DIREKTORAT JENDRAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
D. SISTEMATIKA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan Kinerja disusun sebagai
pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis,
terarah dan terpadu.
1. VISI
Visi Kementerian Kesehatan yaitu MASYARAKAT SEHAT YANG
MANDIRI DAN BERKEADILAN
2. MISI
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan
ditempuh melalui misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3. TUJUAN
Tujuan Kementerian Kesehatan: terselenggaranya pembangunan
kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
4. SASARAN
Sasaran kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya penggunaan
obat rasional melalui pelayanan kefarmasian yang berkualitas untuk
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.
B. PERJANJIAN KINERJA
Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja untuk seluruh
indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Target kinerja
ini akan menjadi komitmen bagi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
untuk mencapainya dalam tahun 2013.
Persentase Penggunaan
Obat Rasional di Sarana
Pelayanan Kesehatan 55%
Dasar Pemerintah
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya
membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau
target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan
realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran, sehingga diperoleh
gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator.
Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut
masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan
yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Manfaat
pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-
pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh kegiatan
peningkatan pelayanan kefarmasian dalam rumusan yang lebih spesifik,
terukur, dalam kurun waktu satu tahun. Dalam rangka mencapai sasaran,
perlu ditinjau indikator kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian yang
telah ditetapkan dengan sasaran sebagai berikut :
Meningkatnya 1 Persentase
penggunaan Instalasi Farmasi
obat rasional Rumah Sakit 40 % 40.90 % 102 %
melalui Pemerintah yang
pelayanan melaksanakan
kefarmasian pelayanan
yang kefarmasian sesuai
berkualitas standar
untuk
tercapainya
pelayanan 2 Persentase 35 % 35.15 % 100,43 %
kesehatan Puskesmas
yang optimal. Perawatan yang
melaksanakan
pelayanan
kefarmasian
3 Persentase
Penggunaan Obat
Rasional di Sarana 55 % 61,9 % 112,54%
Pelayanan
Kesehatan Dasar
Pemerintah
Perbandingan Capaian indiKator kinerja tahun 2012 dan capaian indicator kinerja
tahun 2013 sebagai berikut :
Meningkat 1 Persen
nya tase
pengguna Instala 35 % 35.33% 100,9 40 % 40.90 % 102 %
an obat si
rasional Farma
melalui si
pelayanan Rumah
kefarmasi Sakit
an yang Pemeri
berkualita ntah
s untuk yang
tercapainy melaks
a anaka
pelayanan n
kesehatan pelaya
yang nan
optimal. kefarm
asian
sesuai
standa
r
3 Persen
tase
Pengg 50 % 62.63 % 125.2 55 % 61,9 % 112,54
unaan 6% %
Obat
Rasion
al di
Sarana
Pelaya
nan
Keseh
atan
Dasar
Pemeri
ntah
B. SUMBER DAYA
42%
58%
Struktural
Staf
9%
28%
Gol II
Gol III
63% Gol IV
Gambar : Jumlah Pegawai Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian Menurut
Pendidikan
7% 5%
24%
2%2% S2
Apoteker
S1 Hukum
S1 Farmasi
D3 Farmasi
SMA
60%
2. SUMBER DAYA ANGGARAN
Anggaran DIPA Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian tahun 2013
adalah Rp. 19.746.733.000 dengan realisasi sebesar Rp.
19.223.027.684 ( 97.35 % ).
Permasalahan:
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar di rumah sakit
dipengaruhi oleh:
1. Kualitas dan Kuantitas SDM;
Sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit jumlah
apoteker rasio tempat tidur pada rawat inap adalah 1: 30 dan rawat jalan
1 : 50. Dari hasil monitoring dan evaluasi sebagian besar rumah sakit
belum memenuhi standar jumlah tenaga apoteker. Situasi ini
mengakibatkan tugas apoteker lebih banyak fokus pada pengelolaan
sediaan farmasi di rumah sakit, belum maksimal melakukan pelayanan
farmasi klinik (Pharmaceutical Care).
RINCIAN KEGIATAN I
1. Judul Kegiatan
Peningkatan Kemampuan SDM IFRS Dalam Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar
2. Sasaran Kegiatan
Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
5. Tahapan kegiatan
a. Pre Test
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui atau mengukur
tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta tentang pelayanan
farmasi klinik di rumah sakit
b. Teori
Adapaun teori yang diberikan adalah; (1) Kebijakan Direktorat
Bina Pelayanan Kefarmasian tentang pelayanan kefarmasian di
rumah sakit, (2) Dukungan Dirjen BUK terhadap pelayanan
farmasi klinik di rumah sakit, (3) Penulusuran riwayat
pengobatan, (4) Pengkajian dan pelayanan resep, (5) konseling,
(6) Pelayanan Informasi Obat, (7) Pemantauan terapi obat dan
(8) Visite.
Teori tentang pelayanan farmasi klinik di sampaikan oleh para
Apoteker spesialis farmasi rumah sakit di RSUD Dr. Soetomo
c. Simulasi
Pada sesi ini peserta diberikan studi kasus berupa rekam medik
pasien dan diminta untuk menganalisa masalah terkait obat
(DRP) kemudian menyusun rekomendasi terapinya
d. Praktek Lapangan
Pada saat praktek lapangan pertama kali peserta beraudiensi
dengan IFRS pada Rumah Sakit yang menjadi tempat praktek,
hal ini dimaksudkan agar peserta mengekplorasi banyak hal
tentang; struktur organisasi, manajemen SDM, dll.
Kemudian peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, pada
setiap kelompok diberi studi kasus dan penugasan kemudian
ditentukan jalur kunjungannya. Peserta juga diberi kesempatan
langsung untuk melakukan konseling dan visite pada pasien.
e. Presentasi
Setiap kelompok mempresentasikan hasil praktek lapangannya
yang meliputi; pembahasan studi kasus, rekomendasi
f. Rencana Tindak Lanjut
Setiap peserta pembekalan diminta untuk menyusun Rencana
Tindak Lanjut (RTL), setibanya lagi nanti di rumah sakit masing
masing agar membuat program pelayanan farmasi klinik, tentu
disesuaikan dengan kondisi setempat, misal; ketersediaan SDM,
dukungan manajemen, beban kerja. Penyusunan RTL ini
meliputi; jenis, jumlah dan frekuensi program agar dapat diukur
tingkat keberhasilannya.
g. Post test
Sesi akhir ditutup dengan post test, hal ini dilakukan untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan pembekalan ini.
6. Permasalahan
a. Belum masifnya pergeseran paradigma pelayanan farmasi dari
orientasi pada obat (Drug Oriented) ke orientasi pada pasien
(Patient Oriented) di seluruh elemen rumah sakit
b. Keterbatasan Jumlah Apoteker di rumah sakit
c. Kompetensi Apoteker masih dominan pada wilayah pengelolaan
logistik obat
d. Kebijakan manajamen rumah sakit belum berpihak penuh
terhadap pelayanan farmasi klinik
RINCIAN KEGIATAN II
1. Judul Kegiatan
Peningkatan Kapasitas SDM Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dalam
rangka menghadapi Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
2. Sasaran Kegiatan:
Apoteker instalasi farmasi rumah sakit
5. Tahapan kegiatan:
Kegiatan ini terdiri atas pemberian materi, diskusi serta workshop.
Dalam workshop, peserta ditunjukkan dan diberi kesempatan melalui
simulasi terkait handling sitotoksik, penanganan High alert
medication serta persiapan dalam menghadapai pelaksanaan survey
akreditasi rumah sakit.
6. Permasalahan:
Peserta masih minimnya kegiatan sosialisasi terkait akreditasi RS
versi 2012, padahal pelaksanaan akreditasi memerlukan kerja sama
seluruh bagian dari rumah sakit. Selain itu, masalah sarana dan
prasarana yang terbatas, sehingga perlu dukungan biaya agar
masing masing rumah sakit mampu memenuhi apa yang
dipersyaratkan dalam standar akreditasi RS
7. Usulan pemecahan masalah
a. Perlu dilaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis kepada
tenaga kesehatan di RS terkait akreditasi RS versi 2012
sehingga terlakasana pelayanan farmasi klinik sesuai standar.
b. Perlunya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah dalam
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan sehingga
masing-masing rumah sakit mampu memberikan pelayanan
kefarmasian sesuai standar akreditasi RS versi 2012.
2. Sasaran Kegiatan:
Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit dari Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota
5. Tahapan kegiatan:
Kegiatan ini terdiri atas pemberian materi, diskusi serta simulasi.
Dalam simulasi, peserta ditunjukkan dan diberi kesempatan melalui
simulasi terkait penggunaan aplikasi software pelaporan
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
6. Permasalahan:
a. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit yang terbatas terutama
dalam hal fasilitas internet.
b. Software yang digunakan belum applicable sehingga tenaga
farmasi kesulitan dalam pengaplikasiannya.
RINCIAN KEGIATAN IV
1. Judul Kegiatan :
Penyusunan Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi HIV
AIDS
2. Sasaran Kegiatan:
a. Penanggungjawab pelayanan kefarmasian di klinik untuk dasar
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
b. Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar melakukan kebijakan di bidang pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional
5. Tahapan kegiatan:
Tahapan kegiatan Penyusunan Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Terapi HIV AIDS sebagai berikut :
Rapat Persiapan
Rapat persiapan dilaksanakan dalam rangka pembentukan
kepanitiaan dan tim penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Terapi HIV AIDS
Pembahasan Draft
Pembahasan Draft dilaksanakan untuk membahas outline pedoman,
diskusi umum dan membuat draft awal.
Hasil pertemuan berupa tersusunnya Draft awal Pedoman
Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi HIV AIDS yang akan dibahas
pada Rapat Finalisasi.
Finalisasi
Rapat Finalisasi dilaksanakan untuk mendiskusikan draft hasil
pembahasan awal dan mengatasi permasalahan yang ditemukan.
Hasil pertemuan berupa tersusunnya Draft final Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi HIV AIDS
6. Permasalahan:
a. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal
yang telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi
jadwal kegiatan lain
b. Proses pengumpulan materi dan editing membutuhkan waktu
2. Sasaran Kegiatan:
a. Penanggungjawab pelayanan kefarmasian di klinik untuk dasar
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
b. Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar melakukan kebijakan di bidang pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional
5. Tahapan kegiatan:
Tahapan kegiatan Penyusunan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Ruang ICU sebagai berikut :
Rapat Persiapan
Rapat persiapan dilaksanakan dalam rangka pembentukan
kepanitiaan dan tim penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Ruang ICU
Pembahasan Draft
Pembahasan Draft dilaksanakan untuk membahas outline pedoman,
diskusi umum dan membuat draft awal.
Hasil pertemuan berupa tersusunnya Draft awal Pedoman
Pelayanan Kefarmasian Kefarmasian di Ruang ICU yang akan
dibahas pada Rapat Finalisasi.
Finalisasi
Rapat Finalisasi dilaksanakan untuk mendiskusikan draft hasil
pembahasan awal dan mengatasi permasalahan yang ditemukan.
Hasil pertemuan berupa tersusunnya Draft final Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Kefarmasian di Ruang ICU
6. Permasalahan:
a. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal
yang telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi
jadwal kegiatan lain
b. Proses pengumpulan materi dan editing membutuhkan waktu
RINCIAN KEGIATAN VI
1. Judul Kegiatan :
Penyusunan Modul Pelayanan Kefarmasian di ICU
2. Sasaran Kegiatan:
a. Penanggungjawab pelayanan kefarmasian di klinik untuk dasar
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
b. Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar melakukan kebijakan di bidang pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat rasional
5. Tahapan kegiatan:
Tahapan kegiatan Penyusunan Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Terapi HIV AIDS sebagai berikut :
Rapat Persiapan
Rapat persiapan dilaksanakan dalam rangka pembentukan
kepanitiaan dan tim penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Terapi HIV AIDS
Pembahasan Draft
Pembahasan Draft dilaksanakan untuk membahas outline pedoman,
diskusi umum dan membuat draft awal.
Hasil pertemuan berupa tersusunnya Draft awal Pedoman
Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi HIV AIDS yang akan dibahas
pada Rapat Finalisasi. Rapat Finalisasi dilaksanakan untuk
mendiskusikan draft hasil pembahasan awal dan mengatasi
permasalahan yang ditemukan. Hasil pertemuan berupa tersusunnya
Draft final Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi HIV AIDS
6. Permasalahan:
a. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal
yang telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi
jadwal kegiatan lain
b. Proses pengumpulan materi dan editing membutuhkan waktu
RINCIAN KEGIATAN VI
1. Judul Kegiatan :
Kajian Penggunaan Obat di RS dalam Pelaksanaan SJSN
2. Sasaran Kegiatan:
Apoteker instalasi farmasi rumah sakit
3. Kondisi yang dicapai:
Tersedianya gambaran menyeluruh mengenai kerangka konsep
aplikasi INA CBGs dalam sistem jaminan kesehatan nasional
5. Tahapan kegiatan:
Tahapan kegiatan kajian penggunaan obat di RS dalam
pelaksanaan SJSN sebagai berikut
a. Rapat persiapan
Rapat persiapan dilaksanakan dalam rangka pembentukan
kepanitiaan dan tim penyusun kajian penggunaan obat di RS
dalam pelaksanaan SJSN
b. Expert meeting
Expert meeting dilaksanakan untuk mengkaji materi usulan yang
masuk dari rumah sakit dan institusi perguruan tinggi. Hasil
pertemuan berupa tersusunnya draft kajian evaluasi penggunaan
obat
c. Finalisasi
Rapat finalisasi dilaksanakan untuk meminta masukan dari
rumah sakit, institusi perguruan tinggi dan organisasi profesi
terhadap draft kajian evaluasi penggunaan obat.
Hasil pertemuan berupa draft kajian penggunaan obat di RS
dalam pelaksanaan SJSN
6. Permasalahan:
a. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal
yang telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi
jadwal kegiatan lain.
b. Proses pengumpulan dan kompilasi materi membutuhkan waktu.
RINCIAN KEGIATAN VI
1. Judul Kegiatan :
Peningkatan Kualitas Pelayanan Kefarmasian Dalam Menghadapi
Universal Coverage
2. Sasaran Kegiatan:
a. Penanggungjawab pelayanan kefarmasian di klinik untuk dasar
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
b. Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar melakukan kebijakan di bidang pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional
5. Permasalahan:
Peserta masih minimnya kegiatan sosialisasi terkait Jaminan
Kesehatan Nasional
RINCIAN KEGIATAN V
1. Judul Kegiatan :
Pemantapan Konsep Joint Training Tenaga Kesehatan
(Dokter/Apoteker/Perawat)
2. Sasaran Kegiatan:
Apoteker pada instalasi farmasi rumah sakit, wakil dari akademisi
fakultas farmasi, fakultas kedokteran dan fakultas ilmu keperawatan,
asosiasi profesi (dokter, apoteker dan perawat), serta staf pada
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
5. Tahapan kegiatan:
Kegiatan ini terdiri atas beberapa sessi, yaitu sessi pertama
membahas pelaksanaan joint training di perguruan tinggi. Sessi
selanjutnya membahas peran asosiasi kesehatan dalam
pelaksanaan joint training serta bagaimana pelaksanaan joint training
dalam rangka menghadapi SJSN.
6. Permasalahan:
Masalah dalam memberikan kesepahaman kepada semua tenaga
kesehatan untuk menghargai peran dan fungsi masing-masing dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
RINCIAN KEGIATAN VI
1. Judul Kegiatan :
AWGPD (Asean Working Group on Pharmaceutical Develovment)
2. Sasaran Kegiatan:
Dengan mengadakan kegiatan ini diharapkan peserta yang terdiri
dari Angota ASEAN Working Group Pharmaceutical Development,
Pejabat yang menangani bidang kefarmasian di Dinkes Provinsi dan
Kab/Kota, Ketua Komite medik Rumah Sakit dan Kepala Puskesmas
terpilih, dapat memperoleh informasi dan memahami pelayanan
kefarmasian serta dapat mengimplementasikan pelayanan
kefarmasian di masing-masing sarana kesehatan.
3. Kondisi yang dicapai:
a. Tersusunnya rencana koordinasi program antara Pusat, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinkes Kab/Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas dalam rangka pharmaceutical care
b. Pelaksanaan Promosi Pharmaceutical Care di ASEAN
5. Tahapan kegiatan:
Tahapan kegiatan terdiri atas pemberian materi, diskusi serta
rekomendasi dari peserta.
6. Permasalahan:
Penyesuaian jadwal kegiatan dengan narasumber, kadang jadwal
yang telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi jadwal
kegiatan lain.
100%
80%
Target
60%
Realisasi
40%
20%
0%
2012 2013
Persentase Puskesmas
Perawatan yang
melaksanakan pelayanan 35.% 35,15% 100,43%
kefarmasian sesuai standar
Permasalahan:
Permasalahan
a. Puskesmas perawatan yang dilatih masih ada yang tidak punya
apoteker atau TTK sehingga pelaksanaan ini tidak bisa terlalu
sempurna
b. Kepala puskesmas masih ragu-ragu apakah dapat mengajukan
tenaga apoteker agar pelayanan kefarmasian dapat terlaksana
dengan baik.
Sasaran Kegiatan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, Ditjen Dikti, Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi dan Kab/Kota, BKN, Kemenpan, Komite Farmasi Nasional,
Badan PPSDM
Kondisi yang Dicapai
Kegiatan berupa pertemuan yang membahas tentang peran apoteker dalam
pelayanan dasar dalam hal ini Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
mengadvokasi stakeholder terkait khususnya Badan Kepegawaian Negara
(BKN), Kemenpan, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dalam penempatan
tenaga kefarmasian, khususnya apoteker di puskesmas, sehingga
diharapkan seluruh puskesmas dapat menerapkan pelayanan kefarmasian
yang sesuai dengan standar. Pertemuan ini juga berkaitan dengan salah
satu program Badan PPSDM dalam penyusunan standar kebutuhan tenaga
kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan
Selain itu, juga dibahas peran Ditjen Dikti dan KFN untuk mempersiapkan
lulusan apoteker dari perguruan tinggi farmasi dalam menjalankan
perannya di puskesmas.
Permasalahan
Sasaran Kegiatan
Fasilitas pelayanan kesehatan primer yang telah atau belum
melaksanakan pelayanan kefarmasian dan advokasi pemda atau
stakeholder terkait.
Permasalahan
Sasaran Kegiatan
Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Mahasiswa Apoteker dan
Tenaga Kesehatan lain.
Permasalahan
- Kurangnya keterlibatan pakar dalam Updating Software PIO
- Kurangnya frekuensi pertemuan updating Sotware PIO untuk
mendiskusikan hasil updating
Permasalahan
a. Kurangnya praktisi/narasumber yang dapat dihadirkan dalam
pembahasan.
b. Waktu pembahasan yang singkat.
Sasaran Kegiatan
Mahasiswa program profesi apoteker, dosen, yang berasal dari beberapa
perguruan tinggi farmasi di wilayah DKI Jakarta, Bandung dan Yogyakarta
serta puskesmas setempat.
Kondisi yang Dicapai
Kegiatan ini berupa seminar yang bertujuan sebagai suatu media
sosialisasi, sekaligus pembelajaran bagi para calon apoteker tentang
tanggungjawab professional pada pelayanan kefarmasian di komunitas.
Selain itu juga sebagai forum komunikasi antara Mahasiswa, Pemerintah
Pusat dengan Perguruan tinggi terkait. Kegiatan ini juga merupakan
advokasi pada perguruan tinggi untuk mempersiapkan calon apoteker yang
dapat langsung bekerja di fasilitas pelayanan dasar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian yang menyatakan bahwa pekerjaaan kefarmasian
harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian dalam hal ini apoteker yang dapat
dibantu dengan tenaga teknis kefarmasian maka diperlukan pembekalan
pengetahuan mengenai pelayanan kefarmasian yang baik khususnya
dalam mempersiapkan calon-calon tenga apoteker yang berkualitas.
Menyadari pentingnya sinkronisasi antara teori yang diperoleh di perguruan
tinggi dengan kondisi di lapangan serta pengetahuan mengenai prospek
pelayanan kefarmasian di puskesmas membuat kegiatan ini mendapat
respon yang sangat baik dari mahasiswa mau pun dari perguruan tinggi
terkait.
Permasalahan
- Kurangnya jumlah tenaga apoteker di puskesmas bukan berarti tidak
tersedianya lulusan apoteker namun formasi yang tersedia di unit
puskesmas masih terbatas.
Permasalahan
- Tools akreditasi disusun berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di
apotek tahun 2004
Permasalahan
- Adanya perubahan kebijakan dari pusdiklat aparatur mengharuskan
adanya penyesuaian kurikulum dan jumlah jam pelajaran
- Dibutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama
2. Permasalahan :
a. Terbatasnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam
penganggaran program yang terkait dengan peningkatan POR,
sehingga Dinkes Propinsi maupun Kabupaten/Kota belum dapat
menindaklanjuti program peningkatan POR dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat daerah secara optimal.
b. Pelayanan kefarmasian khusunya POR masuk dalam salah satu
standar pelayanan minimal sehingga tidak sehingga tidak
menjadi program prioritas di daerah (SDM)
c. Kurangnya koordinasi dengan bagian Promosi Kesehatan baik di
tingkat pusat maupun daerah sehingga pelaksanaan Promosi
Penggunaan Obat Rasional dan pemberdayaan masyarakat
belum optimal.
d. Perlu dilakukan koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja lain
yang terkait dengan program POR sehingga program POR dapat
terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain.
a. Sasaran Kegiatan
c. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN II
a. Sasaran Kegiatan
c. Permasalahan
a. Sasaran Kegiatan
3. Belum terbentuknya jejaring kerja lintas sektor dan unit kerja lain
yang terkait dalam pelaksanaan program POR sehingga program
POR belum terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain
khususnya di bidang ketersediaan obat.
RINCIAN KEGIATAN IV
a. Sasaran Kegiatan
c. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN V
a. Sasaran Kegiatan
c. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN VI
a. Sasaran Kegiatan
1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota
2. Rumah Sakit Propinsi dan Kabupaten/ Kota
3. Dokter dan apoteker puskesmas terpilih.
b. Kondisi yang dicapai
c. Permasalahan
a. Sasaran Kegiatan
c. Permasalahan
a. Sasaran Kegiatan
1. Masyarakat
2. Tenaga kesehatan
c. Permasalahan
3. Perlu adanya koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja lain
yang terkait dalam pelaksanaan program POR sehingga
program POR terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain
khususnya di bidang ketersediaan obat.
Penyusunan DOEN
a. Sasaran Kegiatan
1. Pemegang kebijakan di RS untuk dasar penyusunan formularium RS dan
pengadaan obat.
2. Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar dalam menyelenggarakan pengadaan obat untuk Puskesmas.
3. Puskesmas sebagai pengguna obat yang diadakan oleh Kementerian
Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota
c. Pelaksanaan
Penyusunan DOEN 2013 dilaksanakan melalui beberapa pertemuan yaitu:
d. Uraian kegiatan
Uraian kegiatan Penyusunan DOEN 2013 sebagai berikut:
1. Rapat Persiapan
Rapat Persiapan dilaksanakan dalam rangka pembentukan Tim Komite
Nasional Penyusunan DOEN 2013.
Hasil pertemuan berupa terbentuknya Komite Nasional Penyusunan
DOEN 2013 yang ditetapkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan.
2. Rapat Perdana
Rapat Perdana dilaksanakan untuk memaparkan konsep rencana
penyusunan DOEN 2013 kepada seluruh Tim Komnas DOEN dan
mengkaji kelas terapi pembahasan usulan serta menyepakati jadwal
penyusunan DOEN 2013.
Hasil pertemuan berupa jadwal penyusunan DOEN 2013, ditetapkannya
kriteria pemilihan obat dan penandatanganan konflik of interest tim
penyusun.
7. Rapat Pleno
Rapat Pleno dilaksanakan untuk membahas draft DOEN 2013 dengan
Tim penyusun dan penerima manfaat DOEN 2013 (Direktorat terkait,
Dinkes Pro/Kab/Kota, Rumah Sakit, Puskesmas).
Hasil pertemuan berupa tercapai kesepakatan draft DOEN 2013 yang
akan dibahas pada Rapat Finalisasi.
8. Rapat Finalisasi
Rapat Finalisasi dilaksanakan untuk melakukan finalisasi draft DOEN
2013.
Hasil pertemuan berupa draft cetak DOEN 2013
e. Permasalahan
1. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal yang
telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi jadwal kegiatan
lain.
2. Proses pengumpulan dan kompilasi materi membutuhkan waktu.
3. Banyak usulan obat yang tidak memenuhi kriteria, seperti tidak
memcantumkan bukti ilmiah atau belum terdaftar BPOM.
RINCIAN KEGIATAN II
Penyusunan FORNAS
a. Sasaran Kegiatan
1. Pemegang kebijakan di RS untuk dasar penyusunan clinical pathway
dan pengadaan obat.
2. Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota sebagai
dasar dalam menyelenggarakan pengadaan obat untuk Puskesmas.
3. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebagai pengguna obat yang
diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota.
4. Sebagai acuan bagi Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
c. Pelaksanaan
Penyusunan FORNAS dilaksanakan melalui beberapa pertemuan yaitu:
d. Uraian kegiatan
Uraian kegiatan Penyusunan FORNAS sebagai berikut:
9. Rapat Persiapan
Rapat Persiapan dilaksanakan untuk menyusun Tim Komite Nasional
penyusunan Formularium Nasional.
Hasil pertemuan berupa terbentuknya Komita Nasional penyusun
Formularium Nasional yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan.
e. Permasalahan
4. Masih kurangnya data pendukung bukti ilmiah pada usulan obat baru
yang berdasarkan evidence base medicine.
5. Masih banyaknya obat baru yang belum terdaftar pada Badan POM.
6. Penyesuaian jadwal kegiatan dengan Tim Ahli, kadang jadwal yang
telah direncanakan berubah sehingga mempengaruhi jadwal kegiatan
lain.
7. Beberapa obat seperti obat Hematologi, Onkologi dan Talasemia (HOT)
masih bermasalah, karena biayanya yang tinggi namun dibutuhkan.
Untuk mengatasinya masalah tersebut maka harus dilakukan negosiasi
terlebih dahulu.
RINCIAN KEGIATAN III
a. Sasaran Kegiatan
Dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga kefarmasian di Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pengambil keputusan di daerah agar dapat
mengimplementasikan pedoman dan standar di bidang pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat secara rasional dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
c. Pelaksanaan
d. Uraian kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pertemuan di provinsi Banten dengan
dokter/penulis resep (prescriber), melalui Komite medik dan Komite Farmasi
Terapi, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala Puskesmas dan pengelola
obat di Puskesmas serta pengambil kebijakan di daerah. Pertemuan dilaksanakan
dengan metode lokakarya, adapun rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Sambutan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian,
2. Pembukaan oleh Kepala Subdit Standardisasi,
3. Paparan dan diskusi oleh beberapa praktisi
Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
Paparan Direktur RSUD Tangerang Implementasi DOEN &
Formularium terkait kepatuhan Prescriber dalam penggunaan Obat
Generik di RSUD Tangerang
DR. Erna Kristin, Apt Formularium Nasional sebagai Acuan
Penggunaan Obat yang Berbasis Bukti Ilmiah (EBM) untuk
meningkatkan Patient Safety dan kendali Biaya
Prof. dr. Taralan Tambunan, S.pA (K) Penatalaksanaan Penyakit
Berdasarkan Formularium Nasional
Prof. DR. dr. Rianto Setiabudy, SpFK (K) Implementasi DOEN dan
FORNAS dalam Penggunaan Antibiotik Secara Bijak untuk Mencegah
Dampak Resistensi
Dra. Siti Farida, Apt., SpFRS Implementasi DOEN dan Formularium di
RS Sebagai Kendali Mutu dan Biaya Obat
Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat 1
4. Ditutup oleh Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian.
e. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN IV
a. Sasaran Kegiatan
Dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga kefarmasian di Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pengambil keputusan di daerah agar dapat
mengimplementasikan pedoman dan standar di bidang pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat secara rasional dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
b. Kondisi yang dicapai
c. Pelaksanaan
d. Uraian kegiatan
Uraian kegiatan Advokasi implementasi pedoman dan standar sebagai berikut:
Pertemuan Wilayah Barat
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pertemuan di provinsi Sumatera Selatan
dengan dokter/penulis resep (prescriber), melalui Komite medik dan Komite
Farmasi Terapi, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala Puskesmas dan
pengelola obat di Puskesmas serta pengambil kebijakan di daerah. Pertemuan
dilaksanakan dengan metode lokakarya, adapun rangkaian kegiatan sebagai
berikut :
1. Sambutan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian,
2. Pembukaan oleh Kepala Subdit Standardisasi,
3. Paparan dan diskusi oleh beberapa praktisi
Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
Paparan RSUP. M. Hosein Palembang Implementasi DOEN &
Formularium terkait kepatuhan Prescriber dalam penggunaan Obat
Generik di RSUD Tangerang
DR. Erna Kristin, Apt Formularium Nasional sebagai Acuan Penggunaan
Obat yang Berbasis Bukti Ilmiah (EBM) untuk meningkatkan Patient Safety
dan kendali Biaya
Prof. dr. Taralan Tambunan, S.pA (K) Penatalaksanaan Penyakit
Berdasarkan Formularium Nasional
Prof. DR. dr. Rianto Setiabudy, SpFK (K) Implementasi DOEN dan
FORNAS dalam Penggunaan Antibiotik Secara Bijak untuk Mencegah
Dampak Resistensi
Dra. Siti Farida, Apt., SpFRS Implementasi DOEN dan Formularium di RS
Sebagai Kendali Mutu dan Biaya Obat
Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat 1
4. Ditutup oleh Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian.
e. Permasalahan
1. Masih kurang tersosialisasinya pedoman dan standar yang ada.
2. Masih banyak peserta yang belum memahami penggunaan obat yang rasional
terutama dalam penggunaan obat Antibiotik.
RINCIAN KEGIATAN V
a. Sasaran Kegiatan
Dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga kefarmasian di Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pengambil keputusan di daerah agar dapat
mengimplementasikan pedoman dan standar di bidang pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat secara rasional dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
c. Pelaksanaan
d. Uraian kegiatan
Uraian kegiatan Advokasi implementasi pedoman dan standar sebagai berikut:
Pertemuan Wilayah Timur
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pertemuan di provinsi Maluku dengan
dokter/penulis resep (prescriber), melalui Komite medik dan Komite Farmasi
Terapi, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala Puskesmas dan Pengelola
obat di Puskesmas serta pengambil kebijakan di daerah. Pertemuan dilaksanakan
dengan metode lokakarya, adapun rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Sambutan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian,
2. Pembukaan oleh Kepala Subdit Standardisasi,
3. Paparan dan diskusi oleh beberapa praktisi
Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
Paparan RSU. Dr. M. Haulussy Ambon Implementasi DOEN &
Formularium terkait kepatuhan Prescriber dalam penggunaan Obat
Generik di RSUD Tangerang
DR. Erna Kristin, Apt Formularium Nasional sebagai Acuan Penggunaan
Obat yang Berbasis Bukti Ilmiah (EBM) untuk meningkatkan Patient Safety
dan kendali Biaya
Prof. dr. Taralan Tambunan, S.pA (K) Penatalaksanaan Penyakit
Berdasarkan Formularium Nasional
Prof. DR. dr. Rianto Setiabudy, SpFK (K) Implementasi DOEN dan
FORNAS dalam Penggunaan Antibiotik Secara Bijak untuk Mencegah
Dampak Resistensi
Dra. Yulia Trisna, Apt Implementasi DOEN dan Formularium di RS
Sebagai Kendali Mutu dan Biaya Obat
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Implementasi Formularium
Nasional dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat 1
4. Ditutup oleh Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian.
e. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN VI
a. Sasaran Kegiatan
Dokter penulis resep (prescriber) dan tenaga kefarmasian di Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pengambil keputusan di daerah agar dapat
mengimplementasikan pedoman dan standar di bidang pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat secara rasional dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
c. Pelaksanaan
e. Permasalahan
Data review bukti ilmiah berdasarkan EBM baik secara Farmakologi maupun
Farmakoekonomi
c. Pelaksanaan
Nama, Tempat
No Peserta Narasumber
& Waktu
1 Rapat 20 orang terdiri dari 6 (enam) orang
Persiapan anggota tim penyusun dan narasumber lokal, 3 (tiga)
Review Data kontributor dari Direktorat orang narasumber daerah,
Obat Berbasis Bina Yanfar, unit terkait di 4 (empat) orang moderator
Bukti Ilmiah, Kementerian Kesehatan, yang berasal dari praktisi
Hotel Puri BPOM, praktisi klinis dan rumah sakit, organisasi
Denpasar, farmasi dari rumah sakit, profesi dan Kementerian
Jakarta tgl 05 organisasi profesi dan Kesehatan
Februari 2013 perguruan tinggi
2 Rapat 34 orang peserta, terdiri dari 7 (tujuh) orang narasumber
Pelaksanaan anggota tim penyusun dan lokal, 3 (tiga) orang
Kajian 1 Review kontributor dari Direktorat narasumber daerah, 4
data obat Bina Yanfar, unit terkait di (empat) orang moderator
Berbasis Bukti Kementerian Kesehatan, yang berasal dari praktisi
Ilmiah, Hotel BPOM, praktisi klinis dan rumah sakit, organisasi
Puri Denpasar, farmasi dari rumah sakit, profesi dan Kementerian
Jakarta tgl 14 organisasi profesi dan Kesehatan
Februari 2013 perguruan tinggi
3 Rapat 27 orang peserta, terdiri dari 6 (enam) orang
Pembahasan anggota tim penyusun dan narasumber lokal, 3 (tiga)
Review data kontributor dari Direktorat orang narasumber daerah,
obat berbasis Bina Yanfar, unit terkait di 4 (empat) orang moderator
Ilmiah, Hotel Kementerian Kesehatan, yang berasal dari praktisi
Puri Denpasar, BPOM, praktisi klinis dan rumah sakit, organisasi
Jakarta tgl 15 farmasi dari rumah sakit, profesi dan Kementerian
Februari 2013 organisasi profesi dan Kesehatan
perguruan tinggi
4 Rapat 20 orang peserta, terdiri dari 7 (tujuh) orang narasumber
Pelaksanaan anggota tim penyusun dan lokal, 3 (tiga) orang
Kajian 2 Review kontributor dari Direktorat narasumber daerah, 4
Data Obat Bina Yanfar, unit terkait di (empat) orang moderator
Berbasis Data Kementerian Kesehatan, yang berasal dari praktisi
Ilmiah, Hotel BPOM, praktisi klinis dan rumah sakit, organisasi
Aston Rasuna, farmasi dari rumah sakit, profesi dan Kementerian
Jakarta tgl 08 organisasi profesi dan Kesehatan
09 Mei 2013 perguruan tinggi
5 Rapat 33 orang peserta, terdiri dari 7 (tujuh) orang narasumber
Pelaksanaan anggota tim penyusun dan lokal, 3 (tiga) orang
Finalisasi Hasil kontributor dari Direktorat narasumber daerah, 4
Kajian Review Bina Yanfar, unit terkait di (empat) orang moderator
Data Obat Kementerian Kesehatan, yang berasal dari praktisi
Berbasis Ilmiah, BPOM, praktisi klinis dan rumah sakit, organisasi
Hotel Aston farmasi dari rumah sakit, profesi dan Kementerian
Rasuna, Jakarta organisasi profesi dan Kesehatan
tgl 29 30 Mei perguruan tinggi
2013
d. Uraian kegiatan
Uraian kegiatan Review data obat berdasarkan bukti ilmiah sebagai berikut:
5. Rapat Pelaksanaan Finalisasi Hasil Kajian Review Data Obat Berbasis Ilmiah
Membuat kesimpulan obat-obat yang diterima sebagai usulan DOEN dan
Formularium Nasional yang akan di bahas bersama Tim Komite Nasional.
e. Permasalahan
RINCIAN KEGIATAN IX
RINCIAN KEGIATAN XI
RINCIAN KEGIATAN XV
a. Sasaran Kegiatan
Sasarannya adalah Program Kegiatan pada Direktorat Bina
Pelayanan Kefarmasian