Anda di halaman 1dari 47

Skenario A Blok 9

Farhan, 18 tahun, seorang mahasiswa yang tinggal di Palembang datang ke


puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam mendadak tinggi dirasakan
terus menerus. Demam tidak turun meski Farhan minum obat penurun panas. Farhan juga
merasa mual tetapi tidak muntah, nafsu makan menurun.

Pemeriksaan fisik:

- Keadaan umum: Tampak sakit sedang


Tanda vital : kesadaran: compos mentis, TD 110/70 mmHg; frekuensi nadi
126x/menit; frekuensi napas 20x/menit; suhu 39,6 C
- Pemeriksaan lokalis: dalam batas normal
- Pemeriksaan prosedur diagnostik: Rumplee Leede Positif
- Pemeriksaan laboratorium:
Trombosit: 96.000/mm3; Leukosit: 4.500/mm3 ; Hb: 13,6 gr/dl; Ht: 45%;
Widal type H: 1/80; O: 1/80; IgM serologis salmonella : (-)

I. Klarifikasi Istilah

No
Istilah Pengertian
.
1. Demam suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 C yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan.
2. Mual sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
abdomen dengan kecendrungan untuk muntah.
3. Muntah pengeluaran isi lambung melalui mulut.

4. Nafsu Makan keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan


keinginannya untuk makan selain karena lapar.
5. Rumplee Leede uji ketahanan kapiler darah dengan cara melakukan
test pembendungan vena vena sehingga darah menekan dinding
kapiler.
6. Compos mentis kondisi tingkat kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sesungguhnya.
7. Widal type uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella enterica
penyebab penyakit thypoid akan memperlihatkan reaksi
antibodi terhadap antigen O( somatik) dan antigen H

1
(flagella).
8. Pemeriksaan pemeriksaan pada satu regio tubuh saja, sifatnya tidak
lokalis menjalar ketubuh yang lain.
9. Keadaan umum penilaian apakah keadaan pasien dalam keadaan darurat
medik atau tidak.
10. IgM serologis pemeriksaan antibodi terhadap bakteri Salmonella Untuk
salmonella menegakkan diagnosis demam thypoid.
11. Hematocrit (Ht) persentase volume eritrosit dalam whole blood, juga merujuk
pada alat atau prosedur yang digunakan dalam penentuan
nilainya.

II. Identifikasi Masalah

1. Farhan, 18 tahun, seorang mahasiswa yang tinggal di Palembang datang ke


puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam
mendadak tinggi dirasakan terus menerus. (***)
2. Demam tidak turun meski Farhan minum obat penurun panas. (**)
3. Farhan merasa mual tetapi tidak muntah, nafsu makan menurun. (**)
4. Pemeriksaan fisik: (*)
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Tanda vital : kesadaran: compos mentis, TD 110/70 mmHg; frekuensi
nadi 126x/menit; frekuensi napas 20x/menit; suhu 39,6 C.
Pemeriksaan lokalis: dalam batas normal.
5. Pemeriksaan prosedur diagnostik: Rumplee Leede Positif (**)
6. Pemeriksaan laboratorium: (*)
Trombosit: 96.000/mm3; Leukosit: 4.500/mm3 ; Hb: 13,6 gr/dl; Ht:
45%;
Widal type H: 1/80; O: 1/80; IgM serologis salmonella : (-)

III. Analisis Masalah


1. Farhan, 18 tahun, seorang mahasiswa yang tinggal di Palembang datang ke
puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam
mendadak tinggi dirasakan terus menerus.
a. Apa saja tipe-tipe demam?

a) Demam septic
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas

2
normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik. Contohnya yaitu TBC berat
dan reaksi obat.
b) Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c) Demam intermiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d) Demam kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
e) Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

b. Apa tipe demam yang diderita oleh farhan?


Demam yang diderita oleh Farhan adalah demam kontinu
karena dirasakan terus menerus tanpa perubahan suhu tubuh yang
signifikan dengan klasifikasi berdasarkan suhu yaitu febris (38 oC - 40
o
C) dan suhu tubuh Farhan diukur 39,6oC.
c. Bagaimana mekanisme demam?

Pirogen masuk ketubuh

Difagositosis oleh makrofag


leukosit
Pengeluaran pirogen endogen (IL-1)

Merangsang sel-sel endotel hipotalamus

Pengeluaran as.arakidonat

Pengeluaran prostaglandin 3
(PGE2)
Set point hipotalamus
d. Bagaimana keterkaitan usia, tempat
Demamtinggal dan pekerjaan farhan
terhadap gejala yang ditimbulkan?
Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
demam, karena demam sendiri lebih diakibatkan oleh adanya infeksi
karena virus, jamur, bakteri, stress dan pengeluaran panas dari tubuh
yang berlebihan (olahraga). Namun anak-anak lebih cenderung
mengalami demam karena antibodi yang mereka miliki tidak sebaik
yang dimiliki oleh orang dewasa normal. Dan juga untuk set point saat
anak kecil dan orang dikatakan demam, memiliki pengukuran yang
berbeda karena suhu normal yang dimiliki anak-anak dan orang
dewasa juga berbeda.
Fakta menunjukkan bahwa Farhan tinggal di kota Palembang
yang merupakan wilayah endemis penyakit yang diakibatkan oleh
infeksi virus dengue. Ditambah lagi apabila dilingkungan tempat
tinggal Farhan kebersihannya tidak terjaga, maka semakin
memperbesar kemungkinan Farhan mengalami demam akibat infeksi
virus dengue.

e. Bagaiamana pengaruh demam terhadap fungsi fisiologis farhan?


Demam merupakan respon fisiologis normal dalam tubuh oleh
karena terjadi perubahan nilai set point di hipotalamus. Demam pada
prinsipnya dapat menguntungkan dan merugikan. Demam merupakan
mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan daya fagositosis
sehingga viabilitas kuman mengalami penurunan, tetapi demam juga
dapat merugikan karena apabila seorang anak demam, maka anak akan
menjadi gelisah, nafsu makan menurun, tidurnya terganggu serta bila
demam berat bisa menimbulkan kejang demam. Demam justru adalah
salah satu fungsi fisiologis tubuh dalam melakukan pertahanan
(mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap infeksi/peradangan).

2. Demam tidak turun meski Farhan minum obat penurun panas.


a. Bagaimana mekanisme obat penurun panas?

4
Obat penurun panas bekerja menghambat enzim Cox(cyclo-
oxygenase) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu. Akibat
terganggunya produksi prostaglandin maka proses peningkatan suhu
tubuh pun terganggu pula. Obat penurun panas sama sekali tidak
mengobati penyebab demamya. Tujuan pemberian obat demam bukan
untuk melenyapkan demam melainkan agar anak merasa lebih nyaman
dengan mengurangi suhu tubuh l-2 derajat.

b. Apa saja jenis jenis obat penurun panas?


Obat untuk menurunkan panas biasanya adalah antipiretik
seperti parasetamol (Asetaminofen), ibuprofen, dan aspirin dengan
dosis sesuai yang dianjurkan.

c. Apakah obat penurun panas dapat diberikan kepada pasien demam


pada kasus ini?
Iya karena penurunan suhu tubuh dengan antipiretik,
hendaknya antipiretik diberikan bila suhu >390 C (suhu tubuh farhan
39,60 C). Suhu tubuh tinggi yang mencapai 410 C dikhawatirkan dapat
merusak sel otak, katabolisme sel otot dan menyebabkan perspirasi

5
insensibel yang meningkat sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
rasa letih serta kejang-kejang.

3. Farhan merasa mual tetapi tidak muntah, nafsu makan menurun.


a. Bagaimana mekanisme mual yang tidak disertai muntah pada kasus
ini?
Pirogen yang masuk ketubuh akan bereaksi dengan antibodi
sehingga menyebabkan respon peradangan yang akan menstimulasi
medula vomiting sehingga merasa mual, tidak terjadi muntah karena
respon tidak mencapai ambang rangsang sehingga masih bisa ditahan
oleh tubuh.
b. Bagaimana mekanisme penurunan nafsu makan pada kasus ini?
IL-1 merangsang taste bud lebih sensitif terhadap rasa pahit.
Perubahan predominan rasa pahit dapat menurunkan nafsu makan.

4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Tanda vital : kesadaran: compos mentis, TD 110/70 mmHg; frekuensi
nadi 126x/menit; frekuensi napas 20x/menit; suhu 39,6 C
Pemeriksaan lokalis: dalam batas normal
a. Apa saja jenis jenis keadaan umum dan bagaimana interpretasi pada
kasus ini?
- Sakit Ringan
Kesadaran penuh
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Pemenuhan kebutuhan mandiri
- Sakit Sedang, memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah:
Kesadaran penuh s/d apatis
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Memerlukan tindakan medis minimal 3 tindakan per hari
Memerlukan observasi
Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya
- Sakit Berat, memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d somnolent
Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
Memakai alat bantu organ vital
Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang
intensif
Memerlukan observasi yang ketat
Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya

b. Apa saja derajat kesadaran pasien?

6
Derajat kesadaran:
- Kompos mentis : sadar penuh, dapat menjawab pertanyaan
- Apatis : segan berhubungan dengan keadaan sekitar,
acuh
- Letargi : lesu, mengantuk
- Somnolen : selalu mau tidur, dapat dibangunkan dengan nyeri atau
untuk makan dan minum
- Sopor/ stupor : tidak bereaksi bila dibangunkan kecuali
dengan rangsang nyeri
- Koma : kesadaran hilang sama sekali, tidak ada refleks
batuk ataupun muntah.

c. Bagaimana interpretasi tanda vital farhan?

Tekanan darah : Tekanan darah normal untuk usia 18 tahun


menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah 90/60-
120/80 mmhg. Data yang didapat dari skenario menunjukkan hasil
yang normal.

Frekuensi nadi:Frekuensi denyut nadi normal untuk usia 18 tahun


menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah60-
100x/mt. Data yang didapat dari skenario menunjukkan frekuensi
denyut nadi yang tinggi dari batas normal (takikardi). Hal ini
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Diketahui bahwa setiap
peningkatan suhu 1 C menyebabkan peningkatan denyut nadi
10x/menit.

Frekuensi napas: Normal 16-24x/menit. Dari data yang didapat


pada skenario menunjukkan keadaan yang normal yaitu 20x/menit.

Temperatur:

a) Temperatur normal setiap orang berbeda tergantung jenis kelamin,


aktivitas, makanan dan cairan yang dikonsumsi.
b) Pada perempuan juga dipengaruhi oleh siklus menstruasi
c) Lokasi pemeriksaan : oral/aksila/rektal (rektal > oral > aksila)
o Normal : 36,5 37,5 C
o Febris : > 37,5 C
Subfebris : 37,5 38 C

7
Febris : 38 40 C
Hiperpireksia: > 40 C
d) Dari data yang didapat pada skenario menunjukkan bahwa farhan
mengalami kenaikan suhu tubuh (demam). Suhu tubuhnya
mencapai 39,6.

d. Bagaimana prinsip dan cara melakukan pemeriksaan fisik?


1. Anamnesis, dimulai ketika menyapa pasien dan memulai
wawancara. Perhatikanlah bagaimana penampilannya, jabatan
tangannya teraba seperti apa, sikap dan habitus umumnya, dan cara
berbicaranya. Perkirakanlah keadaan fisiologis pasien secara
keseluruhan.
2. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
Inspeksi adalah melihat perubahan-perubahan fungsional.
Seperti warna, garis bentuk, simetri atau asimetri, dan kejadian-
kejadian lain dapat dilihat dan digolongkan.
Palpasi merupakan tindakan meraba dengan satu ataupun dua
tangan. Palpasi membedakan tekstur, dimensi, konsistensi, suhu
dan kejadian-kejadian lain.
Perkusi dilakukan dengan mengetuk dengan tangan atau
dengan suatu alat pada suatu bagian tubuh. Menimbulkan
getaran dan bunyi. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa
yang terjadi dengan bunyi itu. Dengan penyebaran bunyi
disebut resonansi. Makin sedikit jumlah antar permukaan,
makin baik penghantaran bunyi tersebut.
Auskultasi dilakukan dengan mendengarkan bunyi yang berasal
dari dalam tubuh. Penilaian bunyi meliputi frekuensi, intensitas,
durasi, dan kualitas. Stetoskop adalah alat untuk membantu
auskultasi.

5. Pemeriksaan prosedur diagnostik: Rumplee Leede Positif.


a. Apa tujuan pemeriksaan rumplee leede?
Menguji ketahanan kapiler darah dan penurunan jumlah
trombosit pada penderita DHF.

8
b. Bagaimana prinsip pemeriksaan rumplee leede?
Dilakukan pembendungan pada vena, sehingga tekanan darah
di dalam kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan
menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga nampak titik merah kecil pada permukaan kulit, titik tersebut
dikenal dengan petechiae.

c. Apa interpretasi dari rumplee leede (+)?


Test ini bernilai positif jika ada 10 atau lebih petechiae pada
area yang berdiameter 5 cm di lengan bawah bagian depan termasuk
lipatan siku.

d. Bagaimana indikasi pemeriksaan rumplee leede?


Rumple leed test dianjurkan untuk pasien yang diduga DHF
(Dengue Hemoragic Fever) dengan gejala di antaranya demam,
pendarahan, hepatomegali, syok, kenaikan nilai hematokrit,
berkurangnya jumlah trombosit disertai gejala klinik lain seperti mual,
tidak nafsu makan, diare dan kejang-kejang.

e. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini?


a) Infeksi (bakteri, virus, parasit)
Demam tifoid :
o Minggu pertama demam tinggi yang berkepanjangan
(30-40 C), berangsur naik setiap hari, yang biasanya
turun pada pagi hari kemudian naik pada sore atau
malam hari.
o Minggu kedua suhu tubuh terus dalam keadaan tinggi.
Suhu badan tinggi dengan penurunan sedikit pada
malam hari.
o Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal
kembali di akhir minggu.
TB paru:
o Biasanya subfebril menyerupai demam influenza
o Demam dirasakan pada malam hari disertai keringat
malam, kadang-kadang suhu badan dapat mencapai 40-
41 C.
o Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
Demam berdarah dengue:

9
o Demam mendadak selama 2-7 hari, demam kemudian
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada
hari ke-6 panas mendadak menurun.
Bronkiolitis
o Biasanya pada bayi antara umur 2-24 bulan
o Lebih sering terjadi pada musim hujan
o Biasanya dimulai dari ISPA lalu turun kebawah sesudah
2-4 hari
o Demam subfebril 38-38,5 C
Malaria:
o Demam berhubungan dengan pecahnya skizon matang
dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah.
o Stadium serangan demam:
a. Menggigil dingin, nadi cepat, bibir dan jari
tangan biru, kulit kering dan pucat, 1/2 1 jam
b. Puncak demam panas sekali, muka merah, kulit
kering panas seperti terbakar, kepala sakit, mual
muntah, nadi keras, suhu mencapai 41 C, 2-6 jam.
Sindroma loeffler:
o Demam terjadi saat larva Ascaris masuk kedalam paru
dan menetap dalam beberapa saat
o Demam disertai batuk dan eosinofilia
o Pada foto toraks tampak gambaran infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu.

b) Keganasan
Leukemia:
o Faktor genetik (kelainan kromosom)
o Demam tidak terlalu tinggi disertai keringat
Limfoma:
o Ada hubungannya karena infeksi HLTV-1 (human T cell
lymphotropic virus tipe 1)
o Demam berkepanjangan dengan suhu > 38 C, disertai
keringat malam.

c) Reaksi Obat (obat-obatan, pasca imunisasi)


Drug fever:
o Efek samping pengobatan berupa demam obat terjadi
pada 3-5% dari seluruh reaksi obat yang dilaporkan.
o Obat yang sering menyebabkan demam adalah
antibiotik dan antikonvulsi.
o Eosinofilia dan ruam dapat membantu diagnosis.

10
o Karakteristik demam yaitu akan timbul tidak lama
setelah pasien mulai dengan pengobatan dan
menghilang bila pengobatan dihentikan patogonomis
Reaksi imunisasi:
o Vaksin yang sering menyebabkan demam yaitu hepatitis
B, DPT, campak.
o Karakteristik: demam tinggi.

d) Trauma (pasca operasi, infeksi nosokomial)


Pasca operasi:
o Dalam waktu 24 jam setelah operasi adalah masa kritis,
bisa diikuti oleh demam karena kondisi jaringan
tubuh yang masih dalam keadaan stress.
o Setelah 48 jam biasanya tubuh sudah biasa dengan
kondisi itu.
o Demam yang muncul setelah 3 hari dan seterusnya
infeksi nosokomial (demam tinggi dan menggigil )
e) Gangguan Imun (Penyakit Vaskular Kolagen)
Demam rematik:
o Suatu reaksi peradangan yang menyerang berbagai
bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit).
o Gejala awal paling sering adalah nyeri persendian dan
demam.
o Demam timbul secara tiba-tiba dan bersamaan dengan
timbulnya nyeri persendian, demam bersifat turun-naik.

6. Pemeriksaan laboratorium:
Trombosit: 96.000/mm3; Leukosit: 4.500/mm3 ; Hb: 13,6 gr/dl; Ht: 45%;
Widal type H: 1/80; O: 1/80; IgM serologis salmonella : (-)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?

- Trombosit
Trombosit yang disebut juga keping-keping darah, merupakan
salah satu komponen dalam darah kita yang berfungsi mencegah
perdarahan. Bila jumlah trombosit menurun jauh di bawah normal maka
kemungkinan perdarahan mudah terjadi. Jumlah trombosit normal sekitar
180.000 380.000 sel/ ul.

11
Trombositnya Farhan rendah( trombositopenia) dibawah
100.000/mm3

- Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih, berfungsi untuk melawan kuman
yang masuk ke dalam tubuh kita. Pada infeksi oleh bakteri seperti infeksi
tenggorokan, infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing, jumlah
leukosit sering meningkat, namun infeksi oleh bakteri penyebab Tifus
(salmonella), jumlah leukosit tetap normal bahkan bisa turun.
Nilai Normal Leukosit
Pria: Leukosit : 4.000 11.000 (5.000 10.000) (/ul)
Wanita: Leukosit : 5.000 10.000(/ul)

Leukosit Farhan rendah (leukopenia),

- Hb (Hemoglobin)
Hb adalah pigmen dalam butir darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada penyakit infeksi
menahun, Kanker Darah, Malaria, kadar Hb dapat menurun, sebaliknya
pada Demam Berdarah, kadar Hb dapat meningkat, karena darah menjadi
lebih pekat akibat cairan darah (plasma darah) merembes kekuar dari
pembuluh darah.
Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)
Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 17.5 (13 16) (g/dl)
Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 15 (g/dl)

Pada kasus Hb farhan normal yaitu 13,6 gr/dl

- Hematokrit
Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam
darah sehingga dengan melakukan pemeriksaan hematokrit maka akan kita
dapatkan hasil perbandingan jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap
volume darah dalam satuan persen. Nilai Normal Hematokrit
Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 53.0 (40 54) (%)
Wanita : Hematokrit (Ht) : 36 47 (%)

12
Nilai hematokrit Farhan normal 45 %
- Widal
Pemeriksaan Widal, adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap kuman penyebab Tifus (Salmonella). Bila seseorang
terinfeksi kuman Tifus, maka tubuhnya akan membentuk zat antibodi
terhadap kuman tersebut. Oleh karena itu, adanya peningkatan kadar
antibodi Tifus yang nyata dalam darah seseorang, dapat digunakan sebagai
petunjuk adanya infeksi oleh kuman Tifus. Kenaikan dianggap nyata bila
titer antibodi O di atas 1/160 dan antibodi H di atas 1/320.
- Salmonella Thypi Ig M
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui adanya infeksi tifus. Hasil
pemeriksaan yang positif menunjukan indikasi adanya infeksi oleh kuman
tifus.

b. Bagaimana prinsip pemeriksaan widal ?

Prinsip pemeriksaan widal adalah reaksi aglutinasi yang terjadi


bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella
typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi
antara antigen dan antibodi (aglutinin). Antigen yang digunakan pada
tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum,
maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam
serum. Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 ,
1/320 , 1/640.

Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan


(+).

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah


ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung


dinyatakan (+) pada pasiendengan gejala klinis khas.

13
c. Bagaimana prinsip pemeriksaan IgM serogis salmonella?

Tes TUBEX merupakan nama produk dari pemeriksaan IgM


Anti Salmonella. Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif
semi kuantitatif yang sederhana, cepat (kurang lebih 5 menit) dan
sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut demam tifoid karena hanya
mendeteksi adanya antibodi IgM Anti-Salmonella dan tidak
mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
Tes TUBEX yang diproduksi oleh IDL Biotech, Sollentuna,
Sweden mengeksploitasi kemudahan dan kepraktisan seperti uji widal
tetapi tes ini menggunakan partikel yang berwarna untuk
meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya
ditemukan pada Salmonellaserogrup D.
Skor 0 menunjukan semakin merah warna yang terlihat dan
semakin negatif hasil yang didapat, sedangkan skor 10 menunjukan
semakin biru warna yang muncul dan semakin positif hasilnya. Hasil
negatif jika skor 0-2dan positif jika skor 3-10.

d. Bagaimana indikasi pemeriksaan laboratorium pada kasus ini?


Pada kasus ini ditemukan gejala-gejala yang menyerupai gejala
pada demam thypoid namun karena hasil tes widal dan IgM salmonella
maka dapat disimpulkan bahwa penyakitnya bukan demam thypoid.
Berdasarkan hasil trombosit yang menurun disertai dengan Rumplee
leede yang + kemungkinan besar penyakitnya adalah DHF.

IV. Identifikasi Keterbatasan Ilmu Pengetahuan (Learning Issue)

14
N What I dont What I have How will I
Pokok Bahasan What I Know
o know to prove learn

Pengertian, Diagnosis
1. Demam Mekanisme
Jenis banding

Pengertian,
2. DBD Siklus Tatalaksana
Gejala

Hubungan
Mual dan Nafsu Jurnal,
3. Pengertian dengan Mekanisme
makan menurun Textbook,
demam
Internet
Pengertian,
Pemeriksaan
Macam-
4. Fisik Prinsip -
macam,
Fungsi
Pemeriksaan Pengertian,
5. Prinsip -
Rumplee Leede Jenis, Fungsi
Pengertian,
Pemeriksaan Macam-
6. Prinsip -
Laboratorium macam,
Fungsi
V. Sintesis Masalah
A. Demam
1. Definisi
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang merupakan respon
fisiologis akibat pengaturan pada set point di hipothalamus. Pirogen
merupakan substansi yang dapat menyebabkan demam.Dapat berasal dari
luar (eksogen) atau dari dalam (endogen).

2. Patofisiologi

15
Sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik,maka monosit,
makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF, IL-6 dan interferon) yang bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru
dan bukan di suhu tubuh normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9C , hipotalamus merasa bahwa
suhu normal prademam sebesar 37C terlalu dingin, dan organ ini
memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu
tubuh.
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu
tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Rangsangan eksogen
seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk
mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1
dan TNF, selain IL-6 dan interferon (IFN). Pirogen endogen ini akan
bekerja pada sistem syaraf pusat pada tingkat Organum Vasculosum
Laminae Terminalis (OVLT) yang dikelilingi oleh bagian medial dan
lateral nucleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum.
Sebagai respons terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi
sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2), dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh terutama demam.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal
macrophage inflammatory protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja
secara langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam
dari jalur prostaglandin, demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat
dihambat oleh antipiretik.Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat
meningkatkan produksi panas,sementara vasokonstriksi kulit juga
berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian,
pembentukan demam sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik

16
adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan
mekanisme termoregulasi.
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar
hipotalamus terkena pirogen eksogen tertentu (seperti bakteri) atau
pirogen endogen (Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor)
sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan
dari endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit seperti prostaglandin
E2, akan melintasi barrier darah-otak dan menyebar ke dalam pusat
pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon
dengan meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan,
hipotalamus akan mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer.
Pembuluh darah perifer akan berespon dengan melakukan vasokonstriksi
yang menyebabkan penurunan heat loss melalui kulit.
Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkan piloerection.
Jika penyesuaian ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan
mencocokkan titik suhu yang baru, maka akan timbul menggigil yang
dipicu melalui spinal dan supraspinal motor system, yang bertujuan agar
tubuh mencapai titik suhu yang baru.
Ketika demam terjadi, banyak rekasi fisiologis berlangsung, termasuk
konsumsi oksigen meningkat sebagai respon terhadap metabolisme sel
meningkat, peningkatan denyut jantung, peningkatan cardiac output,
jumlah leukosit meningkat, dan peningkatan level C-reactive protein.
Konsumsi oksigen meningkat sebesar 13% untuk setiap kenaikan 1C
suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika menggigil ada, konsumsi
oksigen dapat meningkat 100%-200%. Beberapa sitokin dilepaskan
selama keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres (tegang).
Sitokin ini dapat memicu percepatan katabolisme otot dengan
menyebabkan penurunan berat badan, kehilangan kekuatan, dan
keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres diwujudkan
dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang
lebih sering terjadi pada anak-anak.
Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke
suhu normal, maka akan ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh
akan merasa hangat.

17
Hasil penelitian dengan model berbagai hewan menunjukkan bahwa
demam memiliki beberapa efek respons tubuh menguntungkan terhadap
infeksi. Heat shock proteins (HSP) adalah salah satu penelitian fever-
responsive proteins yang baru-baru dipelajari. Protein ini diproduksi
selama keadaan demam dan sangat penting untuk kelangsungan hidup sel
selama stres. Studi menunjukkan bahwa protein ini mungkin memiliki
efek anti-inflamasi dengan menurunkan kadar sitokin pro inflamasi.
Demam juga memicu efek menguntungkan lainnya, termasuk peningkatan
aktivitas fagositik dan bacteriocidal neutrofil serta meningkatkan efek
sitotoksik limfosit. Beberapa bakteri menjadi kurang ganas dan
tumbuh lebih lambat pada suhu lebih tinggi yang berhubungan dengan
demam. Peningkatan kadar C-reactive protein mendorong fagosit lebih
patuh untuk menyerang organisme, memodulasi radang, dan mendorong
perbaikan jaringan.

Akibat Demam
1. Pengeluaran panas dikurangi penurunan aliran darah ke
kulit perasaan dingin
2. Produksi panas meningkat menggigil
3. Frekuensi denyut jantung
4. Metabolisme lemah, nyeri sendi, sakit kepala
5. Gelombang tidur lambat delirium

3. Etiologi
a) Infeksi (bakteri, virus, parasit)
Demam tifoid :
o Minggu pertama demam tinggi yang berkepanjangan
(30-40 C), berangsur naik setiap hari, yang biasanya
turun pada pagi hari kemudian naik pada sore atau
malam hari.
o Minggu kedua suhu tubuh terus dalam keadaan tinggi.
Suhu badan tinggi dengan penurunan sedikit pada
malam hari.

18
o Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal
kembali di akhir minggu.
TB paru:
o Biasanya subfebril menyerupai demam influenza
o Demam dirasakan pada malam hari disertai keringat
malam, kadang-kadang suhu badan dapat mencapai 40-
41 C.
o Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
Demam berdarah dengue:
o Demam mendadak selama 2-7 hari, demam kemudian
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada
hari ke-6 panas mendadak menurun.
Bronkiolitis
o Biasanya pada bayi antara umur 2-24 bulan
o Lebih sering terjadi pada musim hujan
o Biasanya dimulai dari ISPA lalu turun kebawah sesudah
2-4 hari
o Demam subfebril 38-38,5 C
Malaria:
o Demam berhubungan dengan pecahnya skizon matang
dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah.
o Stadium serangan demam:
1. Menggigil dingin, nadi cepat, bibir dan jari
tangan biru, kulit kering dan pucat, 1/2 1 jam.
2. Puncak demam panas sekali, muka merah,
kulit kering panas seperti terbakar, kepala sakit,
mual muntah, nadi keras, suhu mencapai 41 C,
2-6 jam.
Sindroma loeffler:
o Demam terjadi saat larva Ascaris masuk kedalam paru
dan menetap dalam beberapa saat.
o Demam disertai batuk dan eosinofilia.
o Pada foto toraks tampak gambaran infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu.

b) Keganasan
Leukemia:
o Faktor genetik (kelainan kromosom)
o Demam tidak terlalu tinggi disertai keringat

19
Limfoma:
o Ada hubungannya karena infeksi HLTV-1 (human T cell
lymphotropic virus tipe 1)
o Demam berkepanjangan dengan suhu > 38 C, disertai
keringat malam.

c) Reaksi Obat (obat-obatan, pasca imunisasi)


Drug fever:
o Efek samping pengobatan berupa demam obat terjadi
pada 3-5% dari seluruh reaksi obat yang dilaporkan.
o Obat yang sering menyebabkan demam adalah
antibiotik dan antikonvulsi.
o Eosinofilia dan ruam dapat membantu diagnosis.
o Karakteristik demam yaitu akan timbul tidak lama
setelah pasien mulai dengan pengobatan dan
menghilang bila pengobatan dihentikan patogonomis
Reaksi imunisasi:
o Vaksin yang sering menyebabkan demam yaitu hepatitis
B, DPT, campak.
o Karakteristik: demam tinggi.

d) Trauma (pasca operasi, infeksi nosokomial)


Pasca operasi:
o Dalam waktu 24 jam setelah operasi adalah masa kritis,
bisa diikuti oleh demam karena kondisi jaringan
tubuh yang masih dalam keadaan stress.
o Setelah 48 jam biasanya tubuh sudah biasa dengan
kondisi itu.
o Demam yang muncul setelah 3 hari dan seterusnya
infeksi nosokomial (demam tinggi dan menggigil )
e) Gangguan Imun (Penyakit Vaskular Kolagen)
Demam rematik:
o Suatu reaksi peradangan yang menyerang berbagai
bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit).
o Gejala awal paling sering adalah nyeri persendian dan
demam.
o Demam timbul secara tiba-tiba dan bersamaan dengan
timbulnya nyeri persendian, demam bersifat turun-naik.

20
4. Tipe-tipe Demam
a. Demam septic
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas
normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik. Contohnya yaitu TBC berat
dan reaksi obat.
b. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam intermiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat.

e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

21
5. Tata Laksana
Demam merupakan respon fisiologis normal dalam tubuh oleh karena
terjadi perubahan nilai set point di hipotalamus. Demam pada prinsipnya dapat

22
menguntungkan dan merugikan. Demam merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk meningkatkan daya fagositosis sehingga viabilitas kuman
mengalami penurunan, tetapi demam juga dapat merugikan karena apabila
seorang anak demam, maka anak akan menjadi gelisah, nafsu makan menurun,
tidurnya terganggu serta bila demam berat bisa menimbulkan kejang demam.
Penatalaksanaan demam pada umumnya bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh yang terlalu tinggi ke dalam batas suhu tubuh normal dan bukan
untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaannya terdiri dari dua prinsip
yaitu pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Adapun prinsip
pemberian terapi non farmakologi meliputi pemberian cairan yang cukup
untuk mencegah dehidrasi, memakai pakaian yang mudah menyerap keringat,
memberikan kompres hangat agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga set point akan tercapai dan kembali ke batas suhu tubuh inti yang
normal. Pengobatan farmakologi pada intinya yaitu pemberian obat antipiretik,
obat anti inflamasi, dan analgesik yang terdiri dari golongan berbeda serta
memiliki susunan kimia.
Tujuan pemberian obat tersebut yaitu untuk menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan cara
menghambat enzim cyclooxygenase. Parasetamol atau asetaminofen
merupakan analgetik antipiretik yang popular dan banyak digunakan di
Indonesia dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi. Di Indonesia,
parasetamol tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol merupakan metabolit
fenasetin yang mempunyai efek antipiretik yang sama. Dalam dosis yang
sama, parasetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik sebanding
dengan aspirin, namun efek antiimflamasinya sangat lemah. Pada umumnya
parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi. Reaksi alergi terhadap parasetamol jarang terjadi,
manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa. Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul
peningkatan ringan enzim hati dalam darah tanpa disertai ikterus; keadaan ini
reversibel bila obat dihentikan. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat
terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6g mengakibatkan nekrose hati yang
tidak reversible.

23
Obat Penurun Panas (Antipiretik)
Obat penurun panas, bekerja menghambat enzim Cox(cyclo-oxygenas
e) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu. Akibat terganggunya
produklsi prostaglandin maka proses peningkatan suhu tubuh pun terganggu
pula. Obat penurun panas sama sekali tidak mengobati penyebab demanmya.
Tujuan pemberian obat demam bukan untuk melenyapkan demam melainkan
agar anak merasa lebih nyaman dengan mengurangi suhu tubuh l-2 derajat
belaka. Oleh karena itu, jangan terobsesi ingin dan harus dalam "seketika"
berhasil menormalkan suhu tubuh karena demam pasti muncul selama infeksi
masih berlangsung. Kalau terobsesi demikian, maka peresepan kita cenderung
polifarmasi, sarat off label use drugs (obat yang tak sesuai dengan indikasinya
seperti antibiotik padahal infeksi virus, atau steroid padahal tidak relevan dan
lebih besar risikonya tanpa ada benefit-nya). Tidak sedikit peresepan yang
mempuyerkan parasetamol dengan fenobarbital. Katanya untuk mencegah
kejang demam. Hindari peresepan kombinasi kedua obat ini karena :
(1) kejang demam tidak dapat dicegah;
(2) fenobarbital merangsang enzim hati yang kerjanya menetralisir
asetaminofhen sehingga klirens/bersihan asetaminofen dipercepat dan
kadarnya di darah menurun sehingga efek antipiretiknya pun
dikurangi;
(3) induksi enzim sitokrom hati oleh fenobarbital selain meningkatkan
bersihan parasetamol, juga mempercepat terbentuknya metabolit
asetaminofen yang toksik (radikal bebas) sehingga risiko
hepatotoksisitas meningkat.

Di lain pihak, beberapa obat justu dapat meningkatkan suhu tubuh


seperti antikanker, antibiotik tertentu seperti ampisillin, klokasillin, tetrasklin,
linkomisin, kotrimoksazol, INH, metrosnidazolmetoklorpamid.

B. DBD (Demam Berdarah Dengue)


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa

24
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan
tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam
(purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika
muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan.
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD
dengan masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut atau suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, saat demam
pasien compos mentis. Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi
mendadak tinggi, selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional
lainnya seperti lesu, tidak mau makan, dan muntah.

C. Mual dan Nafsu makan menurun


Mual adalah rangsangan bawah sadar di area medula yang berkait erat
dengan pusat muntah, dan ini dapat disebabkan oleh
(1) dorongan iritasi yang berasal dari saluran cerna,
(2) impuls yang berasal dari otak bawah yang terkait dengan mabuk
perjalanan, atau
(3) impuls dari korteks serebral untuk memulai muntah.
Muntah kadang terjadi tanpa sensasi prodromal mual, menunjukkan
bahwa hanya bagian tertentu dari pusat muntah yang dikaitkan dengan sensasi
mual.

Mekanisme mual
Di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-
makanan yangmengandung alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga
menyebabkan terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di
lambung yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung .

Mual akibat Demam berdarah sendiri disebabkan karena reaksi


antibody terhadap infeksi virus sehingga timbul respons peradangan, dan
akhirnya menyebabkan stimulasi pada medulla vomiting. Setelah terjadi
peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang di
sebut vas aktif yang menyebabkan permeabilitas kapilier pembuluh darah
naik. Sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak) dan
merangsang reseptor tegangan dan merangsang hypothalamus untuk mual.

25
muntah dipicu oleh adanya impuls afferent yang menuju pusat muntah, yang
terletak di medulla otak. Impuls tersebut diterima dari pusat sensori seperti
chemoreceptor trigger zone (CTZ),korteks serebral, serta visceral afferent dari
faring dan saluran cerna.Impuls afferent yang sudah terintegrasi dengan pusat
muntah, akan menghasilkan impuls efferent menuju pusat salivasi, pusat
pernafasan, daerah salurancerna, faring, dan otot otot perut yang semuanya
bersinergi memicu proses muntah. Nah dari sini terlihat alasan ketika muntah
terjadi nafas tidak beraturan, terengah engah,keringat, kontraksi perut, ataupun
keluar saliva/air liur.Penyebab dan proses terjadinya muntah dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 1: letak pusat


muntah

CTZ merupakan daerah kemosensori utama pada proses


emesis/muntah dan sering dipicu oleh senyawa senyawa kimia. Obat obat
sitotoksik pun memicu emesis melalui mekanisme berinteraksi dengan
CTZ. Beberapa neurotransmiter dan reseptor terdapat di pusat muntah, CTZ,
dan saluran cerna, meliputi kolinergik, histaminik,dopaminergik, opiat,
serotonergik, neurokinin, serta benzodiazepin. Dari sini jugat erlihat bahwa
adanya stimulasi pada beberapa reseptor ini akan memicu muntah. Itulah
sebabnya, mekanisme kerja obat antiemetik akan berkutat dalam menghambat
ataupun mengantagonis reseptor emetogenik tersebut seperti terlihat
padagambar berikut:

26
Gambar 2: Chemoreceptor trigger zone

Sementara diatas merupakan pathway DBD. Mual pada kasus ini


merupakan akibat reaksi tubuh terhadap pirogen yang masuk. Pirogen yang
masuk akan bereaksi dengan antibody sehingga menimbulkan respons
peradangan, kemudian akhirnya menstimulasi medulla vomiting dan terjadi
mual. Adapun muntah tidak menyertai mual pada kasus ini karena stimulasi
pada medulla vomiting belum mencapai ambang untuk respons muntah, selain
itu merupakan pertanda bahwa mual pada kasus ini bukan karena gangguan
gastrointestinal melainkan karena pirogen yang masuk
Nafsu makan menurun merupakan efek samping dari reaksi patogen di
dalam tubuh. Timbulnya rasa pahit akibat adanya ikatan antara bahan kimia
sebagai perangsang rasa pengecap pahit pada reseptor, salah satunya IL-1
yang dikeluarkan akibat masuknya pyrogen kedalam tubuh. Reaksi ini
mengakibatkan Gprotein melepaskan unit , yang pada reseptor indera rasa
pengecap pahit ini disebut sebagai Gustducin. Gustducin mengaktifasi ensim
sehingga pada keadaan ini menyebabkan tertutupnya saluran K+, kemudian
merangsang PLC (phospholipase C) untuk mengaktivasi PIP (fosfo inositol
fosfat) menjadi IP3 (inositol trifosfat). IP3 menyebabkan Ca2+ dikeluarkan
dari endoplasmik retikulum dan mitokondria sehingga menimbulkan
depolarisasi. Peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa

27
pengecap pahit menyebabkan peningkatan rasa pahit dan diteruskan ke
memori di dalam otak, sehingga menyebabkan nafsu makan menurun.

D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai ketika menyapa pasien dan memulai
wawancara. Perhatikanlah bagaimana penampilannya, jabatan tangannya
teraba seperti apa, sikap dan habitus umumnya, dan cara berbicaranya.
Perkirakanlah keadaan fisiologis pasien secara keseluruhan.

Para ahli jiwa mengatakan bahwa pendekatan fisik ke seseorang


dengan jarak kurang dari 2 kaki sesalu diinterpretasikan oleh alam bawah
sadar sebagai invasif dan mempertinggi kesadaran dan ketakutan pasien.
Instruksi yang disampaikan dengan hati-hati akan menghilangkan ketakutan
pasien. Lakukan pemeriksaan secara sistematis untuk menghindari kesalahan
karena kelalaian. Anamnesis memberikan perkiraan pertama tentang sifat
penyakit. Kemudian melakukan pemeriksaan secara sistematis pada tiap-tiap
sistem organ secara rutin meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

a. Inspeksi
Adalah melihat perubahan-perubahan fungsional. Seperti
warna, garis bentuk, simetri atau asimetri, dan kejadian-kejadian lain
dapat dilihat dan digolongkan.

Langkah kerja :

Atur pencahayaan yang cukup


Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
Buka bagian yang diperiksa
Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi,
penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan
dengan waktu cukup.
Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan
bagian sisi tubuh pasien.

28
b. Palpasi
Tindakan meraba dengan satu ataupun dua tangan. Palpasi
membedakan tekstur, dimensi, konsistensi, suhu dan kejadian-kejadian
lain.

Langkah kerja :

Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi


Cuci tangan
Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya
Yakinkan tangan hangat tidak dingin
Lakukan perabaan secara sistematis :
o Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran
o Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan
kualitas benda
o Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran
o Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit

c. Perkusi
Mengetuk dengan tangan atau dengan suatu alat pada suatu
bagian tubuh. Menimbulkan getaran dan bunyi. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apa yang terjadi dengan bunyi itu. Dengan
penyebaran bunyi disebut resonansi. Makin sedikit jumlah antar
permukaan, makin baik penghantaran bunyi tersebut.
Terdapat banyak cara untuk melakukan perkusi. Yang paling
umum adalah ujung jari tengah tangan kiri ditekankan dengan kuat
diatas kulit. Ujung jari tengah tangan kanan dengan cepat mengetuk
jari diatas kulit tersebut. Gerakannya adalah dari pegelangan tangan
dan ayunkan dengan ringan seperti lambaian selamat tinggal.
Ketuklah dua kali saja dan denganrkan baik-baik.

Langkah Kerja :

Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada


permukaan yang akan diperkusi.

29
Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari
kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan
pergelangan tangan.
Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.

d. Auskultasi
Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Penilaian
bunyi meliputi frekuensi, intensitas, durasi, dan kualitas. Stetoskop
adalah alat untuk membantu auskultasi.

Bagian-bagian stetoskop :

Ear Pieces --> dihubungkan dengan telinga


Sisi Bell ( Cup ) --> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan
nada rendah
Sisi diafragma ( membran ) --> Pemeriksaan abdomen atau
bunyi dengan nada tinggi.
Derajat kesadaran:
1) Kompos mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya.
2) Apatis: keadaan kesadaran pasien yang segan untuk
berhubungan dengan keadaan sekitarnya, sikap acuh tak acuh.
3) Letargi: keadaan kesadaran pasien yang tampaknya lesu dan
mengantuk.
4) Somnolen: keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur
saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri, atau untuk
makan/minum, namun jatuh tertidur kembali.
5) Sopor: keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring
dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi jika
dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri. Refleks kornea
meski lunak masih bisa dibangkitkan; reaksi pupil utuh.
6) Koma: keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, dengan
rangsang apapun reaksi atas reaksi tak akan timbul. Refleks
apapun tak didapatkan lagi, bahkan batuk atau muntah tak ada.

Tekanan Darah:

Approximate Age Range Systolic Diastolic

30
Range Range

1-12 months 75-100 50-70

1-4 years 80-110 50-80

3-5 years 80-110 50-80

6-13 years 85-120 55-80

13-18 years 95-140 60-90

Laju Pernapasan

Approximate Age Range Respiratory


Rate

Newborn 30-50

0-5 months 25-40

6-12 months 20-30

1-3 years 20-30

3-5 years 20-30

6-10 years 15-30

11-14 years 12-20

15-20 years 12-30

Adults 16-20

Jenis Pernafasan:

1) Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-


angsur menjadi dangkal dan berhenti sama sekali (apnoe) selama
beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi. (keracunan
obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis,
dan perdarahan pada susunan saraf pusat)
2) Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe
yang tidak teratur. (meningitis)

31
3) Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama
panjangnya dan sama dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan
menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius,
koma, diabetes, uremia

Pola pernapasan adalah:

Pernapasan normal (euphea)

Pernapasan cepat (tachypnea)

Pernapasan lambat (bradypnea)

Sulit/sukar bernapas (oypnea)

Denyut nadi:

Approximate Age Range Heart


Rate

Newborn 100-160

0-5 months 90-150

6-12 months 80-140

1-3 years 80-130

3-5 years 80-120

6-10 years 70-110

11-14 years 60-105

15-20 years 60-100

Adults 50-80

Suhu Tubuh

32
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.
Termogenesis (produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang)
secara normal diatur oleh pusat thermoregulator hipothalamus.

Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut, aksila atau rektal,


dan ditunggu selama 35 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan
menggunakan termometer baik dengan glass thermometer atau
electronic thermometer. Bila menggunakan glass thermometer, sebelum
digunakan air raksa pada termometer harus dibuat sampai menunjuk
angka 350C atau di bawahnya.

Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:


o Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar
10 15 menit.
o Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 3-5 menit.
o Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 3
menit.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya
berada pada 36oC37,5oC Seseorang dikatakan bersuhu tubuh
rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya < 36oC
Seseorangdikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
Demam :Jika bersuhu 37,5oC 38oC
Febris : Jika bersuhu 38oC 39oC
Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC

E. Pemeriksaan Rumplee Leede


Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah pada
penderita DHF. Uji rumpel-leede merupakan salah satu pemeriksaan
penyaring untuk mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan trombosit.
Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm
di lengan bawah bagian depan termasuk lipatan siku (Depkes,2006).
Prinsip : Bila dinding kapiler rusak maka dengan pembendungan akan
tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit yang di sebut
Ptechiae (R.Ganda Soebrata,2004).

33
Gambar 3: pemeriksaan Rumplee leede

Ketahanan kapiler dapat menurun pada infeksi DHF, ITP, purpura, dan
Scurvy. Tes RL dilakukan dengan cara pembendungan vena memakai
sfigmomanometer pada tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg)
selama 10 menit. Pembendungan vena menyebabkan darah menekan dinding
kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau adanya
trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam
kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga
tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit. Bercak tersebut
disebut ptekie. Hasil positif bila terdapat ptekie pada bagian volar lengan
bawah yang dibendung dengan jumlah 10 pada area berdiameter 5 cm.
Tes RL tidak perlu dilakukan jika sudah terdapat purpura atau diketahui
mempunyai riwayat perdarahan.
Pengujian ini didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang
diperlukan untuk diagnosis DBD. Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi.
Faktor pengganggu uji ini adalah perempuan yang pramenstruasi,
postmenstrual, atau mereka dengan kulit rusak matahari, karena semua akan
mengalami peningkatan kerapuhan kapiler.

F. Pemeriksaan Laboratorium

34
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit
dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. IndeksEritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. LajuEndapDarahatauErithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. HitungJenisLeukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien


yang dating ke suatu RumahSakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnose
dan terapi yang tepat bias segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan
suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2
jam.

Trombosit : 96.000/mm
Nilai normal:
170 380. 103/mm3
SI : 170 380. 109/L

Implikasi klinik:

35
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple
myeloma dan multipledysplasia syndrome.
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan
spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah
platelet.

Tata Laksana Trombositopenia


Pada kondisi rendahnya platelet yang kritis, transfusi platelet dapat
dilakukan untuk memberikan peningkatan sementara. Transfusi platelet
biasanya memiliki waktu paruh yang lebih pendek dan kecuali jika kondisi
penyebab sudah diatasi, maka sering diperlukan transfusi ulang.
Dalam kondisi nilai platelet yang rendah secara signifikan (kurang dari
50 x 109/L) penting memastikan tidak ada obat yang mempengaruhi fungsi
platelet yang ada. Termasuk semua obat antiplatelet dan obat antiinflamasi non
steroid.

Leukosit : 4.500/mm;
Nilai normal:
3200 10.000/mm3
SI : 3,2 10,0 x 109/L

Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau
mengangkut/mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil

36
Agranulosit: limfosit dan monosit

Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam


jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ
dan jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam
amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur
produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit.
Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast (sel yang belum
dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit,
myelosit (ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan bands (neutrofil
pada tahap awal kedewasaan), dan akhirnya, neutrofil.
Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast (belum dewasa)
kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya menjadi limfosit
(sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast (belum
dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi
monosit (sel dewasa).
Implikasi klinik:
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai
leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh
leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi)
menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan
infeksi.
Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi
dengan leukemia
Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid),
nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain
leukositosis.
Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih
Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3.
Sel Darah Putih Differensial

37
Nilai Normal :
Neutrofil- Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Segment -Bands

Persentas 36-73 0-12 0-6 0-2 15-45 0-10


e%
Jumlah 1.260- 0-1440 0-500 0-150 800-40.00 100-800
absolute 7.300
(/mm3)

Deskripsi:
Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat

Hb : 13,6 gr/dl; Ht : 45%;


Nilai normal:
Pria:13 - 18 g/dL
SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL
SI unit : 7,4 9,9 mmol/L

Dalam menentukan normal atau tidak nya kadar hemoglobin seseorang


kita harus memperhatikan factor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap
laboratorium klinik,yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak-anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

38
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Implikasi klinik :
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan
cairan dan kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia,
luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada
orang yang hidup di daerah dataran tinggi. Konsentrasi Hb berfluktuasi pada
pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar. Konsentrasi Hb dapat
digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi
anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.

Widaltype test:

Widal test merupakan suatu uji serum darah yang memakai prinsip
reaksi agglutinasi untuk mendiagnosa demam typhoid. Dengan kata lain
merupakan tes serologi yang digunakan untuk mendeteksi demam typhoid.

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum


penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan
yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(agglutinin). Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan
jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran
tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer
antibodi dalam serum.

Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas


dan spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan
nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.
Beberapa penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif,
ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan
spesifisitas sebesar 76-83%.
39
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai
sebagai parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam
antigen tersebut :

Antigen-O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100C selama 25 jam, alkohol dan asam yang encer.

Antigen-H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.
typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1
tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak
aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan pada pemberian alkohol atau
asam.

Antigen-Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

Interpretasi Hasil

Interpretasi dari uji widal ini harus memperhatikan beberapa factor


antara lain sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit; factor penderita seperti
status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan
antibodi; saat pengambilan specimen; gambaran imunologis dari masyarakat
setempat (daerah endemis atau non endemis); factor antigen; teknik serta
reagen yang sering digunakan.

Penilaian

40
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih
kontroversial diantara para ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa
kenaikan titer agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali terutama agglutinin O
atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk demam typhoid.
Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama.
Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai
arti diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat
membantu dan menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada
penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemic atau pada anak umur
kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada kelompok penderita ini
kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih
amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat
tinggal di daerah endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis
subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan ambang
atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu dengan
yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara
anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji
Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka
ambang atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan


(+) pada pasiendengan gejala klinis khas.

41
IgM serologi Salmonella : (-)

Gambar 4: uji IgM serologi Salmonella


Tes TUBEX merupakan nama produk dari pemeriksaan IgM Anti
Salmonella. Tes TUBEXmerupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana, cepat (kurang lebih 5 menit) dan sangat akurat dalam
diagnosis infeksi akut demam tifoid karena hanya mendeteksi adanya antibodi
IgMAnti-Salmonella dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit.
Tes TUBEX yang diproduksi oleh IDL Biotech, Sollentuna, Sweden
mengeksploitasi kemudahan dan kepraktisan seperti uji widal tetapi tes ini
menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas.

42
VI. Kerangka Konsep
Pirogen masuk kedalam
tubuh

Difagositosis oleh makrofag


Bereaksi dengan
antibodi
Sekresi pirogen endogen (IL-
1) Respon peradangan

Merangsang sel-sel endotel di


hipotalamus Perubahan konsentrasi Mual
Gustducin (Gprotein sub unit
a pada taste bud)
Sekresi as. Arakhidonat dengan
bantuan enzim fosfolipase A2

Perubahan asam arakhidonat


Dihambat oleh
menjadi prostaglandin dengan
antipiretik Sensitivitas taste bud
bantuan enzim COX
(siklooksigenase) terhadap rasa pahit
Permeabilitas dinding
pembuluh darah
Sekresi prostaglandin (PGE2) meningkat
meningkat
Nafsu makan menurun

PGE2 melintasi barrier darah otak dan


menyebar kedalam pusat pengaturan Pembesaran/
suhu kebocoran plasma

Perubahan set point di hipotalamus


Volume darah
menurun
Respon aktivitas simpatis meningkat

Vasokonstriksi pembuluh darah perifer Trombositopenia


Hematokrit
(pembuluh darah dikulit) takikardi meningkat

Rumplee leede test


Heat loss melalui kulit (+)

43
DEMAM
Demam
VII. Kesimpulan

Farhan, 18 tahun, seorang mahasiswa yang tinggal di Palembang mengalami


demam kontinu.

44
DAFTAR PUSTAKA

Adams. 1987. Textbook of Physical Diagnosis. 17ed. Williams & Wilkins

American Cancer Society. American Cancer Society Guidelines for the Early Detection of
Cancer. Atlanta, GA: American Cancer Society, 2006. Available at:
http://www.cancer.org/docroot/PED/content/PED_2_3X_ACS_Cancer_Detection_
Guidel ines_3 6.asp?sitearea=PED. Accessed August 21, 2006.

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI

Barkauskas V, Stoltenberg-Allen K, Baumann L, et al. Health and Physical Assessment, 3rd


ed.

Bickley, Lynn S. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta: EGC:
2008. Hal : 56
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 2009

Buku saku kesehatan anak dirumah sakit diakses dari http://www.ichrc.org/61-anak-dengan-


demam pada tanggal 19 september 2017

Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan PL Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI

Dengue fever diakses dari http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dengue-


fever/basics/definition/con-20032868 pada tanggal 19 september 2017

Dengue fever http://www.niaid.nih.gov/topics/DengueFever/Understanding/overview.aspx


Diakses pada tanggal 19 september 2017
Dorland, W.A.N., (2002). Kamus Kedokteran Dorland. (Penerjemah: Setiawan, A., Banni,
A.P., Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk.). Jakarta: EGC.
Gandahusada, Prof. dr. Srisasi. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI : 2007. Hal : 8 dan
171

Goodfellow L. Physical assessment: a vital nursing tool in both developing and


developed countries. Cri t Care Nurs Q 1997; 20(2):6-8.

45
Harris R, Wilson-Barnett J, Griffiths P, et al. Patient assessment: validation of a
nursing instrument. Int J Nurs Stud 1998;35: 303-313.

Hughes J. Use of laboratory test data: process guide and reference for pharmacists. 2004.
Pharmaceutical Society of Australia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta
Kailis SG, Jellet LB, Chisnal W, Hancox DA. A rational approach to the interpretation of
blood and urine pathology tests. Aust J Pharm 1980 (April): 221-30

KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classifi
cation, and Stratifi cation. 2000. National Kidney Foundation.

Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Puspa
Wardhani, Prihatini, Probohoesodo, M.Y. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Unair/RSU Dr Soetomo Surabaya.

National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). Recommendations


for the Prevention of Natural Rubber Latex Al lergy. Cincinnati, OH:
National Institute of Occupational Safety and Health, 1998. NIOSH
Publication No. 98-113.

Pomeranz A. Physical assessment. Pediatr Cl in North Am 1998;45: xi,1.

Pujiarto, Purnamawati Sujud. Demam Pada Anak.2008. hal 348-352

Risky Vitria Prasetyo, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak.. Divisi
Tropik dan Penyakit Infeksi . Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU
Dr. Soetomo Surabaya

Seidel H, Ball J, Dains J, et al. Mosby's Gui de to Physical Examination, 6th ed. St.
Louis: Mosby-Year Book, 2006.

Septiawan, I Kadek. PEMERIKSAAN IMMUNOGLOBULIN M ANTI SALMONELLA


DALAM DIAGNOSIS DEMAM TIFOID. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar; Bali
Silbernagl, stefan. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC: 2007. Hal : 20-21
Stein SM. BOHS Pharmacy practice manual: a guide to the clinical experience. 3rd ed.
2010 . Lippincott Williams & Wilkins.

46
Sudoyo,W Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:FKUI:2006. hal:
1719-1721
U.S. Department of Health and Human Services. Healthy People 2010: National Health
Promoti on and Disease Prevention Objectives. Washington, DC: Public Health
Services, 1999

http://www.e-jurnal.com/2013/12/mekanisme-terjadinya-demam.html (diakses pada tanggal


19 September 2017)
https://media.neliti.com/media/publications/154901-ID-pemeriksaan-laboratorium-pada-
penderita.pdf\ (diakses pada 19 september pukul 17.15)

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_mikrobiologi_farmasi.
pdf (diakses pada 19 september pukul 17.47)

http://repository.unand.ac.id/15481/2/PENUNTUN_SKILLS_LAB-Blok_2.pdf

(diakses pada 19 september pukul 17.58)

http://www.labbiomed.co.id/index.php/article/27-pemeriksaan-laboratorium-pada-demam
(diakses pada tanggal 19 September 2017)
http://erepo.unud.ac.id/10098/3/6d5d3ba933e4f51db1c25bfb85f92ebd.pdf (diakses pada
tanggal 19 September 2017)

47

Anda mungkin juga menyukai