Anda di halaman 1dari 30

PENGANTAR MANAJEMEN - PERKEMBANGAN

ILMU MANAJEMEN - LINGKUNGAN DAN BUDAYA


ORGANISASI - TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
ETIKA MANAJEMEN

DAFTAR ISI

Daftar isi ......................................................................................................... i

BAB I Perkembangam Ilmu Manajemen ........................................................ 1


A. Pengertian ........................................................................................................ 1
B. Funsi Ilmu Manajemen.................................................................................... 2
C. Teori Manajemen ............................................................................................ 4
D. Kritik Terhadap Manajemen Konvensional..................................................... 9
BAB II Lingkungan dan Budaya Organisasi ................................................... 11
A. Pentingnya Lingkungan Organisasi ................................................................. 11
B. Lingkungan Organisasi ................................................................................... 11
C. Lingkungan Internasional dalam Kegiatan Bisnis .......................................... 20
D. Budaya organisasi ............................................................................................ 22
BAB III Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen ................................. 27
Tanggung jawab Sosial (CSR)
A. Defenisi ............................................................................................................ 27
B. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung jawab Sosial ............................... 29
C. Strategi Pengolahan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............................... 29
D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................................................. 30
Etika Dalam Manajemen Bisnis
A. Defenisi ............................................................................................................ 32
B. Bidang Dasar Etika Manajerial ....................................................................... 32
C. Nilai Personal Sebagai Standar Etika .............................................................. 33
D. Relativisme Moral ........................................................................................... 34
E. Pendekatan Etika ............................................................................................. 34
F. Upaya perwujudan dan Peningkatan Etika Manajemen .................................. 35
Daftar Pustaka ............................................................................................... 36
BAB I
Perkembangan Ilmu Manajemen

A. Pengertian
Pengendalian Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia
(1561) maneggiare yang berarti mengendalikan, terutamanya mengendalikan kuda yang
berasal dari bahasa latin manus yang berati tangan. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa
Perancis mange yang berarti kepemilikan kuda (yang berasal dari Bahasa Inggris yang
berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1]
Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi Mnagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Menurut Mary Parker Follet ilmu manajemen adalah suatu pengetahuan yang
mempelajari seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary
ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanak an apa saja yang pelu
dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa
Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Profesor Oei liang lee Mendefenisikan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasikan serta mengawasi tenaga
manusia dengan bantuan alatpalat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan
sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu (Prajudi Atmosudirdjo,1982 :
124)
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan:
Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (George R. Terry, Ph.D, 1986:4)
Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana
utama administrasi (Sondang P. Siagian. 1997 : 5)
Sedangkan Stoner, berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan-pengawasan dari suatu organisasi dan dari
sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasiyang telah ditetapkan.

B. Fungsi ilmu Manajemen


Fungsi ilmu manajemen menurut beberapa penulis antara lain untuk mempelajari tentang:
- Ernest Dale : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Innovating, Representing dan
Controlling.
- Oey Liang Lee : Planning, Organizing, Directing, Coordinating, Controlling.
- James Stoner : Planning, Organizing, Leading, Controlling.
- Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
- Lindal F. Urwich : Forescating, Planning, Organizing, Commanding, Cordinating,
Controlling.
- Dr. SP. Siagian MPA : Planning, Organizing, Motivating, Controlling.
- Prayudi Atmosudirjo : Planning, Organizing, Directing/ Actuating, Controlling.
- DR. Winardi SE : Planning, Organizing, Coordinating, Actuating, Leading, Communicating,
Controlling.
- The Liang Gie : Planning, Decision Making, Directing, Coordinating, Controlling, Improving.
Pada hakekatnya fungsi-fungsi di atas dapat dikombinasikan menjadi 10 fungsi yaitu :

1. Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan


yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
2. Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
3. Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, temasuk dalam
hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
4. Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan personalia
sejak dari penarikan tenaga kerja baru. latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar
setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5. Directing atau Commanding (pengarah atau mengkomando) yaitu usaha memberi bimbingan
saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi
wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
6. Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
7. Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi
kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatu-
padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
8. Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar
mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
9. Controlling (pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10. Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.

C. Teori Manajemen

1. Teori Manajemen Kuno


Sampai dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.
Sebagai contoh, bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup kompleks yang
hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran Romawi mengembangkan
struktur organisasi yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi
kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari
manajemen. Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian terlupakan. Pada akhir
abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius. Pada waktu
industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan
raksasa.
Robert Owen (1771-1858) berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu
(reformer). Beliau melihat peranan pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset
perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan
yang signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya, dengan mendirikan perumahan
(tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak
kesusahan dan dapat membeli kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja
dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya
manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen
juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara seperti
itu manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.

2. Teori Manajemen Ilmiah


Federick Winslow Taylor (1856-1915) disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor
memfokuskan perhatiannya pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion study);
dari sini ia mengembangkan analisis kerja. Taylor kemudian memperkenalkan sistem
pembayaran differential (differential rate).
Manajemen Taylor didasarkan pada langkah atau prinsip sebagai berikut :
a. Mengambangkan Ilmu untuk setiap elemen pekerjaan, untuk menggantikan pikiran yang
didasari tanpa ilmu.
b. Memilih karyawan secara ilmiah, dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan seperti
yang ditentukan pada langkah-1.
c. Mengawasi karyawan secara ilmiah, untuk memastikan mereka mengikuti metode yang telah
ditentukan.
d. Kerjasama antara manajemen dengan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara keduanya
juga ditingkatkan

Frank B. Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1887-1972)


Keduanya adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen.
Menurut Frank pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat
kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik pada karyawan. Sedang Lilian memberikan
kontribusi pada lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Beliau percaya bahwa
tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai
seorang manusia. Keduanya mengembangkan rencana promosi tiga tahap, yaitu :
a. Menyiapkan Promosi
b. Melatih Calon Pengganti
c. Melakukan Pekerjaan
Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil
menyiapkan promosi karir, dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan
menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti
mengajari dalon pengganti.

Henry L. Gantt (1861-1919)


Gantt melakukan perbaikan metode sistem penggajian Taylor (differential system)
karena menurutnya metode tersebut kurang memotivasi kerja. Sistem Pengawasan (supervisor)
diterapkannya sebagai upaya untuk memacu semangat kerja karyawan. Disamping itu Gantt
juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang awalnya merupakan ide Owen. Gantt
chart (bagan Gantt) kemudian populer dan gigunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat
scedul (jadwal) pekerja tertentu.

3. Teori Manajemen Organisasi

Henry Fayol (1841-1925)


Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran
manajemen klasik karena upaya mensistematisir studi manajerial. Menurut Fayol, praktek
manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon
manajer.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi
manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4)
Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan. Manajemen
bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.

Max Weber (1864-1920)


Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan aturan jelas untuk
anggota organisasi tersebut. Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana aktivitas dan tujuan
diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebut dengan jelas. Birokrasi didasarkan
pada aturan yang rasional yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang
cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban,
tidak reponsif terhadap perubahan.
Mary Parker Follet (1868-1933)
Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan
elemen manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian
muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa seseorang akan
menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu kelompok.
Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan pekerja mempunyai kepentingan yang
sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama.
Selanjutnya Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana
seseorang dikendalikan oleh tiga hal, yaitu :
a. Pengendalian diri (dari orang tersebut)
b. Pengendalian kelompok (dari kelompok)
c. Pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok)

Chester I Barnard (1886-1961)


Bernard mengambangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi
formal (seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri.
Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai
tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan
organisasi dengan tujuan anggotanya dapat terjaga.
Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat
dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance), dimana
pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas manajemen.

4. Teori Manajemen Kontemporer


Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan
tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan
yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar
pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru
dalam manajemen :

a. Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.
Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian
yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan
lingkungan.
Pada proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam sistem
manajemen pendidikan di indonesia. Sebelum munculnya sistem pendekatan-pendekatan yang
baru.

b. Pendekatan Situasional (Contingency)


Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang
melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif
apabila digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik
untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu.
Pendekatan situasional memberikan resep praktis terhadap persoalan manajemen.
Tidak mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang
banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa
kompleksitas situasi manajerial, membuat manajer fleksibel atau sensitif dalam memilih
teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada.
Namun pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan
sesuatu yang baru. Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin
manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.

c. Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation)


Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah.
Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan
kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat
dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili aliran ini adalah W. Edwadr
Deming, yang mengembangkan prinsip-prinsip manajemen seperti Fayol yang berfokus pada
kualitas kerja dan hubungan antar karyawan.
Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan
sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup populer baik
dilingkungan akademis maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi
praktek manajemen saat ini.

D. Kritik Terhadap Teori Manajemen Konvensional


Teori manajemen konvensional telah mengalami evolusi dari abad ke-19 sampai
sekarang ini. Akan tetapi, sesempurna apa pun sebuah teori dan konsep manajemen, manjadi
tidak layak (reliable) untuk diterapkan terus-menerus apabila dalam praktiknya lebih
menguntungkansatu pihak saja, misalnya. Sementara dalam sebuah industry terdapat beberapa
pihak yang berkepentingan, shareholder maupun stakeholder. Maka, perlu pemikiran kritis
dalam menyikapi berbagai konsep yang ditawarkan dalam dunia baratkarena sebagian besar
teori tersebut berasal dari sana. Oleh karena konsepmanajemen berkembang sesuai dengan
perkembangan masusia serta aktivitasnya, maka kita tidak boleh terbelenggu dengan teori yang
telah ada. Kita sudah seharusnya mengembangkan teori manajemen yang sesuai hidup dan
tidak menzalimi pihak lain.
Teori ini konsen terhadap sisi sosial dan memperlakukan kru secara baik, dan
menganggapnya sebagai factor penggerak utama bagi peningkatan produktivitas. Akan tetapi,
teori ini juga mengabaikan fungsi pengorganisasian resmi, kompetensi teknis, serta nilai-nilai
ekonomi yang merupakan factor penting dalam manajemen. Teori ini juga bersifat parsial
meski manajemen memperlakukan kru dengan baik dan mengakui sisi kemanusiannya, tetapi
tidak ada keselarasan dengan kepentingan krunya. Teori ini hanya memperhatikanindividu
dalam manajemen dan tidak membahas factor lingkungan yang saling mempengaruhi.

- Kritik Terhadap Teori weber


Weber memandang bahwa sistem birokrasi dan keputusan dibangun dengan
rasionalitas. Oleh karena itu, kru harus menaati keputusan tersebut. Namun teori ini tidak
memberikan kebebesan gerak kepada kru karena dibatasi dan diatur oleh manajemen. Teori ini
juga mengemukakan bahwa kekuasaan resmi sebagai penggerak utama untuk mengarahkan
aktivitas kru. Minusnya, sisi kemanusiaan kru dan kopetensi teknis untuk memotivasi
produktivitas kru terabaikan.
BAB II
Lingkungan dan Budaya Organisasi

A. Pentingnya Lingkungan Organisasi


Para manajer perusahaan melaksanakan aktivitas manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia, penggerakan, dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya-sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Disamping
itu manajer harus memperhitungkan faktor-faktor luar (external factor) organisasi seperti
anggota-anggota masyarakat di luar organisasinya, dan kebutuhan akan sumber daya manusia,
teknologi, dan lain sebagainya. Faktor luar organisasi ini mempunyai kekuatan dan tekanan
untuk mempengaruhi kegiatan organisasi. Berhasil tidaknya organisasi dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar.
Faktor luar dimaksudkan disini adalah faktor luar organisasi dalam dan luar negeri
(international factor). Faktor international sangat besar pengaruhnya sebagai faktor luar, ini
berkaitan dengan perusahaan yang menggunakan input dari luar negeri dan pasar luar negeri.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam mengatasi faktor luar tersebut.
Pertama, perusahaan harus dapat melihat ketersediaan sumber daya-sumber daya sebagai input
seperti bahan baku tenaga kerja, modal dan metode. Semua input ini akan dirubah atau
ditransformasikan menjadi barang atau jasa. Kedua, perusahaan perlu memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan berbagai pihak, seperti karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah,
pemegang saham, dan masyarakat lainnya. Ketiga, perusahaan perlu memperhatikan faktor
luar lainnya, seperti ekonomi politik, teknologi dan sosial.
B. Lingkungan Organisasi
Organisasi dalam menjalankan aktivitasnya untuk mencapai tujuan tidak terlepas dari
lingkungan eksternal (external environment). Organisasi merupakan suatu wadah untuk
memproses masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan faktor-faktor
produksi atau sumber daya-sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, uang dan energy
yang diproses dalam organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Ketersediaan sumber
daya seperti bahan baku, tenaga kerja, uang dan energi yang diproses dalam organisasi untuk
menghasilkan barang atau jasa. Ketersediaan sumber daya-sumber daya tersebut dapat
diperoleh dari luar organisasi itu sendiri (self sufficient) maupun berdiri sendiri (self
contained). Organisasi berfungsi sebagai transformasi dari input menjadi output. Dalam proses
ini input dan output merupakan lingkungan luar dari organisasi.

1. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal atau lingkungan yang berada di luar organisasi saling
mempertukarkan sumber dayanya dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain.
Organisasi mendapatkan input (bahan baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal,
kemudian ditransformasikan menjadi produk dan jasa sebagai output bagi lingkungan
eksternal. Definisi lingkungan eksternal adalah sebagi berikut:
Lingkungan eksternal adalah semua kejadian di luar perusahaan yang memiliki potensi
untuk mempengaruhi perusahaan (Chuck Williams, 2001:51).
Lingkungan eksternal terdiri dari unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar
tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (T.Hani
Handoko, 1999:62).
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi, yang
relevan pada kegiatan organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)

Lingkungan eksternal juga dapat dibagi menjadi dua unsur, antara lain:
Menurut James A.F. Stoner:
a. Unsur-unsur tindakan langsung (direct action)
b. Unsur-unsur tindakan tak langsung (indirect action)
Menurut T. Hani Handoko:
a. Lingkungan ekstern mikro
b. Lingkungan ekstern makro
Menurut Chuck Williams:
a. Lingkungan khusus
b. Lingkungan umum
c. Lingkungan yang berubah

Dari ketiga pendapat tersebut sebenarnya mempunyai pengertian yang sama dalam
pembagiannya, hanya Chuck Williams yang menambahkannya dengan point ketiga
lingkungan yang berubah. Jadi, lingkungan eksternal itu terbagi menjadi:
a. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur tindakan langsung atau lingkungan khusus)
b. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur tindakan tak langsung atau lingkungan umum)

Lingkungan Ekstern Mikro


Lingkungan ekstern mikro terdiri dari:
1. Pelanggan (customers)
Pelanggan membeli produk barang dan jasa. Perusahaan tidak dapat hidup tanpa
dukungan pelanggan. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan usahanya suatu perusahaan
perlu mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pengamatan reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecendrungan
dan masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan.
Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian,
kecendrungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan mengeluh).

2. Pesaing (Competitors)
Pesaing adalah perusahaan di dalam industri yang sama dan menjual produk atau jasa
kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung
pada apakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena
itu, perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa pesaingnya,
mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.

3. Pemasok (suppliers)
Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan bahan baku, tenaga kerja, keuangan dan
sumber informasi kepada perusahaan lain. Terdapat hubungan saling ketergantungan antara
pemasok dan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya
produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti.
Ketergantungan pemasok pada perusahaan adalah suatu tingkat dimana perusahaan pembeli
sebagai pelanggan bagi pemasok dan sulitnya menjual produk kepada pembeli lain.

4. Perwakilan-perwakilan Pemerintah
Hubungan organisasi dalam perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin
kompleks. Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini harus
ditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan pembatasan-pembatasan
lainnya untuk melindungi masyarakat.

5. Lembaga Keuangan
Organisasi-organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti
bank-bank komersial, bank-bank instansi, dan perusahaan-perusahaan asuransi termasuk pasar
modal. Lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan memperluas
kegiatan-kegiatannya seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru dan membeli
peralatan baru, serta pembelanjaan operasi-operasinya.

6. Partner Strategis
Partner strategis adalah perusahaan lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan
perusahaan kita, tetapi secara bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan bisnis
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dalam istilah biologi dikenal dengan sebutan
simbiosis mutualisme.

7. Regulator (Pembuat Undang-Undang)


Regulator adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan dan
kegiatan bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin menjalankan bisnis dengan
membuat aturan-aturan main yang dapat disepakatinoleh semua pihak di masyarakat.
Regulator dapat berasal dari pemerintah atau dari institusi dan lembaga yang disepakati seperti
OPEC yang dibentuk oleh negara-negara anggotanya untuk menyepakati dan menjalankan
aturan main dalam perdagangan dunia.

8. Masyarakat Umum
Masyarakat umum adalah keseluruhan pihak yang tidak termasuk kedalam lingkungan-
lingkungan yang disebutkan di atas. Masyarakat umum ini dapat dibagi dua :
Pertama, masyarakat umum yang menjadi pihak yang terkait langsung dengan kegiatan bisnis
yang dijalankan oleh sebuah perusahaan, seperti pelanggan, masyarakat sekitar perusahaan,
dan sebagainya.
Kedua, masyarakat umum yang tidak terkait dengan kegiatan perusahaan. Untuk kelompok
ini, perusahaan tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang dilakukannya. Akan tetapi
masyarakat ini dapat menjadi peluang di masa yang akan datang untuk dijadikan sasaran
perluasan pasar.

Lingkungan Ekstern Makro


Lingkungan ekstern makro terdiri dari:
1. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi sebagian besar organisasi yang
beroperasi di dalamnya. Pada suatu keadaan perekonomian yang sedang tumbuh, secara umum
kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa meningkat. Akan
tetapi, kondisi perekonomian seperti itu tidak menjamin bahwa suatu perusahaan juga
bertumbuh, hanya menyediakan lingkungan yang mendorong terjadinya pertumbuhan usaha.
Dalam keadaan perekonomian yang lesu, daya beli masyarakat yang menurun, membuat
pertumbuhan usaha menjadi sulit. Sehingga para manajer perusahaan harus selalu
mengantisipasi variable-variabel ekonomi seperti kecendrungan inflasi, tingkat suku bunga,
kebijakan fiscal dan moneter, dan harga-harga yang ditetapkan oleh pesaing.

2. Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengubah
bentuk masukan (input) menjadi keluaran (output). Sehingga perubahan dalam teknologi dapat
membantu perusahaan menyediakan produk yang lebih baik atau menghasilkan produknya
dengan lebih efisien. Akan tetapi prubahan teknologi juga dapat memberikan suatu ancaman
bagi perusahaan-perusahaan tradisional. Contohnya perusahaan fotocopy pada awalnya
memberi ancaman bagi perusahaan kertas karbon.

3. Politik Hukum
Komponen politik/hukum adalah undang-undang, peraturan, dan keputusan pemerintah
yang mengatur perilaku usaha. Komponen politik/hukum ini dalam suatu periode waktu
tertentu akan menentukan operasi perusahaan. Sehingga manajer tidak mungkin mengabaikan
iklim politik dan hukum-hukum maupun peraturan yang ada di suatu negara, seperti perlakuan
yang adil dalam pembayaran gaji harus sesuai dengan upah minimum yang ditetapkan
pemerintah.

4. Sosial Budaya
Komponen sosial budaya merujuk kepada karakteristik demografi serta perilaku, sikap,
dan norma-norma umum dari penduduk dalam suatu masyarakat tertentu. Pertama, perubahan
karakteristik demografi seperti, jumlah penduduk dengan keterampilan khusus, pertumbuhan
atau pengurangan dari golongan populasi tertentu, mempengaruhi cara perusahaan
menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial budaya dalam perilaku, sikap, dan norma-
norma juga mempengaruhi permintaan akan produk dan jasa suatu usaha.

Lingkungan yang Berubah


Setelah membahas komponen-komponen lingkungan eksternal di atas, di sini akan
dibahas mengenai perubahan-perubahan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan yang berubah.
Perubahan lingkungan adalah angka kecepatan dari perubahan lingkungan umum dan
lingkungan khusus perusahaan. Perubahan ini terdiri dari perubahan yang stabil, dimana angka
perubahannya lambat, dan perubahan dinamis, dimana angka perubahan lingkungan adalah
cepat. Perusahaan biasanya mengalami baik perubahan stabil maupun perubahan dinamis.
Kompleksitas Lingkungan adalah jumlah faktor-faktor eksternal di dalam lingkungan
yang mempengaruhi organisasi. Lingkungan sederhana hanya memiliki sedikit faktor
lingkungan, sedangkan lingkungan kompleks mempunyai banyak faktor lingkungan.
Pengamatan terhadap perubahan dan kompleksitas lingkungan membuat para manajer
dapat memanfaatkan lingkungan yang berubah dengan tiga langkah yaitu:
a. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan adalah meneliti lingkungan terhadap kejadian atau masalah
penting yang mungkin dapat mempengaruhi suatu organisasi.
b. Menerjemahkan faktor-faktor Lingkungan
Setelah mengamati, kemudian manajer menentukan kejadian dan masalah lingkungan
apa yang bermanfaat bagi organisasi. Biasanya manajer menerjemahkan kejadian dan masalah
sebagai ancaman atau kesempatan. Jika menerjemahkan sebagai ancaman, maka ia akan
berusaha melakukan suatu langkah-langkah untuk melindungi perushaan. Jika manajer
menerjemahkannya sebagai kesempatan, maka mereka akan memanfaatkan kejadian tersebut
dengan mempertimbangkan strategi alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
c. Menghadapi ancaman dan kesempatan
Setelah pengamatan dan menerjemahkannya sebagai ancaman dan kesempatan, maka
manajer melakukan suatu peta keterkaitan (cognitive maps), merangkum hubungan yang
didasari antara faktor-faktor lingkungan dan kemungkinan tindakan organisasi. Dari berbekal
informasi yang dirangkum tersebut maka manajer dapat mengambil tindakan untuk
mengurangi dampak dari ancaman dan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan
keuntungan.

2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah kejadian dan kecenderungan dalam suatu organisasi yang
mempengaruhi manajemen, karyawan, dan budaya organisasi. Yang termasuk ke dalam
lingkungan internal organisasi adalah pemilik organisasi (owner), pengelola organisasi, para
staff, anggota, atau para pekerja (employees), serta lingkungan fisik organisasi.

1) Pemilik organisasi (Owners)


Para pemilik organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan
sebagai pemilik akibat adalanya penyertaan modal, ide, ataupun berdasarkan ketentuan lainnya
dinyatakan sebagai pemilik organisasi misalnya adalah para pemegang saham, anggota
(koperasi), atau juga individu jika perusahaan tersebut bersifat individudari segi kepemilikan.

2) Tim Manajemen (Board of Management or Directors)


Tim manajemen adalah orang-orang yang menurut para pemilik organisasi/perusahaan
dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari untuk
suatu periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara profesional berdasarkan tugasnya
masing-masing, dan dalam periode tertentu harus melaporkan setiap kegiatanya kepada para
pemilik perusahaan.

3) Para Anggota atau Para Pekerja (Employees)


Para pekerja dalam sebuah organisasi merupakan unsur sumber daya menusia (SDM)
yang sangat dominan dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya merupakan yang
paling besar dalam sebuah organisasi. Para pekerja inilah yang sehari-hari bergelut dalam
aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena tingginya peranpara pekerja, maka mereka
merupakan aset bagi organisasi/perusahaan.

4) Lingkungan Fisik Organisasi (Physical Work Environtment)


Lingkungan fisik organisasi adalah sumber daya selain manusia yang dimiliki
perusahaan dan menjadi faktor pendukung berjalannya sebuah aktifitas organisasi atau
perusahaan seperti sumber daya uang (financial resources), sumber daya alam (natural
resources), dan sumber daya informasi (informational resources).

C. Lingkungan Internasional dalam Kegiatan Bisnis

1. Lingkungan Internasional
Lingkungan yang lebih luas dari Negara yang pada praktiknya memengaryhi kegiatan,
terutama jika perusahaan melakukan kegiatan bisnis Internasional, Yaitu transaksi bisnis yang
melibatkan lebih dari satu Negara dan lingkungan Internasional ini juga peluang sekaligus
ancaman.
Apalagi dengan adanya Globalisasi. Globalisasi pada prinsifnya merupakan sebuah
proses untuk menjadikan dunia ini menjadi satu. Konsekuensi logis dari globalisasi, setiap
Negara aka lebih mudah untuk berintraksi satu sama lain. Interaksi ini dapat berupa transaksi
jual beli yang lebih mudah, termasuk persaingan yang sangat ketat dari dalam maupun dari luar
negeri. Contonya Perusahaan makanan McDonald bersaing dengan A & W.
Suatu perusahaan perlu memahami benar factor internasional ini, terutama jika perusahaan
tersebut berharap untuk dapat terus bertahan dalam jangka panjang, di mana perubahan ke arah
kompetisi global akan semakin dirasakan sebagai sebuah kanyataan yang tidak dapat ditolak.

2. Berbagai Kegiatan Bisnis


a. Ekspor- impor
Ekspor (Kegiatan menghasilkan barang dan jasa yang kemudian menjualnya ke Negara
lain), Impor (Kegiatan yang mendatangkan/ membeli barang dan jasa dari Negara lain).
Banyaknya kendaraan bermerk seperti Toyota, BMW, Mazda,Ford atau Mercedes merupakan
aktivitas impor yang dilakukan oleh Negara kita. Sebaliknya adanya pengiriman TKI ke Arab,
Malaysia, Singapur, serta adanya kerajinan rotan di Eropa adalah contoh bentuk kegiatan
Ekspor oleh Negara kita.

b. Lisensi (Licencing)
Sebuah kesepakatan/ perjanjian dimana perusahaan membolehkan perusahaan lain
menggunakan merek, teknologi, hak paten, atau aset lainya. Sebagai konpensasinya,
perusahaan yang menggunakan hak perusahaan lian biasanya diharuskan membayar hak lisensi
berupa sejumlah uang sebagai kesepakatan yang di buat.

c. Partner Strategis ( International Strategic Alliance)


Bentuk kerjasama antara perusahaan secara Internasional untuk dapat melaksanakan
bisnis yang saling menguntungkan. Salah satu spesifik dari partner strategis adalah Joint
Ventura (Kerja sama bisnis dimana perusahaa yang berpartner melakukan pembagian
kepemilikan dalam menjalankan sebuah bisnis). Contohnya McDonald, KFC dan A & W.

d. Investasi langsung (Direct investment)


Bentuk kegiatan bisnis Internasional di mana sebuah perusahaan membeli sebagian/
keseluruhan asset atau melakukan investasi disebuah perusahaan. Contohnya, Pembelian
sebagian saham INDOSAT oleh perusahaan Singapura, FreePort di Papua.

3. Faktor-Faktor Terkait Dalam Bisnis Internasional


a. Kontrol dalam Perdagangan Internasional
Antisipasi Negara pada sebuah perusahaan agar tetap berdiri dengan kebijakan-
kebijakan. Contoh kebijakan : QUOTA ( pembatasan jumlah barang yang diperjual belikan
secara Internasional), TARIFF (Pembebanan pajak kepada setiap barang yang diekspor
maupun diimpor).

b. Komunitas Ekonomi Internasional


Kelompok yang terdiri dari berbagai Negara yang bersepakat untuk mengurangi
kendala-kendala dalam perdagangan Internasional. Contoh NAFTA (Nort American Free
Trade Agreement), AFTA ( Asia-Pasifik Free Trade Area), Kesatuan Eropa (European Union).
Adanya komunitas ekonomi ini akan memberikan kekuatan ekonomi yang sangat signifikan
bagi negara-negara anggota di setiap komunitas tersebut, yaitu dengan adanya kemudahan yang
lebih baik dari pada sebelumnya, dan komunitas ini juga menjadi kekuatan dalam menghadapi
ekonomi lain diluar kelompok tersebut.
c. Perbedaan Budaya Antar Negara
Budaya dalam Organisasi merupakan Nilai-nilai dan norma yang dianut oleh
Organisasi dan membantu anggotanya memahami bagaimana sebenarnya sebuah organisasi
bisnis berjalan, dan apa yang penting dan tidak penting bagi Organisasi bisnis dikaitkan dengan
lingkungan sekitarnya. Dalam dunia Internasional perusahaan perlu memahami adanya
perbedaan disetiap lingkungan, agar dapat memahami yang sebenarnya dianut oleh masyarakat
setempat dimana perusahaan berinteraksi dan bagaimana cara beradaptasinya.

D. BUDAYA ORGANISASI

1. Pengertian Budaya Organisasi


Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli:
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi
adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu
menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu
yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan
kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi
dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah
sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi
cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

2. Arti Penting dan Peranan Budaya Organisasi


Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai yang
mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya nementukan batas-batas
normatif perilaku angoota organisasi.
Secara spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa
memiliki terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan
keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya,
membantu menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola
pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam
keseharian. Dengan demikian budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku
para anggotanya.
Sepuluh karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma, 2004:
1) Identitas anggota, dimana karyawan lebihmengidentifikasi organisasi secara
menyeluruh
2) penekanaan kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari
pada individu
3) Fokus orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan
oleh karyawan dalam organisasi
4) Penyatuan unit, dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang
terkoordinasi atau bebas
5) Pengendalian, dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan karyawan
6) Toleransi resiko, dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil
resiko
7) Kriteria ganjaran, dimana ganjaran seperti peringatan, pembayaran dan promosi lebih
dialokasikan menurut kinerja karyawan dari pada senioritas, favoritisme atau faktor non-
kinerja lainnya
8) Toleransi konflik, dimana karyawan didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan
kritik secara terbuka
9) Orientasi sarana tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut
10) Fokus pada sistem terbuka, dimana organisasi memonitor dan merespons perubahan dalam
lingkungan eksternal.

Gambaran karateristik tersebut akan memberikan gambaran mengenai budaya yang


dianut. Gambaran ini menjadi landasan untuk menyamakan pemahaman bahwa anggota
organisasi merasa memiliki organisasinya dan mendorong anggota organisasi agar berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut organisasi.

3. Sumber-sumber Budaya Organisasi


Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan
oleh organisasi.
b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
kesopansantunan dan kebersihan.
c. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal
maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil.
Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya
organisasi.

4. Fungsi Budaya Organisasi


Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.

5. Ciri-ciri Budaya Organisasi


Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan
mengambil resiko.
2) Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan,
analisis dan perhatian terhadap detail.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang
di dalam organisasi itu.
5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6) Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7) Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan
pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan
diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

BAB III
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

A. Definisi
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen
perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan
karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan
tujuan peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002). Sedangkan menurut Commission
of The European Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang berhubungan
dengan kebijakan kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial
dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder.

Menurut Carrol tanggung jawab sosial, dari sudut pandang strategisnya bahwa suatu
perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat
dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan tanggung jawabnya,
masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis.

Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab
yakni :
1. Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat.
2. Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh
pemerintah.
3. Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum
mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
4. Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat
sukarela.

Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai
sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar
terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika
dan kebebasan memilih.

Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab sosial,
yaitu sebagai berikut :
1. Model Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa sasaran organisasi
yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para pemegang saham. Lebih
spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai saham perusahaan yang dimiliki oleh
pemegang saham akan meningkat juga.
2. Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung jawab
manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya
memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).

B. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR
sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan
terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat.
Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-
pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan
dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan
yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder
untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja
dalam pengambilan keputusan manajemen.

C. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab social. Contohnya,
perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu yang
menghubungkan konsumsi rokok dengan peluang penyakit kanker. Akan tetapi, karena adanya
peraturan pemerintah unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan, maka hal tersebut
dilakukan oleh perusahaan rokok.

2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial .Perusahaan yang menghindarkan diri dari tanggung jawab limbah saja
berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk mempertahankan diri dari tuntutan
hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya perusahaannya saja yang membuang limbah ke
sungai ketika lokasi perusahaan tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain yang
beroperasi.

3. Strategi Akomodatif
Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal
tersebut.Tindakan seperti ini terkait dengan strategi akomodatif dalam tanggung jawab
sosial.contoh lainnya,perusahaan perusahaan besar pada era orde baru dituntut untuk
memberikan pinjaman kredit lunak kepada para pengusaha kecil, bukan disebabkan karena
adanya kesadaran perusahaan, akan tetapi sebagai langakah akomodatif yang diambil setelah
pemerintah menuntut para korporat untuk lebih memperhatikan pengusaha kecil.

4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung
jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif
terhadap perusahaan akan terbangun.Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima oleh
masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan pelanggan, justru akan
berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra positif yang disandangnya.Langkah
yang dapat diambil oleh perusahaan adalah dengan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab
sosial, misalnya dengan membuat khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap
kegiatan sosial lingkungan masyarakat atau dengan membarikan pelatihan terhadap
masyarakat di sekitar lingkungan masyarakat.

D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


1. Manfaat bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan perushaan
dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif di masyarakat. Selain
membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat
membantu dalam mewujudkan keadaan lebih baik di masa yang akan datang. Akibatnya
,perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang positif setiap kali menawarkan sesuatu
kepada masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar menawarkan produk untuk dibeli
masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan sesuatu yang membawa perbaikan masyarakat.

2. Manfaat bagi Masyarakat


Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan
perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya terdapat kerjasama yang
saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan
antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan
dalam membangun masyarakat lingkungan kebih baik. Tidak hanya di sector perekonomian,
tetapi juga dlam sektor sosial, pembangunan dan lain-lain.

3. Manfaat bagi Pemerintah


Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung
jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang menetapkan
aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi
pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legtimasi untuk
mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih baikakan mendapatkan partner dalam
mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh
anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.

Etika dalam Manajemen Bisnis


A. Definisi
Etika didefinisikan sebagai konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk
suatu pekerjaan, perdagangan atau profesi. Sedangkan menurut Griffin, Etika adalah
pandangan, keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah.
Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi
kriteria etika. Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran
perilaku personal berdasarkan agama atau filosofi. Salah satu penyebab perilaku tidak etis
adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi seluruh dunia mengenai perilaku para pelaku
bisnis. Sedangkan norma dan nilai-nilai budaya berbeda-beda untuk setiap negara dan bahkan
antara daerah geografis dan kelompok-kelompok etnis dalam suatu negara.
Selain faktor-faktor situasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan budaya
organisasi, perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan moral dan cirri-ciri
keprobadian lainnya. Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral terbentuk
dari keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai-nilai universal.

B. Bidang Dasar Etika Manajerial


Etika manajemen berbicara mengenai nilai-nilai yang dianut oleh organisasi
sehubungan dengan kegiatan bisnis yang dijalankannya. Walau etika dapat mempengaruhi
pekerjaan manajerial dengan banyak cara, ada 3 bidang dasar yang menjadi perhatian khusus
dari etika manajerial :
1. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan mereka.
Upah dan kondisi kerja merupakan bidang yang memungkinkan menimbulkan
kontroversi. Fakta bahwa manajer membayar seorang karyawan lebih sedikit daripada yang
layak diterima karena manajer tahu bahwa karyawan tersebut tidak mungkin keluar atau tidak
mau mengambil resiko kehilangan pekerjaannya jika protes, mungkin dianggap tidak etis.
Terakhir, setiap organisasi diwajibkan melindungi kebebasan pribadi kayawannya.

2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi


Sejumlah persoalan etika juga berakar dari bagaimana karyawan memperlakukan
organisai mereka. Konflik kepentingan muncul ketika suatu keputusan secara potensial
menguntungkan individu tetapi mungkin merugikan organisasi. Untuk menjaga praktik seperti
ini sebagian besar perusahaan melarang pembeli mereka untuk menerima hadiah dari pemasok.
Mengungkapkan rahasia perusahaan juga jelas tidak etis.
Karyawan yang bekerja di bisnis yang sangat kompetitif seperti elektronik, software,
pakaian, mungkin tergoda untuk menjual informasi mengenai rencana perusahaan kepada
competitor. Kejujuran juga masalah yang sering muncul termasuk menggunakan telepon
perusahaan untuk membuat panggilan interlokal pribadi, mencuri perlengkapan kantor, dan
menambahkan pengeluaran.

3. Bagaimana karyawan dan perusahaan memperlakukan agen ekonomi lain.


Agen-agen ekonomi yang berkepentingan : konsumen, competitor, pemegang saham,
pemasok, dealer dan serikat tenaga kerja. Perilaku antara organisai dan agen-agen tsb yang
rentan terhadap ambiguitas etika termasuk iklan, promosi, pengungkapan financial, pemesanan
dan pembelian, pengiriman dan permohonan permintaan, penawaran dan perundingan, dan
hubungan bisnis lainnya.

C. Nilai Personal sebagai standar Etika


1. Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang mempengaruhi cara
pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang.
2. Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara pikir, dan
keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang
dilakukannya .
3. Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya
merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang
didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan
cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua pihak
sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan.

D. Relativisme Moral
Relativisme Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa pribadi,
sosial atau standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding standar lainnya.
Ada empat tipe relativisme :
1. Nave Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat pribadi dan
individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.
2. Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya pada peran
tersebut.
3. Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang
menyertai norma-norma suatu kelompok.
4. Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam
masyarakat tertentu.

E. Pendekatan Etika
Ada tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis :
1. Pendekatan Utilitarian : tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat dari
tindakan tersebut.
2. Pendekatan hak-hak individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar yang
harus dihormati dalam semua keputusan.
3. Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil dan tidak
bias dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual dan bagi kelompok.

Berikut adalah contoh dari tindakan tidak etis atau tidak legal dalam sebuah manajemen
perusahaan :
- Pengawasan Kualitas atau Quality Control
- Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi
- Konflik Kepentingan
- Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
- Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
- Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
- Pemecatan tenaga kerja
- Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis
- Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur

F. Upaya Perwujudan dan Peningkatan Etika Manajemen


- Pelatihan etika
- Advokasi etika
- Kode Etik
- Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan

Dari berbagai pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen, yaitu
manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan produksi sebanyak-
banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia sebagai pelaksana tugas untuk
meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.

Daftar Pustaka
Husaini Usman. 2009. Manajemen: Teori Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Riawan, Amin, dan tim FEBS FEUI. 2012. Menggagas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba
Empat.
Swastha, basu, dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Cetakan Kesepuluh.
Yogyakarta: Penerbit Liberty
Heizer, jay, dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba
Empat.
Sukwiyati, dkk. 2009. Ekonomi 3. Jakarta: Yudhistira.
http://www.google.com/

http://fachmieloebiez.blogspot.com/2013/05/pengantar-manajemen-perkembangan-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai