66
67
8.3.2.Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
1
= ( )
2
Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A1= Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in2
A2= Luas permukaan sampel semen, in2
K = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap
diameter(d)
71
8.5.2.Perhitungan
Diameter bearing = 6.5 in
Jari-jari bearing (r1) = 3.25 in
Semen + 0.5 gr bentonite
Tinggi = 4.1 cm = 1.614 in
P = 257 psi
D = 0.96 in
t/d = (1.614 in/0.96 in) = 1.681
1.75
1.681
1.5
0.98 X 0.96
1.751.598 0.98
= 0.980.96
1.751.5
8.6. Pembahasan
Setelah melakukan percobaan compressive strength dengan hydraulic
press didapatkan hasil seperti yang ada pada tabel 8.2. seperti yang telah
diketahui bahwa compressive strength adalah ketahanan semen terhadap
tekanan secara horizontal. Yaitu tekanan casing dengan tekanan formasi.
12000
10000
Compressive Strength
8000
6000
bentonite
NaCl
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Additif (gram)
dilihat bahwa saat penambahan additif dengan jumlah yang sama yaitu 2gr
terjadi compressive strength yang lebih rendah pada penambahan NaCl
(5931.95234psi) dibandingkan dengan bentonite (7048.99988psi). Namun
pada penambahan bentonite lebih cepat menurunkan compressive strength
dibandingkan NaCl.
8.7. Kesimpulan
1. Penggunaan CS dilakukan dengan menggunakan hydraulic pump dan
diberi pembebanan pada sampel semen hingga mengalami
rekah/retak/pecah.
2. Harga pembebanan maksimum dari sampel semen didapatkan dari
pembenaran yang terus menerus dilakukan hingga sampai retak.
3. Compressive strength dirancang untuk mendapatkan beberapa
kemampuan semen yang mengisolasi lapisan batuan dan untuk
melindungi serta casing.
4. Penmbahan additif berupa bentonite dan NaCl pada pengujian CS
didapatkan batas mengurangi CS dari sampel.
5. Harga CS dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu penambahan additif,
penambahan ukuran penampang semen, ukuran bearing koefisien
faktor.