A. Nyeri Abdomen
- Faktor Risiko
Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Anak belum bisa mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus
diverticulitis, dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff LG,
Robinson D, 2001).
Jenis Kelamin
Kegelisahan (Anxiety)
- Mekanisme Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari
sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri sangat
bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Berdasarkan beberapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri merupakan kondisi yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh seseorang sebagai akibat dari kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, yang bersifat subjektif dan individual. Rasa nyeri
merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2007).
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau paska
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak
dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) yang akan
mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini
akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien
itu sendiri, seperti:
a. Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus
asa
b. Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
c. Plastisitas neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi
sehingga meningkatkan kepekaan nyeri
d. Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi
e. Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
Mekanisme Nyeri
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan
jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius
yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari
perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila
telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya
dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan
kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius
atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan
nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan
respon inflamasi.
1. Sensitisasi Perifer
Cidera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan
lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan
komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K+, pH menurun, sel
inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor. Beberapa
komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators)
dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih
hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers).
Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi
ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan
cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang
menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya
pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi
perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan
dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi.
2. Sensitisasi Sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor
di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer
bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cidera.
Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari
nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu oleh input
nosiseptor ke medulla spinalis (activity dependent), kemudian terjadi
perubahan molekuler neuron (transcription dependent).
Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf,
dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input (kerusakan
jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan
terjadi aliran sensoris yang masif kedalam medulla spinalis, ini akan
menyebabkan jaringan saraf didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif.
Reaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus
non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan menjadi
lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri.
Mekanisme sensitisas
perifer dan sensitisas
sentral
(Chawda et al., 2004)
- Diagnosis Banding
B. Mekanisme Mual
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai ketika menyapa pasien dan memulai wawancara.
Perhatikanlah bagaimana penampilannya, jabatan tangannya teraba seperti apa,
sikap dan habitus umumnya, dan cara berbicaranya. Perkirakanlah keadaan
fisiologis pasien secara keseluruhan.
Derajat kesadaran:
1) Kompos mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan di sekelilingnya.
2) Apatis: keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan dengan keadaan
sekitarnya, sikap acuh tak acuh.
3) Letargi: keadaan kesadaran pasien yang tampaknya lesu dan mengantuk.
4) Somnolen: keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rasa nyeri, atau untuk makan/minum, namun jatuh tertidur
kembali.
5) Sopor: keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring dengan mata tertutup,
tidak menunjukkan reaksi jika dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri.
Refleks kornea meski lunak masih bisa dibangkitkan; reaksi pupil utuh.
6) Koma: keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, dengan rangsang apapun reaksi
atas reaksi tak akan timbul. Refleks apapun tak didapatkan lagi, bahkan batuk atau
muntah tak ada.
Tekanan Darah:
Laju Pernapasan
Newborn 30-50
Adults 16-20
Jenis Pernafasan:
Denyut nadi:
Newborn 100-160
0-5 months 90-150
Adults 50-80
Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut, aksila atau rektal, dan ditunggu
selama 35 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer
baik dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila menggunakan
glass thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus dibuat
sampai menunjuk angka 350C atau di bawahnya.
D. Pemeriksaan Lokalis
a. Inspeksi
Adalah melihat perubahan-perubahan fungsional. Seperti warna, garis
bentuk, simetri atau asimetri, dan kejadian-kejadian lain dapat dilihat dan
digolongkan.
Langkah kerja :
b. Palpasi
Tindakan meraba dengan satu ataupun dua tangan. Palpasi membedakan
tekstur, dimensi, konsistensi, suhu dan kejadian-kejadian lain.
Palpasi yang dilakukan pada kasus nyeri tekan regio McBurney positif
dengan memeriksa kuadran kanan bawah (titik Mcburney). Titik Mcburney adalah
perpotongan lateral dan duapertiga dari garis ysng menghubungkan spina iliaka
superior anterior kanan dan umbilikus.
Langkah kerja :
c. Perkusi
Mengetuk dengan tangan atau dengan suatu alat pada suatu bagian tubuh.
Menimbulkan getaran dan bunyi. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang
terjadi dengan bunyi itu. Dengan penyebaran bunyi disebut resonansi. Makin
sedikit jumlah antar permukaan, makin baik penghantaran bunyi tersebut.
Terdapat banyak cara untuk melakukan perkusi. Yang paling umum adalah
ujung jari tengah tangan kiri ditekankan dengan kuat diatas kulit. Ujung jari tengah
tangan kanan dengan cepat mengetuk jari diatas kulit tersebut. Gerakannya adalah
dari pegelangan tangan dan ayunkan dengan ringan seperti lambaian selamat
tinggal. Ketuklah dua kali saja dan denganrkan baik-baik.
Langkah Kerja :
Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan
diperkusi.
Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan
cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.
d. Auskultasi
Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Penilaian bunyi
meliputi frekuensi, intensitas, durasi, dan kualitas. Stetoskop adalah alat untuk
membantu auskultasi.
Bagian-bagian stetoskop :
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. IndeksEritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. LajuEndapDarahatauErithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. HitungJenisLeukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
dating ke suatu RumahSakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnose dan terapi yang
tepat bias segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium
untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Trombosit : 96.000/mm
Nilai normal:
170 380. 103/mm3
SI : 170 380. 109/L
Implikasi klinik:
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma,
sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura (ITP),
anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan
multipledysplasia syndrome.
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam
jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan
antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
Agranulosit: limfosit dan monosit
Segment -Bands
(/mm3)
Nilai Normal :
Deskripsi:
Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat
Nilai normal:
Pria:13 - 18 g/dL
SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL
SI unit : 7,4 9,9 mmol/L
Dalam menentukan normal atau tidak nya kadar hemoglobin seseorang kita
harus memperhatikan factor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap
laboratorium klinik,yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak-anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Implikasi klinik :
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan
cairan dan kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka
bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang
hidup di daerah dataran tinggi. Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang
mengalami perdarahan dan luka bakar. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk
menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau
perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.