Pemeriksaan fisik:
I. Klarifikasi Istilah
No
Istilah Pengertian
.
1. Demam suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 C yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan.
2. Mual sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
abdomen dengan kecendrungan untuk muntah.
3. Muntah pengeluaran isi lambung melalui mulut.
1
(flagella).
8. Pemeriksaan pemeriksaan pada satu regio tubuh saja, sifatnya tidak
lokalis menjalar ketubuh yang lain.
9. Keadaan umum penilaian apakah keadaan pasien dalam keadaan darurat
medik atau tidak.
10. IgM serologis pemeriksaan antibodi terhadap bakteri Salmonella Untuk
salmonella menegakkan diagnosis demam thypoid.
11. Hematocrit (Ht) persentase volume eritrosit dalam whole blood, juga merujuk
pada alat atau prosedur yang digunakan dalam penentuan
nilainya.
a) Demam septic
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas
2
normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik. Contohnya yaitu TBC berat
dan reaksi obat.
b) Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c) Demam intermiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d) Demam kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
e) Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Pengeluaran as.arakidonat
Pengeluaran prostaglandin 3
(PGE2)
Set point hipotalamus
d. Bagaimana keterkaitan usia, tempat
Demamtinggal dan pekerjaan farhan
terhadap gejala yang ditimbulkan?
Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
demam, karena demam sendiri lebih diakibatkan oleh adanya infeksi
karena virus, jamur, bakteri, stress dan pengeluaran panas dari tubuh
yang berlebihan (olahraga). Namun anak-anak lebih cenderung
mengalami demam karena antibodi yang mereka miliki tidak sebaik
yang dimiliki oleh orang dewasa normal. Dan juga untuk set point saat
anak kecil dan orang dikatakan demam, memiliki pengukuran yang
berbeda karena suhu normal yang dimiliki anak-anak dan orang
dewasa juga berbeda.
Fakta menunjukkan bahwa Farhan tinggal di kota Palembang
yang merupakan wilayah endemis penyakit yang diakibatkan oleh
infeksi virus dengue. Ditambah lagi apabila dilingkungan tempat
tinggal Farhan kebersihannya tidak terjaga, maka semakin
memperbesar kemungkinan Farhan mengalami demam akibat infeksi
virus dengue.
4
Obat penurun panas bekerja menghambat enzim Cox(cyclo-
oxygenase) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu. Akibat
terganggunya produksi prostaglandin maka proses peningkatan suhu
tubuh pun terganggu pula. Obat penurun panas sama sekali tidak
mengobati penyebab demamya. Tujuan pemberian obat demam bukan
untuk melenyapkan demam melainkan agar anak merasa lebih nyaman
dengan mengurangi suhu tubuh l-2 derajat.
5
insensibel yang meningkat sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
rasa letih serta kejang-kejang.
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Tanda vital : kesadaran: compos mentis, TD 110/70 mmHg; frekuensi
nadi 126x/menit; frekuensi napas 20x/menit; suhu 39,6 C
Pemeriksaan lokalis: dalam batas normal
a. Apa saja jenis jenis keadaan umum dan bagaimana interpretasi pada
kasus ini?
- Sakit Ringan
Kesadaran penuh
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Pemenuhan kebutuhan mandiri
- Sakit Sedang, memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah:
Kesadaran penuh s/d apatis
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Memerlukan tindakan medis minimal 3 tindakan per hari
Memerlukan observasi
Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya
- Sakit Berat, memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d somnolent
Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
Memakai alat bantu organ vital
Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang
intensif
Memerlukan observasi yang ketat
Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya
6
Derajat kesadaran:
- Kompos mentis : sadar penuh, dapat menjawab pertanyaan
- Apatis : segan berhubungan dengan keadaan sekitar,
acuh
- Letargi : lesu, mengantuk
- Somnolen : selalu mau tidur, dapat dibangunkan dengan nyeri atau
untuk makan dan minum
- Sopor/ stupor : tidak bereaksi bila dibangunkan kecuali
dengan rangsang nyeri
- Koma : kesadaran hilang sama sekali, tidak ada refleks
batuk ataupun muntah.
Temperatur:
7
Febris : 38 40 C
Hiperpireksia: > 40 C
d) Dari data yang didapat pada skenario menunjukkan bahwa farhan
mengalami kenaikan suhu tubuh (demam). Suhu tubuhnya
mencapai 39,6.
8
b. Bagaimana prinsip pemeriksaan rumplee leede?
Dilakukan pembendungan pada vena, sehingga tekanan darah
di dalam kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan
menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga nampak titik merah kecil pada permukaan kulit, titik tersebut
dikenal dengan petechiae.
9
o Demam mendadak selama 2-7 hari, demam kemudian
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada
hari ke-6 panas mendadak menurun.
Bronkiolitis
o Biasanya pada bayi antara umur 2-24 bulan
o Lebih sering terjadi pada musim hujan
o Biasanya dimulai dari ISPA lalu turun kebawah sesudah
2-4 hari
o Demam subfebril 38-38,5 C
Malaria:
o Demam berhubungan dengan pecahnya skizon matang
dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah.
o Stadium serangan demam:
a. Menggigil dingin, nadi cepat, bibir dan jari
tangan biru, kulit kering dan pucat, 1/2 1 jam
b. Puncak demam panas sekali, muka merah, kulit
kering panas seperti terbakar, kepala sakit, mual
muntah, nadi keras, suhu mencapai 41 C, 2-6 jam.
Sindroma loeffler:
o Demam terjadi saat larva Ascaris masuk kedalam paru
dan menetap dalam beberapa saat
o Demam disertai batuk dan eosinofilia
o Pada foto toraks tampak gambaran infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu.
b) Keganasan
Leukemia:
o Faktor genetik (kelainan kromosom)
o Demam tidak terlalu tinggi disertai keringat
Limfoma:
o Ada hubungannya karena infeksi HLTV-1 (human T cell
lymphotropic virus tipe 1)
o Demam berkepanjangan dengan suhu > 38 C, disertai
keringat malam.
10
o Karakteristik demam yaitu akan timbul tidak lama
setelah pasien mulai dengan pengobatan dan
menghilang bila pengobatan dihentikan patogonomis
Reaksi imunisasi:
o Vaksin yang sering menyebabkan demam yaitu hepatitis
B, DPT, campak.
o Karakteristik: demam tinggi.
6. Pemeriksaan laboratorium:
Trombosit: 96.000/mm3; Leukosit: 4.500/mm3 ; Hb: 13,6 gr/dl; Ht: 45%;
Widal type H: 1/80; O: 1/80; IgM serologis salmonella : (-)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
- Trombosit
Trombosit yang disebut juga keping-keping darah, merupakan
salah satu komponen dalam darah kita yang berfungsi mencegah
perdarahan. Bila jumlah trombosit menurun jauh di bawah normal maka
kemungkinan perdarahan mudah terjadi. Jumlah trombosit normal sekitar
180.000 380.000 sel/ ul.
11
Trombositnya Farhan rendah( trombositopenia) dibawah
100.000/mm3
- Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih, berfungsi untuk melawan kuman
yang masuk ke dalam tubuh kita. Pada infeksi oleh bakteri seperti infeksi
tenggorokan, infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing, jumlah
leukosit sering meningkat, namun infeksi oleh bakteri penyebab Tifus
(salmonella), jumlah leukosit tetap normal bahkan bisa turun.
Nilai Normal Leukosit
Pria: Leukosit : 4.000 11.000 (5.000 10.000) (/ul)
Wanita: Leukosit : 5.000 10.000(/ul)
- Hb (Hemoglobin)
Hb adalah pigmen dalam butir darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada penyakit infeksi
menahun, Kanker Darah, Malaria, kadar Hb dapat menurun, sebaliknya
pada Demam Berdarah, kadar Hb dapat meningkat, karena darah menjadi
lebih pekat akibat cairan darah (plasma darah) merembes kekuar dari
pembuluh darah.
Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)
Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 17.5 (13 16) (g/dl)
Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 15 (g/dl)
- Hematokrit
Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam
darah sehingga dengan melakukan pemeriksaan hematokrit maka akan kita
dapatkan hasil perbandingan jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap
volume darah dalam satuan persen. Nilai Normal Hematokrit
Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 53.0 (40 54) (%)
Wanita : Hematokrit (Ht) : 36 47 (%)
12
Nilai hematokrit Farhan normal 45 %
- Widal
Pemeriksaan Widal, adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap kuman penyebab Tifus (Salmonella). Bila seseorang
terinfeksi kuman Tifus, maka tubuhnya akan membentuk zat antibodi
terhadap kuman tersebut. Oleh karena itu, adanya peningkatan kadar
antibodi Tifus yang nyata dalam darah seseorang, dapat digunakan sebagai
petunjuk adanya infeksi oleh kuman Tifus. Kenaikan dianggap nyata bila
titer antibodi O di atas 1/160 dan antibodi H di atas 1/320.
- Salmonella Thypi Ig M
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui adanya infeksi tifus. Hasil
pemeriksaan yang positif menunjukan indikasi adanya infeksi oleh kuman
tifus.
13
c. Bagaimana prinsip pemeriksaan IgM serogis salmonella?
14
N What I dont What I have How will I
Pokok Bahasan What I Know
o know to prove learn
Pengertian, Diagnosis
1. Demam Mekanisme
Jenis banding
Pengertian,
2. DBD Siklus Tatalaksana
Gejala
Hubungan
Mual dan Nafsu Jurnal,
3. Pengertian dengan Mekanisme
makan menurun Textbook,
demam
Internet
Pengertian,
Pemeriksaan
Macam-
4. Fisik Prinsip -
macam,
Fungsi
Pemeriksaan Pengertian,
5. Prinsip -
Rumplee Leede Jenis, Fungsi
Pengertian,
Pemeriksaan Macam-
6. Prinsip -
Laboratorium macam,
Fungsi
V. Sintesis Masalah
A. Demam
1. Definisi
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang merupakan respon
fisiologis akibat pengaturan pada set point di hipothalamus. Pirogen
merupakan substansi yang dapat menyebabkan demam.Dapat berasal dari
luar (eksogen) atau dari dalam (endogen).
2. Patofisiologi
15
Sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik,maka monosit,
makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF, IL-6 dan interferon) yang bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru
dan bukan di suhu tubuh normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9C , hipotalamus merasa bahwa
suhu normal prademam sebesar 37C terlalu dingin, dan organ ini
memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu
tubuh.
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu
tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Rangsangan eksogen
seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk
mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1
dan TNF, selain IL-6 dan interferon (IFN). Pirogen endogen ini akan
bekerja pada sistem syaraf pusat pada tingkat Organum Vasculosum
Laminae Terminalis (OVLT) yang dikelilingi oleh bagian medial dan
lateral nucleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum.
Sebagai respons terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi
sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2), dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh terutama demam.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal
macrophage inflammatory protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja
secara langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam
dari jalur prostaglandin, demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat
dihambat oleh antipiretik.Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat
meningkatkan produksi panas,sementara vasokonstriksi kulit juga
berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian,
pembentukan demam sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik
16
adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan
mekanisme termoregulasi.
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar
hipotalamus terkena pirogen eksogen tertentu (seperti bakteri) atau
pirogen endogen (Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor)
sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan
dari endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit seperti prostaglandin
E2, akan melintasi barrier darah-otak dan menyebar ke dalam pusat
pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon
dengan meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan,
hipotalamus akan mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer.
Pembuluh darah perifer akan berespon dengan melakukan vasokonstriksi
yang menyebabkan penurunan heat loss melalui kulit.
Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkan piloerection.
Jika penyesuaian ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan
mencocokkan titik suhu yang baru, maka akan timbul menggigil yang
dipicu melalui spinal dan supraspinal motor system, yang bertujuan agar
tubuh mencapai titik suhu yang baru.
Ketika demam terjadi, banyak rekasi fisiologis berlangsung, termasuk
konsumsi oksigen meningkat sebagai respon terhadap metabolisme sel
meningkat, peningkatan denyut jantung, peningkatan cardiac output,
jumlah leukosit meningkat, dan peningkatan level C-reactive protein.
Konsumsi oksigen meningkat sebesar 13% untuk setiap kenaikan 1C
suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika menggigil ada, konsumsi
oksigen dapat meningkat 100%-200%. Beberapa sitokin dilepaskan
selama keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres (tegang).
Sitokin ini dapat memicu percepatan katabolisme otot dengan
menyebabkan penurunan berat badan, kehilangan kekuatan, dan
keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres diwujudkan
dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang
lebih sering terjadi pada anak-anak.
Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke
suhu normal, maka akan ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh
akan merasa hangat.
17
Hasil penelitian dengan model berbagai hewan menunjukkan bahwa
demam memiliki beberapa efek respons tubuh menguntungkan terhadap
infeksi. Heat shock proteins (HSP) adalah salah satu penelitian fever-
responsive proteins yang baru-baru dipelajari. Protein ini diproduksi
selama keadaan demam dan sangat penting untuk kelangsungan hidup sel
selama stres. Studi menunjukkan bahwa protein ini mungkin memiliki
efek anti-inflamasi dengan menurunkan kadar sitokin pro inflamasi.
Demam juga memicu efek menguntungkan lainnya, termasuk peningkatan
aktivitas fagositik dan bacteriocidal neutrofil serta meningkatkan efek
sitotoksik limfosit. Beberapa bakteri menjadi kurang ganas dan
tumbuh lebih lambat pada suhu lebih tinggi yang berhubungan dengan
demam. Peningkatan kadar C-reactive protein mendorong fagosit lebih
patuh untuk menyerang organisme, memodulasi radang, dan mendorong
perbaikan jaringan.
Akibat Demam
1. Pengeluaran panas dikurangi penurunan aliran darah ke
kulit perasaan dingin
2. Produksi panas meningkat menggigil
3. Frekuensi denyut jantung
4. Metabolisme lemah, nyeri sendi, sakit kepala
5. Gelombang tidur lambat delirium
3. Etiologi
a) Infeksi (bakteri, virus, parasit)
Demam tifoid :
o Minggu pertama demam tinggi yang berkepanjangan
(30-40 C), berangsur naik setiap hari, yang biasanya
turun pada pagi hari kemudian naik pada sore atau
malam hari.
o Minggu kedua suhu tubuh terus dalam keadaan tinggi.
Suhu badan tinggi dengan penurunan sedikit pada
malam hari.
18
o Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal
kembali di akhir minggu.
TB paru:
o Biasanya subfebril menyerupai demam influenza
o Demam dirasakan pada malam hari disertai keringat
malam, kadang-kadang suhu badan dapat mencapai 40-
41 C.
o Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
Demam berdarah dengue:
o Demam mendadak selama 2-7 hari, demam kemudian
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada
hari ke-6 panas mendadak menurun.
Bronkiolitis
o Biasanya pada bayi antara umur 2-24 bulan
o Lebih sering terjadi pada musim hujan
o Biasanya dimulai dari ISPA lalu turun kebawah sesudah
2-4 hari
o Demam subfebril 38-38,5 C
Malaria:
o Demam berhubungan dengan pecahnya skizon matang
dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah.
o Stadium serangan demam:
1. Menggigil dingin, nadi cepat, bibir dan jari
tangan biru, kulit kering dan pucat, 1/2 1 jam.
2. Puncak demam panas sekali, muka merah,
kulit kering panas seperti terbakar, kepala sakit,
mual muntah, nadi keras, suhu mencapai 41 C,
2-6 jam.
Sindroma loeffler:
o Demam terjadi saat larva Ascaris masuk kedalam paru
dan menetap dalam beberapa saat.
o Demam disertai batuk dan eosinofilia.
o Pada foto toraks tampak gambaran infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu.
b) Keganasan
Leukemia:
o Faktor genetik (kelainan kromosom)
o Demam tidak terlalu tinggi disertai keringat
19
Limfoma:
o Ada hubungannya karena infeksi HLTV-1 (human T cell
lymphotropic virus tipe 1)
o Demam berkepanjangan dengan suhu > 38 C, disertai
keringat malam.
20
4. Tipe-tipe Demam
a. Demam septic
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas
normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik. Contohnya yaitu TBC berat
dan reaksi obat.
b. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam intermiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
21
5. Tata Laksana
Demam merupakan respon fisiologis normal dalam tubuh oleh karena
terjadi perubahan nilai set point di hipotalamus. Demam pada prinsipnya dapat
22
menguntungkan dan merugikan. Demam merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk meningkatkan daya fagositosis sehingga viabilitas kuman
mengalami penurunan, tetapi demam juga dapat merugikan karena apabila
seorang anak demam, maka anak akan menjadi gelisah, nafsu makan menurun,
tidurnya terganggu serta bila demam berat bisa menimbulkan kejang demam.
Penatalaksanaan demam pada umumnya bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh yang terlalu tinggi ke dalam batas suhu tubuh normal dan bukan
untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaannya terdiri dari dua prinsip
yaitu pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Adapun prinsip
pemberian terapi non farmakologi meliputi pemberian cairan yang cukup
untuk mencegah dehidrasi, memakai pakaian yang mudah menyerap keringat,
memberikan kompres hangat agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga set point akan tercapai dan kembali ke batas suhu tubuh inti yang
normal. Pengobatan farmakologi pada intinya yaitu pemberian obat antipiretik,
obat anti inflamasi, dan analgesik yang terdiri dari golongan berbeda serta
memiliki susunan kimia.
Tujuan pemberian obat tersebut yaitu untuk menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan cara
menghambat enzim cyclooxygenase. Parasetamol atau asetaminofen
merupakan analgetik antipiretik yang popular dan banyak digunakan di
Indonesia dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi. Di Indonesia,
parasetamol tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol merupakan metabolit
fenasetin yang mempunyai efek antipiretik yang sama. Dalam dosis yang
sama, parasetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik sebanding
dengan aspirin, namun efek antiimflamasinya sangat lemah. Pada umumnya
parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi. Reaksi alergi terhadap parasetamol jarang terjadi,
manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa. Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul
peningkatan ringan enzim hati dalam darah tanpa disertai ikterus; keadaan ini
reversibel bila obat dihentikan. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat
terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6g mengakibatkan nekrose hati yang
tidak reversible.
23
Obat Penurun Panas (Antipiretik)
Obat penurun panas, bekerja menghambat enzim Cox(cyclo-oxygenas
e) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu. Akibat terganggunya
produklsi prostaglandin maka proses peningkatan suhu tubuh pun terganggu
pula. Obat penurun panas sama sekali tidak mengobati penyebab demanmya.
Tujuan pemberian obat demam bukan untuk melenyapkan demam melainkan
agar anak merasa lebih nyaman dengan mengurangi suhu tubuh l-2 derajat
belaka. Oleh karena itu, jangan terobsesi ingin dan harus dalam "seketika"
berhasil menormalkan suhu tubuh karena demam pasti muncul selama infeksi
masih berlangsung. Kalau terobsesi demikian, maka peresepan kita cenderung
polifarmasi, sarat off label use drugs (obat yang tak sesuai dengan indikasinya
seperti antibiotik padahal infeksi virus, atau steroid padahal tidak relevan dan
lebih besar risikonya tanpa ada benefit-nya). Tidak sedikit peresepan yang
mempuyerkan parasetamol dengan fenobarbital. Katanya untuk mencegah
kejang demam. Hindari peresepan kombinasi kedua obat ini karena :
(1) kejang demam tidak dapat dicegah;
(2) fenobarbital merangsang enzim hati yang kerjanya menetralisir
asetaminofhen sehingga klirens/bersihan asetaminofen dipercepat dan
kadarnya di darah menurun sehingga efek antipiretiknya pun
dikurangi;
(3) induksi enzim sitokrom hati oleh fenobarbital selain meningkatkan
bersihan parasetamol, juga mempercepat terbentuknya metabolit
asetaminofen yang toksik (radikal bebas) sehingga risiko
hepatotoksisitas meningkat.
24
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan
tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam
(purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika
muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan.
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD
dengan masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut atau suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, saat demam
pasien compos mentis. Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi
mendadak tinggi, selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional
lainnya seperti lesu, tidak mau makan, dan muntah.
Mekanisme mual
Di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-
makanan yangmengandung alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga
menyebabkan terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di
lambung yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung .
25
muntah dipicu oleh adanya impuls afferent yang menuju pusat muntah, yang
terletak di medulla otak. Impuls tersebut diterima dari pusat sensori seperti
chemoreceptor trigger zone (CTZ),korteks serebral, serta visceral afferent dari
faring dan saluran cerna.Impuls afferent yang sudah terintegrasi dengan pusat
muntah, akan menghasilkan impuls efferent menuju pusat salivasi, pusat
pernafasan, daerah salurancerna, faring, dan otot otot perut yang semuanya
bersinergi memicu proses muntah. Nah dari sini terlihat alasan ketika muntah
terjadi nafas tidak beraturan, terengah engah,keringat, kontraksi perut, ataupun
keluar saliva/air liur.Penyebab dan proses terjadinya muntah dapat dilihat pada
gambar berikut:
26
Gambar 2: Chemoreceptor trigger zone
27
pengecap pahit menyebabkan peningkatan rasa pahit dan diteruskan ke
memori di dalam otak, sehingga menyebabkan nafsu makan menurun.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai ketika menyapa pasien dan memulai
wawancara. Perhatikanlah bagaimana penampilannya, jabatan tangannya
teraba seperti apa, sikap dan habitus umumnya, dan cara berbicaranya.
Perkirakanlah keadaan fisiologis pasien secara keseluruhan.
a. Inspeksi
Adalah melihat perubahan-perubahan fungsional. Seperti
warna, garis bentuk, simetri atau asimetri, dan kejadian-kejadian lain
dapat dilihat dan digolongkan.
Langkah kerja :
28
b. Palpasi
Tindakan meraba dengan satu ataupun dua tangan. Palpasi
membedakan tekstur, dimensi, konsistensi, suhu dan kejadian-kejadian
lain.
Langkah kerja :
c. Perkusi
Mengetuk dengan tangan atau dengan suatu alat pada suatu
bagian tubuh. Menimbulkan getaran dan bunyi. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apa yang terjadi dengan bunyi itu. Dengan
penyebaran bunyi disebut resonansi. Makin sedikit jumlah antar
permukaan, makin baik penghantaran bunyi tersebut.
Terdapat banyak cara untuk melakukan perkusi. Yang paling
umum adalah ujung jari tengah tangan kiri ditekankan dengan kuat
diatas kulit. Ujung jari tengah tangan kanan dengan cepat mengetuk
jari diatas kulit tersebut. Gerakannya adalah dari pegelangan tangan
dan ayunkan dengan ringan seperti lambaian selamat tinggal.
Ketuklah dua kali saja dan denganrkan baik-baik.
Langkah Kerja :
29
Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari
kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan
pergelangan tangan.
Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.
d. Auskultasi
Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Penilaian
bunyi meliputi frekuensi, intensitas, durasi, dan kualitas. Stetoskop
adalah alat untuk membantu auskultasi.
Bagian-bagian stetoskop :
Tekanan Darah:
30
Range Range
Laju Pernapasan
Newborn 30-50
Adults 16-20
Jenis Pernafasan:
31
3) Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama
panjangnya dan sama dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan
menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius,
koma, diabetes, uremia
Denyut nadi:
Newborn 100-160
Adults 50-80
Suhu Tubuh
32
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.
Termogenesis (produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang)
secara normal diatur oleh pusat thermoregulator hipothalamus.
33
Gambar 3: pemeriksaan Rumplee leede
Ketahanan kapiler dapat menurun pada infeksi DHF, ITP, purpura, dan
Scurvy. Tes RL dilakukan dengan cara pembendungan vena memakai
sfigmomanometer pada tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg)
selama 10 menit. Pembendungan vena menyebabkan darah menekan dinding
kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau adanya
trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam
kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga
tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit. Bercak tersebut
disebut ptekie. Hasil positif bila terdapat ptekie pada bagian volar lengan
bawah yang dibendung dengan jumlah 10 pada area berdiameter 5 cm.
Tes RL tidak perlu dilakukan jika sudah terdapat purpura atau diketahui
mempunyai riwayat perdarahan.
Pengujian ini didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang
diperlukan untuk diagnosis DBD. Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi.
Faktor pengganggu uji ini adalah perempuan yang pramenstruasi,
postmenstrual, atau mereka dengan kulit rusak matahari, karena semua akan
mengalami peningkatan kerapuhan kapiler.
F. Pemeriksaan Laboratorium
34
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit
dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. IndeksEritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. LajuEndapDarahatauErithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. HitungJenisLeukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Trombosit : 96.000/mm
Nilai normal:
170 380. 103/mm3
SI : 170 380. 109/L
Implikasi klinik:
35
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple
myeloma dan multipledysplasia syndrome.
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan
spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah
platelet.
Leukosit : 4.500/mm;
Nilai normal:
3200 10.000/mm3
SI : 3,2 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau
mengangkut/mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
36
Agranulosit: limfosit dan monosit
37
Nilai Normal :
Neutrofil- Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Segment -Bands
Deskripsi:
Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat
38
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Implikasi klinik :
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan
cairan dan kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia,
luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada
orang yang hidup di daerah dataran tinggi. Konsentrasi Hb berfluktuasi pada
pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar. Konsentrasi Hb dapat
digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi
anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.
Widaltype test:
Widal test merupakan suatu uji serum darah yang memakai prinsip
reaksi agglutinasi untuk mendiagnosa demam typhoid. Dengan kata lain
merupakan tes serologi yang digunakan untuk mendeteksi demam typhoid.
Antigen-O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100C selama 25 jam, alkohol dan asam yang encer.
Antigen-H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.
typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1
tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak
aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan pada pemberian alkohol atau
asam.
Antigen-Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Interpretasi Hasil
Penilaian
40
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih
kontroversial diantara para ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa
kenaikan titer agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali terutama agglutinin O
atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk demam typhoid.
Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama.
Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai
arti diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat
membantu dan menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada
penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemic atau pada anak umur
kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada kelompok penderita ini
kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih
amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat
tinggal di daerah endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis
subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan ambang
atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu dengan
yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara
anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji
Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka
ambang atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
41
IgM serologi Salmonella : (-)
42
VI. Kerangka Konsep
Pirogen masuk kedalam
tubuh
43
DEMAM
Demam
VII. Kesimpulan
44
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. American Cancer Society Guidelines for the Early Detection of
Cancer. Atlanta, GA: American Cancer Society, 2006. Available at:
http://www.cancer.org/docroot/PED/content/PED_2_3X_ACS_Cancer_Detection_
Guidel ines_3 6.asp?sitearea=PED. Accessed August 21, 2006.
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI
Bickley, Lynn S. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta: EGC:
2008. Hal : 56
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 2009
Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan PL Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI
45
Harris R, Wilson-Barnett J, Griffiths P, et al. Patient assessment: validation of a
nursing instrument. Int J Nurs Stud 1998;35: 303-313.
Hughes J. Use of laboratory test data: process guide and reference for pharmacists. 2004.
Pharmaceutical Society of Australia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta
Kailis SG, Jellet LB, Chisnal W, Hancox DA. A rational approach to the interpretation of
blood and urine pathology tests. Aust J Pharm 1980 (April): 221-30
KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classifi
cation, and Stratifi cation. 2000. National Kidney Foundation.
Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Puspa
Wardhani, Prihatini, Probohoesodo, M.Y. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Unair/RSU Dr Soetomo Surabaya.
Risky Vitria Prasetyo, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak.. Divisi
Tropik dan Penyakit Infeksi . Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU
Dr. Soetomo Surabaya
Seidel H, Ball J, Dains J, et al. Mosby's Gui de to Physical Examination, 6th ed. St.
Louis: Mosby-Year Book, 2006.
46
Sudoyo,W Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:FKUI:2006. hal:
1719-1721
U.S. Department of Health and Human Services. Healthy People 2010: National Health
Promoti on and Disease Prevention Objectives. Washington, DC: Public Health
Services, 1999
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_mikrobiologi_farmasi.
pdf (diakses pada 19 september pukul 17.47)
http://repository.unand.ac.id/15481/2/PENUNTUN_SKILLS_LAB-Blok_2.pdf
http://www.labbiomed.co.id/index.php/article/27-pemeriksaan-laboratorium-pada-demam
(diakses pada tanggal 19 September 2017)
http://erepo.unud.ac.id/10098/3/6d5d3ba933e4f51db1c25bfb85f92ebd.pdf (diakses pada
tanggal 19 September 2017)
47