Anda di halaman 1dari 86

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER

DAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM MENGENAI

ASPEK HUKUM ABORSI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat

Sarjana Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh:

Karina Puspita Sari

07/250491/KU/12170

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

i
ii
Halaman Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskahh ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Februari 2011

Karina Puspitasari

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis sampaikan keppada Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan

segala karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Perbandingan Tingkat Penegetahuan

Mahasiswa Pendidikan Dokter dan Keperawatan Fakultas

Kedokteran UGM mengenai Aspek Hukum Aborsi. Karya

tulis ini disusun untuk memenuhi tugas dan persyaratan

memperoleh derajat Sarjana Kedokteran di Program Studi

Pendidikan Dokter Universitas Gadjah Mada.

Dalam penyususnan skripsi ini peneliti banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti

ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada.

2. Ibu dr Martiana Suciningtyas Tri Artanti, Sp.F

selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini

iv
3. Ibu Fitriana Murniati SH,MH selaku pembimbing II

yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran

dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dr IBG Surya Putra P, Sp.F selaku dosen

penguji yang telah membantu dalam membimbing ,

memberi nasihat,saran dan masukan kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan yang

telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu peneliti

sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang

bersifat membangun. Penulis berharap mudah-mudahan

Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan

rahmatnya kepada kita semua, semoga karya tulis ini

bermanfaat bagi pembaca terutama untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai aspek hukum aborsi.

Yogyakarta,1 Februari 2011

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

INTISARI x

ABSTRAK xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

I.1. Latar Belakang Masalah 1

I.2. Perumusan Masalah 8

I.3. Tujuan Penelitian 8

I.4. Manfaat Penelitian 8

I.5. Keaslian Penelitian 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10

II.1. Pengertian Pengetahuan 12

II.2. Pengertian Aborsi 15

II.3. Klasifikasi Aborsi 16

II.4. Cara Melakukan Aborsi 18

II.5. Resiko Tindakan Aborsi 20

II.6. Hukum Aborsi 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 29

vi
III.1. Rancangan Penelitian 29

III.2. Populasi dan Subjek Penelitian 29

III.3. Alat 30

III.4. Validitas dan Reabilitas 30

III.5. Jalannya Penelitian 31

III.6. Analisis Data 32

III.7. Variabel Data 34

III.8. Definisi Operasional 35

III.9. Hambatan Penelitian 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36

IV.1. Hasil Penelitian 36

A. Karakteristik Responden 36

B. Perolehan Materi Hukum Aborsi 38

C. Pengetahuan Responden tentang Aspek

Hukum Aborsi 38

D. Perbedaan Pengetahuan 42

IV.2. Pembahasan 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54

V.1. Kesimpulan 54

V.2. Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 59

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skoring sistem pengukuran pengetahuan 33

Tabel 2. Karakteristik Responden 36

Tabel 3. Perolehan Materi Hukum 38

Tabel 4. Variabel Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan

Dokter dan Keperawatan mengenai Aspek hukum

Aborsi 39

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden 42

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Grafik 60

Lampiran 2. Lembar Persetujuan 63

Lampiran 3. Kuesioner Aborsi 64

Lampiran 4. Karakteristik Responden 69

Lampiran 5. Uji Mann-Whitney 75

ix
INTISARI

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PENDIDIKAN


DOKTER DAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
MENGENAI ASPEK HUKUM ABORSI

Karina Puspita Sari*, Martiana Suciningtyas**, Fitriana


Murniati**

* Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM

** Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RS. dr. Sardjito/FK UGM

Latar Belakang : Insidensi aborsi di Indonesia cukup


banyak, dengan tingkat aborsi tidak aman yang cukup
tinggi. Berita di media massa banyak menyebutkan banyak
pelaku aborsi yang tertangkap berlatar belakang
pendidikan kesehatan. Padahal mereka seharusnya paham
resiko aborsi yang dilakukan tanpa memperhatikan norma
hukum yang berlaku.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan
dokter dan mahasiswa keperawatan Fakultas Kedokteran
UGM tentang aspek hukum aborsi.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross
sectional observasional. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni-Oktober 2009, kemudian analisis data
dilakukan secara deskriptif dan analitik menggunakan
uji Mann-Whitney. Populasi penelitian ini adalah
mahasiswa pendidikan dokter dan mahasiswa keperawatan
Fakultas Kedokteran UGM, jumlah sampel 100 mahasiswa
pendidikan dokter dan 100 mahasiswa keperawatan.
Pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling.
Hasil : Perhitungan mean tingkat pengetahuan responden
kelompok mahasiswa pendidikan dokter = 40,69 dan
kelompok mahasiswa keperawatan = 40,78. Hasil uji
Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna
antara tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan dokter
dan keperawatan tentang aspek hukum aborsi (p>0,05).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden dari kedua kelompok mengenai
aspek hukum aborsi sebagian besar masuk kategori
tinggi. Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan
antara mahasiswa pendidikan dokter dan keperawatan
tentang aspek hukum aborsi.

Kata kunci : Pengetahuan, aspek hukum, aborsi

x
ABSTRACT

COMPARISON OF LEVEL OF KNOWLEDGE BETWEEN MEDICAL


STUDENTS AND NURSE STUDENTS OF MEDICAL FACULTY GADJAH
MADA UNIVERSITY ON THE LEGAL ASPECT OF ABORTION

Karina Puspita Sari, Martiana Suciningtyas, Fitriana


Murniati

Background :The incidence of unsafe abortion in


Indonesia is high. News media report the perpetrators
of abortion had medical education background who should
have been more understanding of the risk of abortion
performed without concern of the law aspect.
Objective : The study aimed to identify level of
knowledge of medical student and nurse student of
Medical Faculty Gadjah Mada University on the legal
aspect of abortion and to know the difference level of
knowledge between respondents.
Method : This study was an observational cross
sectional design. The study was conducted in June
October 2009. Data were analyzed using descriptive
method and Mann-Whitney technique. Population of the
study were medical students and nurse students of
Medical Faculty Gadjah Mada University with as many as
100 samples of medical students and 100 samples of
nursing student using quota sampling technique.
Result : The mean level of knowledge in medical
students group = 40,69 and nurse students group =
40,78. The statistical calculation showed there is no
significant difference on the level of knowledge about
legal aspect of abortion in both groups (p>0,05).
Conclusion : The result of the study showed that the
level of knowledge about legal aspect of abortion in
both groups mostly are in high category. There was no
difference in the level of knowledge between medical
students and nursing students about the legal aspect of
abortion.

Keywords : knowledge, legal aspect, abortion

xi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Masalah aborsi sekarang ini mendapatkan perhatian

yang cukup besar oleh berbagai kalangan, terutama bagi

kalangan praktisi kesehatan, karena pengaruhnya yang

cukup besar terhadap berbagai aspek kehidupan

masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ditimbulkan

oleh aborsi ilegal, dampak yang paling menonjol adalah

peningkatan angka kematian ibu. WHO menyebutkan bahwa

di negara berkembang, resiko kematian sebagai akibat

dari komplikasi aborsi yang tidak aman lebih besar

ratusan kali dibandingkan dengan aborsi yang dilakukan

secara profesional (WHO, 2003).

Di Indonesia masalah kesehatan reproduksi masih

cukup memprihatinkan diantaranya Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia masih tertinggi di wilayah ASEAN.

Dari data Sensus Demografi Kesejahteraan Indonesia

(SDKI) menunjukkan masih 3 per 100.000 kelahiran hidup.

WHO memperkirakan bahwa tindakan aborsi yang tidak aman

mengakibatkan 15% dari AKI tersebut (Bunga Rampai:132)

Meskipun angka pasti dari jumlah aborsi tidak

diketahui, hasil studi terakhir dari majalah obstetri

1
dan gynekologi dari Departemen Kesehatan mengungkap

bahwa diperkirakan terdapat sekitar 2,3 juta tindak

aborsi setiap tahun (Anonim, Kompas 2000).

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia

menemukan, pertahun rata-rata terjadi sekitar 2 juta

kasus aborsi tidak aman. Sementara WHO memperkirakan

10-50% dari kasus aborsi tidak aman berakhir dengan

kematian ibu. Angka aborsi tak aman (unsafe abortion)

memang tergolong tinggi, diperkirakan setiap tahun di

dunia terjadi sekitar 20 juta aborsi tak aman, 26% dari

jumlah tersebut tergolong legal dan lebih 70.000 aborsi

tak aman di negara berkembang berakhir dengan kematian

ibu (Utomo,2002).

Menurut WHO (2000) sekitar 50 juta dari 75 juta

kehamilan yang tidak diinginkan di dunia akan berakhir

dengan aborsi disengaja dan 20 juta diantaranya

dilakukan secara tidak aman (Wiyono, 2000).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN)

Indonesia memprediksikan dari 2,5 juta kasus aborsi

pertahun, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.

Padahal tidak kurang dari 900 ribu remaja yang

melakukan aborsi tercatat 60% dari total kasus

(Utomo,2005).

2
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini

membuat remaja bahkan anak-anak bisa mengakses

informasi yang tidak bisa mereka peroleh dari orang tua

atau yang lainnya; ditambah dengan masa remaja penuh

gejolak dan remaja rentan terhadap pengaruh buruk dari

luar, bisa mendorong timbulnya perilaku seksual yang

berisiko tinggi. Pengaruh buruk tersebut berupa

informasi dari lingkungan pergaulan, film, buku majalah

atau poster-poster yang dipasang di jalanan. Hal

tersebut yang disebut sebagai Sexually Explicit

Material (SEM) atau bahan erotika (Tan,1981).

Remaja secara alami memiliki dorongan seks yang

sangat besar, sebagian besar terdorong atau condong

untuk mendapatkan pengalaman melakukan seks. Jika tidak

ada kendali, remaja terjerumus ke dalam prostitusi,

hubungan seks bebas, hubungan seks pra nikah dan

berbagai akibat negatif lainnya. Kalau hal ini terjadi

dan mengakibatkan kehamilan, maka laki-laki sebagai

pasangannya dituntut untuk bertanggung jawab dengan

cara mengawininya. Apabila hal tersebut tidak berhasil

maka biasanya jalan pintas yang diambil yaitu tindakan

aborsi (Zalbawi,2002).

Sebuah penelitian yang dilakukan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997,

3
ditemukan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan paling

banyak terjadi pada kelompok usia 15-19 tahun (50,9%).

Sebanyak 11,9% di antaranya berupaya mengakhiri

kehamilannya, baik dengan cara tradisional maupun medis

(Pardono,2001) .

Aborsi pada dasarnya adalah fenomena yang hidup

dalam masyarakat Indonesia. Aborsi dapat dikatakan

sebagai fenomena "terselubung" karena praktik aborsi

sering tidak tampil ke permukaan, bahkan cenderung

ditutupi oleh pelaku utaupun masyarakat, bahkan negara.

Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum

formal dan nilai-nilai sosial, budaya, agama yang hidup

dalam masyarakat serta politik (Indraswari, 1999).

Saat ini aborsi masih merupakan masalah

kontrovesial di masyarakat Indonesia, namun terlepas

dari kontroversi tersebut, aborsi diindikasikan

merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.

Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil

dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan

penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk

komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan, N, 2000).

4
Kendati tindakan pengguguran kandungan (aborsi)

sudah dilaksanakan sejak pertama kali ilmu kedokteran

ada, namun hukum di Indonesia melarang dokter melakukan

praktik aborsi (Amir,A, 2007). Dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) dinyatakan bahwa tindakan

aborsi dilarang oleh negara, tapi dalam pasal 15

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

dibuka peluang bagi seorang dokter melakukan aborsi

dengan indikasi medis (untuk menyelamatkan ibu atau

bayinya) (Amir, A, 2007). Walaupun demikian karena

belum ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang

petunjuk pelaksanaan tindakan aborsi dikarenakan belum

adanya kesepakatan nasional antara tokoh agama, tokoh

adat, budaya dan lain-lain maka tindakan aborsi masih

dilarang (Amir,A, 2007).

Berbicara mengenai aborsi akan menimbulkan

berbagai tanggapan dan penilaian yang berbeda-beda pada

masing-masing individu karena adanya perbedaan

pengetahuan dari diri mereka sehingga sikap yang

ditimbulkan pun berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh

Armiwulan mengungkapkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan tentang aborsi dengan

tingkat aborsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin

5
tinggi tingkat pengetahuan tentang aborsi maka tingkat

aborsi akan semakin rendah (Armiwulan, 2004).

Banyak anggapan dalam masyarakat awam bahwa aborsi

sering diidentikkan dengan kalangan kedokteran.

Padahal, pelaku aborsi bukan hanya dilakukan oleh oknum

dokter, tetapi juga dilakukan oleh bidan, perawat,

tukang pijat dan masyarakat awam sendiri. Oleh karena

aborsi masih dilarang kecuali untuk menyelamatkan ibu

dan bayinya, akibatnya banyak tenaga profesional yang

tidak bersedia memberikan pelayanan ini, walaupun ada

seringkali diberikan dengan biaya yang sangat tinggi,

dengan peralatan sederhana dan dilakukan secara diam-

diam, karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung

bila diketahui oleh pihak yang berwajib (Susilo, Z.K

dan Lestari, H, 2007).

Sebuah penelitian yang menggunakan data Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997

pada 1.563 perempuan usia subur dengan status menikah

sebagai sampelnya, ditemukan bahwa upaya pengguguran

dengan melakukan sendiri/famili 119 orang

(ketidakberhasilan 97,5%), dukun 20 orang

(ketidakberhasilan 95%), bidan 25 orang

(ketidakberhasilan 88%), dan bantuan dokter sebanyak 23

orang (Pradono, 2001). Ini terbukti dari berita yang

6
ditulis di surat kabar, televisi maupun radio banyak

pelaku aborsi yang tertangkap berlatar belakang

pendidikan kesehatan seperti dokter, dokter gigi,

perawat maupun bidan, dimana seharusnya mereka mengerti

dan paham tentang resiko aborsi yang dilakukan secara

diam-diam dengan peralatan yang tidak memadai. Mereka

melakukan hal tersebut dengan dalih ingin menolong

serta berpedoman bahwa janin yang belum berusia 120

hari itu belum bernyawa (Anonim, 2005).

Berbagai dalih dikemukakan untuk pembenaran atas

tindakan aborsi itu (misalnya alasan kemanusiaan,

menyelamatkan wanita dari tangan dukun dan sebagainya),

namun ironisnya para dokter pelaku aborsi selalu

menolak bila dikatakan tindakan aborsi yang

dilakukannya bermotif finansial. Kenyataannya justru

unrusan fulus inilah yang menyebabkan pelaku aborsi

melanggar segala norma dan aturan, termasuk ajaran

agama, hukum negara, etika dan moral profesi

(Achadiat,2006).

Banyaknya kejadian aborsi dengan pelaku berlatar

belakang pendidikan kesehatan mengindikasikan adanya

pemahaman yang kurang tentang aspek hukum aborsi. Oleh

karena itu penulis ingin mengetahui tingkat pengetahuan

7
mahasiswa dengan latar belakang kesehatan mengenai

aspek hukum aborsi.

I.2. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

pengetahuan mahasiswa dengan latar belakang pendidikan

kesehatan mengenai aspek hukum aborsi. Dengan demikian

dapat dirumuskan permasalahan : apakah terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan pada mahasiswa pendidikan

dokter dan keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada mengenai aspek hukum aborsi ?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan dokter

dan keperawatan mengenai aspek hukum aborsi.

2. Perbandingan pengetahuan antara mahasiswa

pendidikan dokter dan keperawatan mengenai aspek

hukum aborsi.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi dunia kesehatan, penelitian ini diharapkan

mampu memberikan gambaran mengenai pemahaman

remaja mengenai aborsi dalam aspek hukum.

8
2. Bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan,

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam peningkatan aspek knowledge,

skills, attitudes terutama mengenai masalah

aborsi.

3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mengenai aspek

hukum aborsi.

4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan bahan masukan untuk penelitian lebih

lanjut yang lebih baik.

I.5. Keaslian Penelitian

Sejauh yang peneliti ketahui, belum pernah

dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan

mahasiswa dengan latar belakang pendidikan kesehatan

mengenai aspek hukum aborsi. Beberapa penelitian

sebelumnya yang meneliti mengenai aborsi antara

lain:

1. Sri Emiyanti, Baren R. Sembiring, Linda T.Maas,

Syarifah (1997) dengan judul : Aborsi Sikap dan

Tindakan Paramedis. Penelitian tersebut untuk

mengetahui sikap dan tindakan para health provider

9
terhadap kasus-kasus wanita yang mengalami

kehamilan tak dikehendaki dan menginginkan aborsi.

2. Made Heny Urmila Dewi (1997) dengan judul Aborsi

Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

sikap petugas kesehatan terhadap aborsi serta

alasan-alasan yang melatarbelakangi sikap

tersebut.

3. Christin Wiyani (2008) dengan judul Hubungan

Antara Tingkat Pengetahuan Aborsi Dengan Sikap

Remaja Terhadap Seks Pranikah di SMA Negeri 9 dan

SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Penelitian

ini bersifat deskriptif analitik kuantitatif

dengan metode cross sectional study. Pada

penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang aborsi dengan sikap

remaja terhadap seks pra nikah.

4. Aditya Putra Prihayita (2010) dengan judul

Pemahaman Siswa MAN 1 Yogyakarta Terhadap Tindakan

Aborsi Pada Remaja. Penelitian ini merupakan

penelitian observasional dengan menggunakan

rancangan cross sectional. Pada penelitian

tersebut didapatkan pemahaman siswa mengenai

aborsi dalam sudut pandang hukum masih kurang.

10
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

penelitian-penelitian di atas adalah penelitian ini

meneliti mengenai pemahaman mahasiswa pendidikan

dokter dan keperawatan mengenai aspek hukum aborsi

yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

Perbedaan lainnya terletak pada variabel, subyek

dan analisis data.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai sekumpulan

informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses

belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-

waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri

sendiri maupun lingkungannya (Supriyadi, 1993).

Pengetahuan ( knowledge ) merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indera manusia,yaitu indera

penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmodjo,1993).

Pengetahuan yang mencakup di dalamnya domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application),

analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation) (Notoadmojo,2003).

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke

dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

12
kembali (recall)terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen,tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk kesuluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi

atau objek. Penelitian itu beradasarkan suatu

kriteria-kriteria yang telah ada.

13
Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain : umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

pendapatan, pergaulan, keadaan budaya setempat,

pengalaman dan media massa. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar. Makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Melalui

pendidikan maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

media massa, semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan (Mantra,1994).

Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan yaitu : Awareness

(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek);

interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tertentu. Disini sikap subjek sudah mulai timbul;

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial, dimana

subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus; Adaptation, dimana subjek

telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

14
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo,

1993).

II.2. Pengertian Aborsi

Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia

20 minggu yang mengakibatkan kematian janin

(Bertens,2006). Menurut Fact about abortion , info kit

on womens health oleh Institute for social, studies

and action (1991), dalam istilah kesehatan aborsi

didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah

tertanam telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim

(uterus) sebelum usia janin 20 minggu.

Aborsi atau pengguguran kandungan menurut hukum di

Indonesia adalah tindakan penghentian kehamilan (ada

unsur kesengajaan) sebelum waktunya dilahirkan. Hukum

tidak membatasi usia kehamilan, dan tidak mempersoalkan

apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut telah

lahir bayi hidup atau bayi mati. Hal yang penting

adalah pada saat tindakan itu dilakukan, kandungan

tersebut masih hidup. Hukum juga tidak melihat alasan

atau indikasi dilakukannya tindakan pengguguran

kandungan (Sampurna, B dan Samsu, Z, 2004).

Sementara itu, kata aborsi dalam terminologi

kedokteran yang berarti berhentinya kehamilan sebelum

15
usia kehamilan 20 minggu (Sampurna, B dan Samsu, Z,

2004).

II.3. Klasifikasi Aborsi

Klasifikasi aborsi menurut Moechtar (1998) dapat dibagi

menjadi :

1. Abortus spontan /alamiah

Adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan

apapun.

a. Abortus imminens

Perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20 minggu,

hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa

adanya dilatasi serviks.

b. Abortus insipiens

Perdarahan uterus pada kehamilan < 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang

meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus.

c. Abortus in kompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu

d. Abortus kompletus

Semua hasil konsepsi sudah keluar.

16
2. Abortus Provokatus/ abortus buatan

Pengakhiran kehamilan usia kandungan < 20 minggu

yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun

pelaksana aborsi (dokter, bidan, dukun, perawat).

Abortus provokatus dapat dibagi menjadi 2, antara lain:

a. Abortus provokatus therapeuticus

Dimaksudkan demi menyelamatkan nyawa ibu, syarat-

syaratnya :

(1). Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

keahlian dan kewenangan untuk melakukannya.

(seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit

kandungan).

(2). Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli

medis lain, agama, hukum, psikologi).

(3). Prosedur tidak dirahasiakan.

(4). Dokumen medis harus lengkap.

(5). Harus ada persetujuan dari penderita atau

suaminya atau keluarga dekat.

(6). Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki

tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh

pemerintah.

17
b. Abortus provokatus kriminalis

Aborsi yang disengaja dilakukan tanpa adanya

indikasi medis.

II.4. Cara Melakukan Aborsi

Aborsi dapat dilakukan dengan 2 ( dua ) macam

tindakan, yaitu:

1. Aborsi dilakukan sendiri

Misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang

membahayakan janin, atau dengan melakukan

perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin

menggugurkan janin.

2. Aborsi dilakukan orang lain

Dengan bantuan seorang dokter, bidan atau dukun

beranak dan dengan cara-cara yang beragam

(Nugraha, D.B, 2009).

Tindakan aborsi yang kadangkala dilakukan oleh

seorang dokter atau bidan:

a. Aborsi yang dilakukan pada usia kehamilan < 12

minggu:

1. Suction curettage (kuret dengan cara

penyedotan)

2. Dilatation dan curettage (dilatasi dan kuret)

3. Salt poisoned (peracunan dengan garam)

18
4. Histerotomi atau bedah caesar

5. Prostaglandin (pengguguran kimia)

6. Pemberian uterotinika (pervagina, perinfus)

b. Aborsi yang dilakukan pada usia kehamilan > 12

minggu:

1. Janin dibunuh dengan cara ditusuk atau

diremukkan di dalam kandungan.

2. Janin dipotong-potong tubuhnya agar mudah

dikeluarkan.

3. Potongan janin dikeluarkan satu persatu dari

kandungan.

4. Potongan-potongan janin tersebut disusun

kembali untuk memastikan lengkap dan tidak

tersisa.

5. Potongan-potongan janin kemudian dikubur.

Seorang dukun beranak biasanya melakukan tindakan

aborsi dengan cara memberikan ramuan obat untuk diminum

dan kemudian mengurut perut calon ibu untuk

mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungan. Hal

ini tentu saja sangat berbahaya, apabila pengurutan

tersebut tidak berhasil mengeluarkan secara paksa janin

tersebut, maka besar kemungkinan membawa cacat bagi

janin dan trauma hebat bagi calon ibu itu sendiri

(Nugraha, D.B, 2009)

19
II.5. Resiko Tindakan Aborsi

Tindakan aborsi yang dilakukan oleh seorang wanita

memiliki beberapa resiko terhadap kesehatan dan

keselamatan yang akan dihadapinya, antara lain:

1. Kematian mendadak karena perdarahan hebat

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius

disekitar kandungan

4. Rahim yang robek (Uterine Perforation)

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang

akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

6. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormone

estrogen pada wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical cancer)

9. Kanker hati (Liver cancer)

10. Kelainan pada placenta (Placenta previa) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan

perdarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

11. Menjadi mandul/tidak mampu mempunyai keturunan

lagi (Ectopic pregnancy)

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic inflammatory

disease)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

20
Tindakan aborsi yang dilakukan oleh seorang wanita

tidak hanya berdampak pada keselamatan seorang wanita

secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat

hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala

ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-

Abortion Syndrome (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan

mengalami hal-hal seperti berikut:

1. Kehilangan harga diri (82%)

2. Berteriak-teriak histeris (51%)

3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang

(41%)

6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut di atas para wanita yang

melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang

tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya

(Nugraha, D.B, 2009).

II.6. Hukum Aborsi

Di Indonesia, aborsi provokatus medicinalis diatur

di dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

Sebelumnya tindakan aborsi karena alasan medik guna

menyelamatkan jiwa ibu yang sering dilakukan oleh

21
dokter hanya didasarkan pada pasal-pasal penghapus

pidana dari KUHP yang bersifat umum. Dengan berlakunya

UU tersebut maka tidak saja perbedaan aborsi provokatus

medicinalis dan kriminalis menjadi lebih diperjelas,

tetapi juga prosedur pelaksanaannya (Dahlan, S, 2000).

KUHP mengancam dengan hukuman bagi setiap orang

yang terlibat dalam tindak pidana aborsi, baik si

wanita hamil yang menghendaki aborsi, si pelaku dan

pembantunya maupun penganjurnya, bahkan mengancam

hukuman sepertiga lebih berat bila pelakunya dari

kalangan medis dan dapat dicabut lisensinya sehingga

tidak lagi mempunyai hak untuk menjalankan prakteknya

(pasal 349 KUHP) (Sampurna, B dan Samsu, Z, 2004).

Sanksi pidana pelaku aborsi diatur dalam pasal 346

349 KUHP (Anonim). Secara tertulis KUHP memang tidak

mengatur aborsi atas pertimbangan medis. Hal ini dapat

dimengerti karena KUHP yang sekarang ini masih

merupakan produk kolonial yang diterbitkan tahun 1918.

Ketentuan mengenai aborsi yang diatur dalam KUHP

lebih mengarah pada jenis aborsi kriminalis. Pasal-

pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan aborsi, antara

lain :

22
Pasal 299 KUHP

1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang

wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati

dengan memberi tahu atau menerbitkan pengharapan

bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun atau denda paling banyak empat puluh lima

ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah berbuat demikian karena mencari

keuntungan, atau melakukan kejahatan itu sebagai

mata pencaharian atau kebiasaan atau jika ia

seorang dokter, bidan, atau juru obat, pidana

dapat ditambah sepertiganya.

3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam

pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan

pekerjaan itu.

Pasal 346 KUHP

Wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya, atau menyuruh orang lain untuk itu,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 KUHP

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungan seorang wanita tanpa

23
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita

tersebut, diancam dengan penjara paling lama lima

belas tahun.

Pasal 348 KUHP

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungan seorang wanita dengan

persetujuannya, diancam dengan pidana ppenjara

paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatannya itu mengakibatkan matinya wanita

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling

lama tujuh tahun.

Pasal 349 KUHP

Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat

membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,

ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka

pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut haknya untuk

menjalankan pekerjaannya yang digunakan untuk

menjalankan kejahatan itu.

24
Di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan, aborsi provokatus medicinalis diatur didalam

Pasal 15 ayat (1) dan (2) dan Pasal 80 ayat (1). Adapun

bunyi Pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan adalah sebagai berikut :

(1). Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan

jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan

tindakan medis.

(2). Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) hanya dapat dilakukan:

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan

diambilnya tindakan tersebut

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai

dengan tanggung jawab profesi serta

berdasarkan pertimbangan tim ahli

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan

atau suami atau keluarganya

d. pada sarana kesehatan tertentu

(3). Ketentuan lebih lanjut mengenai medis tertentu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

25
Pada penjelasan UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 15

dinyatakan sebagai berikut:

Ayat (1): Tindakan medis dalam bentuk pengguguran

kandungan dengan alasan apapun,dilarang karena

bertentangan dengan norma hukum, norma agama,

norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun

dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk

menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang

dikandungnya dapat diambil tindakan medis

tertentu.

Ayat (2):

Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang

benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis

tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu

itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.

Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan

tindakan medis tertentu adalah tenaga yang

memiliki keahlian dan wewenang untuk

melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan

seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit

kandungan.

Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan pada

ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam

keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

26
persetujuannya, dapat diminta dari semua atau

keluarganya.

Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana

kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan

yang memadai untuk tindakan tersebut dan

ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan

dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal

keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu

hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai

keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana

kesehatan yang ditunjuk.

Substansi Pasal 15 tersebut bertujuan sedapat-

dapatnya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau

janinnya, dan memberikan syarat tertentu terhadap

penghentian kehamilan melalui tindakan medik sehingga

upaya pengguguran / abortus dilarang kecuali dalam

keadaan darurat. Apabila abortus dilakukan tidak

memenuhi ketentuan ayat (2) dapat diancam pidana berat

(Purnomo, B.,1996). Ketentuan pidana tersebut tercantum

di dalam Pasal 80 ayat (1).

27
Rumusan Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun

1992 tentang kesehatan adalah sebagai berikut:

Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan

medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas, dalam

keadaan tertentu untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil,

dapat dilakukan tindakan aborsi. Payung hukum untuk

tindakan aborsi tersebut adalah Pasal 15 Undang-Undang

No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Dengan

dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka perbedaan

aborsi yang legal dan ilegal serta prosedur

pelaksanaannya menjadi lebih jelas. Selain itu juga

menempatkan Indonesia sebagai negara yang melindungi

hak-hak bayi dalam kandungan (Dahlan, 2001).

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross

sectional observasional dengan menilai pengetahuan

mahasiswa dengan latar belakang pendidikan kesehatan

terhadap aspek hukum aborsi. Penelitian ini dilakukan

di Program Studi Pendidikan Dokter dan Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

pada bulan Juni-Oktober 2009.

III.2. Populasi dan subjek penelitian

1.Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa dengan

latar belakang pendidikan kesehatan.

2.Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan dokter

Fakultas Kedokteran UGM, dan mahasiswa keperawatan

Fakultas Kedokteran UGM.

Pada penelitian ini menggunakan metode Quota

Sampling atau sampel berjatah, dengan jumlah sampel

adalah 200 subjek, dengan perincian:

29
a. Mahasiswa Pendidikan dokter FK UGM:100 orang

b. Mahasiswa Keperawatan FK UGM: 100 orang

Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa Pendidikan Dokter dan PSIK FK UGM

semester 3 keatas.

2. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi subjek penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa yang saat pengisian kuosioner tidak

ada baik itu cuti kuliah, sakit atau lainnya.

2. Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi

responden.

III.3. Alat

Pada penelitian ini digunakan kuesioner untuk

mengungkap pengetahuan mahasiswa terhadap aspek hukum

aborsi. Penggunaan kuisioner dipilih dengan alasan

bahwa kuisioner merupakan salah satu metode pengumpulan

data yang cukup baik untuk dapat mengungkap pengetahuan

dan atau keyakinan pribadi (Hadi, 2000).

III.4. Validitas dan Reabilitas

Validitas yang digunakan dalam kuesioner

penelitian ini adalah validitas isi yang didasarkan

pada kesesuaian alat ukur dengan konsep atau teori yang

30
digunakan dalam penelitian (Walize dan Wienir, 1986).

Jika item yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan

teori yang digunakan maka item tersebut dikatakan

valid.

III.5. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap

pelaksanaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Meliputi studi kepustakaan, pengumpulan referensi,

pembuatan kuesioner dan melakukan konsultasi dengan

dosen pembimbing. Kuesioner disusun berdasarkan

teori-teori dan informasi yang berkembang di

masyarakat untuk kemudian diuji validitas isinya.

Uji validitas isi dilaksanakan oleh dosen

pembimbing.

2. Tahap pelaksanaan

Kuesioner yang sudah diuji coba digunakan untuk

mengumpulkan data primer, dengan memberikan satu

paket kuesioner yang berisi ; lembar persetujuan

untuk responden, lembar tentang identitas

responden,lembar kuesioner yang berisi serangkaian

pertanyaan mengenai aspek hukum aborsi untuk

mengetahui pemahaman mahasiswa pendidikan dokter

31
dan keperawatan Fakultas Kedokteran UGM mengenai

aspek hukum aborsi. Setelah data yang diperlukan

terkumpul, kemudian dilakukan analisa data.

3. Tahap penyusunan laporan

Hasil analisa data kemudian disusun dalam bentuk

laporan penelitian.

Penentuan
Pengisian
subjek Analisis data
kuesioner
penelitian

III.6. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis

data. Data yang sudah terkumpul diperiksa kembali

kelengkapannya, kemudian diklasifikasikan dan dilakukan

pengkodean terhadap variabel yang terdapat di dalam

setiap daftar pertanyaan.

Data kuesioner dikumpulkan kemudian data dikelola

dengan memberikan skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0

untuk jawaban tidak untuk pernyataan no 1, 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 (b, c, e, g), 16,

17, 18 (f), 19 dan 20; sedangkan pernyataan no 15 (a,

d, f), 18 (a, b, c, d, e, g, h, i) memberikan skor 0

32
untuk jawaban ya dan skor 1 untuk jawaban tidak,

sehingga data menjadi kuantitatif. Pada pertanyaan

kuesioner yang tidak dijawab secara lengkap atau tidak

diisi maka akan dianggap tidak tahu dan diberi skor 0.

Tabel 1 Skoring item pengukuran pengetahuan


Skor
Nomer Pernyataan
Ya Tidak
1 1 0
2 1 0
4 1 0
5 1 0
6 1 0
7 1 0
8 1 0
9 1 0
10 1 0
11 1 0
12 1 0
13 1 0
14
a. 1 0
b. 1 0
c. 1 0
d. 1 0
15
a. 0 1
b. 1 0
c. 1 0
d. 0 1
e. 1 0
f. 0 1
g. 1 0
16 1 0
17
a. 1 0
b. 1 0
c. 1 0
d. 1 0
18
a. 0 1
b. 0 1
c. 0 1

33
d. 0 1
e. 0 1
f. 1 0
g. 0 0
h. 0 0
i. 0 0
19
a. 1 0
b. 1 0
c. 1 0
d. 1 0
e. 1 0
f. 1 0
20
a. 1 0
b. 1 0
c. 1 0
d. 1 0
e. 1 0
f. 1 0

Data tersebut kemudian dianalisis dengan 2 cara yaitu:

1. Secara deskriptif menggunakan test of normality

untuk mengetahui sebaran data pengetahuan.

2. Secara analitik dengan uji Mann-Whitney untuk

mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan yang

bermakna antar kelompok responden.

III.7. Variabel Data

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan variabel tunggal yaitu pengetahuan mahasiswa

pendidikan dokter dan keperawatan Fakultas Kedokteran

UGM mengenai aspek hukum aborsi.

34
III.8. Definisi Operasional

Pengetahuan mahasiswa mengenai aspek hukum aborsi

adalah hal-hal yang diketahui dan dipahami oleh

responden mengenai aspek hukum aborsi.

III.9. Hambatan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini dijumpai

beberapa hambatan, antara lain :

1. Pengisian kuesioner oleh beberapa responden

dilakukan dengan kurang serius.

2. Beberapa responden tidak menulis identitas secara

lengkap.

3. Pada beberapa pertanyaan responden tidak mengisi

semua pertanyaan dan tidak memberikan alasan atas

jawabannya.

Untuk menghadapi hambatan ini pada beberapa

responden dilakukan wawancara tambahan untuk

melengkapi data primer dari kuesioner. Namun hal ini

tidak dapat diterapkan pada semua responden karena

identitas yang kurang lengkap pada beberapa

kuesioner.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

A.Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah mahasiswa

pendidikan dokter dan keperawatan Fakultas Kedokteran

UGM. Jumlah subyek yang didapatkan sebanyak 200 orang.

Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian

ini meliputi, jenis kelamin, umur, angkatan dan

semester pendidikan.

Tabel. 2. Karakteristik Responden


NO KETERANGAN PENDIDIKAN TOTAL (%)
Dokter Perawat
1 Jenis kelamin
a. Laki-laki 36 6 42 21
b. Perempuan 64 94 158 79

2 Umur
a. 17 th 3 0 3 1,5
b. 18 th 10 3 13 6,5
c. 19 th 33 17 50 25
d. 20 th 33 38 71 35,5
e. 21 th 5 31 36 18
f. 22 th 2 7 9 4,5

3 Angkatan
a. 2006 0 36 36 18
b. 2007 50 47 97 48,5
c. 2008 50 17 67 33,5

4 Semester
a. 3 50 15 65 32,5
b. 5 50 47 97 48,5
c. 7 0 38 38 19

36
Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

adalah perempuan yang mencapai 158 orang (79%), hanya

sedikit responden laki-laki (21%).

Berdasarkan umur sebagian besar berumur 20 tahun ,

yaitu sejumlah 71 orang (35,5%).Dengan nilai minimal 17

tahun; nilai median 20 ; nilai maksimal 22; mean 19,83 ;

standar deviasi 1,04 dan berdasarkan uji normalitas

menggunakan uji Kolmogorov-Sminov didapatkan nilai P=0,000 .

Hal ini menunjukkan data tidak terdistribusi normal.

Pembagian di atas berdasarkan median karena data tidak

terdistribusi secara normal.

Berdasarkan tahun masuk angkatan sebagian besar

responden berasal dari angkatan 2007 dengan jumlah responden

97 orang (48,5%). Didapatkan nilai standar deviasi 0,70245

dan berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-

Sminov didapatkan nilai P=0,000. Hal ini menunjukkan data

tidak terdistribusi normal. Pembagian di atas berdasarkan

median karena data tidak terdistribusi normal.

Berdasarkan semester atau lamanya responden menempuh

pendidikan, didapatkan nilai minimal 3; nilai maksimal 7;

nilai median 5; mean 4,71; standar deviasi 1,39 dan

berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov

didapatkan nilai P = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data

37
tidak terdistribusi normal. Pembagian di atas berdasarkan

median karena data tidak terdistribusi normal.

B. Perolehan Materi Hukum Aborsi

Dalam pengambilan data primer melalui kuesioner

didapatkan data mengenai media atau pihak-pihak yang

menjadi tempat responden memperoleh materi mengenai

hukum aborsi.

Tabel 3. Perolehan Materi Hukum Aborsi

No Perolehan materi Pendidikan Total


Dokter Keperawatan
1 Kuliah atau dosen 100 100 200

2 Media cetak 77 78 155

3 Media elektronik 74 79 153

4 Teman 57 60 117

5 Orang tua 47 43 90

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa seluruh

responden mendapatkan informasi mengenai aspek hukum aborsi

dari kuliah atau dosen, sebanyak 155 responden melalui media

cetak, 153 responden melalui media elektronik, 117 responden

melalui teman dan 90 responden mendapatkan informasi tentang

aspek hukum aborsi dari orang tua.

C. Pengetahuan Responden tentang Aspek Hukum Aborsi

Pada tabel 4 dapat dilihat jawaban responden terhadap

pernyataan mengenai aspek hukum aborsi.

38
Tabel 4. Variabel Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Dokter
dan Keperawatan tentang Aspek Hukum Aborsi

Dokter Perawat
No Pernyataan Ya Tidak Ya Tidak
(N) (N) (N) (N)
1 Saya mengetahui defenisi
99 1 98 2
aborsi secara medis.
2 Saya mengetahui defenisi
67 33 59 41
aborsi secara hukum.
4 Aborsi adalah suatu
tindakan penghentian
90 10 100 0
kehamilan atau pembunuhan
janin sebelum waktunya.
5 Aborsi dapat terjadi
tanpa sengaja (alamiah) 99 1 92 8
dan dapat disengaja.
6 Aborsi diatur dalam Pasal
15 UU No.23 Tahun 1992 61 39 78 22
tentang Kesehatan.
7 Aborsi diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum 95 5 93 7
Pidana.
8 Semua aborsi pada
prinsipnya dilarang oleh
norma hukum, agama dan
96 4 100 0
norma sosial kecuali
untuk penyelamatan jiwa
ibu hamil.
9 Tindakan aborsi yang
disengaja untuk
menyelamatkan jiwa ibu 95 5 94 6
hamil merupakan Abortus
Provocantus Medicinalis.
Abortus Provocantus
10 Medicinalis dilakukan
98 2 95 5
atas indikasi medis.
11 Abortus Provocantus
Medicinalis diperbolehkan 94 6 87 13
oleh hukum.
12 Aborsi yang disengaja
tanpa indikasi medis
serta tidak memperhatikan
kesehatan dan keselamatan 90 10 92 8
jiwa ibu hamil merupakan
Abortus Provocantus
Criminalis.

39
13 Hukum melarang Abortus
Provocantus Criminalis
dengan sanksi pidana 94 6 96 4
karena dapat membahayakan
ibu dan/atau janinnya.
14 UU Kesehatan membolehkan
aborsi dengan
persyaratan:
a. Ada indikasi medis 98 2 99 1
b. Dilakukan oleh tim
94 6 96 4
dokter yang berwenang
c. Dilakukan di RS yang
mempunyaii sarana yang 91 9 92 8
lengkap
d. Ada persetujuan dari
ibu hamil / suami / 95 5 96 4
keluarga
15 Menurut saya, penyakit
pada ibu di bawah ini
yang dapat menjadi alas
an untuk dapat
dilakukannya aborsi:
a. Diabetes Mellitus 48 52 39 61
b. Kanker Rahim 77 23 93 7
c. Penyakit Jantung 60 40 56 44
d. Asma 28 72 25 75
e. Kanker Serviks 74 26 75 25
f. Anemia 47 53 31 69
g. TORCH 57 43 55 45
16 Aborsi dapat membawa
dampak kesehatan pada
93 7 95 5
wanita yang melakukan
aborsi
17 Komplikasi yang dapat
terjadi bila melakukan
aborsi:
a. Infeksi 98 2 100 0
b. Perdarahan 98 2 100 0
c. Tidak dapat hamil lagi 73 27 82 18
d. Kematian 96 4 99 1
18 Menurut saya alasan-
alasan aborsi boleh
dilakukan:
a. Hubungan seks bebas 11 89 12 88
b. Sudah mempunyai banyak
14 86 20 80
anak
c. Alasan ekonomi 12 88 15 85

40
d. Akibat perkosaan 32 68 35 65
e. Kegagalan KB 14 86 24 76
f. Penyakit pada ibu 88 12 95 5
g. Ibu menderita cacat
36 64 40 60
mental
i. Bayinya cacat 50 50 44 56
j. Incest 29 71 45 55
19 Yang dapat terkena
ancaman pidana karena
melakukan aborsi
provocatus kriminalis:
a. Dokter 98 2 96 4
b. Dokter gigi 62 38 38 62
c. Bidan 93 7 95 5
d. Perawat 85 15 95 5
e. Apoteker 77 23 56 44
f. Orang lain (dukun,
teman, pacar, orang 85 15 92 8
tua)

20 Perbuatan yang mengarah


ke aborsi yang dilarang
dalam KUHP:
a. Mengobati dengan
tujuan menggugurkan 89 11 95 5
kandungan
b. Memberitahukan obat
yang dapat digunakan 85 15 87 13
untuk aborsi
c. Menyuruh orang lain
melakukan aborsi tanpa 91 9 91 9
persetujuan ibu hamil
d. Melakukan aborsi tanpa
97 3 96 4
persetujuan ibu hamil
e. Melakukan aborsi
dengan persetujuan ibu 67 33 65 35
hamil
f. Membantu melakukan
90 10 95 5
aborsi

Berdasarkan anlisis data tingkat pengetahuan

didapatkan hasil nilai minimal 17; nilai maksimal 49; mean

40,735; nilai median 42; standar deviasi 5,53 dan

41
berdasarkan test of normality menggunakan uji Kolmogorov-

Sminov menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal

p<0,05 (p=0,000).

Setelah dilakukan analisis terhadap data tingkat

pengetahuan, variabel pengetahuan kemudian dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok dengan tingkat pengetahuan

rendah dan kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi.

Pembagian ini didasarkan pada median nilai pengetahuan.

Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel.5. Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pendidikan Keperawatan Presentase


pengetahuan Dokter (%)
Rendah 43 45 44,0
Tinggi 57 55 56,0
Total 100 100 100,0

D. Perbedaan Pengetahuan

Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah ada

perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok

mahasiswa pendidikan dokter dan mahasiswa keperawatan.

Dengan kriteria pengujian adalah perbedaan pengetahuan

bermakna bila p<0,05.

Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai

signifikasi 0,994, berada di atas batas 0,05 , maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pada tingkat

42
pengetahuan kelompok mahasiswa pendidikan dokter dan

keperawatan tentang aspek hukum aborsi.

IV.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mahasiswa pendidikan dokter dan keperawatan

Fakultas Kedokteran UGM tentang aspek hukum aborsi.

Pernyataan untuk mengukur pengetahuan tersebut meliputi

pernyataan tentang definisi aborsi, jenis aborsi, penyebab

aborsi, resiko aborsi, akibat aborsi dan peraturan yang

mengatur tentang aborsi (KUHP dan UU No.23 Tahun 1992 Pasal

15).

Pada penelitian ini responden untuk mahasiswa

keperawatan mempunyai presentase responden wanita dengan

jumlah yang lebih banyak daripada responden laki-laki karena

profesi keperawatan masih identik dengan wanita sehingga

mahasiswa laki-laki tidak banyak jumlahnya, sedangkan

responden untuk mahasiswa pendidikan dokter mempunyai jumlah

presentasi yang seimbang antara laki-laki dan wanita.

Perbandingan umur responden antara kedua grup mempunyai

persebaran yang relatif sama. Responden terbanyak berumur 20

tahun.

Responden untuk penelitian kali ini dipilih yang telah

memasuki semester 3 ke atas. Hal ini dilakukan dengan asumsi

bahwa mahasiswa telah mendapatkan perkuliahan mengenai

43
aborsi, sehingga mempunyai pengetahuan tentang aspek hukum

aborsi. Hal ini sesuai dengan jawaban responden mengenai

sumber perolehan materi mengenai aborsi dimana semua

responden menjawab dari kuliah atau dosen. Dalam kurikulum

pendidikan dokter dan keperawatan terdapat matakuliah hukum

kedokteran atau hukum kesehatan. Matakuliah tersebut

ada yang terintegrasikan dengan matakuliah yang lain dan ada

yang berdiri sendiri. Salah satu materi yang dibahas dalam

matakuliah hukum kedokteran atau hukum kesehatan tersebut

adalah aborsi. Dari matakuliah tersebut diharapkan mahasiswa

mengetahui hukum yang mengatur tentang pelayanan kesehatan.

Hukum merupakan salah satu kontrol di dalam pelaksanaan

profesi disamping etika dan agama, dengan demikian

pendidikan tersebut bertujuan untuk menanamkan sikap

profesional nantinya setelah mahasiswa tersebut terjun di

dalam masyarakat. Menurut teori belajar Bloom pengetahuan

dibagi menjadi beberapa tingkatan dari tahu, memahami,

aplikasi, sintesis, sampai evaluasi. Bila tingkat

pengetahuan sampai paham maka memungkinkan seseorang

mempunyai apresiasi yang cukup terhadap objek tersebut.

Pengetahuan yang cukup akan berpengaruh terhapadap

pembentukan persepsi dan sikap (Notoadmojo,2000).

Sumber materi tentang hukum aborsi juga didapatkan

sebagian besar responden penelitian melalui media massa

(media cetak maupun media elektronik). Perkembangan

44
teknologi dan informasi saat ini membuat media massa

memegang peranan yang penting sebagai sumber informasi.

Kemudahan menjadi alasan utama dalam mengakses

informasi dari berbagai jenis media massa seperti

televisi, koran, tabloid, majalah,radio, internet dan

berbagai bentuk media massa lainnya. Sumber informasi

lain responden adalah dari teman dan orang tua.

Ternyata lebih banyak responden yang mendapatkan

informasi mengenai aborsi dari teman dibandingkan

dengan orang tua. Hal ini dapat terjadi karena pada

beberapa kelompok masyarakat menganggap masalah

kesehatan reproduksi, pendidikan seksual dan resiko

hamil di luar nikah masih tabu untuk dibicarakan.

Keadaan juga dapat menyebabkan pengaruh teman sebaya

lebih besar daripada peran keluarga, sehingga mahasiswa

lebih banyak mencari informasi dari teman sebaya.

Berdasarkan pembahasan berbagai sumber informasi

mengenai aborsi di atas, informasi dari sumber-sumber

yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

dapat memberikan pemahaman yang salah mengenai aborsi.

Pada penelitian yang dilakukan BKKBN pada tahun

2002 menyebutkan bahwa 70% remaja mendapatkan

pengetahuan tentang aborsi dari teman dan media massa,

sedangkan 30% lainnya mendiskusikan masalah aborsi

45
dengan orang tua dan pihak-pihak yang tidak

berkompetensi. Padahal seharusnya, orang tua mempunyai

andil yang besar dalam pendidikan dan penanaman nilai

pada remaja. Orang tua dan keluarga merupakan sarana

pendidikan primer bagi remaja, dimana penanaman nilai,

moral dan pendidikan di dalamnya akan sangat

berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku anak

(Sarwono, 2008). Selain pendidikan dasar, pengetahuan

seseorang dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan dan

pelatihan. Karena dengan latihan, tugas-tugas, dan

aktivitas yang terkait dengan kemampuan kognitif dapat

mempengaruhi perilaku dan pola pikir yang lebih positif

(Gillies, 1994).

Berdasarkan pengetahuan responden terhadap

pernyataan aspek hukum aborsi, hampir seluruh responden

mengetahui definisi aborsi secara medis, namun ketika

ditanya mengenai definisi aborsi secara hukum masih ada

beberapa responden yang menjawab tidak. Dari

penjelasan sebagian responden menjawab peraturan yang

mengatur mengenai aborsi adalah Pasal 299, 346, 347 dan

348 KUHP dan UU 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Sebagian besar responden mengetahui definisi dari

abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus

criminalis. Responden dapat menjelaskan bahwa aborsi

46
dapat dilakukan bila ada indikasi medis. Aborsi

berdasarkan indikasi medis ini merupakan abortus

provocatus medicinalis. Berbeda dengan abortus

provocatus criminalis yang merupakan aborsi yang

dilakukan tanpa indikasi medis serta tidak

memperhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa ibu hamil.

Sebagian responden telah mengetahui bahwa abortus

provocatus criminalis dilarang secara hukum sesuai

pernyataan point 13.

Responden dari kelompok mahasiswa keperawatan

seluruhnya telah mengetahui bahwa semua aborsi pada

prinsipnya dilarang oleh norma hukum, agama dan norma

sosial kecuali untuk penyelamatan jiwa ibu hamil. Namun

masih ada sebagian kecil dari kelompok mahasiswa

pendidikan dokter yang menjawab tidak tahu. Beberapa

responden menjelaskan bahwa tanpa indikasi medis aborsi

sama saja dengan pembunuhan.

Pada pernyataan point 14 mengenai aborsi yang

diperbolehkan oleh UU Kesehatan, sebagian besar

responden dari kedua kelompok telah mengetahui bahwa

selain harus ada indikasi medis juga harus dilakukan

oleh tim dokter yang berwenang, dilakukan di RS yang

mempunyai sarana yang lengkap dan disertai adanya

persetujuan dari ibu hamil atau suami atau keluarga.

47
Salah satu indikasi medis dilakukan aborsi adalah

adanya penyakit pada ibu. Pada point 15 disebutkan

beberapa penyakit yang dapat menjadi indikasi aborsi

seperti diabetes mellitus, kanker rahim, penyakit

jantung, asma , kanker serviks, anemia dan TORCH.

Sebagian besar telah mengetahui penyakit mana yang

menjadi indikasi untuk dilakukan abortus provocatus

medicinalis seperti kanker rahim, penyakit jantung

kanker servikc dan TORCH merupakan penyakit ibu yang

dapat dipertimbangkan untuk dilakukan abortus

provocatus medicinalis. Beberapa contoh penyakit medis

yang dikatakan memerlukan penghentian kehamilan untuk

mempertahankan kehidupan ibu atau fungsi vital ibu

adalah insufisiensi ginjal bilateral, pielonefritis

kronik resisten, penyakit jantung kelas III atau IV,

misalnya atrial fibrilasi yang sukar disembuhkan,

oklusi koroner, gangguan nyata ventilasi pulmoner,

kehilangan penglihatan progresif atau sindroma

Kimmelstiel-Wilson pada pasien diabetes mellitus,

gangguan tromboemboli, kanker serviks invasif dan

kanker payudara stadium II (Benson, R.C., Pernoll,M.L,

2009). Selain indikasi medis dari ibu, beberapa kondisi

fetal juga bisa menjadi indikasi medis dilakukan

aborsi. Kondisi fetal yang dapat menyebabkan janin

48
tidak dapat bertahan hidup seperti anencephaly, trisomy

13, trisomy 18, renal agenesis (Cunningham, 1993).

Sebagian besar responden dari kelompok mahasiswa

pendidikan dokter dan hampir seluruh responden dari

kelompok mahasiswa keperawatan mengetahui bahwa

komplikasi dari aborsi sangatlah beragam. Pada

pernyataan point 17 disebutkan beberapa komplikasi yang

dapat terjadi bila melakukan aborsi adalah terjadinya

infeksi, perdarahan, kematian dan kemungkinan untuk

tidak dapat hamil lagi. Komplikasi aborsi seperti yang

disebutkan di atas terutama diakibatkan oleh aborsi

yang ilegal dan tidak aman. Aborsi yang tidak aman

menimbulkan akibat tidak hanya pada kehidupan wanita

dan keluarganya, tetapi juga dapat mempengaruhi

masyarakat di sekitarnya.

Pada pernyataan poin 18 disebutkan beberapa alasan

dilakukannya aborsi. Pada kedua kelompok responden

masih ditemukan beberapa yang memperbolehkan

dilakukannya aborsi karena alasan seks bebas, sudah

mempunyai banyak anak (tidak sanggup membiayai),

kegagalan KB, korban perkosaan, ibu menderita cacat

mental, bayinya cacat dan incest. Jawaban responden ini

tidak sesuai dengan pernyataan pada poin 8 yang

menjelaskan bahwa semua aborsi pada prinsipnya dilarang

49
oleh norma hukum, agama dan norma sosial kecuali untuk

menyelamatkan jiwa ibu hamil, dimana hampir semua

responden dari kedua kelompok mahasiswa menjawab ya.

Sebagian besar responden telah mengerti bahwa

dalam KUHP pasal 349 dicantumkan bahwa jika seorang

dokter, bidan atau juru obat (apoteker) membantu

melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346

(menggugurkan kandungan) maka dapat dipidanakan dan

sanksinya ditambah sepertiga serta dapat dicabut hak

untuk menjalankan profesinya. Namun yang menarik adalah

setengah dari responden (50%) menjawab bahwa dokter

gigi tidak terancam hukuman pidana jika melakukan

abortus provocatus criminalis, padahal pada KUHP pasal

349 telah disebutkan bahwa dokter akan menerima sanksi

jika melakukan aborsi, walaupun tidak disebutkan dokter

tersebut dokter umum, dokter spesialis atau dokter

gigi.

Pada pernyataan poin 20 yang menyebutkan kriteria

aborsi yang dilarang menurut KUHP (Pasal

346,347,348,349). Sebagian besar responden telah

memahami isi pasal-pasal dalam KUHP tersebut, namun

pada poin (e) dimana aborsi dilakukan dengan

persetujuan ibu sesuai KUHP pasal 348 masih ada 68

responden (34%) dari kedua kelompok yang beranggapan

50
bahwa aborsi tidak dilarang. Padahal pada KUHP pasal

348 disebutkan barangsiapa dengan sengaja menggugurkan

atau mematikan kandungan seorang wanita dengan

persetujuannya, diancam dengan pidana ppenjara paling

lama lima tahun enam bulan dan jika aborsi menyebabkan

kematian sang ibu maka hukuman ditambah menjadi paling

lama tujuh tahun.

Tingkat pengetahuan responden dari kedua kelompok

lebih banyak yang tinggi (56%) daripada yang rendah

(44%). Hal ini menunjukkan bahwa responden telah

memperhatikan dan mempunyai pengetahuan yang cukup

mengenai aspek hukum aborsi. Achadiat (2006) menyatakan

bahwa tidak sedikit dokter yang merasa harus

dikecualikan terhadap hukum dan karenanya tidak perlu

memahami hukum yang mengatur profesi kedokteran. Akan

tetapi tuntutan terhadap dokter dan petugas kesehatan

lain seperti perawat yang semakin sering belakangan

ini, telah menyadarkan para petugas kesehatan untuk

memahami kaidah-kaidah hukum, khususnya yang berkaitan

dengan profesi medik. Sebagai petugas kesehatan yang

langsung berhubungan dengan pasien, dokter dan perawat

harus lebih memperhatikan hukum yang mengatur

hubungannya dengan pasien. Hukum yang mengatur profesi

masing-masing petugas kesehatan sebaiknya menjadi

51
pedoman dalam melakukan interaksi dengan pasien dan

mengambil keputusan penentuan tindakan untuk pasien.

Sebagai salah satu hasil pembangunan yang telah

terlaksana, kesadaran masyarakat tentang hak-haknya

telah menjadi semakin membaik dan cara berpikirpun

menjadi semakin kritis terhadap berbagai sisi

kehidupan. Banyak hal yang tadinya tidak diketahui

masyarakat kini muncul dan menjadi bahan sorotan

masyarakat. Dahulu masyarakat dapat dikatakan selalu

patuh kepada dokter tanpa bertanya apapun karena

ketidaktahuan atas hak-haknya, tetapi tidaklah demikian

dengan masa kini. Pandangan bahwa tindakan yang

dilakukan dokter selalu benar kini telah ditinggalkan

dengan pandangan-pandangan yang lebih kritis. Pendapat

lama yang menyatakan bahwa seolah dokter kebal

terhadap hukum sekarang sudah tidak dianut lagi

(Achadiat,2006).

Pada perhitungan tingkat pengetahuan responden,

kedua kelompok memiliki tingkat mean pengetahuan yang

tidak berbeda jauh. Kelompok mahasiswa pendidikan

dokter memiliki mean = 40,69 ; sedangkan kelompok

mahasiswa keperawatan memiliki tingkat mean = 40,78.

Hal ini sesuai dengan perhitungan secara statistik yang

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

52
terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan

dokter dan keperawatan terhadap aspek hukum aborsi.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan dokter dan

keperawatan tentang aspek hukum aborsi sebagian

besar masuk kategori tinggi.

2. Pada perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa

pendidikan dokter dan mahasiswa keperawatan tentang

aspek hukum aborsi tidak ditemukan perbedaan yang

bermakna, karena kedua kelompok responden telah

mendapat materi hukum aborsi yang sebagian besar

didapatkan dari perkuliahan dan media massa.

V.2. Saran

1.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

tingkat pengetahuan mengenai aborsi dengan

perbandingan responden laki-laki dan perempuan yang

seimbang.

2.Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan mahasiswa

terhadap aborsi perlu adanya kerjasama yang

terintegrasi, karena proses pembelajaran dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain pengajar, metode

54
yang digunakan, kurikulum, subyek belajar,

perpustakaan dan sebagainya. Melalui faktor-faktor

tersebut bila tersedia dengan baik, maka proses

belajar akan lebih efektif dan hasilnya akan lebih

optimal sehingga diharapkan pengetahuan akan

meningkat.

3.Sebagai petugas kesehatan, baik dokter dan perawat

diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

manusiawi dan bermutu sesuai dengan standar profesi

masing-masing.

55
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2006. Dinamika Etik & Hukum Kedokteran. EGC.


Jakarta

Amir A. 2007. Aborsi Dilarang. didownload dari


www.waspada.co.id. tanggal 9 Februari 2009. 14.10 wib

Anonim. 2005. Pelaku Aborsi Bukan Dokter Gadungan.


didownload dari www.kompas.com. tanggal 11 Februari
2009. 10.28 wib

Anonim. 2000. Aborsi dan Hak Reproduksi Perempuan. Kompas.


Jakarta

Anonim. 2002. KUHAP dan KUHP. Sinar Grafika. Jakarta

Armiwulan. 2004. Aborsi. Simposium Masalah Aborsi di


Indonesia.Jakarta

Benson RC, Pernoll ML. 2009. Buku Saku Obstetri dan


Ginekologi (Benson and Pernolls Handbook of
Obstetrics & Gynecology) edisi 9. Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Bertens K. 2006. Aborsi Sebagai Masalah Etika. Grasindo.


Jakarta

BKKBN. 2001. Memahami Dunia Remaja: Buku Panduan Orang Tua.


Jakarta

Cunningham GF, MacDonald PC, Gant NF. 1993. Williams


Obstetrics. 19th ed

Dahlan S. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi


Dokter dan Penegak Hukum. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro

56
Gillies. 1994. Pengantar Pendidikan Kesehatan Suatu
Pendekatan Sisten. W.B. Saunders Company.Philadelphia

Gunawan N. 2000. Peningkatan Keberdayaan Perempuan sebagai


Upaya Mencegah Aborsi, didownload dari
www.kesrepo.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm,
tanggal 9 Februari 2009. 14.10 wib

Hadi S. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset

Hasyim S. 1999. Menakar Harga Perempuan. Jakarta: Mizan

Indraswari.1999. Fenomena kawin muda dan aborsi: gambaran


kasus (The Phenomena of teenage marriage and abortion:
a case study) in Syafiq Hasim (ed.) Menakar Harga
Perempuan: eksplorasi lanjut atas Hak-hak Reproduksi
Perempuan dalam Islam. Bandung: Penerbit
Mizan.Moechtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri.
EGC.Jakarta

Mantra. 1994. Psikologi Remaja. Sagung Seto. Jakarta

Moechtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC.Jakarta

Notoatdmojo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu


Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta

Notoatdmojo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Rineka Cipta.Jakarta

Pradono, Julianty et al. 1997. Pengguguran yang Tidak Aman


di Indonesia, Jurnal Epidemiologi Indonesia. Volume 5
Edisi I- 2001. hal. 14-19

Purnomo B. 1996. Hukum Kesehatan. Program Pendidikan


Pascasarjana Magster Manajemen Rumahsakit Fakultas
Kedokteran UGM. Yogyakarta

Sampurna B, Samsu Z. 2004. Peranan Ilmu Forensik Dalam


Penegakan Hukum Sebuah Pengantar. Edisi ke-2. Tanpa
Penerbit

57
Sarwono WS. 2003. Pergeseran Norma perilaku Seksual Kaum
Remaja. CV. Rajawali. Jakarta

Susilo ZK, Lestari H. 2007. Aborsi: Fakta,Kebutuhan dan


Tantangan serta Pengaruhnya dalam Profil Kesehatan
Perempuan Indonesia, didownload dari www.kesrepo.info,
tanggal 9 Februari 2009, 14.10 wib

Tan AS. 1981. Mass Communication Theories and Research. Grid


Publishing, Inc. Ohio

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Utomo Budi et al. 2002. Angka Aborsi dan Aspek Psiko-sosial


di Indonesia: Studi di 10 kota Besardan 6 kabupaten.
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.
Jakarta

Utomo Budi. 2005. Incidence and Social Psichological Aspect


of Abortion in Indonesia. Pusat Penelitian Universitas
Indonesia. Jakarta

Walizer Michael H & Paul L Wienir. 1986. Metode dan Analisis


Penelitian; Mencari Hubungan (alih bahasa : Arief Sukadi
Sudiman & Said Hutagol). Jilid I dan II. Erlangga.
Jakarta

Warriner, IK. 2006. Preventing Unsafe abortion and Its


Consequences. Guttmacher Institutes. New York

WHO. 2003. Safe Abortion : Technical and Policy Guidance for


Health System. Geneva

Wibisono Wijono. 2000. Dampak Kesehatan Aborsi tidak aman.


Simposium Masalah Aborsi di Indonesia. Jakarta

Zalbawi S. 2002. Masalah Aborsi di Kalangan Remaja. Jurnal


Media Litbang Kesehatan Volume.12 edisi 3

58
LAMPIRAN

59
GRAFIK KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PEROLEHAN MATERI

1. Jenis Kelamin

100
80
60
Laki-laki
40
Perempuan
20
0
Pendidikan Keperawatan
Dokter

2. Umur
80
70
60 17
50 18
40
19
30
20 20
10 21
0
22
UMUR

3. Angkatan

100%
80%
60% 2008

40% 2007
2006
20%
0%
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
DOKTER

60
4. Semester

100%

80%

60% SEMESTER 3

40% SEMESTER 5
SEMESTER 7
20%

0%
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
DOKTER

5. Perolehan Materi Hukum Aborsi

100
90
80
70 KULIAH/DOSEN
60 MEDIA CETAK
50 MEDIA ELEKTRONIK
40
TEMAN
30
ORANG TUA
20
10
0
PENDIDIKAN DOKTER KEPERAWATAN

61
Grafik Tingkat Pengetahuan Responden

Pendidikan Dokter Keperawatan

Kategori Kategori
Tinggi Tinggi
Kategori Kategori
Rendah Rendah

62
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Setelah memperoleh informasi baik secara lisan dan


tulisan mengenai penelitian tingkat pengetahuan
mahasiswa pendidikan dokter dan keperawatan tentang
aspek hukum aborsi dan informasi tersebut telah saya
pahami dengan baik, saya :

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut

Tanda tangan

(nama jelas)

63
Kuesioner Aborsi

Usia :
Jenis Kelamin :
Fakultas/Jurusan :
Angkatan/Semester :

Petunjuk : Berilah tanda ( ) pada


pilihan yang sesuai dengan jawaban Saudara

NO PERNYATAAN YA TIDAK
1 Saya mengetahui definisi aborsi
secara medis.
2 Saya mengetahui definisi aborsi
secara hukum.
3 Saya mengetahui aborsi dari:
a.Kuliah
b.Media cetak
c.Media elektronik
d.Teman
e.Orang tua

4 Aborsi adalah suatu tindakan


penghentian kehamilan atau pembunuhan
janin sebelum waktunya.
5 Aborsi dapat terjadi tanpa sengaja
(alamiah) dan dapat disengaja.
6 Aborsi diatur dalam Pasal 15 UU No.23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.
7 Aborsi diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
8 Semua aborsi pada prinsipnya dilarang
oleh norma hukum, agama dan norma
sosial kecuali untuk penyelamatan
jiwa ibu hamil.
9 Tindakan aborsi yang disengaja untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil
merupakan Abortus Provocantus
Medicinalis.
10 Abortus Provocantus Medicinalis
dilakukan atas indikasi medis.
11 Abortus Provocantus Medicinalis
diperbolehkan oleh hukum.

64
12 Aborsi yang disengaja tanpa indikasi
medis serta tidak memperhatikan
kesehatan dan keselamatan jiwa ibu
hamil merupakan Abortus Provocantus
Criminalis.
13 Hukum melarang Abortus Provocantus
Criminalis dengan sanksi pidana
karena dapat membahayakan ibu
dan/atau janinnya.
14 UU Kesehatan membolehkan aborsi
dengan persyaratan:
e. Ada indikasi medis
f. Dilakukan oleh tim dokter yang
berwenang
g. Dilakukan di RS yang mempunyaii
sarana yang lengkap
h. Ada persetujuan dari ibu hamil /
suami / keluarga
15 Menurut saya, penyakit pada ibu di
bawah ini yang dapat menjadi alas an
untuk dapat dilakukannya aborsi:
a. Diabetes Mellitus
b. Kanker Rahim
c. Penyakit Jantung
d. Asma
e. Kanker Serviks
f. Anemia
g. TORCH
16 Aborsi dapat membawa dampak kesehatan
pada wanita yang melakukan aborsi
17 Komplikasi yang dapat terjadi bila
melakukan aborsi:
a. Infeksi
b. Perdarahan
c. Tidak dapat hamil lagi
d. Kematian
18 Menurut saya alasan-alasan aborsi
boleh dilakukan:
a. Hubungan seks bebas
b. Sudah mempunyai banyak anak
c. Alasan ekonomi
d. Akibat perkosaan
e. Kegagalan KB
f. Penyakit pada ibu
g. Ibu menderita cacat mental
i. Bayinya cacat

65
j. Incest
19 Yang dapat terkena ancaman pidana
karena melakukan aborsi provocatus
kriminalis:
a. Dokter
b. Dokter gigi
c. Bidan
d. Perawat
e. Apoteker
f. Orang lain (dukun, teman, pacar,
orang tua)

20 Perbuatan yang mengarah ke aborsi


yang dilarang dalam KUHP:
a. Mengobati dengan tujuan
menggugurkan kandungan
b. Memberitahukan obat yang dapat
digunakan untuk aborsi
c. Menyuruh orang lain melakukan
aborsi tanpa persetujuan ibu hamil
d. Melakukan aborsi tanpa persetujuan
ibu hamil
e. Melakukan aborsi dengan
persetujuan ibu hamil
f. Membantu melakukan aborsi

66
Kuesioner Aborsi

Usia :
Jenis Kelamin :
Fakultas/Jurusan :
Angkatan/Semester :

Petunjuk : Berilah tanda ( ) pada pilihan


yang sesuai dengan jawaban Saudara

NO PERNYATAAN SETUJU TIDAK


SETUJU
Seorang gadis remaja (19 tahun)
datang kepada anda (dokter/
bidan/perawat) dengan diantar
kedua orang tuanya, karena
mengeluh sakit di daerah perut
bagian bawah. Gadis tersebut
bercerita baru saja dipijat
perutnya oleh dukun supaya
janin dalam kandungannya yang
berumur 12 minggu keluar.
Sebelum dipijat oleh dukun, ia
sudah minum berbagai macam jamu
pemberian orang tuanya agar
janinnya keluar, tapi tidak
berhasil, orang tuanya
memaksanya untuk pergi ke dukun
agar perutnya dipijat saja.
Padahal gadis tersebut tidak mau
menggugurkan kandungannya, tapi
orang tuanya malu karena anaknya
hamil diluar nikah dan itu

67
merupakan aib keluarga. Orang
tuanya memohon kepada anda agar
mau menggugurkan kandungan
anaknya dan mereka bayar
berapapun. Bagaimana sikap anda:
1 Menolong gadis tersebut dengan
sebelumnya memberikan informasi
mengenai bahaya aborsi
2 Langsung menolong tanpa
memberikan informasi apapun
3 Menolong karena dijanjikan
imbalan yang cukup
4 Menolong karena aborsi yang
dilakukan oleh
dokter/bidan/perawat tidak
melanggar UU
5 Menolong karena kasihan terhadap
gadis tersebut
6 Sebelum memutuskan untuk
menolong/menolak, dirujuk ke
psikolog untuk dilakukan
konseling
7 Menolak karena takut melanggar
sumpah dokter
8 Menolak lalu dirujuk ke teman
sejawat
9 Menolak karena umur kehamilannya
sudah 12 minggu
10 Menolak karena bertentangan
dengan UU
11 Hanya memberikan

68
edukasi/informasi tentang apa
itu aborsi dan bahayanya
sehingga mereka menyadari
tindakannya

69
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Jenis Tingkat
Kode Kelamin Umur Angkatan Semester Pengetahuan
PD1 P 20 2007 5 39
PD2 P 19 2007 5 44
PD3 P 19 2007 5 46
PD4 P 20 2007 5 48
PD5 L 21 2007 5 39
PD6 P 20 2007 5 41
PD7 P 20 2007 5 45
PD8 P 20 2007 5 46
PD9 P 20 2007 5 42
PD10 L 22 2007 5 43
PD11 P 19 2007 5 40
PD12 P 19 2007 5 44
PD13 L 2007 5 46
PD14 L 2007 5 32
PD15 P 20 2007 5 47
PD16 P 20 2007 5 43
PD17 L 18 2007 5 42
PD18 P 19 2007 5 17
PD19 P 20 2007 5 44
PD20 L 20 2007 5 46
PD21 L 20 2007 5 43
PD22 P 20 2007 5 46
PD23 P 21 2007 5 35
PD24 P 22 2007 5 47
PD25 L 18 2007 5 43
PD26 P 21 2007 5 31
PD27 L 19 2007 5 45
PD28 L 19 2007 5 46
PD29 P 20 2007 5 42
PD30 L 20 2007 5 44
PD31 L 20 2007 5 46
PD32 P 20 2007 5 39
PD33 P 20 2007 5 42
PD34 P 20 2007 5 46
PD35 L 20 2007 5 43
PD36 P 20 2007 5 27
PD37 L 19 2007 5 45
PD38 L 20 2007 5 43
PD39 P 20 2007 5 70 37
PD40 P 21 2007 5 38
PD41 L 20 2007 5 45
PD42 L 19 2007 5 37
PD43 L 20 2007 5 39
PD44 P 20 2007 5 47
PD45 P 20 2007 5 37
PD46 L 19 2007 5 43
PD47 P 20 2007 5 39
PD48 P 21 2007 5 42
PD49 P 20 2007 5 48
PD50 P 20 2007 5 38
PD51 P 19 2008 3 38
PD52 P 18 2008 3 40
PD53 P 19 2008 3 41
PD54 P 20 2008 3 40
PD55 P 18 2008 3 47
PD56 L 17 2008 3 40
PD57 P 19 2008 3 38
PD58 L 19 2008 3 39
PD59 L 17 2008 3 41
PD60 L 19 2008 3 34
PD61 P 18 2008 3 29
PD62 P 19 2008 3 44
PD63 L 19 2008 3 45
PD64 L 18 2008 3 43
PD65 P 19 2008 3 43
PD66 P 18 2008 3 39
PD67 P 19 2008 3 47
PD68 L 18 2008 3 38
PD69 P 2008 3 37
PD70 P 2008 3 42
PD71 L 2008 3 38
PD72 L 2008 3 20
PD73 L 19 2008 3 39
PD74 L 19 2008 3 26
PD75 P 19 2008 3 44
PD76 L 19 2008 3 42
PD77 P 2008 3 35
PD78 P 19 2008 3 46
PD79 P 19 2008 3 37

71
PD80 P 19 2008 3 38
PD81 P 17 2008 3 46
PD82 P 19 2008 3 36
PD83 P 19 2008 3 44
PD84 P 18 2008 3 42
PD85 P 20 2008 3 35
PD86 L 2008 3 25
PD87 P 2008 3 43
PD88 L 2008 3 41
PD89 P 2008 3 44
PD90 P 19 2008 3 42
PD91 L 2008 3 40
PD92 P 18 2008 3 37
PD93 P 19 2008 3 42
PD94 L 19 2008 3 44
PD95 P 20 2008 3 43
PD96 P 19 2008 3 45
PD97 P 20 2008 3 45
PD98 P 2008 3 43
PD99 P 19 2008 3 42
PD100 L 2008 3 43
Perawat 1 L 21 2006 3 43
Perawat 2 P 20 2006 7 49
Perawat 3 P 22 2006 5 42
Perawat 4 L 22 2006 5 31
Perawat 5 L 2006 5 41
Perawat 6 L 2006 5 42
Perawat 7 P 20 2006 5 43
Perawat 8 P 19 2006 5 41
Perawat 9 P 20 2006 5 41
Perawat 10 P 20 2006 5 42
Perawat 11 P 21 2006 5 41
Perawat 12 P 20 2006 5 45
Perawat 13 P 20 2006 5 42
Perawat 14 P 20 2006 5 43
Perawat 15 P 20 2006 5 44
Perawat 16 P 19 2006 5 39
Perawat 17 P 19 2006 5 41
Perawat 18 P 20 2006 5 35
Perawat 19 P 20 2006 5 42
Perawat 20 P 20 2006 5 41

72
Perawat 21 P 20 2006 5 40
Perawat 22 P 20 2006 5 40
Perawat 23 P 20 2006 5 43
Perawat 24 P 20 2006 5 47
Perawat 25 P 21 2006 5 47
Perawat 26 P 20 2006 7 37
Perawat 27 P 21 2006 7 41
Perawat 28 P 21 2006 7 39
Perawat 29 P 22 2006 7 43
Perawat 30 P 21 2006 7 36
Perawat 31 P 21 2006 7 44
Perawat 32 P 21 2006 7 45
Perawat 33 P 21 2006 7 46
Perawat 34 P 21 2006 7 41
Perawat 35 P 19 2006 3 44
Perawat 36 P 19 2006 3 47
Perawat 37 P 19 2007 3 36
Perawat 38 P 19 2007 3 28
Perawat 39 P 19 2007 3 30
Perawat 40 P 19 2007 3 42
Perawat 41 P 18 2007 3 21
Perawat 42 P 20 2007 3 40
Perawat 43 P 19 2007 3 28
Perawat 44 P 18 2007 3 23
Perawat 45 P 20 2007 3 27
Perawat 46 P 19 2007 3 44
Perawat 47 P 2007 3 40
Perawat 48 P 18 2007 3 40
Perawat 49 P 19 2007 5 41
Perawat 50 P 20 2007 5 46
Perawat 51 P 20 2007 5 47
Perawat 52 P 19 2007 5 41
Perawat 53 P 19 2007 5 46
Perawat 54 P 20 2007 5 43
Perawat 55 P 20 2007 5 40
Perawat 56 P 20 2007 5 29
Perawat 57 P 19 2007 5 35
Perawat 58 P 20 2007 5 44
Perawat 59 P 20 2007 5 35
Perawat 60 P 20 2007 5 43

73
Perawat 61 P 21 2007 5 44
Perawat 62 P 20 2007 5 47
Perawat 63 P 20 2007 5 37
Perawat 64 P 20 2007 5 38
Perawat 65 P 20 2007 5 30
Perawat 66 P 20 2007 5 43
Perawat 67 P 20 2007 5 44
Perawat 68 P 20 2007 5 38
Perawat 69 P 19 2007 7 40
Perawat 70 P 21 2007 7 43
Perawat 71 P 22 2007 7 42
Perawat 72 P 21 2007 7 38
Perawat 73 P 21 2007 7 40
Perawat 74 P 21 2007 7 42
Perawat 75 P 21 2007 7 44
Perawat 76 P 21 2007 7 48
Perawat 77 P 22 2007 7 43
Perawat 78 P 2007 7 42
Perawat 79 P 21 2007 7 47
Perawat 80 P 21 2007 7 33
Perawat 81 P 21 2007 7 45
Perawat 82 P 21 2007 7 42
Perawat 83 P 21 2007 7 38
Perawat 84 P 21 2008 7 37
Perawat 85 P 22 2008 7 42
Perawat 86 P 21 2008 7 43
Perawat 87 P 22 2008 7 46
Perawat 88 P 21 2008 7 42
Perawat 89 P 21 2008 7 46
Perawat 90 P 21 2008 7 42
Perawat 91 P 21 2008 7 42
Perawat 92 P 20 2008 7 40
Perawat 93 P 21 2008 7 45
Perawat 94 P 20 2008 7 34
Perawat 95 L 21 2008 5 47
Perawat 96 L 20 2008 5 47
Perawat 97 P 21 2008 5 45
Perawat 98 P 20 2008 5 41
Perawat 99 P 20 2008 5 48
Perawat 100 P 19 2008 5 46

74
NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks
KodePendidikan N Mean Rank Sum of Ranks
Tingkat 1.00 100 100.53 10053.00
Pengetahuan 2.00 100 100.47 10047.00
Total 200

Test Statisticsa
Tingkatpengetahuan
Mann-Whitney 4997.000
U
Wilcoxon W 10047.000
Z -.007
Asymp. Sig. .994
(2-tailed)
a. Grouping Variable: Kode Pendidikan

75

Anda mungkin juga menyukai