PEDOMAN PELAYANAN
UNIT RAWAT JALAN POLI
GIGI
PUSKESMAS SIMPANG TERITIP
.
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah
tugas dan tanggung jawab dari negara sebagai bentuk amanah
konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban menjaga
mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan
kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga
kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tenaga kesehatan
yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran organisasi
profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan medik dasar yang profesional dan bermutu di sarana
kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik
dasar di puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap
pelayanan kesehatan di Puskesmas
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1
4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun 671);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktek klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 231);
1
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggung
jawab poli umum.
C. Jadwal Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli Umum (Dewasa)
1
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1
21 Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari:
22 Kursi Gigi
23 Cuspidor Unit
24 Meja Instrumen
25 Foot Controller untuk Hand Piece
26 Kompresor Oilless 1 PK
27 Jarum exterpasi
28 Jarum K-File (15-40)
29 Jarum K-File (45-80)
30 Light Curing
Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed
31 Micro Motor portable)
32 Pelindung Jari
33 Pemegang Matriks (Matrix Holder)
34 Penahan Lidah
35 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)
36 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)
37 Penumpat Plastis
38 Periodontal Probe
39 Penumpat Semen Berujung Dua
40 Pinset Gigi
41 Polishing Bur
42 Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)
43 Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)
44 Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)
45 Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)
46 Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial)
47 Skeler Ultrasonik
48 Sonde Lengkung
49 Sonde Lurus
50 Spatula Pengaduk Semen
51 Spatula Pengaduk Semen Ionomer
52 Set Tang Pencabutan Dewasa (set)
53 Tang gigi anterior rahang atas dewasa
54 Tang gigi premolar rahang atas
55 Tang gigi molar kanan rahang atas
56 Tang gigi molar kiri rahang atas
57 Tang molar 3 rahang atas
1
58 Tang sisa akar gigi anterior rahang atas
59 Tang sisa akar gigi posterior rahang atas
60 Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah
61 Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri
62 Tang gigi molar 3 rahang bawah
63 Tang sisa akar rahang bawah
64 Set Tang pencabutan gigi anak
65 Tang gigi anterior rahang atas
66 Tang molar rahang atas
67 Tang molar susu rahang atas
68 Tang sisa akar rahang atas
69 Tang gigi anterior rahang bawah
70 Tang molar rahang bawah
71 Tang sisa akar rahang bawah
72 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)
73 42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)
74 Skalpel, Tangkai Pisau Operasi
75 Tangkai kaca mulut
1
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
1
ALUR PELAYANAN POLI GIGI
Mulai
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem
rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
6. Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas
Kesehatan dengan suatu kriteria mutu yang ditetapkan. Proses ini
bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standar
1
7. Jenis Penyakit Gigi dan Mulut pada Pelayanan Primer
4 Demineralisasi K.02.0
Permukaan Halus
/Aproksimal
7 Atrisi,Abrasi,Erosi K03.K03.1,K03.2,K02.3
1
14 Angular cheilitis K.13.01
1
8. Rekam Medis Poli Gigi
Dalam rekam medik gigi data-dat penting yang perlu dicatat,dirangkum dalam
blangko rekam medik gigi adalah;
a. Identitas pasien
a. Nomor file
b. Tanggal pembuatan status
c. Nama
d. Jenis Kelamin
e. Tempat dan tanggal lahir/umur
f. Alamat rumah /nomor telepon dan handphone
g. Pekerjaan
h. Alamat kantor,nomor telepon dan fax
b. Keadaan Umum Pasien
a. Golongan darah
b. Tekanan darah
c. Ada /tidak kelainana haemofilia
d. Ada/tidak penyakit jantung
e. Ada/tidak penyakit diabetes
f. Ada/tidak alergi terhadap obat tertentu
g. Ada/tidak penyakit tertentu seperti Hepatitis,HIV
c. Odontogram
Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien di
catatkan pada kunjungan pertama atau kesempatan pertama,sehingga
memberikan gambaran keadaan secara keseluruhan.Odontogram selalu
ditempatkan pada lembar pertama rekam medik,setelah data identitas
,keadaan umum.selanjutnya baru diikuti oleh lembar data
perawatankedokteran gigi yang dilakukan.
Setelah pengisian pertama pembuatan odontogram diulang atau
dilengkapi;
- setiap satu tahun
- setiap kedatangan atau kontrol
- jika pasien akan pindah kota/dokter gigi
- jika sebelum satu tahun banyak restorasi gigi permanen yang
dilakukan.
Pada odontogram berisi data;
a. Tanggal pemeriksaan untuk odontogram
b. Gambar denah gigi (odontogram)
c. Hubungan oklusi
d. Ada atau tidaknya torus palatinus,torus mandibularis
1
e. Type langit-langit mulut (palatum);Dalam ,sedang ,rendah
f. Ada atau tidaknya diastema sentral
g. Adakah anomali atau ciri-ciri lain.
d. Data Perawatan Kedokteran gigi
Data perawatan kedokteran gigi yang dilakukan dicatat pada setiap
kunjungan secara teliti.
Data perawatan kedokteran gigi berisi:
a. Tanggal kunjungan
b. Gigi yang dirawat
c. Keluhanan dan diagnosa
d. Tindakan yang dilakukan
e. Paraf dokter gigi (penting)
f. Hasil Rontgen foto,jika ada
e. Nama dokter gigi yang merawat.
1
1
1
1
1
]
1
9.Persetujuan dan informasi tindakan kedokteran
1
1
1
1
BAB V
LOGISTIK
1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus
risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
1
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) dan Kejadian Sentinel
pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan Kejadian Sentinel.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin. 5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas
dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
1
6.3. Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
1
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan
tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan
seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
1
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang disediakan, dan fasilitasnya, puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas.
1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh
petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan
kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai
sabun,APD,mengganti alat berbahaya,pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
1
hari, tidak mungkin
binatang pengerta
masuk,termasuk
pembatasan orang
masuk keruang
tersebut.
1
rontgen,dll, infeksius.
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
1
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada seorang pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang
konsisten sesuai dengan pengetahuan terkini,sehingga probabilitas
outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990).
Pelayanan individual yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan
perorangan meliputi aspek pencegahan primer,pencegahan sekunder,
pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang
dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang
apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga
teknis laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli
Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
1
3. Sarana Ketersediaan sarana sesuai 90 %
standard
4. Kebijakan 1. Pola ketenagaan ada
2. Persyaratan ada
kompetensi petugas
Poli
3. Tentang penyusunan ada
rencana layanan
medis.
4. Tentang layanan ada
klinis yang menjamin
kesinambungan
layanan
5. tentang hak dan ada
kewajiban pasien yang
didalamnya memuat
hak untuk menolak
atau tidak
melanjutkan
pengobatan.
6. yang mewajibkan ada
penulisan lengkap
dalam rekam medis:
semua pemeriksaan
penunjang diagnostik
tindakan dan
pengobatan yang
diberikan pada pasien
dan kewajban perawat
dan petugas
kesehatan lain untuk
mengingatkan pada
dokter jika terjadi
pengulangan yang
tidak perlu. Dalam
SOP layanan klinis
memuat jika terjadi
pengulangan
1
pemeriksaan
penunjang diagnostik,
tindakan, atau
pemberian obat,
petugas kesehatan
wajib memberitahu
kepada dokter yang
bersangkutan.
7. tentang penggunaan ada
dan pemberian obat
dan/atau cairan
intravena
8. SK penyediaan obat- ada
obat emergensi di unit
kerja. Daftar obat
emergensi di unit
pelayanan
9. Kebijakan
penanganan pasien
berisiko tinggi
10. tentang jenis-
jenis sedasi yang
dapat dilakukan di
Puskesmas.
11. tentang tenaga
kesehatan yang
mempunyai
kewenangan
melakukan sedasi
12. Kebijakan dan
SOP penanganan
pasien berisiko tinggi
Pedoman Pelayanan Klinis
Kalibrasi alat
Proses
Pelayanan sesuai protap
dan standar mutu
1. SOP pengkajian awal CR 90 %
1
klinis
2. SOP pelayanan medis, CR 90 %
3. SOP asuhan
keperawatan
4. SOP pembentukan tim CR 90 %
interprofesi bila
dibutuhkan (termasuk
pelaksanaan
perawatan kesehatan
masyarakat/home
care
5. SOP pendelegasian CR 90 %
wewenang
6. SOP penyusunan CR 90 %
rencana layanan
medis. SOP
penyusunan rencana
layanan terpadu jika
diperlukan
penanganan secara
tim.
7. SOP layanan terpadu CR 90 %
8. SOP pemberian CR 90 %
informasi tentang efek
samping dan risiko
pengobatan
9. SOP CR 90 %
pendidikan/penyuluh
an pasien
10. SOP informed CR 90 %
consent
11. SOP evaluasi CR 90 %
informed consent,
hasil evaluasi, tindak
lanjut
12. SOP rujukan CR 90 %
13. SOP persiapan CR 90 %
pasien rujukan
1
14. SOP identifikasi CR 90 %
dan penanganan
keluhan
15. SOP layanan CR 90 %
klinis yang menjamin
kesinambungan
layanan
16. SOP pemberian CR 90 %
anestesi lokal dan
sedasi di Puskesmas
17. SOP asuhan gizi CR 90 %
18. SOP tentang CR 90 %
penolakan pasien
untuk menolak atau
tidak melanjutkan
pengobatan
19. SOP alternatif CR 90 %
penanganan pasien
yang memerlukan
rujukan tetapi tidak
mungkin dilakukan
1
penanganan pasien
berisiko tinggi
24. SOP identifikasi CR 90 %
dan penanganan
keluhan
25. SOP dan bukti CR 90 %
pelaksanaan
pendidikan/penyuluh
an pada pasien
Out put
Rekam medik lengkap 100 %
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
1
BAB IX
PENUTUP