PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara kelembagaan bank syariah dibedakan ke dalam Bank Umum Syariah dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk bank syariah ini memiliki
sistem operasional sendiri-sendiri. Namun dari aspek mekanisme kerjanya ada beberapa
persamaannya. Dalam makalah ini, menjelaskan secara umum sistem operasional bank
syariah.
Pembahasan makalah ini secara umum dikembangkan dalam topik-topik sebagai berikut:
organisasi dan mekanisme kerja bank syariah, mekanisme kerja, sistem operasional bank
syariah, pokok-pokok operasional bank syariah, kegiatan operasional bank syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana organisasi dan mekanisme kerja bank syariah?
2. Bagaimana sistem dan operasional bank syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi dan Mekanisme Kerja Bank Syariah
Organisasi hanya merupakan alat dan wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama
dalam melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan. Jika organisasi baik dan
benar, tujuan yang optimal relatif akan lebih mudah dicapai. Organisasi yang baik, efektif,
dan sesuai dengan kebutuhan bank adalah pengorganisasian (organizing) yang dilakukan
secara baik oleh organisator.
Organisasi bank yang terbaik menurut pendapat Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan adalah
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Organisasi Lini dan Staf merupakan organisasi yang paling luwes karena sumber
perintah dan tanggung jawab jelas, serta garis perintah dan tanggung jawabnya melalui
jalur vertikal terpendek. Dalam pengambilan keputusan, manajer lini mendapat bantuan
informasi dan saran-saran dari para stafnya sehingga keputusan yang diambil relatif lebih
baik.
2. Pendepartemenan hendaknya didasarkan atas proses produksi (aktivitas) agar
hubungan pekerjaan vertikal dan horizontal serasi terintegrasi, serta kontrol internal (check
and recheck) antar bagian berlangsung baik.
3. Struktur organisasi hendaknya berbentuk segitiga vertikal supaya pembagian
pekerjaan, hubungan pekerjaan, jabatan karyawan jelas.
4. Job description setiap karyawan harus ditetapkan secara jelas untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pekerjaan.
5. Adanya desentralization authority (pelimpahan kewenangan) kepada para karyawan
agar pelaksanaan pekerjaan dan pelayanan nasabah dapat ditingkatkan karena birokratisme
berkurang.
6. Penempatan karyawan harus didasarkan pada prinsip the right man on the right place
sehingga ada keefektifan organisasi.
7. Rentang kendali untuk setiap bagian harus berdasarkan kemampuan pimpinan dan
volume pekerjaan yang akan dikerjakan, biasanya berkisar tiga hingga sembilan orang.
8. Organisasi bank harus dibagi atas Front Office (customer service) dan Back Office
sehingga pelayanan nasabah lebih baik dan lebih cepat.[1]
Untuk memenuhi tuntutan kerja bank Syariah yang efektif, efisien, berintegritas tinggi, dan
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian diharapkan manajemen
bank Syariah memiliki kewenangan dan diberi fungsi yang tegas dan pasti, agar dapat
menjamin terselenggaranya kinerja perbankan Syariah yang menjunjung tinggi nilai
kejujuran, transparan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat, menjaga kehati-
hatian dan kejujuran, dan profesional.
Untuk menunjang kinerja tersebut, selain memiliki struktur organisasi internal seperti itu,
diperlukan juga adanya institusi pendukung seperti: auditor Syariah, pasar keuangan
Syariah, forum komunikasi pengembangan perbankan Syariah, lembaga penjamin
pembiayaan Syariah, pusat informasi keuangan Syariah, dan lembaga yang menangani
sekuritisasi aset bagi bank Syariah yang menginginkan peningkatan likuiditasnya.[2]
Contoh Struktur Organisasi Bank Konvensional[3]
Litbang: Penelitian dan Pengembangan Bank (biasanya ada pada Kantor Pusat)
Sesuai dengan struktur organisasi sistem perbankan Syariah maka mekanisme kerja pada
masing-masing bagian adalah sebagai berikut[4]:
1. Dengan adanya Keputusan RUPS yang antara lain menyangkut Laporan
Pertanggungjawaban Direksi serta Rencana Kerja selanjutnya maka bank Syariah dapat
mengadakan langkah kebijaksanaan serta operasionalisasi selanjutnya.
2. Disamping itu adanya Fatwa Agama dari DPS terutama yang menyangkut produk-
produk bank Syariah maka langkah kebijaksanaan serta operasionalisasi bank Syariah
tersebut mendapatkan pengabsahannya.
3. Selanjutnya dalam operasional bank Syariah tersebut terdapat dua macam
pengawasan:
1) Pengawasan internal oleh Dewan Komisaris, DPS dan Direksi.
2) Pengawasan eksternal oleh Bank Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Dari kesimpulan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Perbankan syariah di
Indonesia saat ini telah memasuki periode perkembangan yang ditandai dengan bank-bank
syariah baru. Hal ini dimungkinkan dengan adanya landasan hukum yang jelas yaitu
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang mengubah Undang-Undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan serta peraturan-peraturan pelaksanaanya. Berdasarkan Undang-undang
perbankan yang baru, sistem perbankan di Indonesia terdiri dari bank umum konvensional
dan bank umum syariah.
Organisasi maupun sistem operasional bank syariah terdapat perbedaan dengan bank pada
umumnya, terutama adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur organisasi dan
adanya sistem bagi hasil. Dapat dikatakan pula bahwa manajemen bank syariah merupakan
pengembangan dari manajemen bank konvensional.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafii, Muhammad. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.
Basir, Cik. 2009. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariyah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hasibuan, S.P, Malayu. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muhamad. 2000. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press.
Muhamad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Perwataatmadja, Karnaen & Muhammad Syafii Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank
Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
(BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Wiroso. 2005. Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT
Grasindo.
[1] Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (PT Bumi Aksara 2009), hlm 46-47
[2] Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Prenada Media 2005), hlm 91-
92
[3] Malayu S.P Hasibuan , Op.cit. hlm 48
[4] Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontempore, (UII Press 2000), hlm
162
[5] Muhamad, loc.cit.
[6] Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Gema Insani Press
2001), hlm 31
[7] Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, (Dana Bhakti Wakaf 1992), hlm 3
[8] Wakum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (PT
Raja Grafindo 2004), hlm 52
[9] Muhamad, Op.cit. hlm 163
[10] Ibid, hlm 164
[11] Ibid, hlm 164-165
[12] Ibid, hlm 165-166
[13] Ibid, hlm 166-167
[14] Ibid, hlm 167-168
[15] Ibid, hlm 168
[16] Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (UII Press 2000), hlm52-53
[17] Ibid, hlm 53-54
[18] Ibid, hlm 54-56
[19] Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariyah, (Kencana Prenada Media Group 2009), hlm 57-58
[20] Ibid, hlm 58
[21] Ibid, hlm 59
[22] Ibid, hlm 60
[23] Muhamad, op.cit. hlm 57-58
[24] Ibid, hlm 58-59
[25] Ibid, hlm 59
[26] Ibid, hlm 60
[27] Muhamad, loc.cit.
http://merahkemuninghijau.blogspot.co.id/2015/06/sistem-operasional-bank-syariah.html