Anda di halaman 1dari 5

Skenario D Blok 19 Tahun 2017

Seorang anak laki-laki, usia 15 bulan datang dengan kejang yang disertai demam. Sekitar dua jam
yang lalu, terjadi bangkitan berupa seluruh badan kaku, mata mendelik ke atas, pasien tidak sadar,
berlangsung kurang lebih 3 menit, berhenti sendiri, setelah bangkitan pasien sadar. Sekitar satu jam
kemudian pasien dibawa ke rumah sakit, di perjalanan kembali terjadi bangkitan serupa namun
berlangsung selama 5 menit, berhenti setelah diberikan diazepam rectal 5 mg di emergensi.

Dari anamnesis terhadap ibu penderita, sekitar empat jam yang lalu pasien mula demam tinggi,
suhu diukur oleh ibu pasien sesaat sebelum kejang 38,5 oC. Pasien mengalami pilek tapi tidak batuk. Tidak
ada muntah-muntah, makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun sedikit rewel. Sebelumnya
pasien sudah pernah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam, yaitu 5 bulan dan 2
bulan yang lalu, masing-masing satu kali dengan lamanya kurang dari lima menit. Pasien berobat ke
dokter, dikatakan kejang demam, tidak diberi obat kejang oral namun diberi bekal diazepam rectal 5 mg
dan diinstruksikan diberi saat kejang. Saat episode ini, orang tua pasien tidak member diazepam rectal
karena alasan takut salah. Tidak terdapat riwayat kejang pada keluarga. Stelah anamnesis, orang tua
pasien menanyakan apakah dibutuhkan pemeriksaan rekam otak (elektroensefalografi) atau CT scan
kepala, bagaimana kemungkinan epilepsy dan pengaruh kejangnya terhadap kecerdasan anak.

Riwayat kelahiran pasien lahir spontan, langsung menangis, berat lahir 3000 gram. Riwayat
perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan, saat ini dapat bicara mama, papa, minum dengan
jelas, dapat menggunakan sendok meski masih sering menjatuhkan makanan. Riwayat imunisasi BCG 1x
(scar +), DPT dan HiB 3x, Hepatitis B 4x, OPV 4x, campak 1x. saat ini sudah makan nasi dihaluskan.

Pemeriksaan fisis umum:

Berat badan 10kg, tinggi badan 78 cm, kesadaran: GCS pediatric 15, sedikit rewel, makan minum masih
mau, suhu aksila 38,3o C, nadi 100x/ menit, frekuensi nafas 28x/menit. Kepala: lingkar kepala 47,5cm,
ubun-ubun besar 1 x 1 cm, rata tidak tegang, konjungtiva tidak pucat, Nampak faring hiperemis, tonsil
T2, T2 hiperemis, ada eksudat di faring dan tonsil. Jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas
normal.

Pemeriksaan Neurologis :

Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus otot normal, pergerakan luas, tidak Nampak ada paresis
otot. Refleks tendon dalam batas normal. Tidak ada refleks patologis atau klonus. Kaku kuduk tidak ada,
anda brudzinski I dan II negatif, kernig negatif.

A. Klarifikasi Istilah

Kejang Pengerutan otot yang berlebihan diluar kehendak. Kbbi


Bangkitan Serangan mendadak atau kekambuhan suatu penyakit. Dorland
Diazepam Benzodiazepin yang dignakan sebagai agen anti ansietas, sedative, agen
anti panik, agen anti tremor, relaksan otot rangka, anti konnulsan, dan
dalam penatalaksanaan gejala-gejala akibat penghentian pemakaian
alcohol. Dorland
Elektroensefalografi Suatu sistem perekaman potensial listrik di otak yang didapatkan oleh
elektroda yang ditempelkan di kulit kepala. Stedman
Epilepsy Setiap kelompok sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak
sementara yang bersifat paroksismal, yang dapat bermanifestasi berupa
gangguan atau penurunan kesadaran yang episoodik, fenoma motorik
abnormal, gangguan psikis, atau sensorik , atau saraf otonom. Dorland
Imunisasi BCG Pemberian kekebalan dengan vaksin berisi kuman mikobakterium bovis
yang dilemahkan. Idai
Imunisasi DPT Imunisasi untuk melawan bakteri diphteri, pertusis dan tetanus, yang
diinjeksikan secara intramuscular. Dorland
Imunisasi HIB Imunisasi menggunakan konjugat oligosakarida antigen kapsular
haemophilus influenzae tipe B dan protein CRM diphteri. Stedman
Imunisasi hepatitis B
Imunisasi OPV Vaksin polio oral atau vaksin tri-valen yang mengandung suspense dari tipe
1, 2, dan 3 virus polio hidup yang telh dlemahkan. Biofarma
Imunisasi Campak Imunisasi dengan vaksin yang mengandung strain hidup yang dilemahkan
dari virus campak , yang disiapkan dalam kultur sel embrio ayam. stedman
Klonus Gerak otot mengejang dan melentur yang berganti-ganti. Kbbi
Kernig Iritasi meningeal, pelurusan kaki terbatasi ketika fleksi pinggul
Tonsil T2, T2 Massa jaringan yang bulat dan kecil, khususnya dari jaringan limfoid yang
memebesar yang melewati batas medial tonsil dari pilar anterior uvula
sampai jarak anterior uvula. dorland
Hiperemis Pembengkakan; ekses darah pada bagian tubuh tertentu. Dorland
Eksudat Cairan tinggi protein dan debris sel yang keluar dari pembuluh darah serta
diendapkandi dalam ajringan atau pada permukaan jaringan, biasnaya
merupakan hasil peradangan. Dorland
Paresis Paralisis ringan atau tak lengkap. Parilisis adalah kehilangan atau gangguan
fungsi motorik pada suatu bagian tubuh akibat lesi pada mekanisme saraf
atau otot. Dorland
Tonus Kontraksi yang ringan dan terus menerus, yang pada otot-otott rangka
membantu dalam mempertahankan postur dan pengembalian darah ke
jantung. Dorland
Refleks tendon Kontraksi otot yang disebabkan oleh perkusi tendon. Dorland
Kaku kuduk Fleksi leher yang terganggu disebabkan spasme otot ekstensor pada leher,
biasanya terkait dengan iritasi meninges. stedman
Brudzinski I dan II

B. Identifikasi Masalah
1. Seorang anak laki-laki, usia 15 bulan datang dengan kejang yang disertai demam. Sekitar dua jam
yang lalu, terjadi bangkitan berupa seluruh badan kaku, mata mendelik ke atas, pasien tidak
sadar, berlangsung kurang lebih 3 menit, berhenti sendiri, setelah bangkitan pasien sadar. Sekitar
satu jam kemudian pasien dibawa ke rumah sakit, di perjalanan kembali terjadi bangkitan
serupa namun berlangsung selama 5 menit, berhenti setelah diberikan diazepam rectal 5 mg di
emergensi.
2. Dari anamnesis terhadap ibu penderita, sekitar empat jam yang lalu pasien mula demam tinggi,
suhu diukur oleh ibu pasien sesaat sebelum kejang 38,5 oC. Pasien mengalami pilek tapi tidak
batuk. Tidak ada muntah-muntah, makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun
sedikit rewel.
3. Sebelumnya pasien sudah pernah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam,
yaitu 5 bulan dan 2 bulan yang lalu, masing-masing satu kali dengan lamanya kurang dari lima
menit. Pasien berobat ke dokter, dikatakan kejang demam, tidak diberi obat kejang oral namun
diberi bekal diazepam rectal 5 mg dan diinstruksikan diberi saat kejang. Saat episode ini, orang
tua pasien tidak member diazepam rectal karena alasan takut salah. Tidak terdapat riwayat
kejang pada keluarga.

4. Stelah anamnesis, orang tua pasien menanyakan apakah dibutuhkan pemeriksaan rekam otak
(elektroensefalografi) atau CT scan kepala, bagaimana kemungkinan epilepsy dan pengaruh
kejangnya terhadap kecerdasan anak.

5. Riwayat kelahiran pasien lahir spontan, langsung menangis, berat lahir 3000 gram. Riwayat
perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan, saat ini dapat bicara mama, papa, minum
dengan jelas, dapat menggunakan sendok meski masih sering menjatuhkan makanan. Riwayat
imunisasi BCG 1x (scar +), DPT dan HiB 3x, Hepatitis B 4x, OPV 4x, campak 1x. saat ini sudah
makan nasi dihaluskan.

6. Pemeriksaan fisis umum:

Berat badan 10kg, tinggi badan 78 cm, kesadaran: GCS pediatric 15, sedikit rewel, makan minum
masih mau, suhu aksila 38,3o C, nadi 100x/ menit, frekuensi nafas 28x/menit. Kepala: lingkar
kepala 47,5cm, ubun-ubun besar 1 x 1 cm, rata tidak tegang, konjungtiva tidak pucat, Nampak
faring hiperemis, tonsil T2, T2 hiperemis, ada eksudat di faring dan tonsil. Jantung, paru,
abdomen, ekstremitas dalam batas normal.

7. Pemeriksaan Neurologis :

Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus otot normal, pergerakan luas, tidak Nampak ada
paresis otot. Refleks tendon dalam batas normal. Tidak ada refleks patologis atau klonus. Kaku
kuduk tidak ada, anda brudzinski I dan II negatif, kernig negatif.

C. Analisis Masalah
1. Seorang anak laki-laki, usia 15 bulan datang dengan kejang yang disertai demam. Sekitar dua jam
yang lalu, terjadi bangkitan berupa seluruh badan kaku, mata mendelik ke atas, pasien tidak
sadar, berlangsung kurang lebih 3 menit, berhenti sendiri, setelah bangkitan pasien sadar. Sekitar
satu jam kemudian pasien dibawa ke rumah sakit, di perjalanan kembali terjadi bangkitan
serupa namun berlangsung selama 5 menit, berhenti setelah diberikan diazepam rectal 5 mg di
emergensi.
a. Apa hubungan usia, jenis kelamin, dengan kasus? 1,8
b. Bagaimana mekanisme kejang yang disertai demam?2,7
c. Bagaimana mekanisme Bangkitan berupa seluruh badan kaku, mata mendelik ke atas, pasien
tidak sadar?3,6
d. Mengapa berlangsung selama 3 menit dan berhenti sendiri?4,5
e. Mengapa setelah 1 jam terjadi bangkitan lagi dan lebih lama?5,4
f. Mengapa setelah diberikan diazepam rectal 5 mg bangkitan kejang berhenti?6,3
g. Apa indikasi pemberian diazepam rectal?7,2
h. Apa hubungan antar gejala?8, 1

2. Dari anamnesis terhadap ibu penderita, sekitar empat jam yang lalu pasien mula demam tinggi,
suhu diukur oleh ibu pasien sesaat sebelum kejang 38,5 oC. Pasien mengalami pilek tapi tidak
batuk. Tidak ada muntah-muntah, makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun
sedikit rewel.
a. Bagaimana mekanisme demam tinggi 4 jam yang lalu?9, 13
b. Bagaimana mekanisme pilek tapi tidak batuk?10,11
c. Apa makna klinis tidak ada muntah-muntah, makan minum tidak ada keluhan?11,9
3. Sebelumnya pasien sudah pernah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam,
yaitu 5 bulan dan 2 bulan yang lalu, masing-masing satu kali dengan lamanya kurang dari lima
menit. Pasien berobat ke dokter, dikatakan kejang demam, tidak diberi obat kejang oral namun
diberi bekal diazepam rectal 5 mg dan diinstruksikan diberi saat kejang. Saat episode ini, orang
tua pasien tidak member diazepam rectal karena alasan takut salah. Tidak terdapat riwayat
kejang pada keluarga.
a. Apa makna klinis pernah mengalami bangkitan yang disertai demam?12, 10
b. Apa dampak tidak diberikan diazepam rectal saat timbul kejang?13,12
c. Apa makna klinis dari tidak ada riwayat kejang pada keluarga?1,8

4. Stelah anamnesis, orang tua pasien menanyakan apakah dibutuhkan pemeriksaan rekam otak
(elektroensefalografi) atau CT scan kepala, bagaimana kemungkinan epilepsy dan pengaruh
kejangnya terhadap kecerdasan anak.

a. Apa indikasi dilakukan pemerikaan rekam otak?2,7


b. Bagaimana mekanisme kejang demam berkembang menjadi epilepsy?3,6
c. Bagaimana kemungkinan epilepsy dan pengaruh kejangnya terhadap kecerdasan anak?4,5
d. Apa saja yang menyebabkan epilepsy?5,4

5. Eee
a. Bagaimana interpretasi riwayat kelahiran?6,3
b. Bagaimana interpretasi riwayat perkembangan?7,2
c. Bagaimana interpretasi riwayat imunisasi?8, 1

6. Ff
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik umum?9,13
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik umum?10, 12
c. Bagaimana cara pemeriksaan GCS pediatric?11, 10
7. Ggg
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan neurologis?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan neurologis?
c. Bagaimana cara pemeriksaan tonus otot?12,11
d. Bagaimana cara pemeriksaan reflek tendon?13,9
e. Bagaimana cara pemeriksaan reflek klonus?1,8
f. Bagaimana cara pemeriksaan kaku kuduk?2,7
g. Bagaimana cara pemeriksaan brudzinski I dan II?3,6
h. Bagaimana cara pemeriksaan kernig?4,5

Hipotesis: seorang anak laki-laki, usia 15 bulan menderita kejang demam.

a. Diagnosis Kerja
b. Dd 5, 6
c. Algoritma 7, 8
d. Definisi 9
e. Etiologi 10, 11
f. Klasifikasi 12, 13
g. Epidemiologi 1, 2
h. Faktor resiko 3, 4
i. Patofisiologi 5, 6
j. Patogenesis 7, 8
k. Manifestasi klinis 9, 10
l. Pemeriksaan penunjang 11, 12
m. Tata laksana (farmako dan non farmako) 13, 1
n. Prognosis 2, 3
o. Komplikasi 4, 9
p. Pencegahan dan edukasi 10, 11
q. SKDI

LI

1. Kejang demam
2. Tonsilo-faringitis genap
3. Epilepsy ganjil

Anda mungkin juga menyukai