Kontingensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin
juga tidak akan terjadi.
Suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontingensi atau
yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontingensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika
keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Suatu proses perencanaan kedepan, dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan
tujuan disetujui, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan
potensi disepakati bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara baik dalam situasi darurat
atau kritis.
4. Prinsip-prinsip RENKON
Darurat adalah suatu keadaan atau situasi yang mengancam jiwa manusia atau masyarakat, yang
memerlukan penanganan segera berupa tanggapan luar-biasa (extraordinary response) dan tindakan
pengecualian (exceptional measures).
RENKON dilakukan segera setelah ada tanda-tanda awal akan terjadi bencana atau adanya
peringatan dini (early warning).
Beberapa jenis bencana sering terjadi tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda terlebih dulu (misalnya gempa
bumi), keadaan ini sulit dibuat RENKON-nya. Sedangkan jenis-jenis bencana tertentu dapat diketahui
tanda-tanda akan terjadi, hal ini dapat dilakukan pembuatan RENKON-nya. Jadi RENKON dilakukan
sbb:
peringatan dini RENKON kesiapsiagaan
RENKON harus dibuat secara bersama-sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multisektor yang
terlibat dan berperan dalam penanganan bencana, termasuk diantaranya dari pemerintah (sektor-
sektor yang terkait) , perusahaan negara, swasta, organisasi non-pemerintah, lembaga internasional
dan masyarakat.
Tidak ada perbedaan yang prinsip antara RENKON dengan Rencana Operasional (RENOP), kecuali
waktu penyusunannya. RENKON disusun menjelang dan sebelum terjadinya bencana, sehingga
rencana tersebut disusun berdasarkan asumsi dan scenario. Sedangkan RENOP disusun pada saat
bencana benar-benar terjadi sehingga rencana ini disusun sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Adakalanya RENOP disusun berdasarkan RENKON sebelumnya.
RENKON disusun berdasarkan perkiraan situasi scenario yang disepakati, oleh karena sesuai
perkembangan dari waktu ke waktu, terjadi perubahan situasi dan scenario, maka RENKON itu perlu
dilakukan penyesuaian dan pemutakhiran.
Proses penyusunan RENKON dapat dilakukan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
Setiap wilayah memiliki ancaman bahaya dan resiko yang berbeda-beda. Setidaknya ada lebih dari
satu ancaman bahaya yang dihadapi oleh suatu wilayah. Oleh karena itu tahap pertama dari
penyusunan RENKON ini adalah memilih ancaman bahaya mana yang paling penting untuk
diperhitungkan.
Untuk memilih ancaman resiko dilakukan cara Penilaian Resiko (risk assessment), yakni dengan
membandingkan beberapa ancaman resiko yang dihadapi. Nilai resiko yang tertinggi dari ancaman
bahaya yang diperbandingkan menjadi obyek yang akan disusun RENKON-nya.
Peringkat resiko dapat diperoleh dengan cara menggabungkan tingkat kemungkinan dan tingkat
konsekuensi atau dampaknya.
Sedangkan untuk tingkat Konsekuensi atau Dampak yang diakibatkan dibedakan sebagai berikut:
Sehingga jika kedua criteria tersebut digabungkan maka diperoleh peringkat baru sebagai berikut:
2 (Parah) AA BB CC
1 (Sedang) A B C
2. Prioritas Kontingensi
Dari hasil penggabungan dua table peringkat di atas akan diperoleh 3 (tiga) criteria sebagai berikut:
- Resiko Tinggi (AAA, AA dan BBB)
- Resiko Sedang (A, BB dan CCC)
- Resiko Rendah (B, CC dan C)
Prioritas RENKON diberikan kepada jenis ancaman yang berresiko tinggi.
Dalam menyusun RENKON hanya dapat dilakukan terhadap satu jenis ancaman saja. Misalnya:
Rencana Kontingensi Menghadapi Ancaman Bahaya Banjir, atau Rencana Kontingensi Menghadapi
Konflik Sosial.
Akan tetapi pemilihan jenis ancaman bahaya ini dapat saja tidak dilakukan melalui Penilaian Resiko
seperti tersebut di atas, tetapi langsung memilih jenis ancaman bahaya yang secara nyata sedang
dihadapi oleh suatu daerah. Pemilihan jenis ancaman ini dilakukan dengan kesepakatan bersama.
RENKON tidak dapat dilakukan terhadap beberapa jenis ancaman bahaya, sehingga jika suatu
daerah akan melakukan RENKON terhadap semua jenis ancaman bahaya yang ada, maka harus
dibuat RENKON satu persatu.
3. Pengembangan Skenario
Sebelum dibuat pengembangan skenario terlebih dulu perlu digambarkan kondisi awal daerah
sebelum bencana terjadi. Hal ini untuk memberikan gambaran seberapa besar dampak yang
diakibatkan oleh suatu ancaman bencana. Penggambaran kondisi awal ini dapat ditunjukkan dengan
Peta Wilayah yang dilengkapi dengan lokasi-rawan bencana.
Skenario yang dikembangkan dapat berupa scenario terburuk yang mungkin terjadi, atau dapat pula
dilakukan dengan beberapa tingkat scenario: paling buruk, sedang dan paling ringan. Jika dilakukan
scenario dengan tiga peringkat tersebut, maka akan ada tiga perhitungan yang diperlukan.
Dalam scenario ini digambarkan segala kemungkinan yang terjadi dan upaya antisipasinya.
4. Penyiapan RENKON
Setelah disepakati scenario maka tahap berikutnya adalah Penyiapan RENKON yang dimulai dari:
Semua kebijakan dan strategi yang ditetapkan bersama dituliskan dalam bab ini, sebagai landasan
bagi tujuan dan kegiatan sektoral yang akan dilakukan.
Setiap kegiatan sektoral diuraikan di bab ini berdasarkan scenario kebutuhan dan standar yang
berlaku. Untuk itu dalam perhitungan dan kebutuhan setiap sector ini digunakan standar sesuai
sector masing-masing. (sebagai referensi telah dibuat standar minimum untuk penanganan bencana
oleh Project SPHERE).
Setiap sector harus menyampaikan tujuan dari sector tersebut, kebutuhan, sumberdaya yang
tersedia, kegiatan, langkah kesiapsiagaan yang telah ada dan yang diusulkan, tanggungjawab
pelaksanaan dan jadual waktu.
Sektor-sektor yang perlu mendapat perhatian dalam rencana kontingensi ini antara lain: manajemen
dan koordinasi menyeluruh, perlindungan, penerimaan dan pendataan pengungsi, pangan dan
nutrisi, logistic dan transportasi, penampungan sementara dan prasarana lainnya, kebutuhan rumah
tangga dan peralatan dapur, kebutuhan air bersih, sanitasi lingkungan, kesehatan dan nutrisi,
pelayanan masyarakat dan pendidikan.
Setelah proses penyusunan RENKON dipenuhi maka hasil dari setiap langkah dalam proses tersebut
dituliskan dalam suatu dokumen perencanaan dengan format sebagai berikut:
BAB I SKENARIO
BAB II KEBIJAKAN UMUM
BAB III TUJUAN DAN KEGIATAN SEKTORAL
LAMPIRAN
Lampiran 1 Singkatan
Lampiran 2 Profil Instansi
Lampiran 3 Matriks Kegiatan Sektoral
Lampiran 4 Kelompok Lintas Sektor
Lampiran 5 Matriks Anggaran Biaya
Lampiran 6 Peta Daerah
Sesuai kesepakatan seluruh peserta penyusunan RENKON bahwa rencana ini bukanlah merupakan
hasil yang final, tetapi merupakan awal rencana yang disusun secara sederhana. Oleh karena itu
tahap berikutnya adalah melengkapi dan memperbaiki keakuratan data yang digunakan untuk
perencanaan.
Perbaikan dan kelengkapan dari data perencanaan harus disepakati dan dituliskan dalam suatu
jadual pertemuan kesepakatan untuk menyusun suatu RENKON yang komprehensif.