Anda di halaman 1dari 38

Askep Gastritis

A. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa
obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa
obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.

Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat
meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah
penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.

B. Gejala-gejala

Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda penyakit
ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan
Mual
Muntah
Kehilangan selera
Kembung
Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut
bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai
gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.

Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi
parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada
lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan
perawatan segera.

Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan dengan gejala -
gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap
sebagai penyakit lainnya seperti :

Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat
infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau muntah, juga
ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau
dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini biasanya
terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam
esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat
juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian
sudah dicerna kembali ke mulut.
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah,
maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach
(peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala
yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau
lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang
sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan
begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit
tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat
mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.

C. Penyebab

Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat
dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung
dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung
mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam
usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada
sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding
lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar -
kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa -
mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida.

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya
gastritis antara lain :

Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup
di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari
lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-
gejala gastritis.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan
masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

D. Kapan harus pergi ke dokter

Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi lambung. Dalam banyak
kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan perawatan medis. Tapi jika terdapat
gejala-gejala gastritis yang terjadi secara terus menerus selama seminggu atau lebih, segera
temui dokter. Dan pastikan untuk menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila
anda merasakan sakit setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya.

Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui dokter untuk
menemukan penyebabnya.

E. Screening dan diagnosa

Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri
H. pylori atau tidak.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada
lambung.
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh
pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih
jelas ketika di ronsen.

F. Komplikasi

Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan
pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada
sel-sel di dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar
dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain
yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue)
lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada
dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

G. Terapi

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk
mengobatinya.

1. Terapi terhadap asam lambung

Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit
dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis,
terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :

Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung
dengan cepat.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin,
nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung
adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-
pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-
jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah
sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.

2. Terapi terhadap H. pylori

Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan
adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik.

Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori
sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga
obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang
lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan
efektifitas.

Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau
bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
H. Pencegahan

Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena gastritis :

Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah
dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama
bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu
untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan
jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan
limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena
stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya
secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan
relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat
golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan
yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter.

http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125

GASTRITIS

A. PENGERTIAN

1. Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995)

2. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus
atau lokal. (Price & Wilson, 1992)

3. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J,
Reeves, 2001)
B. ETIOLOGI

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung


(http://www.medicastore.com).

1) Gastritis Bakterialis

a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau
minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa
kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.

b. Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.

2) Gastritis Karena Stres Akut

a. Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba tiba.

b. Pembedahan

c. Infeksi berat

d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang
luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.

3) Gastritis Erosif Kronis

a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat
menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung.

b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang kadang dapat juga
menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
c. Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun dalam kondisi normal.

4) Gastritis Eosinofilik

Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel darah
putih) terkumpul pada dinding lambung.

5) Gastritis Hipotropi dan Atropi

Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi
faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12)
kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi
yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada orang tua.

6) Penyakit Meiner

Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki
kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung.

7) Gastritis Sel Plasma

Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan organ
lainnya.

8) Penyakit Bile Refluk

Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak lemak dalam tubuh. Cairan
ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil
dan menuju keusus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk
seperti cincin (Pyloric Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung.
Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis.

9) Radiasi dan Kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan


peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan
Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar kelenjar penghasil
asam lambung.

10) Faktor-faktor lain

Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi
oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

C. PATOFISIOLOGI

Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya


kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada
pada sambungan antara esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar
kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (
termasuk enzim enzim dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa
mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat
korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam
lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan
cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan
menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung
ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding
lambung.(http://google.com//Gastritis).

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejalanya bermacam macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita


Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut sebelah
atas.(http://www.medicastore.com)

1) Gastritis Bakterialis

Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.

2) Gastritis Karena Stres Akut

Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala
gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul
memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi
ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami
pendarahan, biasanya dalam waktu 2 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan
menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan
dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.

3) Gastritis Erosif Kronis


Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita (
misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya
merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis
menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman
seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna
yang menyerupai endapan kopi.

4) Gastritis Eosinofilik

Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau penyumbatan
ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.

5) Penyakit Meniere

Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual,
muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan
lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena
hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur
dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.

6) Gastitis Sel Plasma

Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam
dikulit dan diare.

7) Gastritis Akibat Terapi Penyinaran

Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang
dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung.
Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku
dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi
penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung
yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa
merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding
lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba tiba.

Gejala Gastritis secara umum (http://www.google.com//Gastritis)

a. Hilangnya nafsu makan.

b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.

c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik
atau lebih buruk ketika makan.

d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.

e. Kehilangan berat badan.

E. KLASIFIKASI

Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:

1) Gastritis Akut

Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau
makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup
bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme
infektif.

2) Gastritis Kronis

Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun
sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan
dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. (http://www.google.com//Gastritis)

Pemeriksaan ini meliputi :

1) Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat Gastritis.

2) Pemeriksaan Pernafasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.

3) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.

4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa
kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.

5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas

Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

G. PENCEGAHAN

Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena Gastritis.

(http://www.Google.com//Gastritis)

1) Makan secara benar

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan,
atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi
kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup,
pada waktunya dan lakukan dengan santai.

2) Hindari Alkohol

Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan perdarahan.

3) Jangan merokok

Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap
Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.

4) Lakukan olah raga secara teratur


Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara
lebih cepat.

5) Kendalikan stres

Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat meningkatkan
produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi
sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya
secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan
relaksasi yang cukup.

6) Ganti obat penghilang nyeri

Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih
parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.

7) Ikuti rekomendasi dokter

H. PENATALAKSANAAN

Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk
mengobatinya.

(http://www.google.com)

1) Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth, Antibiotik
(misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole).

2) Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat,
cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres
akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan
dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang
kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan
hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan
dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung
harus diangkat.

3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya
menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid
lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa
mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.

4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa
diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.

5) Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan
suntikan tambahan vitamin B12.

6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.

7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung.

8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.

9) Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu
dapur dan gorengan.

10) Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan
gastritis.

I. KOMPLIKASI

Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel sel dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel sel
kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori. Kanker
jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa associated Lymphoid
Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan
pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

(http://www.Google.com//Gastritis).

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GASTRITIS

A. PENGKAJIAN

Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain, hasil pemeriksaan
diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang lain
(Long, 1996).

Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan
manifestasi manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia mencari
bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan
penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau
tiba tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini
berhubungan dengan masukan makanan?

1. Durasi

a. Apakah masalah terjadi kadang kadang atau menetap?

b. Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik

Minta pasien untuk menggambarkan masalah

3. Tingkat Keparahan

Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan sehari hari


seperti biasanya.

4. Lokasi

a. Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?

b. Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?

c. Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?

5. Faktor Pencertus

a. Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?

b. Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?

c. Kapan ini terjadi?

d. Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?

e. Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?

6. Faktor Penghilang

a. Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?

b. Sudahkah ia mencoba obat obatan ?

c. Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?


7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis

a. Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada?

b. Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?

Dibawah ini adalah sumber data yang berupa biodata pasien, keluhan utama, keluhan
tambahan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada
pasien dengan Gastritis:

1. Biodata Pasien

Biodata pasien secara lengkap diperlukan untuk memulai hubungan yang harmonis dan
serasi antara perawat dan pasien. Adanya hubungan awal yang baik dapat memperlancar
dalam mengembangkan hubungan atau komunikasi Terapeutik. Terjalinnya komunikasi
terapeutik yang baik dapat membantu menurunkan sters pasien akibat Hospitalisasi dan
meningkatkan peras serta pasien dalam perawatan dan pengobatan.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri didaerah Epigastrium. Nyeri yang
dialami dipengaruhi oleh penglaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu
sendiri. Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut,
gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis. ( Long, 1996 ).

Beberapa mekanisme nyeri yang bersumber dari abdomen yaitu inflamasi peritoneum
parietal, obstruksi visera rongga, gangguan vaskular dan dinding abdominal. Nyeri inflamasi
peritoneum parietal bersifat tetap, sakit dan terletak langsung pada daerah meradang.
Intensitas nyeri tergantung pada tipe dan jumlah substansi benda asing pada peritoneum
parietal yang terpapar dalam periode waktu tertentu. Pelepasan mendadak sejumlah kecil
cairan asam lambung kerongga peritoneum menyebabkan nyeri yang hebat dibandingkan
dengan bahan yang sangat tercemar dalam jumlah yang sama.
Karakteristik lain iritasi peritoneal adalah spasme reflek tonik otot abdomen. Intensitas
spasme otot tonik yang menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses
peradangan atau kecepatan berkembang dan integritas sistem nervosa.

Nyeri obstruksi visera abdominal berongga secara klasik dilukiskan sebagai intermiten,
abdomen mulas atau kolik. Nyeri karena gangguan vaskuler disebabkan karena adanya
embolisme atau trombosis arteri mesentererika superior.

Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit. Pergerakan, berdiri
lama dan adanya tekanan pada abdomen akan menambah perasaan nyeri dan spasme otot.
Keterlibatan otot secara serentak pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk
membedakan miositis dinding abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat
menyebabkan nyeri pada daerah yang sama.

3. Keluhan Tambahan

Keluhan tambahan yang terdapat pada pasien gastritis biasanya berupa mual dan
muntah. Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak
keempat. Pusat muntah dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata,
yaitu pada tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus. Pusat ini terletak dekat
dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat terserang akibat
proses proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua
komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah. (Long, 1996).

Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan
relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan
berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu
tekanan pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis
lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual dirasakan sebagai sensasi tidak
enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut. Sensasi mual biasanya disertai
dengan berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum.

Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit psikogenik,
proses proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung
atau usus. Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem
Gastrointestinal. Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit? Untuk melanjutkan pengkajian
keperawatan riwayat pasien, perawata mencatat status kesehatan umum pasien serta
gangguan dan perbedaan gastrointestinal sebelumnya. Obat obatan, dapatkan informasi
lengkap tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang
digunakan sebelumnya. Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat


mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.

6. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data subjektif yang didapat dari
pasien. Abdomen diinspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pasien ditempatkan dalam
posisi terlentang.

Kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan identifikasi benjolan lokal,


distensi atau gerakan peristaltik. Auskultasi dilaksanakan sebelum perkusi dan palpasi dapat
meningkatkan motilitas usus, mengubah bising usus. Palpasi digunakan untuk
mengidentifikasi masa abdomen atau area nyeri tekan sebelum perkusi dan palpasi. Timpani
atau pekak dicatat selama perkusi. (Ester, 2000)

Nyeri tekan pada regio epigastrik merupakan salah satu dari manifesrasi klinis pada
gastritis. (Long, 1996). Nyeri pada regio epigastrik terjadi karena destruksi mucosa lambung.
Destruksi tersebut terjadi karena susana asam yang terdapat pada lumen lambung yang akan
mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan usus yang menyebabkan efek nyeri
epigastrik, karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang disebabkan karena stress terjadi
penurunan perfusi mucosa. Iskemia mucosa menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga
difus balik H+ meningkat dan terjadi pengeluaran histamin mucosa dan pertukaran yang
dapat mengakibatkan gejala distensi abdomen dan konsistensi agak keras.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi Lambung )

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan
tidak adekuat dan rangsangan muntah.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi berhubungan


dengan Kurang informasi.

C. INTERVENSI

DX. I : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi Lambung)

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

NOC I : Kontrol Nyeri

Kriteria Hasil :

1. Mengetahui faktor penyebab nyeri

2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri

3. Menggunakan tindakan pencegahan


4. Melaporkan gejala

5. Melaporkan kontrol nyeri

NOC II : Tingkat Nyeri

Kriteria Hasil :

1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang

2. Frekuensi nyeri berkurang

3. Lamanya nyeri berlangsung

4. Ekspresi wajah saat nyeri

5. Posisi tubuh melindungi

Skala Penilaian NOC :

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC I : Manajemen Nyeri

Aktivitas

1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri
dan faktor pencetus nyeri.
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal.

3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi.

4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap


ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.

5. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi

NIC II : Manajemen Analgetik

Aktivitas

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.

2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.

3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.

4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat.

5. Monitor tanda tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.

DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat
dan rangsangan muntah.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

NOC : Status Gizi

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal

Berat badan ideal :

Rumus : 8 + 2n n : umur
Status nutrisi = Berat badan sekarang X 100 %

Berat Ideal

2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis porsi, nafsu makan baik.

3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Pasien tidak lemas dan lemah.

4. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet

Pasien mau makan.

5. Nilai laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal

Albumin normal : 3,5 5,3 gr/dl

Globulin normal : 2,7 3,2 gr/dl

Hemoglobin : 12 16 gr/dl

SGOT : L<37,>

SGPT : L<41,>

Skala penilaian NOC :

1. Tidak adekuat

2. Ringan

3. Sedang

4. Kuat
5. Adekuat total

NIC : Pengelolaan Nutrisi

Aktivitas

1. Kaji tentang makanan yang membuat klien alergi.

2. Tentukan makanan kesukaan klien.

3. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Hindari makanan pedas, asam atau berminyak.

6. Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori.

7. Kolaborasi :

a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.

b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap.

DX III : Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambung

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

NOC : Termoregulasi

Kriteria Hasil :

1. Suhu tubuh dalam batas normal

Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37 derajat celsius

2. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh


Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.

3. Tidak ada perubahan warna kulit.

Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.

4. Denyut nadi normal

Nadi

New Born 100 180 X/menit

1 minggu 3 bulan 100 120 X/menit

3 bulan 3 tahun 80 150 X/menit

2 10 tahun 70 110 X/menit

10 tahun dewasa 55 90 X/menit

5. Respirasi normal

Pernafasan

New Born 35 X/menit

1 11 bulan 30 X/menit

2 tahun 25 X/menit

4 tahun 23 X/menit

6 tahun 21 X/menit

8 tahun 20 X/menit

10 12 tahun 19 X/menit
14 tahun 18 X/menit

16 tahun 17 X/menit

18 tahun 16 18 X/menit

6. Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24 jam

Urine output

1 3 tahun 500 600 ml

3 5 tahun 600 700 ml

5 8 tahun 700 1000 ml

8 14 tahun 800 1400 ml

14 18 tahun 1500 ml

Berat jenis urine 20 40 mg/dl

7. Tekanan darah dalam batas normal

Tekanan darah

New Born 40 mmHg

1 bulan 85/54 mmHg

1 tahun 95/65 mmHg

6 tahun 105/65 mmHg

10 13 tahun 110/65 mmHg

14 17 tahun 120/80 mmHg


Skala Penilaian NOC :

1. Tidak normal

2. Jauh dari normal

3. Hampir normal

4. Cukup normal

5. Normal

NIC I : Regulasi tubuh

1. Observasi tanda tanda vital

2. Berikan minuman per oral

3. Kompres dengan air hangat

4. Kolaborasi pemberian Antipiretik

5. Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam

DX. IV : Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis, Melena

Tujuan : Tidak ada tanda tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi

NOC : Fluid Balance

Kriteria Hasil :

1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam

2. Tidak terlihat mata cekung

3. Kelembaban kulit dalam batas normal


4. Membran mukosa lembab

5. Berat badan stabil

Skala Penilaian NOC :

1. Luar biasa kompromi

2. Kompromi sekali

3. Kompromi baik

4. Kompromi sedang

5. Tidak ada kompromi

NIC : Fluid Management

Aktivitas

1. Timbang popok jika diperlukan

2. Pertahan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah)

4. Monitor vital sign

5. Dorong masukan oral

6. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

7. Kolaborasi

c. Pemberian cairan IV

d. Pemberian tranfusi darah jika perlukan


DX. V : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit

Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut

NOC I : Imune Status

Kriteria Hasil :

1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.

2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Menunjukan perilaku hidup sehat

Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga.

NOC II : Pengendalian Resiko

Kriteria Hasil :

1. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal

a. Tidak ada konstipasi atau diare.

b. Pernafasan

New Born 35 X/menit

1 11 bulan 30 X/menit

2 tahun 25 X/menit

4 tahun 23 X/menit

6 tahun 21 X/menit
8 tahun 20 X/menit

10 12 tahun 19 X/menit

14 tahun 18 X/menit

16 tahun 17 X/menit

18 tahun 16 18 X/menit

c. Tidak ada gangguan dalam berkemih

d. Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit

2. Mendapatkan imunisasi yang tepat

Imunisasi

Umur Imunisasi yang harus didapat


0 bulan Hepatitis B1, BCG, Polio 1
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
3 bulan DPT2, Polio 3
4 bulan DPT3, Polio 4
6 bulan Hepatitis B3
9 bulan Campak

Skala Penilaian NOC :

1. Tidak pernah menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang menunjukan

4. Sering menunjukan
5. Konsisten menunjukan

NIC : Infection Protection

Aktivitas

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor terhadap kerentanan infeksi

3. Batasi pengunjung

4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase

5. Dorong masukan nutrisi yang cukup

6. Dorong masukan cairan yang cukup

7. Dorong pasien untuk istirahat

8. Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT, Polio, Campak, Rubella)

9. Jelaskan keuntungan imunisasi

10. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali masuk dan keluar dari ruangan
klien.

11. Kolaborasi : Berikan antibiotik jika diperlukan

DX. VI : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi

Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah

NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit

Kriteria Hasil
1. Mengenal nama penyakit

2. Deskripsi proses penyakit

3. Deskripsi faktor penyebab

4. Deskripsi tanda dan gejala

5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit

6. Deskripsi komplikasi penyakit

7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi

Skala Penilaian NOC :

1. Tidak ada

2. Sedikit

3. Sedang

4. Luas

5. Lengkap

NIC : Pembelajaran Proses Penyakit

Aktivitas

1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit

2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit

3. Jelaskan proses penyakit

4. Identifikasi penyebab penyakit


5. Berikan informasi tentang kondisi klien

6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium

7. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi

C. EVALUASI

Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala


I Kontrol Nyeri 1. Tidak pernah dilakukan

NOC I : Kontrol Nyeri 2. Jarang dilakukan

Kriteria Hasil : 3. Kadang dilakukan

1.Mengetahui faktor penyebab nyeri 4. Sering dilakukan

2.Mengetahui permulaan terjadinya 5. Selalu dilakukan


nyeri

3.Menggunakan tindakan pencegahan

4.Melaporkan gejala

5.Melaporkan kontrol nyeri

NOC II : Tingkat Nyeri

Kriteria Hasil

1.Melaporkan nyeri berkurang atau


hilang

2.Frekuensi nyeri berkurang

3.Lamanya nyeri berlangsung


Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
4.Ekspresi wajah saat nyeri

5.Posisi tubuh melindungi


II NOC : Status Gizi 1. Tidak adekuat

1. Mempertahankan berat badan dalam 2. Ringan


batas normal
3. Sedang
2. Toleransi terhadap diet yang
4. Kuat
dianjurkan

5. Adekuat total
3. Melaporkan keadekuatan tingkat
energi

4. Menyatakan keinginan untuk


mengikuti diet

5. Nilai laboratorium misal Albumin dan


globulin dalam batas normal
III. NOC : Termoregulasi 1. Tidak normal

1. Suhu tubuh dalam batas normal 2. Jauh dari normal

2. Menjelaskan tindakan untuk 3. Hampir normal


mengurangi peningkatan suhu
4. Cukup normal
tubuh

5. Normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit

4. Denyut nadi normal

5. Respirasi normal

6. Cairan seimbang (intake & output)


Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
dalam 24 jam

7. Tekanan darah dalam batas normal


IV. NOC : Fluid Balance 1.Luarbiasa kompromi

1. Keseimbangan intake dan output 2.Kompromi sekali


dalam 24 jam
3.Kompromi baik
2. Berat badan stabil
4.Kompromi sedang
3. Tidak ada cekung
5.Tidak kompromi
4. Kelembaban kulit dalam batas normal

5. Membran mukosa lembab


V. NOC I : Imune Status 1. Tidak pernah menunjukan

1. Pasien bebas dari tanda dan gejala 2. Jarang menunjukan


infeksi
3. Kadang menunjukan
2. Menunjukan kemampuan untuk
4. Sering menunjukan
mencegah timbulnya infeksi

5. Konsisten menunjukan
3. Menunujukan perilaku hidup sehat

NOC II : Pengendalian Resiko

1. Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernafasan,
genitouria dan imun dalam batas
normal

2. Mendapatkan imunisasi yang tepat


Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
VI. 1. Mengenal nama penyakit 1. Tidak ada

2. Deskripsi proses penyakit 2. Sedikit

3. Deskripsi faktor penyebab 3. Sedang

4. Deskripsi tanda dan gejala 4. Luas

5.Deskripsi cara meminimalkan 5. Lengkap


perkembangan penyakit

6. Deskripsi komplikasi penyakit

7.Deskripsi tindakan pencegahan


terhadap komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.trinoval.web.id/2010/10/askep-gastritis.html

Anda mungkin juga menyukai