Anda di halaman 1dari 7

ADAB-ADAB DALAM BERDOA

Oleh
Syaikh Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani

1. Mengucapkan pujian kepada Allah terlebih dahulu sebelum berdoa dan diakhiri dengan
mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

Hal itu karena engkau memohon kepada Allah suatu pemberian rahmat dan ampunan, maka
pertama kali yang harus dilakukan olehmu adalah memberikan sanjungan dan pengagungan
sesuai dengan kedudukan Allah Yang Mahasuci.

:
:























.

Dari Fadhalah bin Ubad Radhiyallahu anhu, ia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam dalam keadaan duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian
melaksanakan shalat dan berdoa: Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu
kepadaku. Maka, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Engkau telah tergesa-gesa,
wahai orang yang tengah berdoa. Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau
duduk berdoa, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya dan
bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah. Kemudian datang orang lain, setelah
melakukan shalat dia berdoa dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-pujian dan bershalawat
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
berkata kepadanya, Wahai orang yang tengah berdoa, berdoalah kepada Allah niscaya Allah
akan mengabulkan doamu.[1]

2. Husnuzhzhan (berbaik sangka) kepada Allah


Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa. [Al-Baqarah/2: 186]

Allah dekat dengan kita dan Allah bersama kita dengan ilmu-Nya (pengetahuan-Nya),
pengawasan-Nya dan penjagaan-Nya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah meme-
rintahkan kepada kita untuk menyerahkan masalah pengabulan doa hanya kepada Allah dan
harus me-rasa yakin dengan terkabulnya doa.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

.
Berdoalah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya doa.[2]

Maksud hadits ini adalah kalian harus merasa yakin dan percaya bahwa Allah dengan
kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak akan mengecewakan seseorang yang berdoa
kepada-Nya, apabila dipanjatkan dengan penuh pengharapan dan ikhlas yang sebenar-benarnya.
Hal ini disebabkan apabila seseorang yang berdoa tidak percaya dan yakin akan terkabulnya
doa yang ia panjatkan, maka tidaklah mungkin ia memanjatkan doanya dengan bersungguh-
sungguh.

3. Mengakui dosa-dosa yang diperbuat. Perbuatan tersebut mencerminkan sempurnanya


penghambaan terhadap Allah

Hal ini berdasarkan hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata, Telah
bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

:
:


.

Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya apabila ia berkata: Tidak ada sesembahan
yang hak kecuali Engkau, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah
dosa-dosaku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau.
Allah berfirman, Hamba-Ku telah mengetahui bahwa baginya ada Rabb yang mengampuni dosa
dan menghukum.[3]

4. Bersungguh-sungguh dalam berdoa


Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu,
bahwasanya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila salah seorang di antara kalian berdoa maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam
permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka
kabulkanlah doaku ini, karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.[4]

Maksud dari bersungguh-sungguh dalam berdoa adalah terus-menerus dalam meminta dan
memohon kepada Allah dengan mendesak.

5. Mendesak terus-menerus dalam berdoa


Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata,

:



.

Mantel kepunyaannya telah dicuri, kemudian ia mendoakan kejelekan kepada orang yang
mencurinya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jangan engkau
meringankannya.[5]
Maksudnya janganlah engkau meringankan dosa perilaku mencurinya dengan doamu untuk
kejelekannya.

6. Berdoa dengan mengulanginya sebanyak tiga kali


Telah diriwayatkan dengan shahih dalam as-Sunnah, sebagaimana hadits riwayat Muslim yang
panjang dari Sahabat Ibnu Masud Radhiyallahu anhu, ia berkata,

:





.

Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengeraskan
suaranya, kemudian mendoakan kejelekan bagi mereka dan apabila Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam berdoa, beliau ulang sebanyak tiga kali dan apabila beliau Shallallahu alaihi
wa sallam memohon, diulanginya sebanyak tiga kali kemudian beliau Shallallahu alaihi wa
sallam berdoa: Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan
kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy.[6]

7. Berdoa dengan lafazh yang singkat dan padat namun maknanya luas
Yaitu dengan perkataan ringkas dan bermanfaat yang menunjukkan pada makna yang luas
dengan lafazh yang pendek dan sampai kepada maksud yang diminta dengan menggunakan
susunan kata yang paling sederhana (tidak bersajak-sajak) sebagaimana keterangan yang terdapat
dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Imam Ahmad dari Aisyah bahwasanya ia berkata:

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat menyukai berdoa dengan doa-doa yang
singkat dan padat namun makna-nya luas dan tidak berdoa dengan yang selain itu.[7]

Salah satu contoh dari doa ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Farwah bin Naufal, ia
berkata: Aku bertanya kepada Aisyah tentang doa yang senantiasa dipanjatkan oleh
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
senantiasa mengucapkan doa:

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku
kerjakan dan dari keburukan yang belum aku kerjakan.[8]

Sedangkan contoh yang lain adalah hadits Abu Musa al-Asyari, dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam bahwasanya beliau senantiasa berdoa dengan doa berikut:







.
Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, serta sikap
berlebihanku dalam urusanku dan segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada
diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas keseriusanku dan candaku, kekeliruanku
dan kesengajaanku, semua itu ada pada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas apa-
apa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, apa-apa yang aku sembunyi-kan dan
yang aku tampakkan, serta apa-apa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku, Engkaulah
Yang Mahamendahulukan (hamba kepada rahmat-Mu) dan Yang Mahamengakhirkan,
Engkaulah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.[9]

8. Orang yang berdoa hendaknya memulai dengan mendoakan diri sendiri (jika hendak
mendoakan orang lain)

Sebagaimana firman Allah Taala:

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dahulu dari kami [Al-Hasyr/59: 10]

Firman-Nya yang lain:

Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam
rahmat Engkau [Al-Araaf/7: 151]

Firman-Nya yang lain:

Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat). [Ibrahim/14: 41]

Dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Kaab, ia berkata,

Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ingat kepada seseorang, maka beliau
mendoakannya dan sebelumnya beliau mendahulukan berdoa untuk dirinya sendiri.[10]

Namun hal tersebut bukan merupakan kebiasaan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
dan terkadang memang benar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendoakan orang lain
tanpa mendoakan dirinya sendiri sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
dalam kisah Hajar:

.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibu Nabi Ismail, seandainya beliau membiarkan air
Zamzam (mengalir bebas) niscaya ia menjadi mata air yang terus mengalir.[11]

9. Memilih berdoa di waktu yang mustajab (waktu yang pasti dikabulkan), di antaranya adalah:
a. Pada waktu tengah malam[12]
b. Di antara adzan dan iqamah[13]
c. Di saat dalam sujud[14]
d. Ketika adzan
e. Ketika sedang berkecamuk peperangan[15]
f. Setelah waktu Ashar pada hari Jumat[16]
g. Ketika hari Arafah[17]
h. Ketika turun hujan[18]
i. Ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar). (Lihat ad-Dua, karya Abdullah al-
Khudhari).[19]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani,
Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481). Dishahihkan
oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami (no. 3988).
[2]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunannya (no. 3479). Dihasankan oleh Syaikh
al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 594).
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Hakim (II/98-99) dari Sahabat Ali bin Rabiah. Lihat Silsilah
al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1653), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
rahimahullah.
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6338) dan Muslim (no. 2678). Lafazh hadits ini
berdasarkan riwayat al-Bukhari.
[5]. Dhaif: Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (no. 1497). Didhaifkan oleh Syaikh
al-Albani t dalam Dhaiif Sunan Abi Dawud (no. 1050).
[6]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 240) dan Muslim (no. 1794 (107)).
[7]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1482), Ahmad (VI/148, 189) dan al-Hakim
(I/539). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaamiish Shaghiir
(no. 4949).
[8]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2716).
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6399) dan Muslim (no. 2719 (70)).
[10]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3385) dan Abu Dawud (no. 3984). Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaamiish Shaghiir (no. 4723).
[11]. Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/ 121, no. 21163). Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1669).
[12]. Dalilnya firman Allah Taala:

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). [Adz-Dzaaariyat/51: 18]
Hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

:




.

Rabb kita (Allah)


turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir seraya
berfirman; Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku saat ini, niscaya Aku akan
memperkenankannya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya,
barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. [HR. Al-
Bukhari no. 1145, Muslim no. 758 dan at-Tirmidzi no. 3498]

[13]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

Doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak, maka berdoalah. [HR.
Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no. 212, Ahmad III/155 dan at-Tirmidzi berkata: Hadits hasan
shahih. Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jaami no. 3408).

[14]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika dia sedang sujud
(kepada Rabb-nya), maka perbanyaklah doa (dalam sujud kalian). [HR. Muslim no. 482, Abu
Dawud no. 875 dan an-Nasa-i II/226 no. 1137]

[15]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Dua waktu yang tidak akan ditolak (permohonan yang dipanjatkan di dalamnya, atau sedikit
kemungkinan untuk ditolak, yaitu doa setelah (dikumandangkan) adzan dan doa ketika
berkecamuk peperangan, tatkala satu dan lainnya saling menyerang. [HR. Abu Dawud no.
2540, ad-Darimi no. 1200, Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jami no. 3079].

[16]. Setelah Ashar pada hari Jumat, dalilnya:

Pada hari itu (hari Jumat) terdapat waktu-waktu tertentu, tidaklah seorang hamba berdiri
melaksanakan shalat dan berdoa memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah pasti akan
mengabulkannya. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan
tangannya (yang menggambaran) waktu itu pendek. [HR. Al-Bukhari no. 935 dan Muslim no.
852 (13)]
Waktu itu adalah saat setelah shalat Ashar sebagaimana yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim
dalam kitabnya Zaadul Maad (I/390).

[17]. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sebaik-baik doa ialah doa hari Arafah [HR. At-Tirmidzi no. 3585, Malik dalam al-
Muwaththa no. 500, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di
dalam Shahiihul Jami no. 3274 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1503]

[18]. Dari Sahl bin Saad Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:

Dua waktu yang padanya sebuah permohonan (doa) tidak akan ditolak oleh Allah, doa ketika
setelah dikumandangkan adzan dan doa ketika turun hujan. [HR. Al-Hakim II/114, Abu
Dawud no. 3540. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani menghasankannya dalam Shahihul
Jami no. 3078]

[19]. 10 hari terakhir bulan Ramadhan (di dalamnya terdapat Lailatul Qadar). Dari Aisyah
Radhiyallahu anhuma ia berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah yang sebaiknya aku
baca pada Lailatul Qadar? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Bacalah:

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemberi maaf dan mencintai pemberian maaf, maka
maafkanlah aku. [HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jami no. 4423].

Anda mungkin juga menyukai