Anda di halaman 1dari 4

Cintai Aku Apa Adanya(sebuah renungan-kisah inspirativ)

Oleh: Dedy Susanto - October 22, 2011 - Kategori: Pemulihan Jiwa

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan

hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus Akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya

mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang

sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti

seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya

dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan

saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan

perceraian.

Mengapa?, dia bertanya dengan terkejut. Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang

saya inginkan. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah

sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan

perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, Apa yang dapat

saya lakukan untuk merubah pikiranmu?.

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, Saya punya pertanyaan, jika kau

dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya

menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat

gunung itu, kamu akan mati.


Apakah kamu akan melakukannya untuk saya? Dia termenung dan akhirnya berkata, Saya akan

memberikan jawabannya besok.. Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan

tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan

Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan

alasannya. Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

Sayang ketika kamu mengetik di komputer lalu program-program di PC-nya kacau dan akhirnya kau

menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan

memperbaiki programnya dan kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu.

Sayang, kamu juga selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus

memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.

Sayang, kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu

kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk menunjukkan jalan

kepadamu.

Sayang, kamu selalu sakit dan pegal-pegal pada waktu teman baikmu datang setiap bulannya, dan

saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.

Cinta, ketika kamu sedang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh. Maka saya

harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk

menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.

Cinta, kamu terlalu sering menatap layar kaca TV dan Komutermu serta membaca buku sambil tiduran

dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua

nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan

memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang

indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.
Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat

air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa

mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku,

kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Saya tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata

lain yang dapat membahagiakanmu.

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha

untuk membacanya.

Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua

jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya

sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan saya

masuk untuk membereskan barang-barangku, dan saya tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah,

bahagia saya bila kau bahagia.

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran

sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Aku peluk dia penuh kebahagiaan, oh, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai aku lebih

dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa

dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah

hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, padahal tanpa kita

sadari Cinta itu telah terwujud dalam bentuk yang lain walau tidak sesuai dengan wujud yang kita

harapkan

Seringkali kali kita menuntut Cinta kepada pasangan kita, namun jarang terfikir oleh kita sejauhmana

Cinta yang telah kita berikan padanya. Berikan Cinta Kasih yang tulus kepadanya, kalaupun dia belum
membalasnya yakinlah Allah pasti akan membalas dan membisikkan CintaNYA kepadanya untuk diberikan

kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai