Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIOETANOL DARI SEKAM PADI

MENGGUNAKAN KOMBINASI SOAKING IN AQUEOUS


AMMONIA (SAA) PRETREATMENT ACID
PRETREATMENT HIDROLISIS FERMENTASI
Novia*, Ika Utami, Lia Windiyati
*Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, 30139
e-mail : liika.riset@gmail.com

Abstrak

Sekam padi merupakan salah satu biomassa lignoselulosa yang dapat dipilih sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol karena tersedia melimpah, murah, dan terbarukan. Akan tetapi, sebagai biomassa
lignoselulosa, kendala utama pemanfaatan sekam padi adalah proses pretreatment untuk menghilangkan
kadar lignin dan mempersiapkan lignoselulosa agar mudah dihidrolisis. Pada penelitian ini, digunakan
kombinasi Soaking In Aqueous Ammonia Pretreatment (SAA) dengan variasi waktu perendaman (2, 3, 4,
5 jam) dan Acid Pretreatment menggunakan H2SO4 0,18N. Hasil pretreatment kemudian dihidrolisis
menggunakan enzim selulase dan difermentasi menggunakan ragi tape dengan variasi waktu (1, 3, 5, 7, 9
hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka kadar lignin pada
bahan semakin menurun. Kadar lignin terendah yang diperoleh adalah sebesar 4,7250 % setelah 5 jam
perendaman dalam larutan ammonia. Kadar bioetanol yang dihasilkan semakin meningkat hingga hari ke-
lima fermentasi dengan hasil tertinggi diperoleh sebesar 14,4227%.

Kata Kunci : Bioetanol, Sekam Padi, SAA

Abstract

Rice husk is one of lignocellulosic biomass that can be selected as feedstock for bioethanol production
because it is abundantly available, cheap, and renewable. However, as a lignocellulosic biomass, the main
obstacle in utilization of rice husk is the pretreatment process to remove lignin content and to prepare the
lignocellulose in order to be easily hydrolyzed. This study use a combination of Soaking in Aqueous
Ammonia (SAA) with the variation of soaking time (2, 3, 4, 5 hours) and Acid Pretreatment using H 2SO4
0.18 N. Sample from pretreatment process then hydrolyzed using cellulase enzyme and fermented using
tape yeast with time variation (1, 3, 5, 7, 9 days). The results showed that lignin content in material
decreased by the longer of soaking time. The lowest lignin content was 4.7250 % after 5 hours of soaking
in ammonia solution. Bioethanol content increased until day five of fermentation with the highest yield
obtained was 14.4227%.

Keywords : Bioethanol , Rice Husk , SAA

1. PENDAHULUAN Sekam padi merupakan biomassa lignoselulosa


yang berpotensi untuk dikonversi menjadi
Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat bioetanol karena tersedia melimpah, murah,
pada tahun 2013 stok minyak Indonesia tersisa terbarukan, dan memiliki kadar selulosa yang
3,7 miliar barel. Dengan produksi saat ini sekitar cukup tinggi (Rahman, 2011).
840.000 barel per hari, maka stok minyak di Menurut Octavia (2011), salah satu
Indonesia akan habis dalam jangka waktu 10-11 kendala utama pemanfaatan lignoselulosa
tahun lagi. Persediaan energi minyak bumi yang sebagai bahan baku bioetanol adalah tingginya
menipis menuntut eksplorasi bahan bakar biaya yang dibutuhkan dalam proses pengolahan
alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif awal (pretreatment). Soaking in Aqueous
tersebut adalah bioetanol dari lignoselulosa. Ammonia (SAA) Pretreatment dapat

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 46


memberikan hasil delignifikasi yang baik pada
kondisi operasi yang ekstrim (temperatur,
tekanan dan konsentrasi pelarut yang tinggi).
Begitu juga pengunaan asam sulfat, dapat - Rumus bangun :
memberikan hasil yang baik pada konsentrasi - Berat molekul : 46,07 gr/grmol
pelarut yang tinggi. Oleh karena itu, pada - Densitas : 0,789 gr/cm3
penelitian ini digunakan kombinasi metode - Titik didih : 78,4 OC
pretreatment Soaking in Aqueous Ammonia - Titik nyala : 21 OC
(SAA) dan asam sulfat untuk menghindari - Titik kritis : 234,4 OC
kondisi operasi yang ekstrim dengan - Titik leleh : 112 OC
menggunakan temperatur operasi dan konsentrasi - Titik lebur : -114,3 OC
senyawa yang cukup rendah pada tekanan - Tekanan kritis : 63 atm
atmosfir. Diharapkan, penggunaan kombinasi - Wujud (25 OC) : cair tidak berwarna
metode pretreatment tersebut dapat - Cp (25 OC) : 0,69 kkal/mol
memaksimalkan pemecahan lignoselulosa pada - Volatilitas : Mudah menguap/
kondisi yang tidak ekstrim sehingga lignin volatil
terpisah dalam jumlah maksimal dan selulosa (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol )
lebih mudah dihidrolisis menjadi glukosa.
Faktor lain yang mempengaruhi proses Bioetanol memiliki beberapa manfaat
pembuatan bioetanol adalah waktu fermentasi. dalam industri yaitu sebagai bahan baku industri
Apabila fermentasi hanya dilakukan dalam parfum, bahan pelarut organik, dan sebagai
waktu singkat, maka kadar bioetanol yang bahan baku industri farmasi. Bioetanol juga
dihasilkan akan rendah. Sebaliknya, jika waktu merupakan sumber energi alternatif yang
fermentasi terlalu lama, maka kadar bioetanol mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti
akan menurun. Oleh karena itu, perlu dicari bahan bakar cair dengan bahan baku yang dapat
waktu fermentasi optimum untuk menghasilkan diperbaharui. Pemanfaatan bioetanol sebagai
bioetanol dengan kadar paling tinggi. bahan bakar bersifat multiguna karena
Permasalahan dalam penelitian ini adalah pencampurannya dengan bensin dalam
bagaimana proses pembuatan bioetanol dari konsentrasi berapapun dapat memberikan
sekam padi menggunakan kombinasi Soaking in dampak yang positif. Pencampuran bioetanol
Aqueous Ammonia (SAA) pretreatment, acid absolut sebanyak 10% dengan bensin (90%),
pretreatment, hidrolisis, dan fermentasi. sering disebut gasohol E-10 yang merupakan
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui singkatan dari gasoline (bensin) dan alkohol
pengaruh waktu perendaman sekam padi dalam (Yudiarto, 2008).
larutan amonia pada Soaking in Aqueous Etanol selulosa menawarkan prospek
Ammonia (SAA) pretreatment terhadap yang menjanjikan karena serat selulosa,
pemisahan lignin dan mendapatkan waktu komponen utama pada dinding sel di semua
fermentasi optimum untuk menghasilkan kadar tumbuhan, dapat digunakan untuk memproduksi
bioetanol paling tinggi. etanol. Menurut Badan Energi Internasional
etanol selulosa dapat menyumbangkan perannya
Bioetanol lebih besar pada masa mendatang (Wikipedia,
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi 2013).
dengan cara fermentasi menggunakan bahan
baku nabati. Bioetanol dapat dibuat dari
Biomassa Lignoselulosa
biomassa yang mengandung gula, pati, atau
selulosa yang telah diproses menjadi glukosa. Biomassa adalah bahan yang berasal dari
Etanol atau etil alkohol (lebih dikenal dengan makhluk hidup. Penelitian mengenai nilai
alkohol) adalah cairan tak berwarna dengan tambah biomassa banyak dilakukan dekade ini,
karakteristik antara lain mudah menguap, mudah terutama dari tumbuhan yang mengandung
terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik, dan lignoselulosa. Lignoselulosa adalah bahan yang
jika terjadi pencemaran tidak memberikan tersusun atas komponen lignin, selulosa, dan
dampak lingkungan yang signifikan. Secara hemiselulosa, serta ekstraktif sebagai senyawa-
umum, etanol memiliki sifat-sifat sebagai senyawa pokok penyusunnya. Selulosa dan
berikut: hemiselulosa digunakan sebagai sumber glukosa
- Nama : Etanol yang dapat difermentasi untuk menghasilkan
- Rumus molekul : C2H5OH etanol (Karman, 2012).

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 47


Sekam Padi NH3, suhu 60oC, beroperasi pada tekanan 1 atm,
Sekam padi adalah kulit padi yang dibutuhkan waktu beberapa jam untuk
terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa mendapatkan hasil preatreatment yang
atau limbah penggilingan padi. Sebagai salah diinginkan. Untuk mendapat level delignifikasi
satu biomassa lignoselulosa, sekam padi yang tepat & untuk menghindari rekondensasi
mengandung lignin, selulosa, dan hemiselulosa. lignin, rasio liquid dan solid yang digunakan
Senyawa selulosa dan hemiselulosa adalah suatu pada SSA adalah sekitar 4 : 1 (Kim, 2009).
polisakarida yang dapat dipecah menjadi Menurut Nguyen dkk (2010),
monosakarida untuk selanjutnya dapat pretreatment menggunakan ammonia dapat
dimanfaatkan untuk produksi senyawa-senyawa dilakukan pada jerami dengan komposisi 1 gr
yang berguna, salah satunya adalah etanol. jerami dan 10 ml larutan amonia dengan
Produksi etanol dari suatu sumber daya alam konsentrasi 10%, diaduk, dan diinkubasi pada
terbarukan (untuk selanjutnya disebut bioetanol) suhu 1000C selama 6 jam. Kemampuan reagen
sejalan dengan program pemerintah melalui ini bergantung kepada jenis biomassa. SAA
instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 sangat efektif digunakan untuk bahan dengan
Januari 2006 tentang Penyediaan dan kandungan lignin yang rendah, contohnya limbah
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) pertanian ataupun herbaceous biomass, tetapi
sebagai bahan bakar alternatif. Selain itu tidak untuk bahan berkayu yang mengandung
pemanfaatan sekam padi untuk produksi lignin tinggi (Gupta dkk., 2007).
bioetanol berkontribusi pada penanganan limbah
pertanian (Paramita, 2010).
Ditinjau dari data komposisi kimiawi, Hidrolisis Enzimatis
sekam mengandung beberapa unsur kimia Selulosa dapat dihidrolisis menjadi
penting seperti dapat dilihat pada tabel 1. glukosa melalui aktivitas enzim kompleks yang
disebut selulase, yang dikeluarkan oleh
Tabel 1. Komposisi Bahan dalam Sekam Padi organisme yang dapat mendegradasi selulosa.
Komposisi Kadar Massa (kg) Hidrolisis enzimatis selulosa dapat dicapai
(%) dengan menggunakan enzim selulase. Sementara
Selulosa 42,2 2.017.047,767 pemecahan ikatan hemiselulosa yang merupakan
Hemiselulosa 18,47 882.816,878 biopolimer yang heterogen membutuhkan
Lignin 19,4 927.268,405 beberapa aktivitas enzim hidrolik. Enzim-enzim
Ash 17,33 828.327,91 tersebut secara kolektifn disebut hemiselulase,
Air 2,6 124.273,085 dan terdiri atas enzim endo yang memecah ikatan
Jumlah 100 4.779.734,05 glikosidik, enzim-enzim ekso yang
Sumber : Banerjee et al dalam Rahman (2011) memindahkan gula residu dari hasil akhir yang
tidak tereduksi, dan esterase yang menyerang
ikatan ester nonglikosidik (Karman, 2012).
Soaking in Aqueous Ammonia (SAA) Keuntungan dari proses hidrolisis
Selain metode diatas, salah satu teknologi enzimatis adalah tidak terjadi korosi serta
yang mulai banyak dikembangkan saat ini adalah konsumsi energi dan toksisitas yang rendah.
perendaman dalam larutan amoniak pada Hidrolisis menggunakan enzim selulase biasanya
temperatur ruang (SAA/soaking in aqueous dilakukan dalam kondisi ringan dan pH dalam
ammonia). Reagen ini efektif untuk kisaran 4,5-5,5 (Al Jibouri, 2012).
menghilangkan lignin dari biomassa dengan
reaksi utama menghidrolisis ikatan eter. Fermentasi
Penggunaan reagen ini menawarkan beberapa Pada mulanya, istilah fermentasi
keuntungan antara lain mempunyai selektifitas digunakan untuk menunjukkan proses
yang tinggi terhadap lignin, mempertahankan pengubahan glukosa menjadi etanol. Namun,
karbohidrat dalam bentuk aslinya, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi
memperlihatakan efek pengembungan menjadi seluruh perombakan senyawa organik
lignoselulosa yang signifikan, interaksi yang yang dilakukan mikroorganisme.
sangat sedikit dengan hemiselulosa, dan larutan Dari beberapa peneliti, didapat angka-
ammonia dapat diregenerasi (Kim, 2008). angka yang menunjukkan bahwa proses
SAA merupakan bagian dari proses fermentasi mengikuti hukum konservasi zat
delignifikasi secara kimiawi. SAA beroperasi seperti pada reaksi-reaksi kimia biasa. Menurut
pada kondisi batch, low severity. Kondisi reaksi Gay-Lussac, persamaan fermentasi pembuatan
yang cocok dalam proses ini adalah sekitar 60- alkohol adalah :
180oC dan 5-15% larutan NH3. Pada kondisi 15% C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 ........... (1)

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 48


Fermentasi merupakan pengolahan - Mencuci residu hasil penyaringan dengan air
substrat menggunakan peranan mikroba sehingga suling.
dihasilkan produk yang dikehendaki. Fermentasi - Menambahkan 250 ml asam sulfat 0,18N
alkohol atau alkoholisasi adalah proses residu, diaduk rata selama 1 menit, lalu
perubahan gula menjadi etanol dan CO2 oleh dipanaskan didalam oven pada suhu 1600C
mikroba, terutama oleh khamir Saccharomyces selama 35 menit.
cerevisiae.. Sumber karbon bagi S. cerevisiae - Mendinginkan sampel pada suhu kamar,
biasanya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, kemudian disaring menggunakan pompa
manosa dan maltosa. vakum.
- Menganalisis kadar lignin sampel setelah
2. METODOLOGI PENELITIAN pretreatment dengan pengujian bilangan kappa
(SNI 0496-2008)
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Hidrolisis
Rekayasa Bioproses Politeknik Negeri Sriwijaya - Hasil pretreatment dimasukkan ke dalam
dan Laboratorium Bioetanol Jurusan Teknik erlenmeyer 500 ml lalu ditambahkan 100 ml
Kimia Universitas Sriwijaya selama 1 bulan aquadest dan mengatur pH 4-5 menggunakan
dari tanggal 1 Oktober 10 November 2013. asam sitrat.
- Kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu
Variabel Penelitian 1000C selama 35 menit.
Pembuatan bioetanol dilakukan melalui - Bubur sekam padi dibiarkan menjadi dingin.
proses Soaking in Aqueous Ammonia (SAA) and - Menambahkan enzim selulase sebanyak 20 ml
Acid Pretreatment, hidrolisis enzimatis dan diaduk selama 1 menit, didiamkan selama 1
fermentasi menggunakan ragi tape. Adapun malam.
variabel bebas berupa waktu perendaman sekam - Menganalisis kadar glukosa yang dihasilkan
padi dalam larutan ammonia (2 jam, 3 jam, 4 dengan metode Luff Schoorl (Acuan prosedur
jam, dan 5 jam) dan waktu fermentasi (1 hari, 3 SNI 3547-1-2008)
hari, 5 hari, 7 hari dan 9 hari). Sementara - Hasil hidrolisis kemudian langsung
variabel terikat adalah penggunaan larutan difermentasi.
ammonia 15% sebanyak 300 ml untuk setiap
75gr sampel, asam sulfat 0,18N sebanyak 250 Proses Fermentasi
ml, enzim selulase sebanyak 20 ml untuk - Mensterilkan alat alat yang akan digunakan
hidrolis, dan ragi tape sebanyak 4 gram untuk pada proses fermentasi dalam autoclave pada
setiap sampel yang akan difermentasi. suhu 1200C selama 20 menit.
- Mendinginkan alat alat yang sudah
Persiapan Bahan Baku disterilisasi
- Mengeringkan sekam padi di bawah sinar - Menambahkan 4 gram ragi ke dalam sampel
matahari selama 1 hari. hasil hidrolisis disertai nutrien masing-masing
- Menghaluskan sekam padi yang telah 1 gram urea, KNO3, Na3PO4.
dikeringkan menggunakan blender hingga - Melakukan proses fermentasi dengan variasi
ukuran 20 mesh. waktu 1, 3, 5, 7, dan 9 hari.
- Menganalisa kadar selulosa. Hemiselulosa dan - Mendistilasi bioetanol yang diperoleh.
lignin sampel sebelum pretreatment dengan - Menguji kadar glukosa sisa.
metode Datta (Chesson,1981) - Menganalisa kadar bioetanol menggunakan
Gas Chromatography.
Pretreatment Bahan baku
- Menimbang 75 gram sekam padi yang telah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
halus, dan memasukkan kedalam botol kaca
600 ml, beri label pada masing-masing botol. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk
- Menambahkan 300 ml larutan NH3 15%, tabel dan grafik yang di dalamnya mencakup
kemudian dipanaskan dengan variasi waktu 2 variabel variabel yang diamati, yaitu waktu
jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam pada temperatur perendaman pada SAA Pretreatment dan waktu
600C dan tekanan 1 atm. fermentasi. Data hasil penelitian berupa kadar
- Memisahkan fase liquid dengan pompa vakum, lignin, kadar glukosa, dan kadar bioetanol dapat
kemudian mengambil fase padat (residu) yang dilihat pada grafik dan penjelasannya berikut ini.
dihasilkan. Catat pH masing-masing sampel

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 49


Pengaruh Waktu Perendaman Sekam Padi Dari gambar 1 dapat disimpulkan bahwa
dalam Larutan Amonia 15% pada Proses semakin lama sekam padi direndam dalam
Pretreatment terhadap Pemisahan Lignin larutan amonia pada proses pretreatment, maka
Struktur lignoselulosa, tersusun atas kadar lignin semakin menurun hingga waktu
matrix selulosa dan lignin yang berikatan melalui perendaman 5 jam. Hal ini diduga karena
rantai hemiselulosa, harus dipecah sehingga lebih semakin lama waktu perendaman, maka waktu
mudah diserang oleh enzim selama proses kontak antara larutan amonia dengan sekam padi
hidrolisis (Laureano-Perez dalam Octavia, 2011). juga semakin lama. Amonia akan semakin aktif
Sebagai bahan berlignoselulosa, sekam padi membuka dan memecah struktur lignoselulosa
terdiri dari tiga komponen utama yaitu lignin, sehingga semakin banyak lignin yang terlepas.
selulosa dan hemiselulosa. Ketiga komponen Dalam pengamatan yang dilakukan selama
tersebut tersusun dalam kesatuan yang padat dan proses pretreatment, hilangnya kandungan lignin
kuat sehingga untuk mendapatkan salah satu dari dari sekam padi dapat dilihat dengan adanya
ketiga komponen harus dilakukan proses yang perubahan warna larutan amonia dari kuning
mampu memecah dan memisahkan masing- kecoklatan menjadi coklat kehitaman. Warna
masing komponen secara selektif. Proses tersebut larutan semakin pekat dengan semakin lamanya
adalah pretreatment yang dalam penelitian kali waktu perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa
ini menggunakan metode SAA dan asam dengan waktu perendaman sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi rendah. Proses pretreatment penurunan kadar lignin. Dalam rentang waktu
diperlukan untuk menghilangkan lignin dan perendaman 2 jam hingga 5 jam, kenaikan waktu
meningkatkan porositas selulosa agar dapat perendaman diiringi oleh penurunan kadar lignin.
meningkatkan konversi selulosa menjadi glukosa
pada proses hidrolisis (Octavia, 2011). Pengaruh Waktu Perendaman Sekam Padi
Perendaman dalam larutan ammonia dilakukan dalam Larutan Amonia 15% pada Proses
untuk mereduksi jumlah lignin dan Pretreatment terhadap Kadar Glukosa
meningkatkan porositas selulosa, sementara Menurut Kim (2009), setelah proses SAA
perlakuan menggunakan asam sulfat encer pretreatment, lignin terpisah secara selektif dari
dilakukan untuk meningkatkan porositas selulosa biomassa sehingga diharapkan hanya akan tersisa
dan membantu menghidrolisis sebagian selulosa. selulosa dan hemiselulosa saja. Selain
Banyak-sedikit lignin yang mampu memisahkan lignin, proses pretreatment yang
dipisahkan menjadi salah satu indikator baik juga mampu meningkatkan porositas
keefektifan sebuah metode yang digunakan pada selulosa sehingga nantinya dapat mempermudah
pretreatment bahan baku. Untuk mengetahui enzim selulase menembus dinding selulosa dan
banyaknya kadar lignin yang terpisah dapat meningkatkan konversi selulosa menjadi
diukur menggunakan metode Kappa Number glukosa. Oleh karena itu, dalam kasus ini
(Bilangan Kappa). Berikut ini merupakan grafik glukosa akan lebih banyak dihasilkan pada
yang menyatakan hubungan antara variasi waktu sampel yang direndam dengan waktu lebih lama.
perendaman dalam larutan ammonia pada proses Berikut ini adalah grafik hubungan antara waktu
pretreatment terhadap kadar lignin. perendaman SAA dan kadar glukosa sampel
15 setelah hidrolisis.
20
Kadar Lignin (%)

Kadar Glukosa (%)

10 15
10
5
5
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
Waktu Perendaman (Jam) Waktu Perendaman SAA (Jam)

Gambar 1.Grafik Pengaruh Waktu Perendaman Gambar 2. Grafik Pengaruh Waktu Perendaman
75 gram Sekam Padi dalam 300 ml Larutan 75 gram Sekam Padi dalam 300 ml Larutan
Amonia 15% pada Proses Pretreatment terhadap Amonia 15% pada Proses Pretreatment terhadap
Kadar Lignin Kadar Glukosa

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 50


Grafik pada gambar 2 membuktikan terkonversi maksimum menjadi biotanol pada
bahwa waktu perendaman sampel dalam larutan hari ke-lima yang merupakan fase pembiakan
amonia mempengaruhi kadar glukosa setelah cepat mikroba dalam ragi, sehingga mampu
proses hidrolisis. Dalam rentang waktu mengkonversi glukosa dalam jumlah yang paling
perendaman 2 jam hingga 5 jam, kenaikan waktu banyak. Selanjutnya kenaikan kadar glukosa
perendaman diiringi oleh kenaikan kadar pada hari ke-enam diduga terjadi karena proses
glukosa. Semakin lama waktu perendaman, maka hidrolisis masih berlangsung saat proses
kadar glukosa yang diperoleh semakin tinggi. fermentasi, sementara mikroorganisme yang
Diduga kenaikan kadar glukosa ini akan terus mengkonversi glukosa menjadi bioetanol
berlanjut hingga semua selulosa habis mengalami fase kematian, sehingga banyak
terhidrolisis menjadi glukosa. Kim (2009) glukosa yang belum terkonversi menjadi
menyatakan bahwa kadar lignin yang rendah bioetanol.
dalam biomassa dapat meningkatkan efisiensi
kerja enzim. Hal ini terjadi karena jumlah lignin Pengaruh Waktu Fermentasi Sekam Padi
yang rendah dalam biomassa dapat menurunkan terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan
ikatan irreversibel enzim terhadap lignin, Pembuatan bioetanol melalui proses
sehingga enzim lebih terfokus untuk fermentasi melibatkan peran mikroorganisme.
menghidrolisis selulosa dan pada akhirnya Dalam hal ini, ragi adalah bahan yang umum
menghasilkan kadar glukosa yang lebih tinggi. digunakan untuk memfermentasi glukosa
Kadar glukosa ini diduga dapat menjadi menjadi bioetanol. Kadar bioetanol yang
parameter yang mempengaruhi kuantitas dihasilkan dari proses fermentasi sangat
bioetanol yang dihasilkan. Makin banyak bergantung pada lamanya waktu fermentasi.
glukosa yang dapat dikonversi menjadi Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan
bioetanol, maka persen kadar bioetanol yang hubungan antara lama waktu fermentasi terhadap
diperoleh akan semakin tinggi. kadar bioetanol yang dihasilkan.
Pengaruh Waktu Fermentasi Sekam Padi 16
terhadap Kadar Glukosa Sisa Perendaman
14
2 jam
Pembahasan mengenai kadar glukosa sisa
Kadar Biotanol (%)

12
Perendaman
setelah proses fermentasi digambarkan melalui 10 3 jam
grafik berikut ini.
8 Perendaman
Perendaman 6 4 jam
16
2 jam 4 Perendaman
14 5 jam
2
Kadar Glukosa (%)

12 Perendaman
0
10 3 jam 0 5 10
8 Perendaman Waktu Fermentasi (Hari)
6 4 jam
4 Perendaman
Gambar 4. Grafik Pengaruh Waktu Fermentasi
2 5 jam 75 gram Sekam Padi terhadap Kadar Bioetanol
0 yang Dihasilkan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa
Lama Fermentasi (Hari) perubahan yang terjadi untuk setiap variasi
waktu pada masing-masing sampel memiliki
trend yang sama. Kadar bioetanol akan
Gambar 3.Grafik Pengaruh Waktu Fermentasi mengalami kenaikan secara bertahap hingga
75 gram Sekam Padi terhadap Kadar Glukosa mencapai puncak pada hari ke-lima, kemudian
Sisa kadar bioetanol menurun setelah melewati hari
Dari gambar 3 dapat dilihat adanya ke-lima. Hal ini terjadi karena waktu fermentasi
penurunan kadar glukosa pada waktu fermentasi sangat berhubungan erat dengan kurva
hari pertama hingga hari ke-lima, kemudian pada pertumbuhan mikroba. Fase pertumbuhan
hari ke-enam kadar glukosa perlahan naik mikroba terdiri dari lima fase, yaitu fase
kembali hingga hari ke-sembilan. Turunnya adaptasi, fase permulaan pembiakan, fase
kadar glukosa pada hari pertama hingga hari ke- pembiakan cepat, fase stasioner atau fase
lima menunjukkan adanya konversi glukosa konstan, dan fase akhir atau fase kematian.
menjadi bioetanol. Hampir seluruh glukosa Rentang waktu satu hingga dua hari adalah fase

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 51


adaptasi mikroba. Fermentasi yang dilakukan 4. KESIMPULAN
pada waktu satu hari hanya menghasilkan kadar
bioetanol sangat kecil karena mikroba bahkan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
belum memulai proses pembiakan. Rentang diambil kesimpulan sebagai berikut :
waktu dua hingga tiga hari adalah fase 1) Kadar lignin semakin menurun seiring
permulaan pembiakan. Pada fase ini mulai terjadi dengan meningkatnya waktu perendaman
kenaikan kadar bioetanol secara bertahap. sekam padi dalam larutan ammonia pada
Rentang waktu empat hingga lima hari adalah proses pretreatment menggunakan metode
fase pembiakan cepat. Pada hari ke-lima, Soaking in Aqueous Ammonia (SAA).
mikroorganisme mencapai puncak maksimum 2) Waktu fermentasi optimum dicapai pada hari
pembiakan cepat sehingga diperoleh kadar ke-5, dengan kadar etanol tertinggi sebesar
bioetanol paling tinggi. Setelah lima hari 14,4227%.
fermentasi kadar bioetanol menurun. Pada
kondisi ini, mikroba mengalami fase konstan DAFTAR PUSTAKA
atau stasioner yang menyebabkan tidak terjadi Affendi, S., Imam, D. dan Haifa, W. (2008).
lagi konversi glukosa menjadi bioetanol. Karakterisasi PLTD-Sekam Kapasitas 125
Menurut Kusnadi (2009) penurunan kadar kva di Penggilingan Gabah PT. Pertani-
bioetanol setelah jumlah maksimum dapat terjadi Indramayu. Prosiding Seminar Nasional
karena bioetanol mengalami fermentasi lanjutan Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas
menjadi asam asetat. Lampung. ISBN : 978-979-1165-74-7 VI-
Proses pretreatment juga mempunyai 2
peran tersendiri terhadap kadar bioetanol yang Al Jibouri, A.K.H. (2012). Effect of Intermediate
dihasilkan, meskipun sebenarnya kedua aspek ini Washing on Ozonolysis Delignification
tidak menyatakan adanya hubungan secara and Enzymatic Hydrolysis of Wheat
langsung. Keberhasilan proses pretreatment Straw. Theses and Dissertations. Paper
dalam penghilangan lignin akan mempengaruhi 868.
besar kecilnya kadar bioetanol. Menurut Kim Andersen, N. (2007). Enzymatic Hydrolysis of
(2009) proses delignifikasi dapat membuka Cellulosic. Experimental and Modelling
struktur biomassa dan membuat biomassa lebih Studies, Biocentrum-DTU. Technical
mudah untuk dihidrolisis. Dengan demikian, University of Denmark.
kadar lignin yang rendah setelah sekam padi Astawan, M. dan M.W. Astawan. (1991).
diberi perlakuan menggunakan Soaking in Teknologi Pengolahan Pangan Nabati
Aqueous Ammonia pretreatment dapat Tepat Guna. Edisi I. Jakarta: Akademika
meningkatkan efisiensi kerja enzim pada saat Pressindo
hidrolisis enzimatis. Selain itu, penggunaan asam Chesson, A. 1981. Effects of Sodium Hydroxide
sulfat konsentrasi rendah untuk menghidrolisis on Cereal Straws in Relation to the
sebagian selulosa dapat membantu konversi Enhanced Degradation of Structural
selulosa menjadi glukosa. Selanjutnya, sisa Polysaccharides by Rumen
selulosa yang terkandung dalam lignoselulosa Microorganisms. J. Sci. Food Agric.
dihidrolisis dengan enzim selulase. 32:745758
Dari gambar 12 terlihat bahwa semakin Fang, M. L. Yang, G. Chen, Z. Shi, Z. Luo, K.
lama waktu perendaman, kadar bioetanol yang Cen. (2004). Experimental study on Rice
dihasilkan pada waktu fermentasi tertentu Husk Combustion in a CFB. Fuel
semakin tinggi. Sampel dengan waktu Processing Technology. 85;2004:1273-82.
perendaman terlama memiliki kadar lignin paling Fardiaz, S. (1988). Fisiologi Fermentasi. IPB :
kecil. Kadar lignin yang rendah akan Bogor.
mempermudah enzim menembus struktur Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan.
biomassa untuk mengkonversi selulosa menjadi Gramedia Pustaka Utama :Jakarta.
glukosa pada proses hidrolisis, sebaliknya Gupta, R., Kim, T.H., dan Lee, Y.Y., 2007,
sampel dengan waktu perendaman yang sebentar Substrate Dependency and Diffect of
masih mengandung banyak lignin dan akan Xylanase Supplementation on Enzymatic
mempersulit enzim untuk mengkonversi selulosa Hydrolysis of Ammonia-Treated
menjadi glukosa. Hal ini menyebabkan sampel Biomass. Applied Biochem. Biotechnol.
yang diberi perlakuan Soaking in Aqueous 148 (1-3), 59-70.
Ammonia lebih lama menghasilkan kadar etanol Isroi. (2008). Produksi Bioethanol Berbahan
lebih tinggi. Baku Biomassa Lignoselulosa :
Hidrolisis Enzimatis. Online. Diambil
pada 26 September 2012 dari

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 52


http://isroi.com/2008/11/21/produksi- Fermentable Sugars. Bioresearch
bioethanol-berbahan-baku-biomassa- Technology. 7432-7438.
lignoselulosa-hidrolisis-enzimatis/. Octavia, S., Soerawidjaja. T.H., Purwadi, R.,
Isroi. (2008). Karakteristik Lignoselulosa Putrawan, I.D.G.A. (2011). Pengolahan
sebagai Bahan Baku Bioetanol. Online. Awal Lignoselulosa Menggunakan
Diambil pada 15 Oktober 2012 dari Amoniak Untuk Meningkatkan Perolehan
http://isroi.com/2008/05/01/karakteristik- Gula Fermentasi. Prosiding Seminar
lignoselulosa-sebagai-bahan-baku- Nasional Teknik Kimia. Diterbitkan.
bioetanol/. Palonen, H. (2004). Role of Lignin in the
Hamelinck, C. N., Hooijdonk, Faaij G.V., Andre Enzymatic Hydrolysis of Lignocellulose.
P.C. (2005). Ethanol from Lignocellulosic VTT.Publications : 520 , 1 80.
Biomass: Techno-Economic Performance Paramita, A. (2010) . Sekam padi, Sumber
in Short-, Middle- and Long-Term. Energi Unik yang Mulai Dilirik. Online.
Biomass and Bioenergy, Vol. 28, pp. 384- Diambil 26 September 2010 dari
410. http://chapuccino.wordpress.com/2010/01
Handayani, S.U. (2008). Pemanfaatan Bioethanol /27/sekam-padi-sumber-energi-yang-
sebagai Bahan Bakar Pengganti Bensin. mulai-dilirik/.
Jurnal Teknik UNDIP, 99-102. Pereira Jr, N. (2008). Biomass of Lignocellulosic
Judoamidjojo, M., Darwis, A.A., dan Gumbira, Composition for Fuel Ethanol Production
E. 2002. Teknologi Fermentasi. Rajawali Within the Context of Biorefinery. Series
pers: Jakarta. on Biotechnology Vol.2, Page 12. Rio de
Karman, J. (2012). Bioetanol Berbahan Baku Jenairo : Brazil.
Lignoselulosa. Jurnal teknologi dan Rahman, F. (2011). Pabrik Bioetanol dari Sekam
Proses Pengolahan Liomassa., 101-108. Padi dengan Metode Pretreatment Dilute
Kim, T.H., Gupta, R., dan Lee, Y.Y. (2009). Acid menggunakan proses Simultaneous
Pretreatmentof Biomass by Aqueous Saccharification and Fermentation. Tugas
Ammonia for Bioethanol Production. Akhir Teknik Kimia ITS. Surabaya :
Biofuel : Methods and Protocol. Methods Diterbitkan.
in Molecular Biology, vol.581. Sun, Y and Cheng, J. (2002). Hydrolysis of
Kim, T.H., Taylor, F., dan Hicks, K.B. (2008). lignocellulosic materials for ethanol
Bioethanol Production from Burley Hull production: a review. Bioresource
Using SAA (Soaking in Aqueous Technology. 83:pp. 111.
Ammonia) Pretreatment. Bioresource Yogamina, D.H.W dan Ariko, M.F. (2011).
Technology, 99. 5694-5702. Pembuatan Bioetanol dari Tandan
Kumar, P., Barrett, D.M., Delwiche, M.J., dan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan
Stroeve, P. (2009). Methods for Metode Hidrolisis Enzimatik dan
Pretreatment of Lignocellulosic Biomass Fermentasi. Skripsi Sarjana Universitas
for Efficient Hydrolysis and Biofuel Sriwijaya : Tidak Diterbitkan.
Production. Ind. Eng. Chem. Res : 48(8), Yudiarto, M.A. dan Djumaali. (2008).
3713-3729. Menimbang Kelayakan Bioetanol
Kusnadi, Syulasmi, A., Yusuf, H,A. (2009). Sebagai Pengganti Bensin. Online.
Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Diambil 21 Agustur 2013 dari
Bahan Baku Produksi Bioetanol. Artikel http://www.indobiofuel.com/menu%20bio
Penelitian Hibah Strategis. Universitas ethanol8.php
Pendidikan Indonesia : Bandung. Taherzadeh, M.J., dan Karimi, K. (2008).
Laine, C. (2005). Structures of Hemicelluloses Pretreatment of Lignocellulosic Waste to
and Pectins in Wood and Pulp. Research Improve Bioethanol and Biogas
Projects., B1702, B3803, 3807, 3052. Production. Int. J. Mol. Sci 9, pp. 1621-
Made, A. dan Mita W. A. (1991). Teknologi 1651.
Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Widodo, W. (2011). Ragi tape. Online. Diambil
Jakarta: CV. Akademika Presindo. 21 Agustus 2013 dari
Nguyen, T.A.D, Kim, K.R., Han, S.J., Cho, http://far71.wordpress.com/2011/06/16/fe
H.W., Kim, J.W., Park, S.M., Park, J.C., rmentasi-ragi-tape/
dan Sim, S.J. (2010). Pretreatment of Rice Winarno, F. G. (1980). Kimia Pangan. Jakarta:
Straw with Ammonia and Ionic Liquid for Gramedia.
Lignocelluloce Convertion to

Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014 Page | 53

Anda mungkin juga menyukai