DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Skenario 3:
Kata Sulit:
Kalimat Kunci:
Pertanyaan:
Histologi Kornea
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous.
Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri
atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca),
dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan
benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan
akomodasi atau istirahat melihat jauh. Bola mata dewasa normal hampir
mendekati bulat dengan diameter anteroposterior sekita 24,5 mm. Pada saat bayi,
panjangnya 16,5 mm.
Konjungtiva
o Konjungtiva fornik
Perdarahan konjungtiva versal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Persarafannya berasal dari cabang pertama N. V.
Kapsula Tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata dari
limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-
dan episklera menyatu. Segmen bawah kapsula tenon tebal dan menyatu dengan
fasia muskulus rektus inferior dan muskulus obliquus inferior membentuk
ligamentum suspensorium bulbi(Ligamentum Lock-wood), tempat terletaknya
bola mata.
Sklera merupakan 5/6 bagian dinding bola mata berupa jaringan kuat yang
berwarna putih. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis
jaringan elastik halus yang disebut episklera.
Dibagian anterior, sklera bersambung dengan kornea dan dibagian belakang
bersambung dengan duramater nervus optikus. Beberapa sklera berjalan
melintang bagian anterior nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa. Persarafan
sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.
Episklera banyak mengandung pembuluh darah.
Lapisan pembungkus mata bagian luar :
1. Episklera
2. Sklera
3. Lamina Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera yang
membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.
Kornea
Kornea merupakan lapisan transparan yang melapisi 1/3 depan bola mata.
Permukaannya licin dan mengkilat. Lebih tebal di bagian pinggir dari pada
sentral. Indeks biasnya 1,337 dengan daya refraksi + 42 dioptri.
Kornea bersifat avaskuler sehingga nutrisinya berasal dari pembuluh darah
limbus, air mata, dan akuos humor. Dipersarafi oleh N. V1 (N. Ophthalmicus).
Lapisan kornea :
1. Epitel : terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus sampai gepeng.
3. Stroma : terdiri dari kumpulan sel yang membentuk jaringan ikat yang kuat.
Bila ada infeksi kronik, kornea akan memutih dan terbentuk vaskuler pada
kornea.
Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan.
Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Terdiri dari :
o Iris => merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot dilatator. Perdarahan iris berasal dari circulus mayor
iris, persarafannya berasal dari serat di dalam nervi siliare.
Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran
pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas
parasimpatik yang dihantarkan melalui N. Kranialis III dan dilatasi yang
ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.
o Korpus Siliare
Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi untuk produksi akuos
humor. Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler,
radial. Fungsi serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat Zonula
yang berorigo di lembah di antara prosesus siliaris.
o Koroid => merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera.
Tersusun dari 2 lapis pembuluh darah
Lensa
Aquaeus Humor
Aquaeuos humor merupakan cairan yang mengisi COA, diproduksi oleh korpus
siliare di COP (Kamera Okuli Posterior) yang selanjutnya mengisi COA dan
dieksresi melalui trabekula. Sepuluh persennya dieksresikan melalui iris.
Fungsi :
Retina
Retina merupakan jaringan saraf tipis yang semi transparan, membentang dari
papil saraf optic ke depan sampai Oraserata. Tebalnya 0,1 mm, dan semakin tebal
pada bagian posterior. Pada retina terdapat :
o Foveola => bagian paling tengah dari Fovea. Seluruhnya berupa sel Cone/ Sel
kerucut (sel foto reseptor) dan semakin ke perifer digantikan oleh sel Rod.
Vitreus
Korpus vitreus mengisi 2/3 bagian isi bola mata dan mempertahankan bentuknya
selalu bulat. Konsistensinya 99% air dan berbentuk gel.
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler
dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells Jika
sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil
terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh.
Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan
pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33),
dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa.
Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata
terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi,
melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah
perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks
serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina.
Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang
bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang
mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari
setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai
lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionic Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina,
sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic
tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.
USIA
hemoragik GLAUKOMA
RETINOPATI
DIABETIK
4. Differential Diagnosis:
KATARAK SENILIS
A. Definisi
Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang
berart air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya
B. Faktor Resiko
1. Umur
Proses normal ketuaan menyebabkan lensa menjadi keras dan keruh, keadaan ini
disebut katarak senile, yangsering ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Dengan
meningkatnya umur maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-
serat lensa yang baru. Serat-serat yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke
arah tengah dengan membentuk nucleus.Nukleus ini akan memadat dan
mengalami dehidrasi sehingga terjadi sklerosis. Sklerosis inilah yang
menyebabkan lensa tidak elastis, menjadi kompak dan kesanggupan untuk
berakomodasi menjadi turun
2. Penyakit Diabetes Mellitus
Diperkirakan bahwa proses terjadinya katarak pada penderita Diabetes Mellitus
adalah akibat penumpukan zat-zat sisa metabolisme gula oleh sel-sel lensa mata.
Bila kadar gula darah meningkat, maka perubahan glukosa oleh aldose reduktase
menjadi sarbitol meningkat. Selain itu perubahan sorbitol menjadi fructose
relative lambat dan tidak seimbang sehingga kadar sorbitol dalam lensa
meningkat. Sarbitol menaikkan tekanan osmose intraseluler dengan akibat
meningkatnya water update dan selanjutnya secara langsung maupun tidak
langsung terbentuklah katarak.
3. Sinar Ultraviolet
Sinar ultra violet diserap oleh protein lensa terutama asama amino aromatic, yaitu
triptofan, fenil alanin, dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi fotokimia dan
menghasilkan fragmen-fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti
anion superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti hydrogen
peroksida yang semuanya bersifat toksis
Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi patologi dalam jaringan
lensa dan senyawa toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus
sulfinidril protei. Reaksi ini akan mengganggu struktur lensa sehingga terjadi
agregasi protein, kemudian akan menimbulka kekeruhan lensa yang disebut
katarak
4. Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat menstimulasi terbentuknya katarak diantaranya :
amiodarone (obat jantung), chlorpromazine (sedative), kortikosteroid (Anti
Inflamasi), Lovostatin (Penurunan kolesterol), phenytoin (antiseizue,
pengobatakn epilepsy). Penggunaan obat kortikosteroid sebagai faktor resiko
perkembangan katarak subcapsular posterior.
5. Trauma mata
Trauma mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur, pukulan keras,
tembus, sayatan, panas tinggi atau bahan kimia dapat mengakibatkan kerusakan
lensa yang disebut katarak traumatika. Trauma katarak dapat meiputi sebaigan
atau seluruh lensa. Pada beberapa kasus kapsul lensa pecah oleh kekuatan luka
tumpul.
C. Gejala Klinis
1. Menurunnya tajam penglihatan
Bila katarak terjadi pada bagian tepi lensa mata mkata tajam penglihatan tidak
akan mengalami perubahan, tetapi bila letak kekeruhan di tengah lensa maka
penglihatan tidak akan menjadi jernih. Bila telah terbentuk katarak yang
menutupi pupil telah sedemikian keruh dan tidak bening akan dapat mengganggu
penyaluran sinar masuk ke selaput jala lebih nyata. Katarak akan menghalangi
sinar masuk ke dalam, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan
2. Sering merasa silau
Penglihatan untuk membaca dirasakan silau bila penerangan terlalu kuat,
sehingga sering merasa senang membaca di tempat dengan pencahayaan kurang.
Selain itu, penglihatan menjadi lebih terang pada waktu senja dibandingkan pada
siang hari
3. Melihat bintik-bintik hitam pada suatu lapang pandag dengan posisi mata tertentu
Keluhan ini biasanya terjadi pada stadium permulaan (insipient). Pasien perlahan-
perlahan mengeluh penglihatan seperti penglihatan seperti terhalang tabir asap
yang makin lama makin tebal. Bila katarak berkembang maka penglihatan akan
seperti berasap, berkabut, malahan hanya seperti melihat sinar di belakang kabut
yang tebal
4. Mengeluh Diplopia atau poliopia
Yaitu melihat ganda sebuah benda atau multiple. Tanda ini dirasakan melihat
lampu atau bulan yang banyak bila meliaht dengan satu mata ditutup. Hal ini
terjadi karena refraksi (pembiasan) yang ireguler dari lensa mata
5. Miopi
Akibat terjadinya katarak, yakni lensa mengasorbsi cairan sehingga lensa menjadi
cembung dan daya refraksi mata meningkat, akibatnya bayangan kan jatuh di
muka retina. Penderita katarak dini akan merasa senang melihat dekattidak
memerlukan kaca mata lagi. Namun aan mengalami kerusakan melihat jauh
karena terjadi miopisasi pada mata tersebut.
E. Penatalaksanaan
1. Operasikatarak Ekstrakapsul, atau Ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK)
Tindakan ini pembedahan pada lensa katarak di mana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan korteks lensa dapat melalui robekan tersebut, kemudian
dikeluarkan melalui insisi 9-10 mm, lensa intraokuler diletakkan pada kapsul
posterior
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi
pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan
endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okuler posterior, implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan dilakukan bedah galukoma,
predisposisi prolaps vitreus, sebelumnya mata mengatasi absensi retina, dan
sitoid macular edema
2. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunaka vibrator ultrasonic untuk menghancurkan
nucleus yang kemudian diaspirasi melalui isisi 2,5-3 mm, dan kemudian
dimasukkan lensa intraokuler yg dilipat.
Keuntungan yang didapatkan dengan tindakan insisi kecil ini adalah
pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal,
komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal
Penyulit dapat timbul paada pembedahan katarak ekstrakapsul, dapat terjadi
katarak sekunder yang dapat dihilangkan/dikurangi dengan tindakan laser.
3. Operasi katarak intrakapsular, atau ekstraksi katarak instrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh ensa bernama kapsul. Dapat
dilakuan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenarasi dan mudah diputus
Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama popular. Pembedahan ini
dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus
sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.
Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yg masih mempunyai ligament
hialoidea kapsular.
Penyulit yg dapat terjadi pada pembedahan ini astgmat, galukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
Retinopati Diabetik
A. Definisi
B. Epidemiologi
Penyabab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap sebagai faktor risiko utama.
Berikut proses biokimiawi yang diduga berkaitan dengan timbulnya retinopati diabetik.
1) Jalur Poliol
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi
berlebihan serta akumulasi dari poliol, yaitu senyawa gula dan alkohol, dalam
jaringan termasuk di lensa dan saraf optik. Salah satu sifat dari senyawa poliol
ialah tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam
jumlah banyak di dalam sel. Senyawa poliol menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel.
2) Glikasi Nonenzimatik
Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat
(DNA) yang terjadi selama hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim
dan keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk radikal bebas dan akan
menyebabkan perubahan fungsi sel.
3) Protein Kinase C
Dalam kondisi hiperglikemia, aktivasi PKC di retina dan sel endotel
vaskular meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yang
merupakan suatu regulator PKC dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh
terhadap agregasi trombosit, permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan
vaskonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi
diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina.
Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan terjadinya
ekstravasasi plasma, sehingga viskositas darah intravaskular meningkat disertai
dengan peningkatan agregasi trombosit yang saling berinteraksi menyebabkan
terjadinya trombosis. Selain itu, sintesis growth factor akan menyebabkan
peningkatan proliferasi sel otot polos vaskular dan matriks ekstraseluler termasuk
jaringan fibrosa sehingga lumen vaskular makin menyempit, hingga akhirnya
terjadi oklusi vaskular retina.
Kehilangan sel perisit
Visus
Aktivasi VEGF
Neovaskularisasi
Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetik adalah kapiler retina.
Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit,
membrana basalis, dan sel endotel. Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler,
mengatur kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barrier dan transportasi
kapiler serta mengendalikan proliferasi endotel. Membran basalis berfungsi sebagai
barrier dengan mempertahankan permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel
endotel saling berikatan erat satu sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel
dari membran basalis membentuk barrier yang selektif terhadap beberapa jenis protein
dan molekul kecil.
Kerusakan sel yang terjadi sebagai hasil proses biokimiawi akibat hiperglikemia
kronis terjadi pada jaringan saraf (saraf optik dan retina), vaskular retina dan lensa.
Gangguan onduksi saraf di retina dan saraf optik akan menyebabkan hambatan fungsi
retina dalam menangkap rangsang cahaya dan menghambat penyampaian impuls listrik
ke otak. Proses ini akan dikeluhkan penderita reinopati diabetik dengan gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur. Pandangan kabur juga dapat disebabkan oleh
edema makula sebagai akibat dari ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan
hilangnya refleks fovea pada pemeriksaan funduskopi.
D. Klasifikasi
GLAUKOMA
A. Definisi
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi ( penggaungan ) serta
degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.
B. Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka ( glaukoma simpleks )
Glaukoma sudut sempit
2. Glaukoma kongenital
primer atau infantil
menyertai kelainan kongenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
perubahan lensa
kelainan uvea
trauma
bedah
rubeosis
steroid dan lainnya
4. Glaukoma absolut
1. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder, (dengan blokade pupil atau
tanpa blokade pupil).
2. Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder,
3. Kelainan pertumbuhan, primer (kongenital, infantil, juvenil), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata.
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila jalan keluar akuos humor tiba-
tiba tertutup, yang akan mengakibatkan rasa sakit yang berat dengan tekanan bola
mata yang tinggi. Hal ini merupakan keadaan darurat yang gawat. Penglihatan
berkabut dan menurun, enek dan muntah, hal ini sekitar sinar, mata merah dan
mata terasa bengkak.
Glaukoma Primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma.
Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan
glaukoma, seperti :
1. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit.
2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bili mata depan
(goniodisgenesis), berupa trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan
goniodisgenesis.
Trabekulodisgenesis adalah :
Glaukoma Simpleks
Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun,
walaupun penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada usia muda. Diduga glaukoma
simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50% penderita, secara
genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat pada 99% penderita glaukoma primer
dengan hambatan pengeluaran cairan mata (akous humor) pada jalinan tuberkulum dan
kanal schiemm. Terdapat faktor resiko pada seseoran untuk mendapatkan glaukoma
sepeerti diabetes melitus, dan hipertensi, kulit berwarna dan miopia.
Bila pengaliran cairan mata (akuos humor) keluar disudut bilik mata normal
maka disebut glaukoma hipersekresi.
Pada glaukoma simpleks tekanan bila mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20
mmhg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat
gangguan susunan anatomis da fungsi tanpa disadari oleh penderita. Akibat tekanan
tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai dengan ekskavasio glaukomatosa.
Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan
lapang pandang.
Bila diagnosis sudah dibuat maka penderita sudah harus memakai obat seumur
hidup utuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada glaukoma simpleks adalah
untuk memperlancar pengeluaran cairan mata (akuos humor) atau usaha untuk
mengurangi produksi cairan mata (akuos humor).
Diberikan pilokarpin tetes mata 1-4% dan bila perlu dapat ditambah dengan
asetazolamid 3 kali satu hari. Bila dengan pengobatan tekanan bola mata masih belum
terkontrol atatu kerusakan papil saraf optik berjalan terus disertai dengan penciutan
kampus progresif maka dilakukan pembedahan.
Bila tekanan 21 mmhg, sebaiknya dikntrol dengan rasio C/D, periksa lapang
pandang sentral, tentukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi.
Bila tensi 24-30 mmhg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan diatas bila
masih dalam batas-batas normal mungkin hipertensi okuli.
Glaukoma Absolut
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit barupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar
untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan
bola mata karena bola mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
C. Pengobatan Glaukoma
Timolol, larutan 0.25%, 0.5%, gel 0.25%, 0.5%, 1-2/hari, 12-24 jam
Levobunolol, larutan 0.25%, 1-2/hari. 12-24 jam
Bila sudah dibuat diagnosis glaukoma dimana tekanan mata diatas 21 mmhg dan
terdapat kelainan pada lapang pandang dan papil maka diberikan pilokarpin 2% 3 kali
sehari. Bila pada kontrol tidak terdapat perbaikan, ditambahkan timolol 0.25% 1-2 dd
sampai 0.5%, asetazolamide 3 kali 250 mg atau epinefrin 1-2%, 2 dd. Obat ini dapat
diberikan dalam bentuk kombinasi untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi
berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut.
Karena perjalanan penyait demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling
penglihatan.
D. Pemerikasaan Glaukoma :
Tonometri, mata diberi anastesi topikal, dipakai tonometer untuk
mengukur tekanan bola mata.
Oftalmoskopia, dengan melebarkan dengan midriatikum.
Perimetri, diperiksa lapang pandang.
Gonioskopi, dilihat pertemuan iris dengan kornea disudut bilik mata
dengan goniolens.
Pakimetri, mengukur tebalnya kornea.
Pada penderita memerlukan pemeriksaan papil saraf optik dan lapang pandang 6 bulan
satu kali. Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, miopia tinggi, anemia, hipotensi,
mata satu atau menderita diabetes melitus, maka kontrol dilakukan lebih sering.
Diagnosis banding glaukoma udut terbuka adalah glaukoma bertekanan rendah, glaukoma
sudut tertutup kronik, glaukoma sekunder dengan sudut terbuka, dan glaukoma
dibandingkan steroid.