Anda di halaman 1dari 3

Secara sederhana, Big Data itu bisa kita sebut sebagai kumpulan data-data yang banyak

dan mendalam mengenai banyak hal. Big Data sendiri bisa dikatakan penunjang analisis. Ketika
orang-orang ingin melakukan suatu riset biasanya mereka memerlukan Big Data dalam hal
memaksimalkan riset yang mereka lakukan. Pernah ada kasus di Amerika Selatan yang menimpa
Oren Etzioni, jadi dia butuh untuk terbang dari Seattle ke Los Angeles. Dia memiliki prinsip
bahwa tiket pesawat yang dibeli lebih awal akan lebih murah. Jadi Etzioni memutuskan untuk
membeli tiket lebih awal. Ketika hari penerbangan, Etzioni menanyakan kepada penumpang
disebelahnya, ternyata harga tiketnya lebih murah padahal dia membeli lebih lama dari Etzioni.
Dikarenakan penasaran, maka Etzioni menanyakan hal ini kepada seluruh penumpang dan
jawaban yang ia dapat adalah banyak penumpang yang membayar lebih sedikit dengan waktu
pembelian yang lebih singkat dibanding Etzioni. Kasus ini membuat Etzioni menyadari bahwa
prinsip bahwa tiket pesawat yang dibeli lebih awal akan lebih murah adalah salah. Karena
kesalahan ini, maka Etzioni melakukan riset untuk mencari tahu sebenarnya bagaimana
pergerakan harga tiket penerbangan yang sebenarnya dengan menggunakan banyak data dalam
harga jual tiket. Hal ini hanya satu contoh kasus yang memakai Big Data dalam melakukan riset
yang dia butuh jawabannya.

Ada tiga karakteristik Big Data yang dikenal dengan 3V yaitu volume, velocity dan
variety. Volume menunjukkan banyaknya data dan seberapa besar data yang ada. Velocity bisa
disebut dengan kecepatannya, kecepatan data dan seberapa relevan digunakan dalam membuat
keputusan atau gampangnya data ada saat dibutuhkan. Variety adalah banyak data yang
bervariasi. Untuk lebih baik dari 3V tersebut, orang-orang memiliki persepsi sendiri, ada yang
beranggapan volume jauh lebih baik dari yang lainnya, ada juga yang beranggapan bahwa
velocity jauh lebih baik dari yang lainnya, begitupun untuk variety sendiri.

Bukan hanya untuk melakukan riset, banyak hal lain yang bisa menggunakan Big Data,
contohnya Akuntansi. Di dalam Akuntansi, penggunaan Big Data sangat diperlukan karena
hampir seluruh perusahaan harus melakukan audit terhadap laporan keuangannya. Ketika
perusahaan melakukan audit atau bisa disebut pemeriksaan terhadap pembukuan perusahaan
dan/atau instansi maka akan membutuhkan banyak data untuk menunjang pemeriksaan tersebut.
Ketika masa audit berlangsung, perusahaan dan/atau instansi akan sangat sering mengeluarkan
seluruh data yang dimiliki oleh perusahaan agar audit berlangsung lancar. Bukan hanya itu, masa
audit serta berapa data yang diperlukan juga bergantung kepada beberapa faktor yaitu audit
quality, audit firm age, audit firm size, discretionary accruals bahkan auditor style juga dapat
mempengaruhi proses audit.

Penyediaan Big Data dalam proses audit adalah kebanyakan dari proses Akuntansi.
Dimulai dari transaksi hingga ada auditor yang mengajak ngobrol direksi atau manager atau
orang yang berpengaruh di dalam perusahaan guna mendapat data dalam proses audit yang
sedang dilakukan.

Sebagai seorang auditor tentunya membutuhkan Big Data in Accounting guna


memperlancar proses audit. Auditor juga tidak boleh terpengaruh oleh Conflict of Interest atau
perbedaan kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan karena data dalam akuntansi ini yang
harus di periksa kembali oleh auditor guna mengesampingkan kepentingan salah satu pihak yang
bersangkutan.

Sebenarnya banyak data dalam Akuntansi yang dapat di palsukan oleh karena itu
terkadang semakin banyak data Akuntansi belum tentu menunjukkan hal yang baik karena
jumlah banyaknya data dalam Akuntansi memiliki probability kecurangan yang sama tingginya.
Untuk itulah diperlukan proses audit guna memeriksa kembali apakah data yang dipakai benar
dan laporan keuangan yang dibuat sudah mencerminkan keadaan keuangan perusahaan atau
belum.

Kesalahan bukan hanya bersumber dari Big Data in Accounting nya tetapi bisa saja
berasal dari kantor akuntan publik. Karena kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan data yang
dapat dipalsukan karena nyatanya juga ada kantor akuntan publik yang bisa saja menggunakan
wewenangnya untuk membela salah satu pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan komisi
atau hal lainnya yang menurut kantor akuntan publik bahwa hal tersebut akan menguntungkan
dia.

Bukan hanya itu saja, data-data dalam akuntansi juga dapat dimanipulasi dengan
menunjukkan seolah-olah pendapatan sangat tinggi. Itu kondisi dimana disebut discretionary
accruals. Banyak perusahaan yang dapat mengutak-atik laba dengan mengakrualkan laba mereka
demi menciptakan laba yang istilahnya lebih enak dipandang oleh investor agar investor
bersedia untuk investasi karena melihat laba tersebut.
Penjagaan data-data akuntansi sangat harus dilakukan karena data dalam akuntansi sangat
mudah untuk dimanipulasi. Dimulai dari kasus antara komite audit dan manajemen laba
perusahaan guna membentuk laba yang diinginkan. Komite audit dianggap sebagai pihak
independen yang berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan manajemen
perusahaan dan dia juga diberi wewenang untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang
terjadi di dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai