Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan indivisu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan.
Berdasarkan Permenkes nomor 58 tahun 2012, pelayanan kesehatan gigi dan mulut
adalah upaya kesehatan dengan pendekatan pemerliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Program ini dilaksanakan secara terencana, menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam suatu kurun
waktu tertentu, untuk mencapai tujuan kesehatan gigi dan mulut yang optimal (UU RI,
2009).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setingi-tingginya dapat terwujud.
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban
menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk
mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran
organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi anggotanya.

I.2 TUJUAN
I.2.1 Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik
dasar yang professional dan bermutu di sarana kesehatan.

1
I.2.2 Tujuan khusus
Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di
puskesmas

Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program

Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan


kesehatan di puskesmas.

I.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan kesehatan gigi meliputi :

- Pasien rawat jalan BPJS

- Pasien rawat jalan tunai (umum).

- Pasien rujukan dari poli lain/ IGD.

I.4 Batasan Operasional

1. Poli Gigi : Adalah unit pelayanan di RS yang memberikan pelayanan kesehatan gigi
yang dilaksanakan di ruangan dengan dental unit dan alat-alat (hand instrument)
lainnya.

2. Triage : Adalah pemeriksaan awal pasien yang datang yang tidak disertai dengan
surat rujukan.

3. Pasien BPJS : Adalah pasien yang datang dengan membawa kartu BPJS

4. Pasien umum/ tunai : Adalah pasien yang datang ke poli gigi tanpa/ dengan rujukan
dengan sistem pembayaran tunai (bayar sendiri).

5. Pasien gigi umum : Adalah pasien poli gigi yang perlu perawatan oleh drg umum
dengan kasus kompetensi drg umum.

6. Pelayanan gigi umum : Adalah tindakan pelayanan drg umum pada kasus-kasus
sederhana.

2
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

8. Tindakan kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu
tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative yang
dilakukan oleh dokter gigi terhadap pasien.

9. Dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran gigi di dalam maupun diluar negeri
yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundangan.

10. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan karakteristik


yang dimiliki suatu produk.

11. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia, wajar, efisien dan efektivitas serta
memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan etika, hokum, dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat.

I.5 LANDASAN HUKUM

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar


Pelayanan Kedokteran

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik


dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Gigi di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

II.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan tingkat dasar adalah tenaga yang
memiliki surat izin praktek/surat izin kerja, antara lain:
1. Dokter Gigi : 1 orang

2. Perawat Gigi : - orang

Tenaga baru harus melalui orientasi petugas. Tenaga kesehatan mengikuti seminar
dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

II.2 Distribusi Ketenagaan

4
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli gigi.
Jadwal Kegiatan

Jadwal tenaga rawat jalan di poli gigi


Hari Nama Dokter Gigi Nama Perawat Gigi
Senin-Sabtu drg. Raidah Bulu

BAB III
STANDAR FASILITAS

III.1 Denah Ruang

5
Keterangan: 1. Pintu 7. Lemari alat

2. Kursi pasien 8. Sterilisator

3. Kursi pasien 9. Westafel

4. Meja dokter gigi 10. Meja komputer

5. Kursi dokter gigi 11. Kursi

6. Dental unit 12. Kipas angin


III.2 Standar Fasilitas

- Fasilitas dan Sarana

Poli gigi UPTD Puskesmas Tawaeli berlokasi di gedung Puskesmas lantai 2 yang
memiliki 1 buah dental unit.
Peralatan :

6
Alat-alat yang tersedia berupa dental unit dan alat hand instrument, skeler, light
curing, sterilisator, lemari alat dan obat, meja tulis dan kursi, 1 set komputer.

Tabel III.2 : Peralatan Poli Gigi

Jumlah minimal
No Jenis Peralatan
peralatan kesehatan
I. Set Kesehatan Gigi & Mulut
1. Atraumatic Restorative Treatment (ART)
Enamel access cutter 1 Buah
Eksavator berbentuk sendok ukuran kecil 1 Buah
Eksavator berbentuk sendok ukuran sedang 1 Buah
Eksavator berbentuk sendok ukuran besar 1 Buah
Double ended applier and carver 1 Buah
Spatula plastic 1 Buah
1 Buah
Hatchet
1 Buah
Batu asah
2. Bein lurus besar 1 Buah
3. Bein lurus kecil 1 Buah
4. Bur intan (diamond bur assorted) untuk air jet hand 1 Set
piece (kecepatan tinggi) (round, inverted dan fissure)
5. Bur intan konra angle hand piece conventional 1 Set
(kecepatan rendah) (round, inverted, dan fissure)
6. Ekskavator berujung dua (besar) 5 Buah
7. Ekskavator berujung dua (kecil) 5 Buah
8. Gunting operasi gusi (wagner) (12 cm) 1 Buah
9. Handpiece contra angle 1 Buah
10. Handpiece straight 1 Buah
11. Kaca mulut datar no. 4 tanpa tangkai 5 Buah
12. Klem/pemegang jarum jahit (Mathieu standar) 1 Buah
13. Set kursi gigi elektrik yang terdiri dari:
Kursi gigi 1 Buah
Cuspidor unit 1 Buah
Meja instrument 1 Buah
Foot controller untuk HP 1 Buah
Kompresor oilless 1 PK 1 Buah
14. Jarum exterpasi 1 Buah
15. Jarum K-File (15-40) 1 Buah
16. Jarum K-File (45-80) 1 Buah
17. Light curing 1 Buah
18. Mikromotor dengan straight dan contra angle hand 1 Buah
piece (low speed micromotor portable)
19. Pelindung jari 1 Buah
20. Pemegang matriks 1 Buah

7
21. Penahan lidah 1 Buah
22. Pengungkit akar gigi kanan distal (crier distal) 1 Buah
23. Pengungkit akar gigi kanan mesial (crier mesial) 1 Buah
24. Penumpat plastis 1 Buah
25. Periodontal probe 1 Buah
26. Penumpat semen berujung dua 1 Buah
27. Pinset gigi 5 Buah
28. Polishing bur 1 Set
29. Skeler standar, bentuk cangkul kiri (type 1 Buah
chisel/mesial)
30. Skeler standar, bentuk cangkul kanan (type 1 Buah
chisel/mesial)
31. Skeler standar, bentuk tombak (type hookl) 1 Buah
32. Skeler standar, black kiri dan kanan (type 1 Buah
chisel/mesial)
33. Skeler standar, black kiri dan kanan (type 1 Buah
chisel/mesial)
34. Skelelr ultrasonic 1 Buah
35. Sonde lengkung 5 Buah
36. Sonde lurus 5 Buah
37. Spatula pengaduk semen 1 Buah
38. Spatula penngaduk semen ionomer 1 Buah
39. Set tang pencabutan dewasa
Tang gigi anterior RA dewasa 1 Buah
Tang gigi premolar RA 1 Buah
Tang gigi molar kanan RA 1 Buah
Tang gigi molar kiri RA 1 Buah
Tang molar 3 RA 1 Buah
Tang sisa akar gigi anterior RA 1 Buah
1 Buah
Tang sisa akar gigi posterior RA
1 Buah
Tang gigi anterior dan premolar RB
1 Buah
Tang gigi molar RB kanan/kiri 1 Buah
Tang molar 3 RB 1 Buah
Tang sisa akar RB
40. Set tang pencabutan gigi anak
Tang gigi anterior RA 1 Buah
Tang molar RA 1 Buah
Tang molar susu RA 1 Buah
Tang sisa akar RA 1 Buah
Tang gigi anterior RB 1 Buah
Tang molar RB 1 Buah
1 Buah
Tang sisa akar RB
41. Scalpel, mata pisau bedah (besar) 1 Buah
42. Scalpel, mata pisau bedah (kecil) 1 Buah
43. Scalpel, tangkai pisau operasi 1 Buah
44. Tangkai kaca mulut 5 Buah

8
II. Perlengkapan
1. Baki logam tempat alat steril bertutup 1 Buah
2. Korentang, penjepit sponge (forester) 1 Buah
3. Lampu spiritus isi 120 cc 1 Buah
4. Lemari peralatan 1 Buah
5. Lempeng kaca pengadduk semen 1 Buah
6. Needle destroyer 1 Buah
7. Silinder korentang steril 1 Buah
8. Sterilisator kering 1 Buah
9. Tempat alcohol (deppen glas) 1 Buah
10. Toples kapas logam dengan pegas dan tutup (50x70 1 Buah
mm)
11. Toples pembuangan kapas (50x75 mm) 1 Buah
12. Waskom bengkok (neirbeken) 1 Buah
III. Bahan habis pakai
1. Betadine solution atau desinfektan lainnya Sesuai kebutuhan
2. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai kebutuhan
3. Kasa Sesuai kebutuhan
4. Benang silk Sesuai kebutuhan
5. Chromic catgut Sesuai kebutuhan
6. Alcohol Sesuai kebutuhan
7. Kapas Sesuai kebutuhan
8. Masker Sesuai kebutuhan
9. Sarung tangan Sesuai kebutuhan
IV. Meubelair
1. Kursi kerja 3 Buah
2. Lemari arsip 1 Buah
3. Meja tulis biro 1 Buah
V. Pencatatan dan pelaporan
1. Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan
2. Kartu rekam medis Sesuai kebutuhan
3. Formulir informed consent Sesuai kebutuhan
4. Formulir rujukan Sesuai kebutuhan
5. Surat keterangan sakit Sesuai kebutuhan
6. Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan

A. Kondisi Riil Fasilitas

No Jenis Peralatan Jumlah


I. Set Kesehatan Gigi & Mulut
1. Atraumatic Restorative Treatment (ART)
Eksavator berbentuk sendok ukuran sedang 1 Buah
Double ended applier and carver 1 Buah
Spatula plastic -
2. Bein lurus besar 1 Buah
3. Bein lurus kecil 1 Buah

9
4. Bur intan (diamond bur assorted) untuk air jet hand 2,1,3 Buah
piece (kecepatan tinggi) (round, inverted dan fissure)
5. Ekskavator berujung dua (besar) 1 Buah
6. Ekskavator berujung dua (kecil) 4 Buah
7. Kaca mulut datar no. 4 tanpa tangkai 13 Buah
8. Klem/pemegang jarum jahit (Mathieu standar) 3 Buah
9. Set kursi gigi elektrik yang terdiri dari:
Kursi gigi 1 Buah
Cuspidor unit 1 Buah
Meja instrument 1 Buah
Foot controller untuk HP 1 Buah
Kompresor oilless 1 PK 1 Buah
10. Pengungkit akar gigi kanan mesial (crier mesial) 1 Buah
11. Penumpat plastis 3 Buah
12. Penumpat semen berujung dua 3 Buah
13. Pinset gigi 4 Buah
14. Skeler standar, bentuk cangkul kanan (type 1 Buah
chisel/mesial)
15. Skeler standar, bentuk tombak (type hook) 1 Buah
16. Sonde lengkung 4 Buah
17. Sonde lurus 1 Buah
18. Spatula pengaduk semen 2 Buah
19. Spatula pengaduk semen ionomer 1 Buah
20. Set tang pencabutan dewasa
Tang gigi anterior RA dewasa 3 Buah
Tang gigi premolar RA 2 Buah
Tang gigi molar kanan RA 2 Buah
Tang gigi molar kiri RA 3 Buah
Tang molar 3 RA 2 Buah
Tang sisa akar gigi anterior RA 2 Buah
1 Buah
Tang sisa akar gigi posterior RA
5 Buah
Tang gigi anterior dan premolar RB
1 Buah
Tang gigi molar RB kanan/kiri 4 Buah
Tang molar 3 RB 1 Buah
Tang sisa akar RB
21. Set tang pencabutan gigi anak
Tang gigi anterior RA 2 Buah
Tang molar susu RA 1 Buah
Tang sisa akar RA 1 Buah
Tang gigi anterior RB 1 Buah
Tang molar RB 1 Buah
Tang sisa akar RB 1 Buah

22. Scalpel, mata pisau bedah (kecil) 1 Buah


23. Tangkai kaca mulut 13 Buah
II. Perlengkapan
1. Baki logam tempat alat steril bertutup 5 Buah

10
2. Korentang, penjepit sponge (forester) 1 Buah
3. Lempeng kaca pengadduk semen 1 Buah
4. Silinder korentang steril 1 Buah
5. Sterilisator kering 1 Buah
6. Tempat alcohol (deppen glas) 2 Buah
7. Toples kapas 3 Buah
8. Waskom bengkok (neirbeken) 4 Buah
III. Bahan habis pakai
1. Betadine solution atau desinfektan lainnya Sesuai kebutuhan
2. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai kebutuhan
3. Kasa Sesuai kebutuhan
4. Alcohol Sesuai kebutuhan
5. Kapas Sesuai kebutuhan
6. Masker Sesuai kebutuhan
7. Sarung tangan Sesuai kebutuhan
IV. Meubelair
1. Kursi kerja 3 Buah
2. Lemari arsip 1 Buah
3. Meja tulis biro 2 Buah
VI. Perlengkapan
1. Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan
2. Formulir informed consent Sesuai kebutuhan
3. Formulir rujukan Sesuai kebutuhan

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Penanggung jawab poli gigi harus ditetapkan. Pelayanan medik dasar gigi adalah
pelayanan perseorangan yang dilakukan secara kontinyu.

Prinsip pelayanan adalah :

a. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat, memperhatikan hak dan kewajiban pasien,
pendidikan pasien dan keluarga sehingga pasien dan keluarga berperan aktif dalam
pengambilan keputusan atas tindakan kedokteran gigi berdasarkan pengetahuan yang
benar dan ilmiah

b. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien

Jenis pelayanan medik dasar gigi di UPTD Puskesmas Tawaeli adalah:

a. Pengobatan gigi dan mulut

b. Penambalan gigi sederhana

c. Pencabutan gigi

d. Konsultasi kesehatan gigi dan mulut

Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan dokter gigi mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap pasien
datang. Pengkodean klasifikasi diagnosis berdasarkan ICD 10.

IV.1 Tata Laksa na


IV.1.1 Pendaftaran Pasien
1. Petugas penanggung jawab :

- Petugas administrasi pendaftaran

2. Perangkat kerja :

12
- Status rekam medis

3. Tata laksana pendaftaran pasien poli gigi

- Pendaftaran pasien yang datang ke poli gigi dilakukan oleh pasien


ke bagian pendaftaran.

- Sebagai bukti pasien telah mendaftar, bagian pendaftaran akan


memberikan status rekam medis ke poli gigi untuk diisi oleh dokter
gigi yang bertugas.

IV.2 Sistem Komunikasi Poli Gigi

1. Petugas penanggung jawab :

- Petugas administrasi/ perawat gigi

- Dokter gigi poli

2. Perangkat kerja :

- Pesawat telepon

- handphone

3. Tata laksana sistem komunikasi poli gigi :

- Antara poli gigi dengan unit lain dengan nomor ekstensi masing-masing

- Antara poli gigi dengan dokter gigi yang terkait dengan menggunakan HP.

IV.3 Pelayanan Triase dan Tindakan

1. Petugas penanggung jawab :

- Dokter gigi poli

2. Perangkat kerja :

- Diagnostik set : kaca mulut, piset, sonde, ekskavator.

13
- Status rekam medis

3. Tata laksana pelayanan triase dan tindakan

- Pasien/ keluarga mendaftar ke bagian pendaftaran.

- Dokter gigi melaksanakan pemeriksaan pasien.

- Bila kasus sesuai dengan kompetensi dokter maka dapat langsung dilakukan
perawatan.

- Bila perlu dilakukan rujukan ke unit lain maka dibuatkan surat rujukan.

- Bila penanganan kasus tersebut perlu penanganan drg spesialis maka kasus
dirujuk kepada drg spesialis terkait.

- Mekanisme rujukan : Rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan


terdekat sesuai dengan sistem rujukan. Rujukan berdasarkan indikasi medis

IV.4 Sistem Rujukan

1. Petugas penanggung jawab :

- Dokter gigi poliklinik

- Petugas poliklinik

2. Perangkat kerja :

- Formulir rujukan

3. Tata laksana sistem rujukan

a) Alih rawat : Yaitu drg poli gigi UPTD Puskesmas Tawaeli membuat surat
rujukan kepada drg atau drg spesialis yang dituju dengan memberikan
informasi yang lengkap tentang pasien tersebut.

b) Pemeriksaan diagnostik : Pasien/ keluarga pasien diberikan penjelasan


mengenai tujuan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan bila setuju
pasien dibuatkan surat rujukan.

14
IV.5 Kredensial

Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh dinas kesehatan dengan
suatu kriteria mutu yang ditetapkan. Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan
dapat distandarkan. Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
a. Aspek legal: perizinan
b. Sarana dan prasarana sesuai standar

IV.6 Jenis Penyakit Gigi dan Mulut pada Pelayanan Primer

Penyakit Gigi Diagnosis ICD 10


Terbanyak
Penyakit Karies dini/karies email tanpa K.02.0
jaringan keras kavitas
Karies email/Karies dentin/Karies K.02.1,K 02.2
gigi/karies gigi
sementum/Akar
Karies terhenti/Arrested caries K.02.3
Demineralisasi Permukaan Halus K.02.0
/Aproksimal
Fraktur Mahkota Gigi Yang tidak S02.51,S02.52
merusak Pulpa
Dentin hipersensitif K.03.80
Atrisi,Abrasi,Erosi K03.K03.1,K03.2,K02.
3
Karies mencapai pulpa vital gigi K.02.8
sulung
Penyakit Periodontitis Kronis dengan K.05.3
Periodontal kehilangan jaringan periodontal
ringan-sedang
Gingivitis akibat Plak Mikrobial K.05.1
Primary Herpetic Gingivostomatitis B00.2
Oral Hygiene Buruk K.03.66
Stomatitis aftosa K.12.0
Angular cheilitis K.13.01
Pulpitis reversibel K.04.00
Penyakit pulpa Nekrosis pulpa/Gangren pulpa (Akar K.04.1
dan periapikal tunggal, akar jamak yang lurus
dengan sudut pandang kerja pada
orifice tidak terhalang )

15
Nekrosis pulpa/Gangren pulpa gigi K.04.1
tinggal akar( gigi sisa sudah tidak
mendukung untuk dilakukan
tumpatan)
Pulpitis irreversibel (Akar tunggal, K.044.01
akar jamak yang lurus dengan sudut
pandang kerja pada orifice tidak
terhalang)
Iritasi Pulpa Gigi tetap muda K.04.0
Hyperemia Pulpa Gigi Tetap Muda K.04.0
Lain-lain Nyeri Orofasial K049
Persistensi Gigi Sulung K.00.63
Akar gigi Tertinggal/Facial K.08.3
Fenestrasi/Ulcus Decubitus
Lesi Traumatik K12.04 K14.01K13.1
Kegawatdarurata Abses Periapikal K.04.7
n Gigi Abses Periodontal K.05.2

IV.7 Rekam medik poli gigi

Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum
dalam blangko rekam medik gigi adalah:
a. Identitas pasien

o Nomor rekam medik

o Tanggal pembuatan status

o Nama

o Jenis kelamin

o Tempat dan tanggal lahir/umur

o Alamat rumah/nomor telepon dan HP

o pekerjaan

16
b. Keadaan umum pasien

o Golongan darah

o Tekanan darah

o Ada/tidak kelainan haemofilia

o Ada/tidak kelainan hepatitis

o Ada/tidak penyakit jantung

o Ada/tidak penyakit diabetes

o Ada/tidak alergi terhadap obat tertentu

o Ada/tidak penyakit lainnya

c. Odontogram

Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien dicatatkan pada
kunjungan pertama atau kesempatan pertama, sehingga memberikan gambaran
keadaan secara keseluruhan. Odontogram selalu ditempatkan pada lembar pertama
rekam medik setelah data identitas, keadaan umum, selanjutnya baru diikuti oleh
lembat data perawatan kedokteran gigi yang dilakukan.
Setelah pengisian pertama pembuatan odontogram diulang atau dilengkapi:
o Setiap satu tahun

o Setiap kedatangan atau control

o Jika pasien akan pindah kota/dokter gigi

o Jika sebelum satu tahun banyak restorasi gigi permanen yang dilakukan

Pada odontogram berisi data:


o Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

o Gambar denah gigi (odontogram)

o Hubungan oklusi

o Ada atau tidaknya torus palatinus, torus mandibularis

17
o Tipe langit-langit palatum: dalam, sedang, rendah

o Ada atau tidaknya diastema central

o Adakah anomali atau ciri-ciri lain

d. Data perawatan kedokteran gigi

Data perawatan kedokteran gigi yang dilakukan dicatat pada setiap kunjungan secara
teliti. Data perawatan kedokteran gigi berisi:
o Tanggal kunjungan

o Gigi yang dirawat dan diagnosa

o Kode diagnose

o Perawatan yang dilakukan

o Paraf pemberi tindakan

e. Nama pemberi tindakan

Form rekam medik gigi

18
IV.8 Pengisian Informed Consent

1. Petugas penanggung jawab :

- Dokter gigi

- Asisten/ petugas poli gigi

2. Perangkat kerja :

- Formulir informed consent

3. Tata laksana pengisian informed consent :

- Kasus-kasus dengan tindakan yang disertai dengan anestesi lokal/ umum/


perawatan jangka panjang harus mengisi informed consent.

- Dokter gigi / petugas poli gigi yang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien/ keluarga.

- Setelah diisi dimasukkan ke dalam status rekam medis.

Pemberian informasi kepada pasien adalah kewajiban pemberi layanan dan


merupakan hak dari pasien.
12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien:

19
1) Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati

2) Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk


pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan

3) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk


pilihan untuk tidak tidak diobati

4) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan: rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subside seperti penanganan nyeri,
bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami
pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan
yang serius

5) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan


dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko
yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan
tersebut.

6) Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih eksperimental

7) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau
dinilai kembali

8) Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan tersebut,


serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya

9) Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka
sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan dilakukan

10) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu. Bila
hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi pembatalan
tersebut.

11) Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain

12) Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya

PERSETUJUAN TERTULIS DIPERLUKAN PADA KEADAAN-KEADAAN AKHIR:

20
o Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau efek samping
yang bermakna

o Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi

o Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan social pasien

o Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian

Contoh Form Informed Consent

PERSETUJUAN/PENOLAKAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur/Jenis Kelamin :

Alamat :

Bukti Diri/KTP :

PERSETUJUAN/PENOLAKAN

Untuk dilakukan tindakan medik berupa:

21
Terhadap diri saya sendiri*/Anak*/Istri*/Suami*/Ayah*/Ibu* saya dengan

Nama :

Umur/Jenis Kelamin :

Alamat :

Dirawat di :

Nomor Rekam Medik :

Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan medik tersebut di atas, serta resiko yang dapat

ditimbulkannya dan upaya mengatasinya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya

mengerti sepenuhnya.

Palu,2017

Petugas Yang Merawat Yang Membuat Pernyataan

Tanda Tangan Tanda Tangan

.. ..

BAB V
LOGISTIK

Peralatan:
1. Alat Tulis Kantor

2. Alat-Alat Pemeriksaan dan Tindakan Perawatan Gigi

3. Bahan dan Alat Habis Pakai

4. Bahan dan Obat Standar

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat


pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

23
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien tindakan
yang seharusnya diambil

Standar 1. Hak pasien


Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
o Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan

o Dokter penanggungjawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

o Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan


benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar: Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
o Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

o Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga

o Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

o Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

o Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas

24
o Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa

o Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

Standar III. Keselamataan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Standar: Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dari unit pelayanan.
Kriteria:
o Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari puskesmas

o Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan


kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancer

o Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk


memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya

o Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehataan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar: Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
o Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugs pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan factor-faktor lain yang berpotensi
risiko

o Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulaana data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.

25
o Setiap puskesmas harus melaksanakan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi

o Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja puskesmas dan keselamatan pasien

Kriteria:
o Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien

o Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden

o Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari puskesmas
terintegrasi dalam program keselamatan pasien

o Tersedua prosedur cepat-tanggap terhadap pasien, termasuk asuhan kepada pasien


yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas utnuk keperluan analisis

26
o Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentan analisis akar masalah
Kejadian Nyaris Cedera pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan

o Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, proaktif untuk


memperkecil risiko

o Terdapat kolaborasi dan komunikassi terbuka secara sukarela antar unit dan atar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin

o Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupun sumber daya tersebut.

o Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif


untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien,
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk


meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien

Kriteria:
o Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing

o Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap


kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden

27
o Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manaemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal

2. Transisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria:
o Perlu disediakan anggaran untuk menrencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien

o Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran I. Ketepatan identifikasi pasien
Standar: Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan tujuan: kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di
hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa
terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar,
bertukar tempat tidur di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau
prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau
produk darah, pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien, dan lain-lain. Nomor kamar pasien tidak
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prsedur juga mengjelaskan penggunaan

28
dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan,
UGD, atau ng tindakan termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat
memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen penilaian:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunaakan
nomor kamar atau lokasi pasien

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lan untuk pemeriksaan
klinis

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur

5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada


semua situasi dan lokasi

Sasaran II. Peningkatan komunikasi yang efektif


Standar: puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi
antar para pemberi layanan
Maksud dan tujuan: komunikasi efektif, yang tepat waktu, lengkap, akurat, jelas dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi
yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan
atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorim klnik cito melalui
telepon ke unit pelayanan. Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur unutk perintak lisan dan telepon termasuk mencatat (memasukkan ke
computer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerimaa perintah, kemudian
penerima perintah membacakan kembali perintah atau hasil pemeriksaan, dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak
melakukan pembacaan kembali bila tidak memungkinkan seperti di kamar tindakan dan
situasi gawat darurat di UGD.
Elemen peniliaian:

29
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah

2. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oelh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi


lisan atau melalui telepon

Sasaran III. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Standar: puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai.
Maksud dan tujuan: bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatn
yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan
serius, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam
isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja.
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengeelolaan obat-obt
yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi. Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
di puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area aman saja yang
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di UGD, serta pemberian label secara benar pada
elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
Elemen penilaian:
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikas,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat

30
2. Implementasi kebijakan dan prosedur

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati
di area tersebut sesuai kebijakan.

Sasaran IV. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Standar: puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan tujuan: pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun
para professional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi
ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan yang tepat. Pedoman cuci tangan bisa
dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Puskesmas
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau petunjuk cuci tangan yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di puskesmas.
Elemen peniliaian:
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman cuci tangan terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al dari WHO patient safety)

2. Puskesmas menerapkan program cuci tangan yang efektif

3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara


berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

Sasaran V. Pengurangan risiko pasien jatuh


Standar: puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh.
Maksud dan tujuan: jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,
dan fasilitasnya, puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap konsumsi alcohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan di puskesmas.

31
Elemen penilaian:
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, dan lain-lain.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko jatuh

3. Langkah-langkaah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat


jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan


berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap


kesehatan, terdapat di semua tempat baik di dalam maupun di luar gedung yang dapat timbul
dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan
baik sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibaat pekerjaan.

VII.1 Identifikasi potensi bahaya di poli gigi


Masalah Kesehatan/kecelakaan
Potensi Bahaya Jenis Bahaya
kerja
Kecelakaan kerja Benda tajam, alat medis Tertusuk, tersayat, cedera
Mikroorganisme, virus, Infeksi hepatitis, TBC, Cacar air,
bakteri, dll influenza, HIV, ebola
Kimia chlor etil, clorin Gangguan SSP, ginjal, dermatitis
Ergonomic Posisi janggal Musculoskeletal disorder

32
Psikososial Bekerja yang monoton Stress kerja

Pengendalian resiko dengan upaya:


a. Promotif

o Menginformasikan potensi bahaya di tempat kerja kepada seluruh petugas

o Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja

o Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi

b. Preventif

o Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun, APD, mengganti
alat berbahaya, pengaturan shift kerja

o Vaksinasi hepatitis

o Deteksi dini melalui medical check up: pemeriksaan pekerja sebelum masuk
kerja, pindah, pemeriksaan berkala pada pekerja, pemeriksaan khusus pada
petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab, radiologi.

c. Kuratif

o Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum

o Pentalaksanaan kecelakaan akibat kerja

o Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja

o Melakukan rujukan kasus

VII.2 Penatalaksanaan limbah poli rawat jalan gigi puskesmas

Jenis Limbah Asal Perlakuan


Limbah domestik Kardus obat, plastic lain o Ditampung dalam tempat
yang tidak infeksius sampah
o Selanjutnya dibawa ke
TPA

33
Limbah benda tajam Materi padat yang o Dikumpul dalam safety
memiliki sudut lancip, box
dapat menyebabkan luka o Tidak boleh didaur ulang
o Selanjutnya dilapor ke
tusuk ataupun iris; mis.
petugas kesling untuk
Jarum suntik
ditindaklanjuti
Limbah cair Limbah yang diduga o Ditampung dalam wadah
mengandung pathogen khusus yang tertutup (septy
dalam bentuk air bekas tank)
kumur pasien atau ludah
pasien

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan medik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya melalui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini, sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat.
Pelayanan individual yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan
meliputi aspek pencegahan primer, pencegahan sekunder, pencegahan tersier berupa
rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi
tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktifitas

2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas

34
3. Kegiatan yang dialksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai

4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggungjawab poli

5. Standar operasional prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium
dan disahkan oleh penanggungjawab poli puskesmas

6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi:

Input Rincian Kegiatan


SDM SDM memiliki SIK
Alat Ketersediaan alat sesuai standar
Sarana Ketersediaan sarana sesuai standar
Kebijakan Pola ketenagaan
Persaratan kompetensi petugas poli
Tentang penyusunan rencana layanan
medis
Tentang hak dan kewajiban pasien yang
didalamnya memuat hak untuk menolak
atau tidak melanjutkan pengobatan
Yang mewajibkan penulisan lengkap
dalam rekam medis: semua pemeriksaan
penunjang diagnostic tindakan dan
pengobatan yang diberikan pada pasien
dan kewajiban perawat dan petugas
kesehatan lain untuk mengingatkan pada
dokter jika terjadi pengulangan yang
tidak perlu.
Tentang penggunaan dan pemberian
obat dan/atau cairan intravena
Penyediaan obat-obat emergensi di unit
kerja. Daftar obat emergensi di unit
pelayanan
Tentang jenis-jenis anestesi yang dapat
dilakukan di puskesmas
Tenaga kesehatan yang mempunyai
kewenangan melakukan anestesi
Pedoman pelayanan klinis
Kalibrasi alat

35
SOP Pengkajian awal klinis
SOP Pelayanan Medis
SOP Pendelegasian wewenang
SOP Penyusunan rencana layanan medis.
SOP penyusunaan rencana layanan
terpadu
SOP Layanan terpadu
SOP Pemberian informasi tentang efek
samping dan risiko pengobatan
SOP Pendidikan/penyuluhan pasien
SOP informed consent
SOP evaluasi informed consent, hasil
evaluasi, tindak lanjut
SOP Rujukan
SOP Persiapan pasien rujukan
SOP identifikasi penanganan keluhan
SOP layanan klinis yang menjamin
kesinambungan layanan
SOP pemberian anestesi local di
puskesmas
SOP asuhan gizi
SOP tentang penolakan pasien untuk
menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan
SOP alternative penanganan pasien yang
memerlukan rujukan tetapi tidak
mungkin dilakukan
SOP penyediaan obat-obat emergensi di
unit kerja. Daftar obat emergensi di unit
pelayanan
SOP penyimpanan obat emergensi di unit
pelayanan
SOP monitoring penyediaan obat
emergensi di unit kerja. Hasil monitoring
dan tindak lanjut
SOP identifikasi dan penanganan
keluhan
SOP dan bukti pelaksanaan
pendidikan/penyuluhan pada pasien
Rekam medic lengkap
Kepuasan pelanggan

36
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
medik dasar gigi di UPTD Puskesmas Tawaeli
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan
terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/62/2015 Tentang panduan


praktik klinis bagi dokter gigi

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

3. www.scribd.com/pedoman-pelayanan-rawat-jalan-poli-gigi/

38

Anda mungkin juga menyukai