA 106 99 110 104 99 1
33 Yugoslavia 1 3 1 0 0 0
Total 410 276 428 438 30 447 59

28
Hal ini menunjukan bahwa peranan energy nuklir dalam memenuhi
kebutuhan lisrik dunia sangatlah besar . PLTN menyumbang 10.8 % dari
seluruh kebutuhan dunia.

Gambar 3. Perbandingan Kontribusi berbagai PLT

Gambar 3.11 Perbandingan Harga Listrik dan Sistem di Empat Negara

29
Tabel 3.2 Reaktor Riset di Berbagai Negara Tanpa Reaktor Nuklir
Jumlah Reaktor
Maret
No. Negara
1987 2006
1 Algeria 0 2
2 Australia 2 2
3 Austria 3 3
4 Bangladesh 1 1
5 Chile 1 2
6 Colombia 1 1
7 Denmark 2 2
8 Ghana 0 1
9 Korea utara 0 1
10 Indonesia 3 3
11 Irak 2 2
12 Israil 2 1
13 Itali 6 9
14 Jamaika 1 1
15 Kongo 0 2
16 Kazakhstan 0 3
17 Libya 1 1
18 Malaysia 1 1
19 Mesir 1 2
20 Norwegia 2 2
21 Nigeria 0 1
22 Philipina 1 1
23 Polandia 3 3
24 Peru 1 2
25 Portugal 1 1
26 Slovenia 0 1
27 Syria 0 1
28 Thailand 1 1
29 Turki 2 3
30 Uzbekistan 0 1
31 Venezuela 1 1
32 Vietnam 1 1
33 Yunani 2 3
34 Zaire 0 1
Total 29 63
Perkembangan PLTN di Indonesia belum sebesar Negara maju
Indonesia hanya baru mempunyai reactor riset nuklir yang berlokasi di
Bandung . Meski Indonesia belum mempunyai pengalaman dalam PLTN
namun dalam hal kemampuan ketenaganukliran, Indonesia telah mempunyai
pengalaman lebih dari 50 tahun dalam hal yang berkaitan dengan riset dengan
pemanfaatan energi nuklir dan lebih dari 40 tahun untuk penanganan

30
operasional reaktor sejak dibangunnya reaktor pertamanya dibandung tahun
1965. Dari ketiga reaktor yang telah beroperasi diindonesia tersebut, telah
banyak dihasilkan produk-produk untuk kebutuhan dalam negeri maupun
export. Baik dalam bidang pertanian, kedokteran, obat-obatan, industri dan
lainnya. Penggunaan energi nuklir untuk tujuan pembangkit tenaga listrik
masuk dalam program jangka menengah dan panjang dimana tidak hanya
kesiapan sumber daya manusia saja, akan tetapi berbagai pertimbangan lainnya
termasuk financial, aspek sosial masyarakat dan perkembangan politik baik
nasional, regional maupun internasional.

3.6 Limbah dan Penanggulangannya


Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif
terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang
dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak
mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang
bersirkulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem
reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah
melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas
melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun),
sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Limah radioaktif
berdasarkan tingkat aktivitasny dibagi menjadi 3, yaitu limbah aktivitas rendah
, sedang , dan tinggi. Sedangkan berdasarkan pada fasanya limbah radioaktif
dibedakan atas fasa gas , cair , dan padat. Pada PLTN sebagian besar limbah
yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 - 80%). Sedangkan limbah
aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas,
sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang. Penanganan
limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang, dan tinggi pada umumnya
mengikuti tiga prinsip, yaitu:
a) Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi,
kompaksi/ditekan
b) Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk
memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan

31
c) Menyimpan limbah yang telah diolah, ditempat yang terisolasi.

Gambar 3.12 Skema Pengelolaan limbah radioaktif

3.6.1 Limbah Cair


Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk
memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi)
atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air,
tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan
karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil
volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya
disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil
volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan dalam
drum/beton dengan semen. Sedang limbah padat yang tidak dapat
dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan
dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas
masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara
sementara (10 - 50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air
sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari

32
dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan
secara ekonomi tidak bermanfaat.
3.6.2 Limbah Padat
Limbah padat dari operasional PLTN mempunyai karakteristik
yang beragam. Untuk keperluan pengolahan, limbah padat dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yakni limbah padat dapat dibakar, limbah
padat dapat dikompaksi tetapi tidak dapat dibakar, dan limbah padat
yang tidak dapat bakar dan maupun dikompaksi.
Limbah dapat direduksi volumennya dengan dibakar di dalam
tanur insenerasi pada temperatur 700oC-1100oC. Gas buang yang
ditimbulkan dari reaksi pebakaran dan partikulit ini delewatkan melalui
beberapa filter , antara lain bag house filter dan HEPA filter sehingga
hampir 99% nya akan terjebak di dalam filter. Selanjutnya gas buang
yang berupa sisa-sisa asam dinetralkan degan soda api. Gas buang yang
kemudian keluar dari cerobong telah sepenuhnya bebas dari
komponen-komponen yang berbahaya.

Gambar 3.13 Skema Limbah Padat


Abu sisa pembakaran yang berupa oksida logam
diimmobilisasi dengan semen dan diwadahkan dalam drum 200
L. Setelah itu limbah yang telah terimmobilisasi tersebut disimpan di
tempat penyimpanan sementara.
Pengolahan limbah padat dapat dikompaksi tetapi tidak dapat
dibakar dilakukan dengan cara kompaksi. Di banyak negara, limbah

33
tersebut dikumpulkan di dalam drum 100L, proses kompaksi baru
dilakukan setelah limbah telah terkumpul cukup banyak.. Setelah
dikompaksi drum 100L yang berisi limbah padat ditempatkan di dalam
wadah drum 200L. Setelah drum pertama terkompakkan dilanjutkan
drum 100 L ke dua dan dikompakkan, demikian seterusnya sehingga
tercapai jumlah drum 100 L yang optimum. Setelah proses kompaksi,
koral dengan spesifikasi tertentu dituangkan ke dalam annulus yang
terbentuk.. Berikutnya campuran pasta semen pasir diinjeksikan ke
dalam anulus dan digetarkan untuk menjamin infiltrasi dari pasta
homogen.. Setelah proses ini selesai paket limbah kemudian disimpan di
fasilitas penyimpanan sementara. Limbah padat tidak dapat bakar dan
tidak dapat dikompaksi biasanya diolah dengan metode immobilisasi
langsung.
3.6.3 Limbah Gas
Limbah gas harus diolah oleh pihak reactor dengan cara
pengambilan radionuklida menggunakan filter dan karbon aktif. Filter
dan karbon aktif yang sudah jenuh dikirim ke instalasi pengelolaan
limbah radioaktif untuk diolah sebagai limbah padat. Filter bekas
diolah dengan cara super kompaksi atau kompaksi 2 arah , sehingga
reduksi volume yang didapat maksimal. Sedangkan karbon aktif diolah
dengan cara insenerasi , dan abu yang ditimbulkan kemudian
diimmobilisasi dengan semen.

34
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa PLTN merupakan sebuah
pembangkit listrik yang dapat menghasilkan daya listrik yang cukup besar dan tidak
menghasilkan limbah karena siklusnya tertutup. Tetapi dampak negative yang
dihasikan juga cukup besar, karena adanya radiasi yang cukup besar yang dapat
ditimbulkan oleh zat radio aktif nuklir sangat membahayakan ekosistem yang ada
disekitarnya (termasuk manusia).
Prinsip kerja PLTN berdasarkan sumber panas yang dihasilkan oleh supai
panas dari reaksi nuklir. Pemanfaatan energy panas tersebut tidak dapat dihasilkan
apabila kurangnya bahan bakar.

4.2 Saran
1. Pengembangan PLTN di Indonesia sagat penting bagi kemajuan ekonomi
Negara tersebut
2. Sebaiknya pembangunan PLTN berdasarkan kebutuhan suatu daerah.
3. Sebaiknya pemerintah mempersiap sebaik mungkin kebutuhan serta para tenaga
ahli sebelum membangun PLTN mengingat dampak buruknya yang besar bagi
lingkungan.

35
DAFTAR PUSTAKA
BATAN, Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Jurnal ATOMOS
No.ISSN 0215-0611. Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir:
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir-BATAN.

L.A. Titi, Yopiter. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN


JENIS-JENISREAKTOR PLTN. Pasca Sarjana Fisika FMIPA. Institut Teknologi
Sepuluh November: Surabaya.

R.Lamarsh , John. 2012. Introduction to Nuclear Engineering. New Jersey :


Pearson Prentice Hall.

36

Anda mungkin juga menyukai