Anda di halaman 1dari 4

MENCARI HAKIM YANG ADIL

Oleh : I Made Taro

I Botol adalah seorang laki-laki yang lugu dan sangat rajin bekerja. Setiap hari ia pergi
kehutan untuk mencari kayu bakar. Kayu bakar tersebut sebagian ia gunakan untuk keperluan
keluarganya dan memasak didapur dan sebagian lagi ia bawa kepasar untuk dijual.

Pada suatu hari pada lereng sebuah gunung, ia mendengar suara auman harimau. Ketika
ia mendekati, ternyata I Samong, seekor harimau jantan yang kena perangkap kerangkeng yang
cukup kuat.

Lalu I Botol pun mendekat lalu berkata Kenapa kamu berada dalam perangkap ini Samong?
tanyanya.

Aduh, syukur ada kau Botol. Tolong bukakanlah pintu ini. Aku diolok-olok oleh manusia.
Didalam perangkap ini ditaruh bangkai seekor kera. Ketika aku mengambilnya ternyata pintu
perangkap langsung tertutup.

Ah aku tidak mau membukakanmu, karena kalau aku akan melepaskanmu tentu kamu
akan memakanku nanti.

Tidak mungkin Botol. Tidak sampai hati aku akan membunuh orang yang sudah
menolongku. Aku berhutang budi kepadamu. Percayalah sejak kejadian ini aku tidak akan
memakan manusia.

Botol tidak berpikir panjang, dibukanya pintu perangkap itu. Samongpun segera
melompat keluar. Auuuuuuummmm.. ! teriaknya. Matanya menyala-nyala. Ekornya tegak
berdiri dan hidungnya bergerak-gerak. Mulutnya terbuka lebar menunjukkan gigi-gigi dan
taringnya yang tajam. Ia memandang Botol dengan penuh naps, lalu mengancam akan
membunuhnya.
Hai manusia ! kau lupa akan kejahatanmu, katanya sambil mendekatkan mulutnya
keleher I Botol. Kebetulan perutku lapar sekali. Akan kumangsa kamu sekarang

Tunggu dulu Samong. Kalu demikian pikiranmu, berarti kamu tidak bisa membalas budi
orang, sahut I Botol.

Apa katamu ? Membalas budi ? Manusia yang kedudukannya lebih tinggi dari hewan
tidak bisa membalas budi, apalagi aku.

Siapa bilang manusia tidak bias membalas budi? I Botol membantah.

Kalau kau tidak percaya, tanyakanlah kepada binatang-binatang yang lain, kata I
Samong. Kalau mereka itu mengatakan manusia itu baik budi, maka kau akan kubebaskan. Tapi
kalau mereka itu mengatakan manusia itu jahat, maka seketika kau akan kumangsa, katanya
lagi.

Mereka berdua lalu berangkat bersama-sama. Ditengah jalan mereka bertemu dengan
seekor kuda. I Botol dan I Samongpun menceritakan pengalamannya masing-masing secara
bergilir.

Benar kata I Samong itu, Botol. Manusia memang tidak bisa membalas budi. Lihat saja
badanku yang kurus kering ini. Semua ini karena perbuatan manusia. Setelah aku tua,
dicampakkan begitu saja oleh majikanku. Aku dibiarkan mati perlahan-lahan. Dahulu sewaktu
aku masih muda dan kuat bekerja, aku diperlakukan sewenang-wenang. Aku dipaksa menarik
dokar, menggotong padi yang dipanen dari sawah, menarik gerobak yang penuh beban batu atau
pasir. Kalau jalanku lambat karena kepayahan, aku dicambuknya. Aku dibiarkan lapar atau
kehahausan dibawah terik matahari. Aku hanya digunakan alat untuk mencari makan buat
dirinya sendiri, kata Kuda sambil mengangguk anggukkan kepalanya. Benar katamu itu
Samong. Kau patut memangsa I Botol, katanya lagi sambil melengos meninggalkan tempat itu.

Senang benar I Samong lalu ia mendekat dan memegang leher I Botol. Tunggu dulu,
kata I Botol. Sebaiknya kita tanyakan kepada binatang yang lain juga.

Baiklah, tapi bila binatang itu juga mengatakan manusia tidak bisa membalas budi,
maka kau tidak akan kulepaskan lagi, ancam I Samong.
Maka keduanya lalu melanjutkan perjalanan. Ditengah jalan kemudian mereka bertemu
dengan seekor sapi yang sudah agak tua, badannya kurus kering tidak terurus. Keduanya lalu
menceritrakan pengalaman dan pendapatnya masing-masing.

Benar katamu Samong. Sahut sapi itu. Manusia memang sangat kejam. Lihatlah aku
ini. Setelah aku tua dan tak mampu menarik bajak, lalu aku dijualnya kepada saudagar dan
saudagar itu sudah bersiap-siap akan menyembelihku. Jadi pantas sekali kalau harimau
memangsa manusia.

Betapa takutnya I Botol mendengar keputusan sapi. Ketika harimau menyentuhkan kuku-
kukunya di leher,ia masih berusaha membela diri.

Sabarlah Samong. Cobalah kita tanyakan sekali lagi kepada burung elang. Siapa tahu,
karena pengalamannya mengembara ia dapat memberikan jalan yang lebih bijaksana.

Walaupun I Samong sudah tidak sabar lagi, namun ia masih dapat menahan diri. Setelah
mendengar keterangan dari kedua belah pihak, burung elang yang sedang bertengger diatas
pohon itu mengatakan : Benar sekali kata I Samong itu. Dalam pengembaraanku selalu aku
menemukan manusia jahat. Berapa ribu burung elang yang mati kena tembak manusia, padahal
bangsa kami tidak punya dosa. Anak-anak elang yang masih kecil-kecil yang sedang tidur
disarangnya dirampasnya, lalu dibawa pulang dijadikan mainan anak-anaknya. Mereka mati
dengan sia-sia. Pernahkah bangsa elang memperlakukan manusia seperti itu ? Tidak kan ? Oleh
karena itu sudah sepantasnya I Botol menjadi mangsa I Samong.

Mendengar keputusan elang yang dirasa sangat bijaksana itu kemudian I Samongpun
mundur beberapa langkah. Ia mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam. Berancang-ancang
hendak menyergap I Botol.Sambil mengaum mulutnya dibuka lebar, memperlihatkan gigi dan
taringnya yang tajam. I Botol menyerah dan tak berdaya lagi. Ia merasa ajalnya memang telah
tiba.

Tapi untunglah auman harimau yang menggelegar itu terdengar oleh seekor kancil.
Kancil itu lalu bergegas berlari sekencang-kencang menuju arah suara auman harimau itu.

Hai teman, apa yang terjadi? Serunya setelah berada diantara I Samong dan I Botol.
Untung ada kau, kancil, kata I Samong. Kalau tidak pastilah I Botol sudah ku terkam.
Mereka berdua kembali menjelaskan pokok perkaranya kepada Kancil.

I Kancil geleng-geleng kepala, lalu berkata, Perkara ini memang sangat sulit dipahami
dan diselesaikan tanpa bukti yang nyata. Kalau kau berdua tidak keberatan, sebaiknya antarkan
aku ketempat kejadian semula. Ditempat itu aku akan menimbang-nimbang dan akan
menemukan keputusan yang paling bijaksana.

Mereka sepakat lalu bersama-sama pergi menuju tempat kejadian semula. Kancil lalu
meminta I Samong dan I Botol berceritra dan menunjukkan bagaimana kejadian yang
sebenarnya. Mulai dari I samong masuk perangkap, pintu yang terkunci dan datangnya I Botol.
Kemudian I Samong memelas kepada I Botol untuk menolongnya sampai kepada
perjanjianbahwa harimau itu tidak akan memangsa manusia.

Sampai disini kancil yang terkenal cerdik itu tidak memerlukan keterangan lagi. Hai
Botol, katanya. Lain kali pikir-pkir dulu, yang kau tolong itu sahabat sejati atau tidak.
Sekarang pulanglah kau dan biarkan I Samong dalam perangkap untuk selama-lamanya.
#mako#

Anda mungkin juga menyukai