Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara kelembagaan bank syariah dibedakan ke dalam Bank Umum Syariah dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk bank syariah ini memiliki
sistem operasional sendiri-sendiri. Namun dari aspek mekanisme kerjanya ada beberapa
persamaannya. Dalam makalah ini, menjelaskan secara umum sistem operasional bank
syariah.
Pembahasan makalah ini secara umum dikembangkan dalam topik-topik sebagai berikut:
organisasi dan mekanisme kerja bank syariah, mekanisme kerja, sistem operasional bank
syariah, pokok-pokok operasional bank syariah, kegiatan operasional bank syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana organisasi dan mekanisme kerja bank syariah?
2. Bagaimana sistem dan operasional bank syariah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi dan Mekanisme Kerja Bank Syariah
Organisasi hanya merupakan alat dan wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama
dalam melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan. Jika organisasi baik dan
benar, tujuan yang optimal relatif akan lebih mudah dicapai. Organisasi yang baik, efektif,
dan sesuai dengan kebutuhan bank adalah pengorganisasian (organizing) yang dilakukan
secara baik oleh organisator.
Organisasi bank yang terbaik menurut pendapat Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan adalah
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Organisasi Lini dan Staf merupakan organisasi yang paling luwes karena sumber
perintah dan tanggung jawab jelas, serta garis perintah dan tanggung jawabnya melalui
jalur vertikal terpendek. Dalam pengambilan keputusan, manajer lini mendapat bantuan
informasi dan saran-saran dari para stafnya sehingga keputusan yang diambil relatif lebih
baik.
2. Pendepartemenan hendaknya didasarkan atas proses produksi (aktivitas) agar
hubungan pekerjaan vertikal dan horizontal serasi terintegrasi, serta kontrol internal (check
and recheck) antar bagian berlangsung baik.
3. Struktur organisasi hendaknya berbentuk segitiga vertikal supaya pembagian
pekerjaan, hubungan pekerjaan, jabatan karyawan jelas.
4. Job description setiap karyawan harus ditetapkan secara jelas untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pekerjaan.
5. Adanya desentralization authority (pelimpahan kewenangan) kepada para karyawan
agar pelaksanaan pekerjaan dan pelayanan nasabah dapat ditingkatkan karena birokratisme
berkurang.
6. Penempatan karyawan harus didasarkan pada prinsip the right man on the right place
sehingga ada keefektifan organisasi.
7. Rentang kendali untuk setiap bagian harus berdasarkan kemampuan pimpinan dan
volume pekerjaan yang akan dikerjakan, biasanya berkisar tiga hingga sembilan orang.
8. Organisasi bank harus dibagi atas Front Office (customer service) dan Back Office
sehingga pelayanan nasabah lebih baik dan lebih cepat.[1]
Untuk memenuhi tuntutan kerja bank Syariah yang efektif, efisien, berintegritas tinggi, dan
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian diharapkan manajemen
bank Syariah memiliki kewenangan dan diberi fungsi yang tegas dan pasti, agar dapat
menjamin terselenggaranya kinerja perbankan Syariah yang menjunjung tinggi nilai
kejujuran, transparan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat, menjaga kehati-
hatian dan kejujuran, dan profesional.
Untuk menunjang kinerja tersebut, selain memiliki struktur organisasi internal seperti itu,
diperlukan juga adanya institusi pendukung seperti: auditor Syariah, pasar keuangan
Syariah, forum komunikasi pengembangan perbankan Syariah, lembaga penjamin
pembiayaan Syariah, pusat informasi keuangan Syariah, dan lembaga yang menangani
sekuritisasi aset bagi bank Syariah yang menginginkan peningkatan likuiditasnya.[2]
Contoh Struktur Organisasi Bank Konvensional[3]
Litbang: Penelitian dan Pengembangan Bank (biasanya ada pada Kantor Pusat)
Sesuai dengan struktur organisasi sistem perbankan Syariah maka mekanisme kerja pada
masing-masing bagian adalah sebagai berikut[4]:
1. Dengan adanya Keputusan RUPS yang antara lain menyangkut Laporan
Pertanggungjawaban Direksi serta Rencana Kerja selanjutnya maka bank Syariah dapat
mengadakan langkah kebijaksanaan serta operasionalisasi selanjutnya.
2. Disamping itu adanya Fatwa Agama dari DPS terutama yang menyangkut produk-
produk bank Syariah maka langkah kebijaksanaan serta operasionalisasi bank Syariah
tersebut mendapatkan pengabsahannya.
3. Selanjutnya dalam operasional bank Syariah tersebut terdapat dua macam
pengawasan:
1) Pengawasan internal oleh Dewan Komisaris, DPS dan Direksi.
2) Pengawasan eksternal oleh Bank Indonesia.

B. Sistem Operasional Bank Syariah


Pembicaraan mengenai sistem operasional lembaga keuangan syariah pada intinya adalah
membicarakan tentang bagaimana kerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya job description dan
job spesification merupakan hal yang sangat penting.
1. Job Diskripsi
Bahasan berikut ini akan diuraikan tentang tugas dan kewenangan masing-masing bagian
yang terkait dalam sistem operasional bank syariah.[5]
a. Dewan Pengawas Syariah (DPS) [6]
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya
operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan Syariah.
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya setiap
tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan Syariah.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk
baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah bertindak
sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh
DSN.
[7]Anggota Dewan Pengawas Syariah seharusnya terdiri dari Ahli Syariah, yang sedikit
banyak menguasai hukum dagang positif dan cukup terbiasa dengan kontrak-kontrak
bisnis.
Untuk menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat maka harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Mereka bukan staf bank, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk di bawah kekuasaan
administratif.
2) Merek dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3) Honorarium mereka ditentukan oleh RUPS.
4) Dewan Pengawas Syariah mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti
halnya Badan Pengawas lainnya.
Untuk menyatukan pendapat antara Dewan Pengawas Syariah yang mungkin berbeda satu
dengan yang lainnya, untuk tingkat internasional telah dibentuk International of Islamic
Banks yang berkedudukan di Cairo. Sedangkan di tingkat Nasional dibentuk suatu
Konsorsium Dewan Pengawas Syariah Nasional di bawah naungan Majelis Ulama
Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia.[8]
b. Dewan Komisaris[9]
Dewan komisaris yang terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh seorang
Komisaris Utama, bertugas dalam pengawasan intern Bank Syariah, mengarahkan
pelaksanaan yang dijalankan oleh Direksi agar tetap mengikuti kebijaksanaan Perseroan
dan Ketentuan yang berlaku.
Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris:
1) Mempertimbangkan, menyempurnakan dan mewakili para pemegang saham dalam
memutuskan perumusan kebijaksanaan umum yang baru yang diusulkan oleh Direksi
untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
2) Menyelenggarakan rapat umum luar biasa para pemegang saham dalam hal
pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
3) Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan
kepada perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum yang dapat diputuskan Direksi.
4) Memberikan penilaian atas neraca dan perhitungan R/L tahunan, serta laporan-
laporan berkala lainnya yang disampaikan oleh Direksi.
5) Memberikan persetujuan tentnag pengikatan perseroan sebagai penanggung,
penggadaian serta penjualan, baik untuk barang bergerak maupun tidak bergerak
kepunyaan perseroan.
6) Menyetujui atau menolak pinjaman yang diajukan oleh para anggota Direksi.
7) Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan-perubahan modal dan
pembagian laba.
8) Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan yang
diberikan dalam anggaran dasar perseroan.
9) Menyetujui pembagian tugas dan kewajiban diantara anggota Direksi.
c. Direksi[10]
Direksi yang terdiri seorang Direktur Utama dan seorang atau lebih Direktur, bertugas
dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syariah sehari-hari, sesuai dengan
kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan Komisaris dalam RUPS.
Tugas dan tanggung jawab Direksi:
1) Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum bank Syariah untuk masa yang
akan datang yang disetujui oleh Dewan Komisaris serta disahkan dalam RUPS, agar
tercapai tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
2) Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan dan Rencana Kerja
untuk tahun buku yang baru disetujui oleh Dewan Komisaris.
3) Mengajukan Neraca dan Laporan Rugi-Laba tahunan serta laporan-laporan berkala
lainnya kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan penilaiannya.
4) Turut menandatangani Surat-surat Saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan
ketentuan didalam Anggaran Dasar Perusahaan.
5) Menyetujui pemindahtanganan saham-saham kepada pembeli baru yang ditunjuk dan
dipilih oleh pemegang saham lama, setelah mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar tentang pemindahtanganan saham-saham tersebut.
6) Bertanggung jawab atas pengeluaran duplikasi surat saham, tanda penerimaan
keuntungan dan talon yang hilang serta mengumumkan disurat kabar resmi yang terbit
ditempat kedudukan perseroan.
7) Mengundang para pemegang saham untuk menghadiri Rapat Pemegang Saham.
8) Mengajukan kepada Dewan Komisaris, jenis pelayanan baru yang dapat diberikan
perseroan kepada masyarakat untuk disetujui.
9) Memberi persetujuan atas penggunaan formulir-formulir dan dokumen-dokumen
lainnya dalam transaksi perseroan.
10) Menyetujui pinjaman yang diberikan kepada pegawai Bank Syariah.
11) Mengangkat pejabat-pejabat Bank Syariah yang akan diberi tanggung jawab
mengawasi kegiatan perseroan.
12) Menyetujui besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada para
pejabat dan pegawai perseroan.
13) Mengamankan harta kekayaan perseroan agar terlindung dari bahaya kebakaran,
pencurian, perampokan dan kerusakan.
Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama:
1) Mewakili Direksi atas nama perseroan.
2) Memimpin dan mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan perseroan.
3) Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya dalam hubungan
dengan pihak ekstern perusahaan.
4) Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Tugas dan tanggung jawab Direktur:
1) Mewakili Direktur Utama atas nama Direksi.
2) Membantu direktur utama dalam mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan
perseroan.
3) Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan, khususnya dalam hubungan
dengan pihak intern perusahaan.
4) Bersama-sama direktur utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)[11].
d. Bidang Marketing
Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk
membantu Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang
marketing dan pembiayaan (kredit). Disamping itu juga sebagai supervisi dan pekerjaan
lain sesuai dengan ketentuan manajemen.
Tugas-tugas pokok bidang marketing:
1) Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-tugas marketing dan pembiayaan
(kredit) dari unit/bagian yang berada di bawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan
pelayanan kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efisien dan efektif yang dapat
memuaskan dan menguntungkan baik bagi nasabah maupun bank Syariah.
2) Melakukan monitoring, evaluasi, review dan surpervisi terhadap pelaksanaan tugas
dan fungsi bidang marketing (perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi--
nya.
3) Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya pengambilan keputusan
pembiayaan (kredit).
4) Melakukan monitoring, evaluasi, review terhadap kualitas portofolio pembiayaan
(kredit) yang telah diberikan dalam rangka pengamanan atas setiap pembiayaan (kredit)
yang telah diberikan.
5) Aktif menyampaikan pendapat, saran dan opini kepada Direksi mengenai masalah-
masalah yang berkaitan dengan bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
6) Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah) secara aktif yang
memerlukan pelayanan jasa perbankan.
7) Memelihara dan membina hubungan baik dengan pihak nasabah serta antar unit kerja
yang ada di bawah serta lingkungan perusahaan.
8) Menyusun strategi dan selaku marketing nasabah baik dalam rangka penghimpunan
sumber dana maupun alokasi pemberian pembiayaan secara efektif dan terarah.
9) Berkewajiban untuk meningkatkan mutu pelayanan perbankan terhadap nasabah
maupun calon nasabah.
10) Berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu
kelancaran tugas sehari-hari.[12]
e. Bidang Operasional
Fungsi bidang operasional sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu
direksi dalam melakukan tugas-tugas dibidang operasional bank. Fungsi tersebut meliputi
aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif secara efisien dan efektif dalam rangka pelaksanaan
dan pengamanan pelayanan jasa-jasa perbankan berdasarkan sistem dan prosedur
oeprasional perusahaan yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kebijaksanaan
manajemen serta peraturan-peraturan Pemerintah (Bank Indonesia). Disamping itu juga
melaksanakan fungsi supervisi dan pekerjaan lain yang sesuai dengan kebijaksanaan
manajemen.
Tugas-tugas pokok bidang operasional:
1) Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan pengamanan jasa-jasa
perbankan dari setiap unit yang berada di bawah tanggung jawabnya.
2) Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap unit/bagian
yang berada dibawah tanggung jawab.
3) Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap unit yang
berada di bawah tanggung jawabnya.
4) Aktif memberikan saran kepada Direksi mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan tugasnya sehari-hari termasuk mengusulkan produk-produk perbankan yang
diperlukan nasabah.
5) Turut memelihara dan membina hubungan baik dengan pihak nasabah secara antar
unit maupun bidang lingkungan perusahaan dalam rangka menjaga mutu pelayanan kepada
nasabah sehingga berada di tingkat yang memuaskan serta terciptanya suasana kerja yang
sehat di lingkungan perusahaan.
6) Berkewajiban untuk meningkatkan mutu pengetahuan dan ketrampilan, baik pribadi
maupun bawahannya untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya.
7) Melaksnakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi sepanjang tugas-tugas
tersebut masih dalam ruang lingkup dan fungsinya Kepala Bidang Operasional.[13]
f. Bidang Umum[14]
Fungsi bidang umum adalah sebagai staf/karyawan bank yang bertugas untuk membantu
penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan agar dapat melanjutkan tugasnya
dengan baik. Disamping itu juga berfungsi sebagai sekertariat. Demikian pula tugas-tugas
terkait dengan urusan personalia/kepegawaian. Bidang umum juga dapat melaksanakan
tugas-tugas lain sesuai dengan ketentuan Direksi.
Tugas-tugas pokok bidang umum:
1) Menginventariskan kebutuhan-kebutuhan karyawan atau perusahaan dan kemudian
menyediakannya sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Melakukan pengadaan/pembelian serta pembukuan dan melakukan penyusutan atas
setiap harta/inventaris kantor sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang penyusutan
tersebut serta dengan memperhatikan pengendalian biaya.
3) Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam kondisi yang baik, dan
bertanggung jawab atas keamanan harta/peralatan tersebut.
4) Secara periodik memeriksa kondisi harta/inventaris kantor dan melaporkannya
kepada Direksi apabila terdapat masalah-masalah yang perlu diputuskan.
5) Memberikan saran, pendapat, opini terhadap setiap masalah yang timbul dalam
ruang lingkup tugas dengan baik.
6) Membina, memelihara hubungan baik serta turut serta memotivasi seluruh karyawan
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
7) Menginventariskan permasalahan yang timbul dalam hal kepegawaian serta
mengajukan usul dan alternatif pemecahan masalahnya.
8) Menyiapkan, melakukan pembayaran gaji karyawan sesuai dengan ketentuan
Direksi.
9) Menjaga sifat kerahasiaan hal-hal yang menyangkut dengan kepegawaian seperti gaji
dan lain-lain.
10) Memberikan informasi kepada seluruh karyawan mengenai hak dan kewajiban
karyawan sesuai dengan ketentuan Direksi.
11) Berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan baik untuk diri
sendiri maupun penyiapan program peningkatan bagi karyawan lain.
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan manajemen sepanjang masih dalam ruang
lingkup fungsinya sebagai staf umum dan personalia.
g. Bidang Pengawasan
Bidang pengawasan disini adalah penegasan manajerial yang dijumpai oleh Direksi
(Direktur Utama) agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan serta dapat
mencapai keberhasilan yang optimal. Diluar bidang pengawasan masih juga terdapat
pengawasan pembiayaan yang merupakan pengawasan fungsional.
Tugas pokok Bidang Pengawasan tersebut ialah mengawasi seluruh kegiatan bank Syariah
agar dapat beralan lancar sehingga dapat mencapai keberhasilan secara baik. [15]
2. Job Spesifikasi
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada operasional bank
syariah meliputi[16]:
a. Mobilisasi Dana/Funding
Bagian mobilisasi dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat sesuai dengan
funding yang ada, seperti saham, deposito, mudhorobah, tabungan mudharabah, titipan
wadiah yad dhomamah, zakat, infaq dan shadaqah. Untuk mencapai hasil yang optimum
maka sebelum Bagian Mobilisasi Dana tersebut beroperasi, haruslah membuat Rencana
Target yang ingin dicapai.
b. Account Officer (A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan sehingga menjadi
debitur. Selanjutnya membina debitur tersebut agar memenuhi kesanggupannya terutama
dalam pembayaran kembali pinjamanya.
c. Bagian Support Pembiayaan
Bersamaan dengan A/O mengadakan penilaian Pemohon Pembiayaan sehingga memenuhi
kriteria persyaratannya. A/O dalam memproses calon debiutr dalam kendalanya,
sedangkan bagian support pembiayaan dari segi keabsahannya, seperti kebenaran
lampiran, usaha maupun penggunaan pembiayaan, taksasi jaminan, keabsahan jaminan dan
keabsahan lainnya.
d. Bagian Administrasi Pembiayaan
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O ataupun
bagian support pembiayaan. Disamping itu setelah pemohon menjadi debitur mulai dari
pencairan dananya sampai pelunasan ataupun pembayaran-pembayaran debitur akan
ditangani oleh bagian administrasi pembiayaan.
e. Bagian Pengawasan Pembiayaan
Bagian pengawasan pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara lain
membuat surat-surat peringatan kepada debitur, penagihan-penagihan. Di samping itu juga
mengadministrasikan jaminan ataupun mengurusi file debitur.
f. Service Assistent (S/A)
S/A memberikan informasi dalam hal operasional kantor bank Syariah. Disamping itu S/A
mengadminsitrasikan nasabah funding yang baru.
g. Kas dan Teller
Kas dan Teller selaku kuasa bank untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan
penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Tugas kas dan teller juga mengatur dan
memelihara saldo/posisi uang kas yang ada dalam tempat khasanah bank.
h. Bagian Jasa Nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran nasabah (funding)
kemudian melakukan penjurnalan.
i. Bagian Pembukuan[17]
Bagian pembukuan bertugas didalam pembuatan neraca dan daftar laba/rugi. Disamping
itu bagian pembukuan juga bertugas dalam pembuatan laporan ke Bank Indonesia dan
tugas lain yang sesuai dengan policy perusahaan.
j. Sekertariat
Tugas sekertariat adalah pengelolaan surat-menyurat, arsifaris dan dokumen. Dapat pula
diserahi tugas lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.
k. Personalia
Personalia bertugas dalam pekerjaan yang terkait dengan kepegawaian, seperti urusan
kesejahteraan karyawan, kenaikan pangkat, pendidikan, dan urusan kesejahteraan lain.
l. Perbekalan/Perlengkapan
Perbekalan bertugas mempersiapkan sarana serta perlengkapan kantor. Dapat pula diberi
tugas sesuai policy perusahaan.
m. Bagian Keamanan dan Urusan Rumah Tangga Kantor
Bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor bertugas mengamankan kekayaan kator
serta pemeliharaannya, dan urusan rumah tangga lainnya.
n. Bagian Pengawasan Personalia
Bagian pengawasan personalia bertugas mengamati personalia karyawan dan kegiatan
tugasnya di bank Syariah, kemudian melaporkan kepada Direksi.
o. Bagian Pengawasan Marketing
Berfungsi mengamati kegiatan bidang marketing, kemudian melaporkan kepada Direksi
yang membidanginya.
p. Bagian Pengawasan Operasional
Berfungsi mengamati kegiatan di bidang operasional, kemudian melaporkan kepada
Direksi yang membidanginya.
q. Bagian Pengawasa Umum
Berfungsi mengamati kegiatan bidang umum dalam operasionalnya, misalnya di bidang
perbekalan, bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor, kemudia memberi laporan
kepada Direksi yang membidanginya.
Dari bagian-bagian operasional lembaga keuangan Syariah yang secara langsung
berurusan dengan persoalan akutansi adalah bagian pembukuan.[18]

C. Pokok-Pokok Operasional Bank


1. Landasan Operasional Bank Syariah[19]
Seperti diketahui bahwa landasan utama beroperasinya bank Syariah di Indonesia, selain
UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
juga UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Kemudian sekarang telah pula
diperkuat dengan lahirnya UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Namun, bagaimanapun seperti lazimnya sebuah undang-undang ia tidak banyak mengatur
hal-hal yang bersifat operasional mengenai bank Syariah, melainkan hanya mengatur hal-
hal atau mengenai prinsip-prinsip yang bersifat umum saja berkaitan dengan eksistensi
bank Syariah dalam tata hukum perbankan di Indonesia.
Dalam rangka itulah Bank Indonesia selaku bank sentral telah mengeluarkan sejumlah
peraturan sebagai landasan operasional bagi bank Syariah dalam menjalankan fungsinya
selaku lembaga perantara keuangan (intermediary financial institution), yaitu:
a. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kelembagaan bank Syariah, yang
meliputi: pendirian, kepemilikan, kepengurusan, kegiatan usaha serta produk-produk bank
Syariah, yaitu:
1) Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 Tanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
2) Peraturan Bank Indonesia No.6/17PBI/2004 Tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
3) Peraturan Bank Indonesia No.4/1/PBI/2002 Tanggal 27 Maret 2002 tentang
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah dan Pembukuan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank
Umum Konvensional.
b. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah likuiditas dan instrumen moneter
yang sesuai dengan prinsip Syariah, antara lain:
1) Peraturan Bank Indonesia No.6/7/PBI/2004 Tanggal 16 Febuari 2004 tentang
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
2) Peraturan Bank Indonesia No.2/7/PBI/2000 tentang Giro Wajib Minimum dalam
Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah.
3) Peraturan Bank Indonesia No.2/8/PBI/2000 Tanggal 23 Febuari 2000 tentang Pasar
Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah.
4) Peraturan Bank Indonesia No.2/4/PBI/2000 Tanggal 11 Febuari 2000 tentang Kliring
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Umum Konvensional.
5) Peraturan Bank Indonesia No.5/3/PBI/2003 Tanggal 4 Febuari 2003 tentang Fasilitas
Pembayaran Jangka Pendek bagi Bank Syariah.
c. Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pelaksanaan prinsip kehatia-hatian dan
kesehatan bank Syariah, antara lain:
1) Peraturan Bank Indonesia No.5/23/PBI/2003 Tanggal 23 Oktober 2003 tentang
Penerapan Prinsip Mengenai Nasabah (Know Your Customer Principles) bagi Bank
Perkreditan Rakyat.
2) Surat Edaran Bank Indonesia No.6/19/DPBPR tentang Pedoman Standar Penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah bagi Bank Perkreditan Rakyat.
3) Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003 Tanggal 16 Mei 2003 tentang Kualitas
Aktiva Produktif bagi Bank Syariah.
4) Peraturan Bank Indonesia No.5/9/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 tentang Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank Syariah.
5) Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. [20]
d. Peraturan-peraturan lain yang diterbitkan baik oleh Bank Indonesia sendiri selaku
bank sentral maupun oleh lemabaga lain sebagai pendukung operasional bank Syariah,
antara lain misalnya:
1) Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden No.26 Tahun 1993 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Umum.
2) Peraturan Bank Indonesia No.5/17/PBI/2003 Tanggal 3 September 2003 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban
Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.
3) Ketentuan-ketentuan lain dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga terkait
seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN)[21]
2. Kegiatan Usaha Bank Syariah
Pengaturan mengenai kegiatan usaha bank di Indonesia secara umum didasarkan pada
ketentuan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 UU No.10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Khusus mengenai kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank Syariah diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan PBI No.6/17/PBI/2004
tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Aturan ini kemudian
disempurnakan da dipertegas dalam Pasal 19 dan Pasal 20 Ayat (1) dan Ayat (3) serta
Pasal 21 UU No.21 Tahun 2008.[22]
D. Kegiatan Operasional Bank Syariah
1. Bidang Marketing[23]
Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik untuk produk
funding maupun produk financing. Dalam membuat target tersebut haruslah disesuaikan
dengan Rencana Kerja Operasional Bank Syariah yang dibuat oleh Direksi.
Kegiatan operasionalnya adalah:
1) Pemasaran produk dengan melakui bermacam-macam media pemasaran, baik media
elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan, pengajian-pengajian, khutbah jumah dan
sebagainya.
2) Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam mobilisasi dana, hasilnya:
Funding: Saham, deposito, mudhorobah, tabungan mudhorobah, titipan wadiah yad
dhomamah, atau zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
Setelah diadministrasikan oleh FO, Funding yagn baru diserahkan kepada SA dan
bagian jasa nasabah (Janas), sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada
Teller/kasir.
Hasil pembiayaan diserahkan kepada A/O untuk diproses selanjutnya.
3) Operasionalisasi Account Officer (A/O) atau Pembina Pembiayaan
Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi tersebut untuk
memenuhi permohonan pembiayaan yang masuk.
Memproses calon debitur yang masuk.
Membina debitur agar lancar pengembalian pembiayaan serta mengurangi risiko
(menekan risiko) atas pembiayaan yang diberikan.
4) Operasionalisasi Bagian Support Pembiayaan
Memproses calon debitur dari segi keabsahan, taksasi jaminan.
Mengatasi permasalahan debitur yang mungkin terjadi.
5) Oeprasionalisasi Bagian Administrasi Pembiayaan
Menyiapkan surat persetujuan administrasi pembiayaan (SPP)
Menyiapkan aqad pembiayaan serta pengikatan jaminan
Menyiapkan slip-slip pencairan pembiayaan
Menyiapkan kartu angsuran untuk debitur
Menyiapkan kartu pembiayaan (untuk bank)
Menyiapkan slip-slip pembayaran kembali, angsuran atau pelunasan
Menyelenggarakan file debitur
Pengamanan jaminan
Khusus untuk mudharabah atau musyarakah :
- Membuat tabel rencana pembayaran
- Membuat aktualisasi pembayaran
6) Operasionalisasi Bagian Pengawasan Pembiayaan
Membuat register calon debitur
Membuat register debitur
Membuat daftar rencana angsuran/pembayaran debitur dan aktualisasinya
Membuat srat-surat peringatan
Pemecahan permasalahan debitur
Execusi jaminan[24]
2. Bidang Operasional
1) Service Operasional
a. Informasi Kegiatan Bank Syariah terutama Bidang Marketing dan Bidang
Operasional.
b. Pencatatan Nasabah Funding yang baru.
2) Teller/Kasir
a. Transaksi keuangan tunai: setoran dan pembayaran.
b. Laporan kas harian.
3) Jasa Nasabah
Penyelenggara funding: deposito mudharabah, tabungan mudharabah, zakat, infaq.
4) Bagian Tata Buku
a. Pembukuan transaksi fisik pada kasir/teller
b. Pembukuan transaksi rekening bank
c. Pembuatan neraca dan daftar rugi/laba harian
d. Pembuatan neraca dan daftar rugi/laba bulanan
e. Laporan ke Bank Indonesia
3. Bidang Umum
1) Sekertariat
2) Perbekalan
3) Personalia
4) Urusan Rumah Tangga Kantor[25]
4. Bidang Pengawasan[26]
1) Pengawasan Marketing
a. Pengawasan sesuai dengan Syariah
b. Pengawasan proseduril
c. Publik opini, masukan untuk pemecahan masalah
2) Pengawasan Personil
a. Pengawasan dalam Dinas dan Pengawasan di luar Dinas
Pengalaman Islam
Kedisiplinan
Ketrampilan kerja
Kreativitasnya
Kerjasama
b. Penilaian secara periodik
c. Pengawasan Umum
Pengawasan kekayaan/inventaris
Pengawasan perbekalan/biaya kantor
Pengawasan akutansi
Catatan :
1. Bidang pengawasan adalah pengawasan manajerial yang langsung ditangani direksi.
2. Petugas-petugas merupakan media penyerap data untuk bahan masukan kepada
direksi dalam mengambil keputusan.
3. Di samping itu sewaktu-waktu diperlukan oleh direksi dapat diadakan pemeriksaan
langsung di bidang-bidang yang diinginkan sebagai tindak lanjut dari bidang pengawasan
tersebut.[27]

BAB III
PENUTUP

Dari kesimpulan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Perbankan syariah di
Indonesia saat ini telah memasuki periode perkembangan yang ditandai dengan bank-bank
syariah baru. Hal ini dimungkinkan dengan adanya landasan hukum yang jelas yaitu
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang mengubah Undang-Undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan serta peraturan-peraturan pelaksanaanya. Berdasarkan Undang-undang
perbankan yang baru, sistem perbankan di Indonesia terdiri dari bank umum konvensional
dan bank umum syariah.
Organisasi maupun sistem operasional bank syariah terdapat perbedaan dengan bank pada
umumnya, terutama adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur organisasi dan
adanya sistem bagi hasil. Dapat dikatakan pula bahwa manajemen bank syariah merupakan
pengembangan dari manajemen bank konvensional.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafii, Muhammad. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.
Basir, Cik. 2009. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariyah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hasibuan, S.P, Malayu. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muhamad. 2000. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press.
Muhamad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Perwataatmadja, Karnaen & Muhammad Syafii Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank
Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
(BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Wiroso. 2005. Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT
Grasindo.

[1] Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (PT Bumi Aksara 2009), hlm 46-47
[2] Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Prenada Media 2005), hlm 91-
92
[3] Malayu S.P Hasibuan , Op.cit. hlm 48
[4] Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontempore, (UII Press 2000), hlm
162
[5] Muhamad, loc.cit.
[6] Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Gema Insani Press
2001), hlm 31
[7] Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, (Dana Bhakti Wakaf 1992), hlm 3
[8] Wakum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (PT
Raja Grafindo 2004), hlm 52
[9] Muhamad, Op.cit. hlm 163
[10] Ibid, hlm 164
[11] Ibid, hlm 164-165
[12] Ibid, hlm 165-166
[13] Ibid, hlm 166-167
[14] Ibid, hlm 167-168
[15] Ibid, hlm 168
[16] Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (UII Press 2000), hlm52-53
[17] Ibid, hlm 53-54
[18] Ibid, hlm 54-56
[19] Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariyah, (Kencana Prenada Media Group 2009), hlm 57-58
[20] Ibid, hlm 58
[21] Ibid, hlm 59
[22] Ibid, hlm 60
[23] Muhamad, op.cit. hlm 57-58
[24] Ibid, hlm 58-59
[25] Ibid, hlm 59
[26] Ibid, hlm 60
[27] Muhamad, loc.cit.

http://merahkemuninghijau.blogspot.co.id/2015/06/sistem-operasional-bank-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai