Anda di halaman 1dari 64

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kinerja

2.1.1 Pengertian

Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dicapai atau

prestasi yang diperlihatkan. Kinerja pada hakikatnya merupakan prestasi yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya, sesuai

dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Menurut Ilyas

(2010) kinerja adalah penampilan hasil karya pada seluruh jajaran personil di dalam

suatu organisasi.

Menurut Hasibuan (2006) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas - tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan sering tidak memperhatikan kecuali

sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering atasan tidak

mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga organisasi menghadapi

krisis yang serius. Kesan -kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan

mengabaikan tanda - tanda peringatan adanya kinerja yang merosot. Kinerja secara

umum dipahami sebagai suatu catatan keluaran, hasil suatu fungsi jabatan kerja atau

seluruh aktivitas kerjanya dalam periode tertentu. Secara lebih singkat kinerja
9

disebutkan sebagai suatu kesuksesan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kinerja sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya tergantung pada kombinasi

antara kemampuan, usaha dan kesempatan. Kinerja dapat diukur melalui keluaran

atau hasilnya (Asad, 2008).

Mangkunegara (2005) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Koesmono (2005)

mengatakan, bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan dari tugas - tugas yang

telah ditetapkan. Russel (2006), menyebutkan kinerja sebagai the record of

outcome produced on a specified job function or activity during specified time

period. Artinya kinerja sebagai catatan hasil (outcomes) yang dihasilkan dari suatu

aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu.

2.1.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja

karyawan (Riyadi, 2011). Simamora (2006) penilaian kinerja adalah alat yang

berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga

untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Dalam penilaian

kinerja mencakup semua aspek seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan

kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugas seorang pegawai. Menurut Handoko

(2007), penilaian prestasi kinerja merupakan proses organisasi-organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat


10

memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik

kepada karyawan tentang pelaksanaan kinerja. Kegunaan-kegunaan penilaian

prestasi kinerja sebagai berikut:

a. Perbaikan prestasi kinerja

Umpan balik pelaksanaan kerja kemungkinan karyawan, manajer, dan

departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk

memperbaiki prestasi.

b. Penyesuaian: penyesuaian kompensasi

Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya.

c. Keputusan: keputusan penempatan

Promosi, transfer biasanya didasarkan pada prestasi kinerja masa lalu. Promosi

sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu

d. Kebutuhan: kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Prestasi kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan.

Demikian juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus

dikembangkan.

e. Perencanaan dan pengembangan karier

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang

jalur karier tertentu yang harus diteliti.

f. Penyimpangan: penyimpangan proses staffing

Prestasi kinerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia.


11

g. Ketidak akuratan informasi

Prestasi kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan

dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau

komponen- komponen lain sistem manjemen personalia. Menggantungkan diri

pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan

personalia yang tidak diambil tepat.

h. Kesalahan: kesalahan desain pekerjaan

Prestasi kinerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam

desain pekerjaan.

i. Kesempatan kinerja yang adil

Penilaian prestasi kinerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

j. Tantangan: tantangan eksternal

Kadang-kadang prestasi kinerja dipengaruhi oleh faktor- faktor di luar

lingkungan kinerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial, atau

masalah-masalah pribadi lainnya.

Menurut Dessler (2008), penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan

prestasi aktual karyawan dan prestasi kerja yang diharapkan darinya. Dalam

penilaian kinerja karyawan tidak hanya menilai secara fisik, tetapi pelaksanaan

pekerjaan secara keseluruhan menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan

kerja, kerajinan, disiplin, hubungan kerja, atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang
12

dan tingkatan pekerjaan. Faktor-faktor penilaian kinerja adalah sebagai

berikut:

a. kualitas pekerjaan, meliputi akurasi, ketelitian, penampilan, dan penerimaan

b. keluaran, Kuantitas pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi

c. Supervisi yang diperlukan, meliputi membutuhkan saran, arahan atau

perbaikan

d. Kehadiran, meliputi ketepatan waktu, disisplin, dapat dipercaya/diandalkan

e. Konservasi, meliputi pencegahan pemborosan, kerusakan, dan pemeliharaan

peralatan

2.1.3 Aspek-Aspek Penilaian Kinerja

Moekijat (2008) menyebutkan bahwa dalam penilaian kinerja harus

dipertimbangkan sifat individu dan faktor kontribusi pegawai tersebut terhadap

organisasi/kelompok seperti inisiatif, semangat, kepercayaan yang mempengaruhi

jumlah dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Penilaian kinerja tersebut dikenal

dengan istilah sistem Grafic Scales. Dengan demikian, aspek-aspek penilaian

kinerja meliputi :

a . Pekerjaan yang dihasilkan

b . Kerjasama

c . Inisiatif

d . Pengetahuan

e . Kehadiran

f . Kesetiaan
13

2 . 1 . 4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Darma (2009) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi: mutu

pekerjaan, jumlah pekerjaan, efek tifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik

individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan,

lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi,

penghargaan dan imbalan). Gibson (2009) menyatakan terdapat tiga kelompok

variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) variabel individu, yang

meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang,

pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya.

Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja

individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku

dan kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap,

kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan

belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang

pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung ke

dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan

keterampilan.
14

2.2 Konsep dasar kompetensi

2.2.1 Pengertian

Dalam lingkungan perusahaan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pada

awalnya hanya ada 2 jenis definisi kompetensi yang berkembang pesat menurut

Hutapea dan Thoha (2008:3) yaitu :

Kompetensi yang didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus diketahui

atau dilakukan agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik (Miller, Rankin

and Neathey, 2001:59). Pengertian kompetensi jenis ini dikenal dengan nama

Kompetensi Teknis atau Fungsional (Technical/ Functional Competency) atau

dapat juga disebut dengan istilah Hard Skills/Hard Competency (kompetensi keras).

Kompetensi jenis ini bermula dan berkembang di Inggris dan banyak digunakan di

Negara-negara Eropa dan di Negara-negara Commonwealth. Kompetensi teknis

adalah pada pekerjaan, yaitu untuk menggambarkan tanggung jawab, tantangan,

dan sasaran kerja yang harus dilakukan atau dicapai oleh si pemangku jabatan agar

si pemangku jabatan dapat berprestasi dengan baik.

Kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku

agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis

ini dikenal dengan nama Kompetensi Perilaku (Behavioural Competencies) atau

dapat juga disebut dengan istilah Kompetensi Lunak (Soft skills/Soft competency).

Perlu diketahui di sini bahwa perilaku merupakan suatu tindakan (action) sehingga

kompetensi perilaku akan teridetifikasi apabila seseorang memeragakannya dalam

melakukan pekerjaan.
15

Selanjutnya kompetensi menurut Spence Jr. dalam Ruky (2006:104)

adalahun underlying characteristic of an individual that is casually realated

to cretarion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation

atau karakteristik dasar seseorang (individu) yang mempengaruhi cara berpikir dan

bertindak membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi serta

bertahan cukup aman dalam diri manusia. Apa yang dapat diungkapkan mengenai

kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan

baru di tempat bekerja di masa mendatang. Lyle & Signe Spencer bersama David

McClelland (1990)

Sedarmayanti (2008) mengemukakan bahwa kompetensi adalah karakteristik

mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat

memprediksikan kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi adalah apa

yang oustanding performers lakukan lebih sering, pada lebih banyak situasi, dengan

hasil yang lebih baik daripada apa yang dilakukan penilai kebijakan. Faktor lain

yang harus diperhatikan adalah perilaku.

Malthis dan Jackson (2006) bahwa kompetensi adalah karakteristik-karakteristik

dasar yang dapat dihubungkan dengan kinerja yang meningkat dari individu-

individu atau tim. Ada semakin banyak organisasi yang menggunakan beberapa

segi analisis kompetensi. Tiga alasan utama organisasi menggunakan pendekatan

kompetensi adalah : untuk mengomunikasikan perilaku yang dihargai di seluruh

organisasi, untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi tersebut, dan


16

untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan keunggulan

kompetitif organisasional.

Memiliki sumber daya manusia yang kompeten adalah keharusan bagi perusahaan.

Mengelola sumber daya manusia berdasarkan kompetensi diyakini bisa lebih

menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian besar perusahaan memakai

kompetensi sebagai dasar dalam memilih orang, mengelola kinerja, pelatihan dan

pengembangan serta pemberian kompensasi.

Proses rekrutmen dan seleksi diarahkan untuk mencari orang yang mendekati

kompetensinya, demikian pula halnya untuk pengembangan kinerja dan karir

karyawan. Setiap kali diadakan uji kompetensi (assessment)

untukmencocokkan apakah karyawan bisa memenuhi model kompetensinya

atau tidak. Bila terjadi kekurangan maka karyawan tersebut harus dilatih dan dibina

lebih lanjut. Kelalaian atau mengabaikan pelatihan bisa berakibat karyawan

menjadi tidak kompeten sehingga kinerja tidak maksimal.

Kompetensi dalam manajemen sumber daya manusia memainkan peran kritikal dan

esensial karena di satu sisi merupakan Human capital dan Active agent bagi

pengembangan suatu organisasi, di sisi lain merupakan faktor determinan

kapabilitas yang merupakan sekumpulan keahlian dan keterampilan dalam

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan serangkaian sumber daya yang ada


17

dalam suatu sistem organisasi sehingga menghasilkan serangkaian kompetensi

yang akan membentuk kompetensi inti (core competency).

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang

memuaskan di tempat kerja, termasuk di antaranya kemampuan seseorang untuk

mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut dalam

situasi yang baru dan meningkatkan manfaat yang disepakati.

2.2.2 Komponen Utama Kompetensi

Memiliki SDM adalah keharusan bagi perusahaan. Mengelola SDM berdasarkan

kompetensi diyakini bisa lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian

besar perusahaan memakai kompetensi sebagai dasar dalam memilih orang,

mengelola kinerja, pelatihan dan pengembangan serta pemberian kompensasi.

Prihadi (2004) mengatakan bahwa komponen utama kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang saling terkait

mempengaruhi sebagian besar jabatan (peranan atau tanggung jawab),

berkorelasi dengan kinerja pada jabatan tersebut, dan dapat diukur dengan standar-

standar yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya

pelatihan dan pengembangan.

Kemudian Hutapea dan Thoha (2008) mengungkapkan bahwa ada empat

komponen utama pembentukan kompetensi yaitu pengetahuan yang dimiliki


18

seseorang, kemampuan, pengalaman, dan perilaku individu. Keempat komponen

utama dalam kompetensi dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan

adalah komponen utama kompetensi yang mudah diperoleh dan mudah

diidentifikasi. Yuniarsih dan Suwatno (2008:23) bahwa : Pengetahuan adalah

suatu informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik.

Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas

yang dibebankan kepadanya, karyawan yang mempunyai pengetahuan yang

cukup akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Namun bagi karyawan yang

belum mempunyai pengetahuan cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat.

Pemborosan bahan, waktu dan tenaga serta faktor produksi yang lain akan

diperbuat oleh karyawan berpengetahuan kurang. Pemborosan ini akan

mempertinggi biaya dalam pencapaian tujuan organisasi. Atau dapat

disimpulkan bahwa karyawan yang berpengetahuan kurang, akan mengurangi

efisiensi. Maka dari itu, karyawan yang berpengetahuan kurang harus diperbaiki

dan dikembangkan melalui pelatihan SDM, agar tidak merugikan usaha-usaha

pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengetahuan

dikategorikan sebagai berikut :

a. Informasi yang didapatkan dan diletakkan dalam ingatan kita (Deklaratif).

b. Bagaimana informasi dikumpulkan dan digunakan ke sesuatu hal yang sudah

kita ketahui (Procedural).


19

c. Mengerti tentang how, when dan why informasi tersebut berguna dan dapat

digunakan (Strategic).

2. Keterampilan

Faktor yang juga ikut mensukseskan pencapaian tujuan organisasi adalah faktor

keterampilan karyawan. Bagi karyawan yang mempunyai keterampilan kerja

yang baik, maka akan mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sebaliknya

karyawan yang tidak terampil akan memperlambat tujuan organisasi. Untuk

karyawan-karyawan baru atau karyawan dengan tugas baru diperlukan

tambahan keterampilan guna pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan. Lebih lanjut tentang keterampilan

Dunnett's (2004:105) skill adalah sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk

melaksanakan suatu rangkaian tugas yang berkembang dari hasil

pelatihan dan pengalaman. Keahlian seseorang tercermin dengan seberapa baik

seeorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik, seperti

mengoperasikan suatu peralatan, berkomunikasi efektif atau

mengimplementasikan suatu strategi bisnis. Yuniarsih dan Suwatno (2008:23)

bahwa : Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk mampu

melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental.

3. Perilaku

Disamping pengetahuan dan ketrampilan karyawan, hal yang perlu diperhatikan

adalah sikap perilaku kerja karyawan. Apabila karyawan mempunyai sifat yang

mendukung pencapaian tujuan organisasi, maka secara otomatis segala tugas


20

yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2008:23) mengemukakan bahwa : Perilaku

kerja adalah sikap keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan

kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungannya.Amirullah (2002:40)

bahwa : Perilaku kerja sebagai status mental dan syaraf sehubungan dengan

kesiapan untuk menganggapi, yang diorganisasi melalui pengalaman dan

memilih pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.

4. Pengalaman kerja

Banyak perusahaan atau organisasi yang kerapkali menganggap bahwa

pengalaman sebagai indikator yang tepat dari kemampuan dan sikap yang

berhubungan dengan pekerjaan. Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran

yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam

perjalanan hidup. Pengalaman yang dapat membentuk kompetensi seseorang

misalnya pengalaman yang diperoleh dari bekerja dan berorganisasi. Baik

pengalaman manis maupun pahit berperan penting dalam pembentukan

kompetensi dari individu. Mengingat pengalaman seseorang memiliki peran

yang cukup besar dalam pembentukan kompetensi, maka sudah sewajarnya

seorang pemimpin mengetahui latar belakang sumber daya manusianya.

Menurut Manullang (2002:84) bahwa : Pengalaman kerja adalah proses

pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan

karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.


21

Sedangkan Knoers dan Hadinoto (2001:19) mengemukakan bahwa :

Pengalaman kerja adalah sebagai suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Selanjutnya Boyatzis (Sudarmanto, 2009:51) mengemukakan bahwa

komponen-komponen kompetensi terdiri dari motive (dorongan), traits (ciri,

sifat, karakter pembawaan), self image (citra diri), social role (peran sosial), dan

skills (keterampilan).

Untuk lebih jelasnya komponen-komponen kompetensi tersebut akan diuraikan

satu persatu sebagai berikut :

a. Motive (Dorongan)

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga

tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif

tersebut merupakan studi driving force yang menggerakkan manusia untuk

bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan

tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai

dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yuki (dalam Asad, 1987:56)

motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal

atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi,

2002:77) motivasi mewakili proses persistensi kegiatan-kegiatan sukarela


22

(volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray

(dalam Winardi, 2002:81) motivasi merupakan sejumlah proses, yang

bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan

timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu. Morgan (dalam Soemanto, 1987:59)

mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus

merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah : keadaan

yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang

didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada

tingkah laku tersebut, (Goals or ends of such behavior).

McDonald (dalam Soemanto, 1987:63) mendefinisikan motivasi sebagai

perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan

efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah

kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota

organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap

anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis,

dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto,

dkk. 2003:21).

Lebih lanjut motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh

dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakukan

manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan


23

tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku lmencapai tujuan, telah

terjadi di dalam diri seseorang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan

pada diri seseorang yang nampak pada gejala/kejiwaan, perasaan, dan juga

emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan

sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus

terpuaskan.

b. Traits (Ciri, sifat, karakter pembawaan)

Trait adalah elemen dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha

meramalkan tingkah laku. Hal ini tampak definisi kepribadian menurut

Cattell. Menurutnya, kepribadian adalah struktur kompleks yang tersusun

dalam berbagai kategori yang memungkinkan prediksi tingkah laku

seseorang dalam situasi tertentu, mencakup seluruh tingkah laku baik yang

konkrit atau yang abstrak.

c. Self image (Citra diri)

Menurut Brisset (Burn, 1993:41) self image merupakan suatu gambaran dan

keadaan diri yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Self image

berkenaan dengan karakteristik fisik dan mentalnya. Proses perkembangan

self image merupakan gambaran diri yang dimiliki individu melalui

interaksi dengan lingkungan. Individu mendapat umpan balik dan

persetujuan mengenai perilakunya dari orang-orang di sekitar individu

tersebut.
24

d. Social role (Peran sosial)

Social role merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status sosial.

Menurut Soerjono Soekanto (1981:26), peran sosial merupakan tingkah laku

individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu. Dalam peranan

yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan

kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang

dipegangnya.

2.2. Ketel Uap

1.2.1 Apendages (Perlengkapan ketel uap)

1. Ketel uap bertekanan kerja diatas 0,5 Kg/cm2 harus memiliki

perlengkapan ketel uap adalah :

a. Sekurang-kurangnya 2 (dua) tingkap pengaman (safety valve)

Tekanan uap dalam ketel uap dapat melampaui tekanan kerja

maksimum yang diizinkan, jika ini terjadi, maka dapat

mengakibatkan bahaya besar. Pencegahannya harus dilengkapi

dengan katup pengaman (safety valve) yang berfungsi

mengeluarkan uap dari dalam ketel uap pipa api secara otomatis

apabila tekanan uap didalam ketel telah melebihi tekanan maksimum

yang diizinkan. Safety valve tersebut harus ditempatkan pada drum

dibagian ruang uap dari ketel uapnya.

Beberapa macam safety valve yaitu; jenis bobotan langsung dan

tidak langsung, jenis pegas dan muatan pegas langsung


25

Gambar.1.Jenis bobotan

Keterangan:
Mata pisau
Puncak Penjamin
Pengungkit
Sengkang
Kepala
Batang Pengggantung
Garpu pengiring
Katup
Beban
Periuk

b. Sekurang-kurangnya 1 (satu) pedoman tekanan (manometer)

Manometer ini berfungsi untuk menunjukkan tingginya tekanan uap

didalam ketelnya, manometer ini dihubungkan kepada ruang ketel

oleh pipa tembaga berbentuk U atau melingkar dengan sebuah

kerangan cabang tiga dengan Flens coba berdiameter 40 mm dan

tebal 8 mm, Pipa U tersebut selalu berisi air agar uap tidak dapat
26

langsung masuk ke pipa membran guna mencegah kesalahan

penunjuk skala jarum. Menurut peraturan perundang-undangan

keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, jika ketel uap

bertekanan kerja P kg/cm, maka skala manometer yang dipakai

minimal = P + 2 kg/cm, tetapi untuk lebih efektif dan efisien maka

pada ketel-ketel uap pada umumnya menggunakan manometer yang

memiliki skala angka Pp + 2 kg/cm, dimana Pp = 1,5 x P.

Gambar.2. Manometer

c. Sekurang-kurangnya 2 (dua) kerangan coba atau pengukur air dan 1

(satu) gelas pedoman air memakai kerangan sembur, atau 2 (dua)

gelas pedoman air. Alat ini berfungsi untuk penduga tinggi

permukaan air didalam ketel uap yang prinsip kerja bejana

berhubungan. Water level gauge terdiri dari 3 (tiga) bagian utama

yaitu gagang atas pakai keran uap, gagang bawah pakai keran air dan

keran cerat yang berdiameter lubangnya 6 mm, terbuat dari baja atau

perunggu. Antara kedua gagang dipasang gelas yang berdiameter

minimal 8 mm dengan panjang gelas dapat terlihat tinggi airnya

sekurang-kurang 60 mm bagian atas dan 40 mm dibawah garis api

Alat penduga ini disambungkan ke drum ketel dengan pipa

penyambung berdiameter dalam minimal 25 mm, jika dipasang


27

sendiri tetapi dipasang secara gabungan minimal diameter dalam 50

mm. Konstruksi alat penduga yang dapat dipergunakan sampai

tekanan kerja 20 kg/cm2, diameter luar tabung gelas 20 mm, tebal 3

mm dan panjang 300 mm.

Gambar; 3. Gelas Penduga

d. Peluit bahaya

Berfungsi untuk memberitahukan secara otomatis semacam suara

peluit yang nyaring, apabila ketel uapnya kekurangan air. Alat ini

berbentuk buah walu, diatasnya terdapat sebuah peluit, lobang pluit

ditutup oleh sumbat yang terbuat dari timah yang melebur apabila

terkena uap.

Badan yang berbentuk walu yang diletakkan diatas keran penutup

yang terhubung ke bagian dalam ketel uap oleh sebatang pipa baja

yang diteruskan ke bawah sampai 50 mm diatas garis api. Keran

penutup tersebut harus terbuka pada saat ketel uapnya bekerja. Pada

saat ini ketel uap mempergunakan dengan alarm.

Gambar; 4. Alat Peluit bahaya


28

e. Pengendali ketinggian air didalam ketel uap (water level control)

Tanda batas air terendah pada suatu ketel uap harus dipasangkan

pada atau dekat dengan gelas pedoman airnya. Posisi tanda batas air

terendah pada ketel uap darat sekurang-kurangnya 10 cm diatas titik

tertinggi dari bagian ketel yang terkena hawa /panas pembakaran (

10 cm diatas garis api), sedangkan tanda batas air terendah untuk

ketel uap kapal sekurang-kurangnya 15 cm diatas garis api.

Gambar; 5. Tanda batas air (water level control)

Tipe elektrode

f. Alat pengisi air ketel dengan pompa tekan

Alat pengisi berfungsi untuk memasukkan air pengisi atau boiler

feed water dengan tekanan yang cukup tinggi kedalam ketel uap.

Alat ini tidak saja mampu memasukkan air pengisi secara cukup

diatas kapasitas ketelnya pada tekanan yang cukup tinggi diatas

tekanan kerja ketel uap. Pipa air pengisi ketel antara pompa pengisi
29

dengan ketel uapnya harus dipasang keran air secara sendiri-sendiri,

dan diantara keran air dengan ketel uap harus dipasang Globe valve.

Alat pengisi air ketel dengan pompa .

Gambar; 6. Alat Pengisi

( katup bola)

g. Kerangan memakai plendes bergaris tengah 40 mm dan tebal 8 mm

h. Suatu Kerangan Pembuang

Kerangan pembuangan ini termasuk pipa penghubungnya harus

terpasang pada boiler dibagian bawah, dimana diperkirakan kotoran

atau endapan dalam ketel dapat terkuras terbuang keluar apabila

keran ini dibuka secara tiba-tiba oleh operator ketel uap yang

bersangkutan.

Gambar;7. Keran Pembuangan kontinyu

i. Pelat Nama
30

Pelat nama ketel uap, terbuat dari kuningan dan ditempatkan pada

Drum ketel uapnya, baut tembaga berkepala pasing berdiameter 10

mm.

Gambar; 8. Pelat Nama

j. Lubang lalu orang

Manhole - Lubang lalu orang untuk ketel uap pipa api yang berada

pada drum . Ukurannya manhole elips berukuran 300 mm x 400 mm,

sehingga pekerja melakukan maintenance atau pemeriksaan .

Gambar; 9. Manhole

k. Kerangan pembuka ( blow down)

Kerangan pengaman terbuka dalam bentuk pipa pengaman terbuka

pada ketel uap tekanan rendah berfungsi untuk mengendalikan

tekanan uap dalam ketel agar tidak melebihi tekanan 0,5 kg/cm.

Pipa ini berdiameter 50 mm dan panjangnya 500 cm, dipasangkan

pada posisi pada drum ketel uapnya dan ujung pipa dibagian bawah

harus terbenam kedalam air hingga 10 cm diatas garis api. Pipa

pengaman terbuka tersebut pada tekanan rendah dapat menjamin


31

ketel uap tekanan tidak lebih dari 0,5 kg/cm, akan tetapi yang timbul

dilapangan dapat tersumbat dari proses boiler maka tekanan ketel

uap akan lebih tinggi dari 0,5 kg/cm yang dapat membahayakan.

Gambar; 11. Pipa pengaman terbuka

l. Pompa air pengisi (Feed water pump).

Menurut cara menggerakkannya, pompa tekan dapat dibagi 2 (dua)

macam adalah pompa tekan yang dikopel langsung dengan ketel

uapnya, yang lazim disebut pompa uap.

Gambar; 12. Jenis Pompa.

2. Ketel uap bertekanan kerja diatas 0,5 Kg/cm2 harus memiliki

perlengkapan tambahan ketel uap yaitu : berdasarkan Stoom Ordonantie

1930 dan Stoom Verordening 1930, pemasangan perlengkapan

pengaman tambahan electric bukan merupakan kewajiban, akan tetapi

bertujuan agar ketel uap dapat dioperasikan dengan lebih efektif dan

efisien, seperti ;

a. upper water level switch, Switch ini pada dudukannya dapat

terkontak oleh sebatang kawat yang ujung bawahnya terpasang


32

pelampung yang terbuat dari logam tipis. Pada saat permukaan air

dalam boiler bergerak keatas, maka pelampung itupun akan bergerak

keatas. Jika permukaan air didalam boiler telah bergerak naik dan

mencapai tanda batas air tertinggi, maka switch yang ada terkontak

dengan ujung atas batang kawat pelambungnya sehingga switch akan

memutuskan arus listrik ke feed watervpump lalu mati dengan

sendirinya, maka pengisian air kedalam boiler tidak berlebihan atau

ruang steam dalam boiler tetap cukup.

b. ower water level switch,

c. alarm switch dan

d. pressure swith.

Gambar : 13. Switch control tekanan uap

2. Ketel-ketel uap tekanan rendah ( banyak pada ketel uap pipa api) harus

ada perlengkapan sesuai dalam pasal 12 Peraturan Uap 1930, adalah

sebagai berikut ;

a. Sekurang-kurangnya satu gelas pedoman air

b. Sekurang-kurangnya satu alat pengisi

c. Satu pipa pengaman terbuka, yang ujungnya berada pada ketinggian

batas air terendah, mempunyai garis tengah ukuran dalam sekurang-


33

kurangnya 50 mm dan mempunyai jarak antara ujung ke ujung diukur

secara tegak lurus paling besar 5 M.

d. Suatu kerangan pembuangan

e. Plat nama sesuai yang ditetapkan pada pasal 12 Peraturan Uap 1930.

2.2.2 Alat Pengkuran

Peralatan untuk mengukur temperatur di lingkungan kerja sudah sangat

modern dan mampu mengukur berbagai indikator dalam satu alat. Gambar

berikut ini adalah contoh beberapa alat pengukuran temperatur lingkungan

yang bisa mengukur suhu kering, suhu basah alami dan bola, suhu radian,

dan kelembaban secara terintegrasi.

2.2.2.1 Pengukuran pajanan panas personal

Pengukuran pajanan panas personal penting dilakukan untuk

mengetahui tingkat pajanan panas pada individu. Pengukuran pajanan

personal perlu dilakukan apabila pekerja yang berisiko terpajan panas

bekerja berpindah-pindah atau pola pajanan yang bersifat terputus-putus

atau intermitten. Pengukuran pajanan panas personal lebih memperlihatkan

apakah perubahan suhu tubuh pekerja yang terpajan panas. Alat ukur

pajanan panas personal biasanya dilengkapi dengan sensor untuk


34

mendeteksi perubahan suhu tubuh dan denyut nadi yang dipasang di

tubuh pekerja seperti di telinga atau di badan.

Gambar 6. contoh alat ukur pajanan panas personal

2.2.2.2 Metode Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran temperatur lingkungan dan pajanan panas

personal di tempat kerja beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Penentuan sampel

b. Langkah Pengukuran

c. Kalkulasi hasil pengukuran

1. Pengukuran temperatur lingkungan

a. Penentuan titik pengukuran

Untuk menentukan apakah suatu area atau lokasi kerja merupakan titik

pengukuran temperatur lingkungan, maka beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah:

1) Area yang dijadikan titik sampling (sampling point) diduga secara

kualitatif atau penilaian secara profesional (professional judgment)

untuk mengindikasi adanya temperature atau suhu yang panas di

lingkungan kerja tersebut.


35

2) Adanya keluhan subyektif yang terkait dengan kondisi panas di

tempat kerja.

3) Area tersebut terdapat pekerja yang bekerja dan berpotensi

mengalami tekanan panas.

Suatu lingkungan kerja yang mempunyai sumber panas dan/atau terpajan

panas dengan adanya pekerja yang bekerja dan berpotensi untuk

mengalami tekanan panas, maka harus memperhatikan adalah jumlah

titik pengukuran. Formula untuk menentukan berapa jumlah titik

pengukuran pada suatu area yang mempunyai panas yang tinggi, maka

jumlah titik pengukuran dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan luas

area yang terpajan panas yang mana terdapat aktivitas pekerja di area

tersebut. Secara professional judgment kita boleh saja menetapkan

setiap area dengan luas 5 x 5 meter diwakili oleh 1 (satu) titik

pengukuran dengan pendekatan yang umum digunakan untuk

menentukan suatu titik pengukuran adalah area yang panas yang

merupakan zona aktivitas dan pergerakan pekerja selama bekerja di area

tersebut. Semua area kerja yang mempunyai indikasi dapat

menyebabkan tekanan panas pada pekerja sudah diukur, maka jumlah

titik pengukuran yang diperoleh sudah memadai.

Berdasarkan SNI-16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja (panas)

dengan parameter indeks suhu basah dan bola tidak dijelaskan berapa

pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran. SNI-16-7061-


36

2004 hanya menyatakan bahwa pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

selama 8 jam kerja, yaitu pada awal shift, tengah shift, dan di akhir shift.

Menurut OSHA Technical Manual lama pengukuran indeks WBGT

dapat dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja). Pengukuran yang

dilakukan dengan periode waktu minimal 60 menit, jika untuk pajanan

yang terputus-putus minimal selama 120 menit.

b. Pengukuran

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengukuran di

tempat kerja adalah sebagai berikut:

1) Peletakan alat harus pada posisi yang aman, waspadai alat jangan

sampai bergetar, bergoyang, atau kondisi lain yang membahayakan.

2) Letakkan alat pada titik pengukuran yang tidak mengganggu

aktivitas pekerja.

3) Operator harus memperhatikan aspek keselamatan diri saat

melakukan pengukuran. Bila diperlukan gunakan alat pelindung diri

yang sesuai dengan kondisi bahaya di lingkungan kerja.

4) Berkoordinasi dengan pekerja dan penanggung jawab area untuk

kelancaran proses pengukuran.

c. Tahap setelah pengukuran

Setelah melakukan pengukuran maka data hasil pengukuran dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Lingkungan kerja yang terpajan oleh cahaya matahari (outdoor)

WBGT = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Ta


37

2) Lingkungan kerja yang tidak terpajan cahaya matahari (indoor)

WBGT = 0,7 Tnwb + 0,3 Tg

3) Untuk pengukuran yang dilakukan secara intermitten, maka dihitung

rata- rata WBGT dengan menggunakan rumus:

d. Interpretasi hasil pengukuran

Setelah diperoleh hasil pengukuran temperatur lingkungan, maka

langkah selanjutnya melakukan analisis dengan membandingkan hasil

pengukuran dengan standar dan peraturan yang berlaku. Standar yang

digunakan adalah Standar pajanan temperatur di tempat kerja

mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor

KEP.13/MEN/20119 tentang Nilai Ambang batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja.

2. Pengukuran pajanan panas personal

a. Penentuan pekerja yang menjadi sampel

Pekerja yang menjadi sampel adalah pekerja yang berisiko yaitu yang

dalam proses kerjanya terpajan oleh panas yang tinggi. Bila terdapat

beberapa pekerja yang terpajan oleh panas yang tinggi di lingkungan

kerja, maka sebaiknya terdapat pekerja yang diukur pajanan panas

personalnya untuk setiap jenis pekerjaan. Tidak ada formula yang baku

dalam menentukan jumlah sampel yang harus diukur. Berdasarkan

professional judgment pengukuran pajanan panas personal dilakukan


38

pada pekerja yang berisiko, bekerja berpindah-pindah, dan mewakili

setiap jenis pekerjaan yang berisiko.

b. Interpretasi hasil pengukuran

Interpretasi hasil pengukuran umumnya adalah dengan melihat

perubahan suhu tubuh selama bekerja dan terpajan panas. Berdasarkan

TLVs and BEI-ACGIH pekerja dikatakan mengalami tekanan panas

apabila: Suhu tubuh meningkat mencapai 38,5oc bagi pekerja yang

sehat dan teraklimatisasi atau melebihi 38oc bagi pekerja yang tidak

teraklimatisasi.

2.2.3 STANDAR

Pajanan temperatur di tempat kerja mengacu pada Peraturan Menteri

Tenaga Kerja, Nomor KEP.13/MEN/2011. Tabel 3 Nilai Ambang Batas

Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) Yang Diperkenankan

Penelitian ini pengukuran suhu atau temperature telah ada di perusahaan dan

telah memenuhi persyaratan.


39

2.2.3.1 Getaran dan vibrasi

Suatu mesin yang mempunyai system pembakaran yang terjadi diluar mesin

itu sendiri, misalnya mesin uap dimana energy thermal dari hasil

pembakaran dipindahkan kedalam fluida kerja mesin. Pembakaran didalam

pipa dengan menggunakan air pada ketel uap yang menghasilkan uap,

kemudian uap tersebut dimasukkan kedalam system kerja mesin untuk

mendapatkan tenaga mekanik (Djokosetyardjo. M.J. Ir, 1998).

Vibrasi yang disebabkan oleh gaya hidrolik terjadi pada aliran fluida cair

seperti; pada peralatan pompa dan pipa boiler feed water (GFW) Pompa

adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari

suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

Penggunaan pompa yang dinyalahkan, maka tekanan keluar dan laju aliran

fluida akan bertambah seiring dengan meningkatnya kecepatan putaran

pompa. Efek dari putaran motor pompa apalagi dengan tenaga pompa yang

besar akan menimbulkan getaran atau vibrasi akan dapat merusak

konstruksi perpipaan, maka diperlukan pemasangan alat pengaman yang

dapat meredam getaran secara tepat dan akurat. Expansion joint berperan

penting dalam pengaman sistem perpipaan agar konstruksinya tetap utuh

dan tidak bocor ataupun jebol.

2.2.3.2 Cerobong ( Stack)

Stack berfungsi sebagai saluran untuk membuang gas sisa pembakaran

(fuel gas) keluar dari boiler dan dibuat tinggi. Stack pada ketinggian tertentu
40

agar memperoleh tarikan cerobong asap ( Stack draft) yang cukup serta

mencegah air (H2O) dari reaksi sulfur yang terdapat pada gas sisaa

pembakaran dengan air (H2O) yang terdapat pada udara luar akan

membentuk asam sulphat (H2SO4) yang harus dicegah karena bersifat

korosif. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendali dampak

lingkungan No. Kep-07/MenLHl/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak

Bergerak Bagi Ketel Uap.

Ketel uap adalah sebuah alat penghasil panas yang menggunakan bahan

baku air atau minyak yang dipanaskan dengan bahan bakar biomassa,

minyak, batubara, dan atau gas. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak

bagi ketel uap adalah batas maksimum emisi dari ketel uap yang

diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam lingkungan.

Emisi ketel uap adalah zat, energy dan /atau komponen lain yang dihasilkan

oleh ketel uap dari kegiatan industry yang masuk dan/ atau dimasukkan

kedalam udara ambein yang mempunyai dan / atau tidak mempunyai

potensi sebagai unsur pencemar.

2.2.3.3 Persyaratan Cerobong - Cerobong udara

Mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara yang

didasarkan pada lokasi dan tinggi cerobong. Pertimbangan kondisi

meteorologis dan tata guna tanah merupakan salah satu pertimbangan untuk

mendapatkan lokasi dan tinggi cerobong yang tepat, dimana dengan


41

perhitungan modelling pencemaran udara akan dapat ditentukan dispersi

udara, dari cerobong terhadap kondisi udara sekitarnya. Dari dispersi udara,

dapat ditentukan konsentrasi udara di atas permukaan tanah yang sesuai

dengan standar kualitas udara ambien. Rancang bangun atau disain

cerobong disesuaikan kondisi pabrik dengan pertimbangan emisi yang akan

dikeluarkan tidak melebih baku mutu emisi yang ditetapkan. Ada beberapa

persyaratan perencanaan cerobong secara umum seperti berikut:

a. Tinggi cerobong sebaiknya 2 - 2 1/2 kali tinggi bangunan sekitarnya

sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.

b. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik

sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar dari turbulensi.

c. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi

kurang dari 200 feet berakibatkan konsentrasi bagian bawah menjadi

tinggi.

d. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas-gas

(agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali tinggi cerobong

downwind.

e. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1% dari

konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.

f. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan cerobong

yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan akan

berbanding terbalik dengan kuadrat tinggi cerobong efektif.

g. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.


42

h. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari

cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.

i. Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri menganggap perlu

untuk memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka penutup

berbentuk segitiga terbalik (terbuka ke atas).

Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu

Sumber Emisi Tidak Bergerak, dimana ; Pasal 1 : Ketel uap (boiler) dan atau

pembangkit uap dan atau pemanas proses dan atau pengolahan panas adalah

peralatan berbahan bakar cair maupun gas yang berfungsi menghasilkan air

panas dan atau uap dan atau untuk kebutuhan pemindahan energy.

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

Yang Menggunakan Bahan Bakar Gas.

No Bahan Bakar Parameter Kadarmg/m3 Metode


1 Minyak Total Partikulat 150 SNI 19.7117.12-2005
SO2 1200 SNI 19.7117.3.1-2005
atau
metode 6,6C USEPA
Nitrogen Oksida (NOx) 800 SNI 19.7117.5-2005
dinyatakan sebagai NO2 atau
metode 7,7C USEPA
Opasitas 20 % SNI 19.7117.11-2005
2 Gas Total Partikulat 50 SNI 19.7117.12-2005
SO2 150 SNI 19.7117.3.1-2005
atau
metode 6,6C USEPA
43

Nitrogen Oksida (NOx) 400 SNI 19.7117.5-2005


dinyatakan sebagai NO2 atau
metode 7,7C USEPA
Opasitas 20 % SNI 19.7117.11-2005
Ketentuan : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap Yang

Menggunakan Bahan Bakar Gas. ( Permen Lh No. 7 Tahun 2007

Penelitian ini ada datanya di perusahaan dan telah memenuhi persyaratan.

2.2.4 Air Pengisi ketel uap atau Boiler

Air alam yang bersumber dari sungai, laut maupun air dalam tanah yang

mengandung bermacam-macam kotoran, baik yang merupakan unsur atau

senyawa kimia yang dapat menimbulkan beberapa masalah dalam

pengoperasian ketel uap,. Air dalam tanah permasalahannya antara lain :

a. Kandungan padatan terlarut tinggi

b. Kandungan padatan tersuspensi rendah

c. Kandungan besi dan Mangan tinggi

d. Kandungan oksigen rendah dan kemungkinan mengandung gas sulfida

e. Kualitas relatif stabil

f. Kemurnian Air Pengisi Ketel Uap, dimana kemurnian air pengisi ketel

meliputi jumlah atau volume dan keadaan atau kondisi dari pada

kotoran. Ada beberapa kotoran yang mengandung kesadahan, besi dan

silica yang lebih berbahaya dari garam-garam natrium. Persyaratan

kemurnian air pengisi ketel juga ditentukan dengan jumlah atau volume

pemakaian, desain dari ketel yang disesuaikan dengan tekanan, panas

dan kecepatan perpindahhan panasnya (heat transfer)


44

g. Kotoran dalam air ( Air yang mengandung kotoran )

Kotoran air akan berbentuk lumpur lalu menjadi Sluge yang akhirnya

menjadi kerak,

h. Kesadahan adalah ukuran jumlah ion Kalsium dan Magnesium dalam air,

Kesadahan air harus dipantau dengan hati-hati, karena mineral ini akan

mengendap membentuk kerak jika air dipanaskan

i. Alkalinitas merupakan salah satu sifat kritikal air, jika alkalinitas terlalu

tinggi, meka kerak akan terbentuk, jika terlalu rendah makakorosi akan

terjadi.Terdapat dua bentuk alkalinitas yang penting yaitu :Alkalinitas

Karbonat dan Alkalinitas Bikarbonat.Pada kondisi tertentu kalsium dan

carbonat akan bereaksi membentuk kalsium karbonat

j. Konduktivitas adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus

Listrik.Air murni bukan penghantar arus, tingkat konduktivitas

airmeningkat seiring dengan konsentrasi padatan pada air

Gambar.

Kerak dapat menyebabkan overheating dan kegagalan pada metal logam

yang ada pada boiler. Air kotoran dapat menyebabkan karatan pada

logam ketel ( karena ada oksigen-O2):

j. Merusak bagian mana saja yang kontak dengan air

k. Lubang-lubang atau bintik-bintik setempat ( area loated)

l. Bermacam macam keretakan pada metal yang mengalami tegangan

(stress)
45

m. Permasalahan yang akan timbul apabila air ketel uap tidak melalui proses

pengolahan (water treatment)

1) Pembentukan kerak dan endapan

2) Pembentukan endapan ( Sludge)

3) Kerak

Pembentukan kerak ketel terjadi karena kotoran yang mengendap pada

permukaan perpindahan panas ataupun bahan padatan yang terlarut dan

melayang dalam air (suspended) mengendap pada logam, menempel.

Endapan ketel yang mengandung kalsium karbonat, sulfat atau silikat, besi

oksida, silica dan juga endapan lumpur yang telah diolah mengandung

kalsium dan magnesium fosfat

Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh 3 (tiga) kategori yaitu:

a. Suspensi dan koloida

1) Suspensi adalah zat padat yang melayang layang dalam air, bersifat

tidak melarut dan akan mengendap apabila dibiarkan

2) Koloida adalah suspense yang mempunyai partikel yang sangat lembut

dan diperlukan waktu yang sangat lama untuk dapat mengendap

3) Total zat padat yang melarut dalam air, terdiri dari senyawa-senyawa

anorganik maupun organik

4) Senyawa anorganik dalam bentuk garam-garam yang terlarut, yaitu;

garam garam bikarbonat, garam-garam khlorida, garam-garam

magnesium, garam-garam natrium, oksida besi dan silicon.


46

5) Senyawa organic yang terlarut yaitu asam-asam dari pembusukan

tanam-tanaman dan protein

6) Gas-gas yang melarut dalam air seperti; gas Co2 ,O2,NH3 dan H2S.

7) Korosif dapat menyebabkan

a) Grooving ada perubahan dari plate boiler akibat gabungan korosif

setempat dan konsentrasi stess. Sekitar 1/8 sampai inchi dari luas

dan panjang plate

b) Kelelahan karena logam di boiler kontak dengan endapan yang

korosif

c) Caustic Cracking. ini sangat serius pada boiler karena kegagalan

logam secara terus menerus, lalu kondisi yang dapat timbul adalah

a. Logam boiler menjadi stress

b. Air boiler mengandung Caustic Sodium Hydroksida

c. Air boiler ada Silica

d. Ada bocoran yang sangat kecil dan kerak caustic akan berdampak

pada drum boiler.

Minimum tes bahan kimia menjelaskan untuk boiler yang bertekanan tinggi

bergantung pada ratio dari makeup (tambahan) air. Ada beberapa tes yaitu;

1. Test Acidity dan Alkalinity untuk mengontrol korosif dan juga kerak

2. Testing untuk hardness, calcium dan magnesium untuk mengukur hardness of

raw, softened dan air umpan lalu kandungan calcium dan magnesium

3. Test untuk Hydroksida untuk mengontrol korosif, carry over, kerak dan

mencegah kerak pada logm dan endapan.


47

4. Test untuk Phosphate, dimana konsentarsi phosphateyang terkandung ada

hubungan keberadaan dengan PH atau alkalinity didalam air boiler.

5. Test untuk Sulfite untuk mengukur O2 didalam air

6. Test untuk Iron (besi) untuk menentukan FeO ( Iron oksida)

7. Tes untuk Copper yang berefek seperti besi tetapi penyebab dari heat

exchangers atau perlatan pompa

8. Test Electrical Conductivity untuk menentukan keberadaan padatan didalam air

dan mengontrol blow down.

Reaksi-rekasi penyebab kerak ketel

1) Pembentukan kalsium karbonat CaCO3

Reaksi kimia terjadi:

Kalsium hydro karbonat dengan adanya panas menghasilkan endapan kalsium

karbonat yang mengendap.


Ca(HCO3) Panas CaCO3 + H20 + CO2

Ciri-ciri keraknya karbonat adalah :

- keras dan padat

- kristalnya halus dan rapuh

- larut dalam asam

2) Pembentukan Calsium Silikat (CaSi O3)

Calsium khlorida akan bereaksi dengan Natrium silikat dengan adanya panas

berurai menjadi mengendapkan Calsium Silikat dan garam


CaCl2 + Na2SiO3 Panas CaSiO3 + 2 NaCl
48

Ciri-ciri keraknya Calsium Silikat adalah :

- keras seperti porselin

- tidak larut dalam asam

3) Pembentukan Magnesium Hydroksida { Mg( OH)2}

Magnesium klorida dengan adanya panas berurai menjadi mengendap dari

Magnesium Hidroksida dan garam.,

4) Pembentukan Magnesium Silikat (Mg Si O3)

Magnesium khlorida akan bereaksi dengan Natrium silikat dengan adanya

panas berurai menjadi mengendapkan Magnesium Silikat dan garam

5) Pembentukan Kalsium Sulphat (Ca SO4)

Kalsium khlorida akan bereaksi dengan Natrium Sulphat dengan adanya panas

berurai menjadi mengendapkan Kalsium Sulphat dan garam

6) Kerak besi adalah

- Bewarna coklat kehitaman

- Larut dalam asam

7) Kerak Analciet (Na2Oal2O3 4 SiO2 2 H2O) adalah

- Keras seperti porselin

- Kristalnya halus

- Keraknya sangat berbentuk padat

- Melekat sangat kuat pada logam

- Mempunyai daya hantar panas sangat rendah

- Tidak larut dalam asam


49

a. Korosi

Korosi adalah proses perubahan bentuk kimiawi dari logam yang

disebabkan adanya reaksi dengan bahan kimia di lingkungan atau kombinasi

dari reaksi kimia dan aliran listrik. Korosi yang terjadi pada permukaan

logam secara luas dan dapat masuk kedalam logam.

a. Bagian yang mengalami korosi

Korosi timbul pada sistem air pengisi ketel sebagai dampak dari PH air

yang terlalu rendah, juga disebabkan terlarutnya gas-gas O2 dan CO2

didalam air

b. Kelelahan korosi

c. Keretakan jenis ini dalam logam-logam di ketel dapat timbul dengan 2

(dua) cara yang berbeda :

- Stress yang berulang-ulang

- Retak kelelahan korosi biasanya tebal, tumpul dan mengenai butiran

atau serpihan logam yang dimulai pada permukaan bagian dalam pipa

dan disekeliling pipa.

d. Retak kaostik

Adalah suatu jenis kegagalan logam ketel uap yang serius dengan tanda

khusus tidak terputus, yang pada umumnya merupakan retak

intergranular. Keretakan nini dapat diakibatkan dari :

- Logam mengalami stress

- Adanya silica dalam air

- Air ketel uap mengandung caustic sosa NaOH


50

- Kebocoran sedikit dan kecil sehingga bagian metal yang

mengalami stress terjadi pengentalan kadar NaOH.

e. Reaksi-rekasi Korosi

Reaksi reaksi korosi yang disebabkan karena adanya Oxygen terlarut

dalam air pada ketel uap tersebut, brkaitan juga peralatan-peralatan ketel

mengandung antara lain : dengan logam besi ( Fe) , logam tembaga (Cu)

Permasalahan yang disebabkan oleh korosi :

1) Terjadi kerusakan pada logam ketel uap

2) Pengendapan dari hasil-hasil korosi membentuk endapan

3) Menyebabkan kebocoran pada pipa-pipa ketel

4) Korosi yang dibawah endapan tertentu akan melemahkan logam

sehingga terjadi kegagalan pada pipa ketel

5) Sistem kondensat uap, penggantian dari pada saluran dan peralatan

akibat korosi adalah mahal

Upaya-upaya pencegahan korosi pada sistem ketel uap adalah;

1) Menghilangkan O2 yang terlarutdalam air pengisi ketel uap

2) Mengurangi jumlah CO2 bebas didalam system ketel uap

3) Mengatur keadaan stabilitas alkalin dalam air ketel uap

4) Memelihara kebersihan pada permukaan bagian dalam pipa dan drum

5) Menghilangkan gas-gas korosif di dalam system uap dan kondensat

dengan pengolahan bahan kimia.


51

f. Foam dan priming

Pembusaan (foaming) adalah terbentuknya gelembung air didalam drum

dan priming adalah permukaan air yang bergelombang didalam drum.

Penyebab terjadinya busa (foam) dan priming pada ketel uap adalah:

1) Air didalam ketel uap mengandung minyak dan caustic soda yang

membentuk sabun dan menghasilkan busa

2) Konstruksi ketel uap yang tidak sesuai dengan desain

3) Kecepatan yang membuat alkali terlalu tinggi

4) Fluktuasi yang tiba-tiba ada di dalam air ketel uap, disamping itu

juga kotoran yang ada di dalam air ketel uap akan mempercepat

priming

5) Pembuangan air ketel uap (blowdown) kurang efektif

2.2.5 Air yang berkualitas rendah

Kualitas air rendah menghasilkan uap yang kurang baik, dikarenakan uap

tersebut dapat membawa padatan yang terdapat dalam air ketel (Carry over).

Ada 4 macam pencemaran uap yang terjadi dari carry over diadal air ketel

uap adalah :

1) Berbuasa dapat ditimbulkan oleh terlalu tingginya kadar zat padat

(suspense dan koloid) dan lemak alkali secara berlebihan

2) Adanya tetesan air didalam uap

3) Percikan-percikan air (priming), gelombang yang timbul secara tiba-tiba

pada air ketel uap


52

4) Kebocoran air akibat dari desain yang kurang baik atau pemasangan

peralatan pemisah uap yang tidak tepat didalam suatu drum ketel

Terjadinya busa juga disebabkan kadar padatan yang sangat tinggi didalam

air ketel, terdiri dari bahan bahan tertentu seperti alkali, minyak, lemak,

pelumas dan bahan bahan kimia organic tertentu dan padatan tersuspensi

sebagai penyebab utamanya.

Pengaruh padatan tersuspensi terhadap uap dikarenakan padatan tersuspensi

berkumpul dalam lapisan permukaan yang mengelilingi suatu gelembung uap

dan membuat lapisan tersebut lebih padat dan tidak mudah pecah, sehingga

terjadi busa akibat uap yang dihasilkan kurang baik

2.2.6 Pengolahan air ketel uap

Pengolahan air untuk ketel uap dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

1. Pengolahan air di luar ketel uap (external treatment)

Adalah menghilangkan bahan-bahan tersuspensi atau warna dari

persediaan air (raw material), bahan tersuspensi tersebut mungkin

mengandung partikel besar yang dapat mengendap dengan mudah.

2. Koagulasi

Koagulasi adalah pengumpulan bersama dari kotoran kotoran yang

halus ataupun koloid koloid di dalam air kedalam kelompok yang besar

(massa) yang akan mengendap dengan segera mungkin atau dapat

disaring untuk dipisahkan dari air

3. Pengendapan dengan cara kimia ( pre-sipitasi kimia)


53

Proses ini dengan menambahkan bahan kimia dan akan bereaksi dengan

mineral yang terlarut dalam air dengan membentuk bahan yang sukar

larut yang akhirnya akan mengendap

2.2.6.1 Keuntungan dan kerugian pelunakan air dengan kapur soda

Keuntungannya :

1) Mengurangi kesadahan, alkalinitas dan silica dapat dikurangi

2) Bahan-bahan tersuspensi dan kekeruhan akan dihilangkan dalam proses

tersebut

3) Proses kapur soda secara panas maka O2 dan CO3 ikut dihilanhkan

2.2.6.2 Kerugian

1) Kesadahan tidak hilang seluruhnya

Adanya bermacam-macam komposisi air mentah dan laju arus air, maka

kontrol terhadap pemakaian bahan kimia tersebut sulit.

Pemakaian koagulan dalam proses kapur soda untuk mempercepat

pengendapan dari lumpur yang terbentuk {CaCO3, MG(OH)2} , maka

ditambahkan bahan koagulant, seperti : phosphate dalam bentuk

disodium. Phosphate atau trisodium Phosphate dalam reaksi sebagai

berikut : Ca ++ ( calcium ion) dalam komposisi kimianya berbentuk

CaCl2 larut menjadi ion-ion Ca++ dan 2Cl-, ion Ca++ diendapkan

dengan Phosphate dan berlangsunglah reaksi sebagai berikut : 3 CaCl2

+ 2Na3PO4 .> Ca3 (PO4)2 mengendap + 6 NaCl (3Ca++ 2Cl-) +

(2 Na++ + 3 PO4-) > (3 Ca++ 2 PO4-) + (6 Na+ 6 Cl-)


54

Untuk menjadikan reaksi pengendapan phosphate ini berjalan sempurna,

maka kondisi Caustic Soda (NaOH) harus cukup diatur dengan PH

antara 9,5 10,5, dan juga sekaligus dapat bereaksi mengendapkan sisa-

sisa Mg++ dalam air ketel sebagai { Mg4 (OH)2 (PO4)3}disamping

mengendapkan Mg(OH)2

2.2.6.3 Pengukuran ion (ion exchange)

Metoda pertukaran ion (ion exchanger), mineral yang larut dalam air

membentuk ion yang bermuatan listrik

Penggunaan material ion exchange yang menggunakan bahan kimia

Demineralisasi

Material Ion Exchange Flow rate Regenerasi Typical Capacity


gpm sg ft Bahan kimia Lb cuft kg /cuft
Kation Excangers
Sodium cycle
3. Natural greensand 5.0 NaCl 1.25 2.8
4. Synthetic gel 6.0 NaCl 5.0 10.0
5. Styrene resin 8.10 NaCl 10.0 25.0
Hydrogen Cycle
- Styrene resin 8.10 H2SO4 5.0 11.0
H2SO4 11.0 25.0
HCl 10.0 30.0
Anio Exchangers:
6. Aliphatic Amine yang 6.0 Na2CO3 4.2 18.0
rendah 6.0 Na2CO3 4.2 18.0
7. Phenolic yang rendah 6.0 NaOH 3.25 20.0
8. Stryrene yang rendah 6.0 NaOH 4.0 11.0
9. Type I yang tinggi 6.0 NaOH 4.5 14.0
10. Type II yang tinggi

Source : Courtesy The Permuttit Co, Boiler Operation; Anthony L.Kohan and Harry M.Spring, 1991

Keuntungan dari ion exchanger :

a) Mudah di control
55

b) Perbedaan kesadahan dan kecepatan arus dari pada air mentah tidak

mempengaruhi kesempurnaan pelunakan

c) Memerlukan ruang relative lebih kecil dari pada proses kapur soda

d) Hasil lebih lunak

e) Penggunaan dengan exchanger menguntungkan bila di kehendaki alkalinitas

yang rendah

f) Hasil demineralisasi jauh lebih baik

Kerugian

a) Total solid, alkalinitas dan silica dari air mentah tidak dikurangi

b) Perlu pretreatmen terhadap air mentah sebelum pelunakan air secara ion

exchanger.

2.2.6.4 Kombinasi pengolahan kapur-zeolit dalam keadaan panas

Ketel-ketel tekanan menengah antara 10 20 Barg, biasa menggunakan air

tambah yang disebut pelunakan Zeolit Soda, proses-proses pelunakan panas

atau dingin

Tujuannya:

a) Menghilangkan kesadahan, alkalinity dan silica .> Kapur panas

b) Pemurnian lebih lanjut dengan kation exchanger

c) Hasil .> pelunakan, pengurangan alkalinity dan silica, pengurangan O2,

menghilangkan bahan tersuspensi dan kekeruhan

2.2.6.5 Daerator

Proses pengurangan kadar oksigen dan gas-gas terlarut dalam air umpan

ketel, yang disebut Daerasi, dalam urutan pengolahan air umpan ketel,
56

dimana proses Deaerasi dilakukan dengan cara pemanasan air umpan yang

memanfaatkan langsung dengan uap tekanan rendah. Pada suatu tekanan

tertentu, kelarutan gas oksigen akan menurun bersamaan dengan naiknya

temperature air. Pemanasan juga bertujuan untuk meningkatkan

temperature air umpan sebelum menuju ketel (Recycling Energy Hemat

Energi) O2 dalam air dapat menyebabkan korosi pada ketel uap, maka O2

harus dihilangkan sebelum dimasukkan kedalam ketel dengan

menggunakan Deaerator.

2.2.6.6 Demineralization water (Penghilangan mineral pada air)

Mineral-mineral didalam air pengisi ketel uap dapat menyebabkan

gangguan-gangguan selama ketel uap beroperasi, maka harus dihilangkan

sebelum sebelum dimasukan kedalam ketel uap dengan menggunakan

metode Demineralization water seperti;

SAC = Strong Acid Cation Resin HBA = Hydroxyl based anion resin
H+ = Hydrogen form OH- = Hydroxyl form

1 2 3 4
Ca (HCO3)2 2 H2CO3 H2O H2O
MgCl2 2 HCl 2HCl H2O
Na2SO4 H2SO4 H2SO4 H2O
Na2SiO3 H2SiO4 H2SiO3 H2O
PH 7 - 6 PH 2.0 2.5 PH 2.0 2.5 PH 8.5 9.0

Metode konduktivity dengan menggunkan electrical untuk air juga tergantung pada

jenis dan pengendapan padat yang terkandung. Selama asam dan alkali berdampak
57

besar pada conductivity electikal. Ini juga untuk menetralkan sample air boiler

sebelum mengukur konductivitasnya. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Tambahkan beberapa tetes Phenolphthalein sebagai indicator larutan pada

sampel (< 25 C)

2. Jika sampelnya Alkaline, maka kandungan warnanya jelas

3. Tambahkan asam asetat ( 5 %) diteteskan sampai sampel menjadi netral, lalu

diaduk sampai warnaynya kelihatan

4. Jika hasilnya kurang valid, digunakan rumus TDS

(ppm) = Conductivity in S/cm) x 0,7

Konductivity dari sampel yang dinetralkan pada 25 C = 5000 S/cm, maka TDS

= 5 000 S/cm x 0,7 = 3500 ppm atau diuji dengan alat Conductivity Meter.

Gambarnya :

Tabel Tipe maksimum TDS untuk berbagai jenis Boiler

No. Jenis dan tipe Ketel uap Maximum TDS (ppm)


1. Lancashire 10.000
2. 2 pass 4.500
3. Packed dan 3 pass 3000 3500
4. Low pressure water tube 2 000 3000
5. Caoil boiler and steam generator (TDS in 2000
feedwater)
6. Medium pressure water tube 1500
7. High pressure water tube 1000
Source :The japan Society of Mechanical Engineers, Steam Table, 1968

2.2.6.7 Pengolahan air didalam ketel uap (internal treatmen)

Pengolahan ini bertujuan adalah :


58

1) Menghilangkan kesadahan dan mencegah kerak pada logam ketel uap

2) Pengaturan bahan tersuspensi seperti sluge dari kesadahan, oksigen besi

dalam ketel uap agar tidak melekat pada ketel uap

3) Menyediakan pelindung anti busa agar konsentrasi yang sesuai dari

padatan yang terlarut dan tersuspensi di dalam air tanpa membawa busa

kedalam uap

4) Menghilangkan O2 dari air ketel uap dan mengatur alkalinitas yang

cukup dan menghindari korosi pada ketel uap.

Pengolahan air didalam ketel uap :

1) Oxygen Control Ditambahkan Senyawa Sulfit, Hydrazin, Hydroquinone

2) Deposit Control Ditambahkan Senyawa Phospate, Phospat + Polymer

3) Blow Down ControlDitentukan limiting factor, Ion Silica, ion Cl, T.D.S.

Reaksi sulfat dalam internal treatmen

1) Reaksi silikat dalam internal treatmen

2) Pengaturan lumpur (sludge conditioning) dalam internal treatment

3) Pengisian bahan-bahan kimia dalam internal treatmen

4) Dalam bentuk larutan, menggunakan tangki dan proportionating pump.

Softening chemical (fosfat, soda ash, caustic dan lain-lain) ditambahkan

langsung kedalam air pengisi ketel pada titik dekat pemasukan ke dalam

drum ketel uap, bertujuan agar langsung bereaksi dengan air sebelum masuk

ke daerah penghasil uap (steam generating) .Bahan kimia pengikat (sulfat dan

hydrazine) dimasukkan kedalam system air pengii ketel uap. Bahan kimia
59

pencegah kerak dan korosi dalam system air pengisi ketel uap (poli fosfat

bahan organic dan bahan kimia lainnya) harus ditambahkan kedalam air

pengisi ketel uap secara terus menerus. Bahan kimia pencegah korosi pada

system kondensat ditambahkan langsung kedalam uap atau kedalam system

air pengisi ketel uap. Pengisian bahan-bahan kimia dalam internal treatmen

Dosis bahan kimia ditambahkan berdasarkan jumlah kotoran yang terdapat

didalam air pengisi ketel, seperti penangkalan Korosi. Oksigen dari udara telah

larut sebagai oxygen terlarut (Dissolved Oxygen), keberadaan Oxygen terlarut

dalam air umpan ataupun dalam ketel harus diantisipasi dengan penyergapan

Oxygen (Oxygen Scavenger), dimana bahan kimia pelunak tergantung kepada

kesadahan air pengisi ketel uap. Sodium sulfit atau hydrazine tergantung pada

O2 yang terlarut dalam air pengisi ketel uap sebagai tambahana, untuk

menjamin agar benar-benar dapat diolah secara baik, maka ditambahkan bahan

kimia extra untuk mendapatkan residu didalam ketel uap, sebagai dasar untuk

pengontrolan pengolahan, bahan kimia ini antara lain :

1. Hydrazine N2H4 ( diduga mengakibatkan kanker dan beracun) dan

sekarang diganti dengan Methyl Ethyl Ketoxime.

2. Na2SO3

Reaksi penyergapan Oxygen dengan Hydrazine (N2H4)

O2 + N2H4 -- N2 (menguap) + H2O

Reaksi reduksi karat (Fe2O3)

3Fe2O3 + N2H4 + O2 -- 2 Fe3O4 + N2 (menguap) + 2H2O

Reaksi penyergapan Oxygen dengan Sodium Sulfite NaSO3


60

O2 + Na2SO3 --- Na2SO4

3Fe2O3 + Na2SO3 + O2 --- 2 Fe3O4 + Na2SO4

Dimana Fe2O3 berbentuk iron atau besi yang micrlolayer anti karat berwarna

hitam.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk treatmen control adalah pemeriksaan rutin dari

air ketel uap berbeda-beda sesuai dengan jenis pengolahan bahan kimia yang

digunakan, yaitu: pemeriksaaan Alkalinitas, Fosfat, sulfit dan warna organic.

2.2.7 Pengecekan Bahan Tercemar

Pemeriksaaan tergantung kepada jenis pencemaran yang dianalisa,

pemeriksaan yang sering dilakukan meliputi; besi, minyak dan silica.

2.2.7.1 Pembuangan air ketel uap (BLOW DOWN)

Pengeluaran air yang mengandung bahan terlarut pekat dan padatan

tersuspensi dari dalam ketel uap. Jumlah air ketel yang dibuang (blow down

quantity). Pemeriksaan untuk pengaturan pembuangan air ketel uap

2.2.7.2 Pencegahan Retak Kaostik

Caranya dengan menambahkan tannin, lignin, sodium nitar untuk

pencegahan kadar sampai 0,4 bagian dari kadar kaostik dalam air.

2.2.8 SISTEM KONTROL AIR PENGISI KETEL UAP OTOMATIS

( AUTOMATIC FEED WATER CONTROL SYSTEM)


61

Ada beberapa pengontrolan air pengisi ketel

1) Jenis control air pengisi ( feed water control) yang mengontrol sesuai

dengan ketinggian level air yang naik dan turun.

2) Kontrol air pengisi dengan pelampung (float) yang naik dan turun

3) Kontrol air pengisi dengan logam atau cairan mengembang atau

menyusut

4) Kontrol air pengisi dengan elektroda

Ada yang tidak menggunakan kontrola air pengisi yang dapat mengontrol

dengan ketinggian level air tetapi ada yang menggunakannya dengan cara :

1) Feed water level up and down + steam flow control

2) Feed water level up and down +steam flow + feed water flow control,

dimana ke 3 sistem control ini banyak digunakan pada power electrical

plant

TABELDaftar Pemeriksaan dan Frekuensi Pemeriksaan Minimum

No. Jenis jenis yang diperiksa Frekuensi test analitis


1 PH Sekali sehari
2. Kekerasan /Hardness (pada outlet perlengkapan Sekali sehari
pelunak
3 Oksigen yang larut Sekali seminggu
4. Kontaminan minyak Sekali sebulan
5. Kebasaan Phenolphtalein Sekali sehari
6. Kebasaan Methyl-orange Sekali sehari
7. Total zat cair yang terlarut /TDS Sekali sehari
8. Khlorine (Cl) Sekali sehari
9. Silika (SiO2) Sekali sebulan
9. Phosphate (PO4) Sekali sehari
62

10. Sulphite (SO2) jika Sodium Sulfite digunakan Sekali sehari


sebagai deoxidizer
11. Hydrazine jika hydrazine digunakan sebagai Sekali sehari
deoxider

Tabel..Nilai-Nilai batas Untuk Air Isian dan Air Boiler

Klasifikasi Jenis Boiler Water Tube Boiler Smoke Tube


Boiler
Tekanan Kg/Cm 2 < 10 10 - 20
Air Isian PH Diatas 7 Diatas 7 Diatas 7
Kekerasan Dibawah 2 Dibawah 2 < 40
Kontaminan minyak ppm Tak mungkin Tak mungkin Tak mungkin
Oksigen yang larut ppm < 0,5 < o,5 Diusahakan
serendah
mungkin
Air Boiler PH 11,0 11,5 10,8 11,3 11,0 11,5
Kebasaan X ppm 500 800 < 600 500 800
Kebasaan Y ppm 300 600 < 400 300 600
Total zat cair yg larut /TDS ppm < 2500 < 2000 < 3000
Klorine (Cl2) ppm < 400 < 300 < 500
Phosphater ( PO4) ppm 20 40 20 30 20 40
Silica ( SiO2) ppm < 250 < 250 -
Sulphite (So3) ppm 10 - 20 10 - 20 -

Pada waktu kekerasan /hardness air mentah telah berubah, dihitung in-take rate

secara kasar dengan rumus , dibawah ini;

In take rate = Kapasitas pertukaran (CaCO2g/l) X Kuantitas Resin (Liter)


(Ton/siklus) Kekerasan Air Mentah (ppm sebagai CaCO2) X 1.1

a. Blow Down Terus Meneru

Untuk menjaga kuantitas kotoran dalam Boiler pada kisaran nilai batas/ Limit

Value, maka sangat perlu untuk Blow Down air boiler. Aturan yang harus

menjalankan blow down secara terus menerus. Nilai Blow Downterus menerus

(%)= Kuantitas kotoran tertentu di air isian x 100 (persentase volume air isian)

Nilai standar kotoran tsb di air boiler

Item-item yang akan direstriksi oleh Bloe Down adalah :


63

1) Silica
2) Kuantitas total zat padat
3) Ion Khlorin
Penguapan Boiler dinyatakan denhgan G (T/H)
Nilai air isian boiler dengan W (T/H)

Nilai Blow terus menerus dinyatakan dengan w (T/H)

Persentase Blow Down sampai nilai air isian dinyatakan dengan X (%),

Maka :

W = G +w

W = X/100 W

Oleh karena itu w= X G

100- X

Contoh:

Penguapan Boiler adalah 6 Ton/H, tekanan kerja 10 Kg/Cm) dan Nilai blow down

terus menerus diperoleh, misalnya; Air mentah mengandung kotoran-kotoran yang

ada dibawah ini:

No. Item Air Mentah Nilai Standar Air Boiler


1. Silicappm 15 250
2. Total jumlah zat padat ..ppm 140 2500
3. Ion Klorin..ppm 22 400
4. X Alkali 10 500-800

% blow down yang dihitung pada beberapa kotoran diperoleh adalah:


1) Silica = 15/250 X 100 = 6.0 %
2) Zat padat = 140/2500 X 100 = 5.6 %
3) Zat Khlorin = 22/400 X 100 = 5.5 %
Maka, % (persentase) blow down terus menerus yang dibutuhkan adalah 6 %
berdasarkan Silica
Kuantitas blow = 6/100 X 100 = 0.38 T/H
64

Bila 6 % blow down telah dilakukan, konsentrsi kotoran di air boiler adalah
1) Silica = 15/0,06 = 250 ppm
2) Zat padat = 140/0.06 = 2330 ppm
3) Ion Khlorin = 22/0.06 = 367 ppm
b. Penggunaan Bahan Kimia

Dikarenakan air mentah cenderung mengalami perubahan sekuler, air mentah

harus dianalisa pada interval tetap danrasio pencampuran bahan kimia harus

dirubah dengan berkonsultasi dengan Rumus bahan kimia.

Tujuan Nama bahan Kimia Formula Molekul Keterangan


Untuk menyesuaikan PH, Basa PH 1 % larutan,
dan Komponen pelembut kandungan
Kekerasan PO4
Kaustik Soda NaOH
1. Sodium Phosphate NaH2PO42H2O 4.7 68,8 %
2. Sodium Phosphate NaH2PO42H2O 9.1 26,6 %
3.Sodium Phosphate NaH2PO42H2O 11,7 25.0 %
Hexamethasodium Phosphate 5,8 89,0 %
TripolY Sodium Phosphate 9,4 76,0 %
Untuk menyelesaikan Boiler Mud Liquin
Tannin
Kanji
Senyawa Organik molekul
tinggi
Deoksidasi Hydrazine N2H4
Sodium Sulphite Na2SO2
Untuk mencegah Kerapuhan Sodium Altrate NaNo2
Kaustik
Sodium Nitrat NaNO3
Untuk meningkatkan PH dalam Amino yang mudah menguap
system kondensasi dan untuk
mencegah korosy

c. Penggunaan Deoxidizer

Nama/Item-item Sodium Sulfite (Na2SO3) Hydrazine/N2H4


Kecepatan reaksi Tinggi Sedikit lebih rendah
Dengan aplikasi Jumlah total zat padat meningkat Tidak meningkat
Jika terlalu banyak Dapat menyebabkan korosi Tidak terjadi korosi
Jumlah ekuivalen 1 ppm oksigen 8 ppm ( dalam pengopersian nyata, 1 ppm (dalam pengoperasian nyata,
larut kualitas dapat digandakan) kuantitas di atas dapat digandakan)

Konsentrasi bahan-bahan kimia yang akan ditambahkan:


65

Bahan-bahan kimia harus dilarutkan seluruhnya dengan air dingin atau air panas

sebelum digunakan pada boiler. Konsentrasi bahan-bahan kimia yang larut harus

kurang dari nilai-nilai dibawah ini

1) Sodium Phosphae = 2 %

2) Kaustik soada =2%

3) Sodium Sulphit =1%

4) Hydrazine = 0,1 %

TABEL..Sebab-sebab Utama dan Jenis-Jenis Mal-Function yang disebabkan oleh Kualitas Air
Jenis-jenis Malfunction Pengelupasan Korosi Korosi Kaustik Carry over
Tempat kejadian
Sebab Utama mal Function

Sistem Bagian Sistem Air Bagian dalam Saluran Pipa setelah Bagian dalam Super Heater, dll
Air Dalam Isian Boiler Kondensor Boiler
Isian Boiler
Air
Isian PH

Kekerasan

OksigenLarut

Kontaminasi

Minyak
Air
Boiler PH

Kebasaan

Total Zat padat



yang Larut

Silica

Klorin

Air
Padat Karbon bebas

Keterangan Tanda atau symbol

: Karena nilai PH menyimpang dari tingkat yang diperbolehkan, korosi sangat

tinggi. Tanda menunjukan kemungkinan korosi yang sangat besar


66

: Semakin tinggi konsentrasi PH atau zat berbahaya, semakin besar tingkat

Mal-Function. Tanda berate Mal Function sangat mungkin terjadi

TABEL 2.1
STANDAR AIR PENGISI KETEL UAP AMERICAN BOILER
ASSOCIATION
Tekanan Total Solid Alkalinity Suspended Silicon
Solid
0 300 3500 700 300 125
301 450 3000 600 250 90
451 600 2500 500 150 50
601 750 2000 400 100 35
751 900 1500 300 60 20
901 1000 1250 250 40 8
1001 1500 1000 200 20 2.5
1501 2000 750 150 10 1.0
Over 2000 500 100 5 0,5

d. Pompa ( Boiler Feed Pump)

Pompa sentrifugal mempunyai sebuah impeler (baling-baling) untuk

mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ketempat yang lebih tinggi

Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutarkan impeller di

dalam zat cair, maka zat cair yang ada dalam impeller, oleh dorongan sudu-sudu

ikut berputar, karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah

impeller keluar melalui saluran diantara sudu-sudu. Disini Head tekanan zat cair

menjadi tinggi, begitu juga head kecepatannya bertambah besar karena zat cair

mengalami percepatan. Zat cair yang keluar dari impeller ditampung oleh

saluran berbentuk volute (spiral) di kelilingi impeller dan disalurkan ke luar


67

pompa melalui nozel. Didalam nozel ini sebagian head kecepatan aliran dirubah

menjadi head tekanan

Impeler pompa berfungsi memberikan kerja kepada zat cair, sehingga energy

yang dikandungnya menjadi bertambah besar. Selisih energy persatuan berat

atau head total zat cair antara flens isap dan flens keluar pompa disebut head

total pompa. FUngsi pompa sentrifugal dapat merubah energy mekanik dalam

bentuk kerja poros menjadi energy fluida. Energi inilah yang mengakibatkan

pertambahan head tekanan,head kecepatan dan head potensial pada zat cair yang

mengalir secara kontinyu.

Tabel .. Daya Yang Diperlukan untuk Pompa

1. Nama zat cair yang akan di pompa ( Air)

2. Zat korosif yang terdapat di dalam zat cair (seperti H2SO4, HCl) harus secara

jelas disebutkan. Persentase berat dari asam atau basa harus dinyatakan untuk

campuran zat cair

3. PH

4. Kotoran atau persentase berat zat selain yang dinyatakan dalam (2) didalam

zat cair (seperti garam, logam, zat organic, dll)

5. Berat jenis/kerapatan zat cair yang dipompa: .. g/cm3 atau ..kg/m3 pada ..C

6. Temperatur zat cair:C maksimum, .. C rata-rata .. .C minimum

7. Tekanan uap pada temperature tersebut dalam (6):

..kg/cm2 atau ..MPa, pada C

..kg/cm2 atau ..MPa, pada C

8. Viskositas: SSU atau.Kg.s/M2 atau ..CstPa.s pada . C


68

9. Jumlah udara yang larut :.ppm pada kondisi bebas

danppm pd kondisi jenuh

Jumlah Oksigen yang larut ..ppm pada kondisi bebas

Dan..ppm pada kondisi jenuh

membentuk gelembung: Tingkat kelarutan gas gas lain

10. Jumlah udara yang larut :.ppm pada kondisi bebas

a. Berat jenis atau kerapatan : g/cm3 atau .kg/m3

b. Jumlah kandungan : .ppm pada mesh;.ppm pada mesh,dll

11. Kondisi pemakaian pompa

a. Operasional terus menerus atau terputus-putus

b. Apakah zat cair disirkulasikan dalam jalur pipa tertutup atau zat cair baru

ditambahkan terus menerus ?.......

c. Apakah pompa kadang-kadang dibuka atau bagian dalamnya kadang-

kadang terkena udara ?

12. Pengalaman yang diperoleh dari pompa-pompa yang ada dengan zat cair yang

sama

a. Mutu bahan utama dari pompa

b. Jumlah jam operasi sampai terjadi gangguan karena korosi

c. Bagian yang mengalami korosi dan derajat korosi

d. Spesifikasi pompa

e. NPSH dari pompa pada kerja normal yang tersedia


69

13. Umur yang diminta dalam jam dari bagian-bagian utama pompa berdasarkan

pertimbangan ekonomi :

2.3 Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh erina (2010) tentang hubungan

penatalaksanaan SOP pengoperasian ketel uap terhadap kualitas air ketel

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan penatalaksanaan SOP

pengoperasian ketel uap terhadap kualitas air ketel (sig 0,008)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen


Proses pengolahan air
Kompetensi operator ketel
ketel uap
Kinerja
70

2.5 Definisi Operasional

Tabel 2.3 : Definisi Operasional Variabel

Definis Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel Independen
1 Kompetensi Gambaran Kuesioner Pilihan 0.Tidak kompeten Ordinal
operator tentang apa yang jawaban
ya dan 1.Kompeten
ketel uap harus diketahui
tidak
atau dilakukan
agar dapat
melaksanakan
pekerjaannya
dengan baik
yang dibuktikan
dengan
kepemilikan
sertifikat
pelatihan

Variabel Dependen
2 Pengolah air Air yang Lembar Mengisi 0. Kurang, jika Ordinal
ketel uap dihasilkan oleh observasi lembar PH < 7,
ketel uap sesuai observasi Herdness >2
dengan indikator ppm,TDS >
penelaian yaitu 2500 ppm, O2
PH, Hardness, terlarut
TDS, Oksigen
>0,007ppm
terlarut
1. Baik , jika PH
7-8, Herdness
1-2 ppm ,
TDS 2000
ppm, O2
terlarut 0,1
ppm
2. Sangat baik,
jika PH 8-11,
Herdness < 2
ppm, TDS <
2000 ppm, O2
terlarut
0,007ppm
71

(ASME,
2013)
3 Kinerja suatu hasil kerja Kuesioner Mengisi 0. Kurang ,jika < Ordinal
yang dicapai kuesioner nilai mean
responden 1. Baik, jika
dalam nilai mean
melaksanakan
tugas - tugas
yang
dibebankan
kepadanya yang
didasarkan atas
kecakapan,
pengalaman dan
kesungguhan
serta waktu.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel

yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian.

Hipotesis berdasarkan rumusan pernyataannya dibagi menjadi dua yaitu

hipotesis kerja (hipotesis alternatif) dan hipotesis statistik (hipotesis null),

(Dharma, 2011). Dalam penelitian ini Ha (hipotesis alternatif) yaitu: ada

hubungan kompetensi operator ketel uap terhadap pengolahan air ketel uap dan

kinerja di PT.X dan PT.Y

Anda mungkin juga menyukai