Titik Sumiatin
ABSTRAK
Retardasi mental ringan dengan IQ 50-70 memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, sehingga
memerlukan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan daya tangkap dan daya abstraksinya di
sekolah agar mudah menerima pelajaran. Stimulasi pengajaran dengan media gambar merupakan
salah satu cara untuk menstimulasi daya abstraksi anak dengan retardasi mental. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh stimulasi pengajaran media gambar terhadap prestasi belajar
anak dengan retardasi mental. Desain yang digunakan adalah quasy experimental pretestposttest
dengan kelompok kontrol. Populasi adalah murid SDLBN/C (debil) usia sekolah (6-12 tahun)
Kabupaten Tuban yang berjumlah 21 anak, dengan besar sampel seluruh populasi (total sampling).
Analisa data menggunakan uji t berpasangan dan uji t 2 sampel bebas (untuk data normal) dan uji
wilcoxon dan mannwhitney (untuk data tidak normal). Sebelum dilakukan penelitian didapatkan
100% responden mempunyai prestasi yang kurang baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol.
Setelah diberikan stimulasi pengajaran media gambar didapatkan 70% responden mempunyai
prestasi baik dan 30% cukup. Dari hasil uji t Test dengan tingkat kepercayaan 5% didapatkan
harga p=0,001, berarti ada pengaruh stimulasi pengajaran media gambar terhadap prestasi belajar.
Perlu adanya kerjasama antar guru, orang tua dan anak dalam mengevaluasi prestasi belajar anak
dan meningkatkan stimulasi melalui berbagai modifikasi metode dan media pengajaran sehingga
dapat lebih meningkatkan hasil prestasi belajar anak menjadi lebih baik lagi.
Kata kunci : Retardasi Mental, Mampu didik, Stimulasi pengajaran Media gambar, Prestasi belajar
ABSTRACT
Mild mental retardation with IQ 50-70 has many limitation, so it needs an exact
stimulation to increase acception and abstraction to understand lessons at school. Teaching
stimulation by picture is one of way to stimulate abstraction for mental retardation. The goal
of this research is to know the effect of teaching stimulation by picture to learning achievement
in mental retardation. The research uses quasy experimental design pretestposttest with
control group. The population is the student of SDLBN/C (debil) age (6-12 years old) in
Tuban regency amount 20 students become all sample population. Data analysis uses t test
(for significant data), wilcoxon and Mannwhitney test (for nonsignificant data). Before
doing the research gotten 100% respondent have not good achievement in both, treatment
group and control group. After giving teaching stimulation by picture it is known that 70%
respondent have good achievement and 30% medium. By t test and degree of trust 5% is
gotten significant amount 0,001, it means result < 0,05 so it proves that there is an effect of
teaching stimulation by picture to learning achievement. Necessary to have team work between
teacher, parents and children in evaluating learning achievement and increasing stimulation
through modification methods and media, in order to be more increasing learning
achievement.
Key word : mental retardation, debil, teaching stimulation by picture, learning achievement
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 93
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
pada prestasi belajar yang rendah hingga tidak dengan input, salah satu bentuk stimuli yang
naik kelas. dapat digunkan untuk mengatasi anak dengan
Menurut hasil wawancara dengan guru daya abstraksi yang rendah adalah dengan
pengajar di SDLBN Tuban, dalam menggunakan bantuan media gambar dalam
memberikan pengajaran mereka cenderung proses belajar atau pengajarannya. Dengan
mengkombinasi berbagai tehnik pengajaran media gambar anak akan mendapat stimuli
seperti menerangkan, contoh benda, contoh melalui indra penglihatan mereka, dan
perilaku dan gambar, namun seberapa besar diharapkan kognitif mereka akan terangsang
prosentase mengajar dengan media yang dan berespon, yaitu melalui proses dalam
mereka gunakan dan seberapa efektif dari mekanisme kognator yaitu mengingat dan
masing-masing media tersebut mereka belum mencatat stimuli yang diterima, untuk
berani memberikan kesimpulan. Sedangkan selanjutnya menghasilkan perilaku imitasi
dari hasil observasi penggunaan media meniru apa yang telah diajarkan. Melalui
gambar dalam pengajaran masih belum proses tersebut hasil akhir yang diharapkan
optimal, karena guru hanya membuat gambar adalah adanya perubahan respon maladaptif
di papan tulis dan siswa tinggal mencontoh berupa prestasi belajar yang rendah menjadi
apa yang digambar guru. Siswa juga tidak respon adaptif yaitu peningkatan prestasi
memiliki buku paket pelajaran untuk pegangan belajar. Sesuai titik tekan konsep model
belajar di rumah, karena dikuatirkan akan adaptasi Roy.
dirusak. Hal ini bisa menjadi salah satu Media gambar merupakan penyajian
penyebab kurang efektifnya proses dan hasil secara visual dengan menggunakan titik-
belajar selama ini. titik,garis-garis, gambar-gambar, tulisan-
Berdasarkan teori, kemampuan kognitif tulisan, atau simbol visual dengan maksud
anak retardasi mental memiliki karakteristik untuk menggambarkan atau menerangkan
sukar berpikir abstrak seperti berhitung, suatu ide, dan sangat membantu bila
menulis dan membaca. Kemampuan digunakan untuk anak-anak dengan daya
belajarnya cenderung tanpa pengertian atau abstraksi yang rendah. Melalui media ini
cenderung belajar dengan membeo. Dengan dihar apkan ketika gur u member ikan
karakteristik-karakteristik tersebut pengajaran anak langsung bisa melihat apa
diharapkan seorang pengajar dapat memilih yang dimaksud oleh guru tersebut, melalui
tehnik dan media pengajaran yang tepat agar ilustrasi sebuah gambar. Menurut Daryanto
masalah belajar yang dialami anak-anak (2011), bahwa 82% kemampuan daya serap
retardasi mental dapat teratasi. manusia itu melalui penglihatan. Sedangkan
Konsep model adaptasi Roy yang menurut kajian psikologi menyatakan bahwa
menitikberatkan pada merubah perilaku anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
maladaptif menjadi adaptif, terdiri dari 5 konkrit daripada yang abstrak. Termasuk
elemen utama yakni, person (orang) yang didalamnya anak dengan retardasi mental,
menerima asuhan keperawatan, tujuan yang memiliki masalah utama dalam
keper awatan, konsep sehat, konsep kognitifnya yaitu kesulitan dalam memahami
lingkungan, dan arah dar i kegiatan dan mencerna sesuatu yang bersifat abstrak,
keperawatan. Elemen person dalam model sehingga dalam memberikan stimuli memang
ini dipandang Roy sebagai sistem yang lebih baik bila diwujudkan dalam bentuk
adaptifdigambarkan secara holistik sebagai gambar atau benda. Selain itu ada beberapa
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, keuntungan yang didapatkan dengan
out put dan umpan balik. Input manusia penggunaan media ini diantaranya melatih
sebagai suatu sistem adaptasi adalah motorik anak, murid dapat membedakan
menerima masukan dari lingkungan. Terkait antara gambar dengan simbol, dan murid
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 95
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
ulangan/ujian, yang terdiri dari tiga bentuk penelitian karena kelompok kontrol juga
yaitu uji lisan, uji perbuatan/observasi dan uji berhak mendapat stimulasi yang sama.
tulis. Masing-masing uji terdiri dari 3 soal,
yang dikembangkan berdasarkan panduan Evaluasi dari perlakuan yang telah
dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa timur diberikan oleh peneliti, terdiri dari tiga jenis
khusus untuk anak tuna grahita. uji yaitu uji tulis, uji lisan dan uji perbuatan/
Pengumpulan data adalah suatu proses observasi. Masing-masing jenis uji terdiri dari
pendekatan kepada subyek dan proses 3 soal. Untuk uji tulis menggunakan pedoman
pengumpulan karakteristik subyek yang penskoran : skore 3 jika mampu mengerjakan
diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, sendiri, skore 2 jika mampu mengerjakan
2003). Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan sedikit bantuan, skore 1 jika mampu
melalui prosedur : mengerjakan dengan banyak bantuan dan
skore 0 jika tidak mampu/pasif. Tiap soal
1. Pengajuan surat ijin penelitian kepada memiliki nilai skor maksimal 3, sehingga total
KesbangPolinmas Kabupaten Tuban skore berjumlah 9. Untuk uji lisan dan
2. Pengajuan surat ijin penelitian kepada perbuatan/observasi menggunakan pedoman
Kepala Sekolah SDLBN Kabupaten penskoran : skore 0 jika salah dan skore 1
Tuban jika benar. Masing-masing mempunyai skor
3. Pengajuan surat ijinke Dinas Pendidikan maksimal 1, sehingga totak skor kedua jenis
Kabupaten Tuban uji adalah 6. Seluruh soal mulai dari uji tulis,
4. Pengajuan lembar persetujuan untuk lisan dan perbuatan/observasi mempunyai
menjadi responden kepada keluarga total skor 15. Dari total skor tersebut
responden kemudian diproses dengan rumus :
5. Responden dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok pertama menjadi kelompok
kontrol, sedang kelompok kedua menjadi Skor yang didapat
kelompok perlakuan. Kemudian sebelum Nilai = --------------------------- x 10
dilakukan perlakuan keduanya menjalani
Skore maksimal (15)
pretest, yang akan dilakukan oleh peneliti
dibantu guru SDLBN Tuban.
6. Selanjutnya kelompok perlakuan akan Dari nilai yang telah diproses nantinya
mendapatkan stimulasi pengajaran akan diklasifikasikan menjadi :
dengan metode gambar sebanyak 7x60 0 - 4 : Prestasi kurang
menit secara terus menerus (setiap hari, 4 - 7 : Prestasi Cukup
kecuali hari minggu), dan kelompok 8 - 10 : Prestasi Baik
kontrol tetap akan belajar seperti biasa
di sekolah. Selanjutnya data yang diperoleh diolah
7. Setelah 7 x 60 menit ( 7 hari berturut- dengan tabulasi data, sesuai dengan tujuan
turut kecuali hari minggu) pemberian khusus penelitian. Data-data yang bersifat
perlakuan selanjutnya dilakukan post test ratio dan interval dilakukan uji normalitas, bila
baik terhadap kelompok kontrol maupun data yang didapat normal maka dilakukan uji
kelompok perlakukan t berpasangan dan uji t 2 sampel bebas, bila
8. Bagi kelompok kontrol yang tidak tidak normal maka digunakan uji Wilcoxon
diberikan perlakuan, maka stimulasi dan Mannwhitney.
pengajaran dengan media gambar
diberikan setelah posttest dilakukan. Hal
ini untuk menghindari pelanggaran etika
Tabel 1 Distribusi berdasarkan karakteristik anak di SDLBN Kabupaten Tuban Bulan Maret 2012
Intelegensi T Test
50-55 5 (50) 5 (50) 0,706
56-60 4 (40) 4 (40)
61-65 1 (10) 1 (100
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 97
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Tabel 2 Distribusi orang tua berdasarkan pendidikan di SDLBN Kabupaten Tuban Bulan Maret
2012
Total
Nilai Prestasi T test
x SD 11 91 0,001
__________________________________________________________________
dari hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan menjadi rata-rata 8 setelah perlakuan, dan
p=0,004 berarti ada perubahan prestasi dalam dari hasil uji statistik T Test didapatkan p=
mengelompokkan bentuk bangun datar 0,001, berarti ada pengaruh pemberian
sederhana pada kelompok perlakuan. perlakuan stimulasi pengajaran media gambar
Dari kemampuan mengenal bentuk, terhadap perubahan prestasi.
menggambar dan mengelompokkan bentuk
bangun datar sederhana berdasarkan total Perubahan prestasi belajar pada
nilai semua mengalami perubahan prestasi kelompok kontrol
dari rata-rata nilai 5 sebelum perlakuan
Tabel 4 Perubahan Prestasi pada kelompok Kontrol di SDLBN tuban Maret 2012
Menggambar Segitiga
Segiempat, lingkaran Wilcoxon
Median (Min - Max) 0(0-1) 3(0-7) 0,011
Total
Nilai Prestasi Wilcoxon
Median (Min-Max) 1(1-2) 6(4-9) 0,005
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 99
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Tabel 5 Perubahan Prestasi pada kelompok Perlakuan dan Kontrol di SDLBN tuban Maret 2012
Indikator Penilaian Perlakuan Kontrol Uji Statistik
Harga p
Mengenal bentuk
Lingkaran, segitiga
Segiempat Mannwhitney
Median(Min Max) 2(1-3) 2(1-2) 0,423
Menggambar Segitiga
Segiempat, lingkaran T test
x SD 73 33 0,006
Total
Perbedaan Nilai prestasi T test
X SD 81 52 0,001
Berdasarkan tabel 5 prestasi belajar dari hasil uji statistik T Test didapatkan p=
kedua kelompok dalam mengenal bentuk 0,137 berarti tidak ada perbedaan peningkatan
bangun datar sederhana tidak mengalami prestasi pada kedua kelompok.
perbedaan yang signifikan ditunjukkan dengan Prestasi pada kelompok perlakuan dan
nilai rata-rata pada kedua kelompok sama kelompok kontrol dari tiga indikator
yaitu 2 dan dari hasil uji statistik Mannwhitney kemampuan sama-sama mengalami
didapatkan p= 0,423 berarti tidak ada peningkatan, namun tidak mengalami
perbedaan perubahan prestasi pada kelompok perbedaan yang signifikan kecuali pada
kontrol dan perlakuan. kemampuan menggambar bentuk bangun
Kemampuan dalam menggambar datar sederhana. Peningkatan prestasi pada
segitiga, lingkaran dan segiempat pada kelompok perlakuan juga lebih tinggi (nilai rata-
kelompok perlakuan mengalami peningkatan rata 8) daripada kelompok kontrol (nilai rata-
yang lebih baik (Nilai r ata-rata 7) rata 5), sesuai hasi uji T test dengan X SD
dibandingkan kelompok kontrol (Nilai rata- pada kelompok perlakuan 8 1 dan 5 2
rata 3), dari hasil uji statistik T Test didapatkan pada kelompok kontrol dengan harga p=0,001
hasil p = 0,006 yang berarti ada perbedaan yang berarti ada perbedaan perubahan
prestasi pada kelompok perlakuan dan prestasi pada kelompok perlakuan dan
kontrol. kelompok kontrol.
Kemampuan dalam mengelompokkan
bentuk bangun datar sederhana pada Klasifikasi prestasi belajar sebelum dan
kelompok perlakuan mengalami perubahan setelah perlakuan pada anak retardasi
yang lebih baik (nilai rata-rata 3) dibandingkan mental di SDLBN Tuban
kelompok kontrol (nilai rata-rata 2). Namun
Tabel 6 Klasifikasi prestasi belajar sebelum dan setelah perlakuan pada anak retardasi mental di
SDLBN tuban Maret 2012
Prestasi belajar Perlakuan Kontrol
________________________________________________
Pre Post Pre Post
________________________________________________
n % n % n % n %
Baik 0 0 7 70 0 0 2 20
Cukup 0 0 3 30 0 0 6 60
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 101
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat pada pencapaian prestasi belajar mereka di
(reinforcement). Memberikan stimulasi yang sekolah.
berulang-ulang dan terus menerus pada setiap
aspek perkembangan anak berarti telah Perubahan Prestasi belajar kelompok
memberikan kesempatan pada anak untuk Kontrol sebelum dan sesudah diberikan
tumbuh dan berkembang secara optimal perlakuan
(Nursalam dkk, 2005). Pengajaran dengan
media gambar dipilih sebagai stimuli pada Prestasi belajar kelompok kontrol
penelitian ini karena beberapa alasan yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
pertama, anak akan lebih mudah mempelajari menunjukkan hasil adanya perubahan berupa
hal yang konkrit daripada yang abstrak, sesuai peningkatan nilai berdasarkan hasil uji
pendapat Charles F. Haban seperti dikutip Wilcoxon dengan tingkat signifikan 5%
Daryanto (2011) bahwa 82% stimulasi yang didapatkan harga p= 0,005 yang berarti ada
diserap adalah melalui indera penglihatan. pengaruh pemberian stimulasi pengajaran
Kedua, media gambar merupakan sarana terhadap prestasi belajar.
dengan bentuk sederhana, mempunyai nilai Dari tiga indikator penilaian yaitu
ekonomis, mudah dipelajari serta hanya mengenal, menggambar dan
memerlukan sedikit penjelasan agar mudah mengelompokkan bentuk bangun datar
dipahami oleh anak. Pemberian stimuli pada sederhana, perubahan peningkatan prestasi
penelitian ini dilakukan melalui beberapa yang menonjol terjadi pada kemampuan
tahap, sesuai pokok bahasan yang terdapat mengelompokkan bentuk bangun datar
dikurikulum. Tahap pertama anak diberikan sederhana.
stimuli berupa bentuk gambar lingkaran, Dari tiga indikator penilaian, kemampuan
segitiga dan segiempat. Kemudian tahap mengelompokkan bentuk bangun datar
kedua agar anak mudah mengingat dan seder hana memang tergolong paling
membuat gambar tersebut diberikan model mudah.Pada kemampuan tersebut yang
gambar berupa titik-titik berbentuk lingkaran, digunakan anak retardasi mental adalah indera
segitiga dan segiempat yang selanjutnya akan penglihatan dan motorik, mereka juga
ditebalkan oleh anak-anak, hal ini sekaligus menunjukkan kemampuan membeo atau
untuk melatih motorik anak agar lebih terampil menirukan apa yang mereka lihat. Pada
menggunakan alat tulis. Dan tahap ketiga kelompok kontrol meskipun mereka tidak
yaitu anak dilatih diajarkan cara diberikan perlakuan seper ti kelompok
mengelompokkan bentuk-bentuk bangun perlakuan tetapi mereka juga diajarkan pokok
datar sederhana, hal ini bertujuan agar anak bahasan yang sama. Seperti apa yang
dapat membedakan mana bentuk lingkaran, disampaikan Daryanto (2011) bahwa 82%
mana bentuk segitiga dan segiempat. Tahap- stimulasi yang diserap adalah melalui indera
tahap dalam penyampaian materi pengajaran penglihatan. Kombinasi antara penglihatan
yang sistematis diikuti penggunaan media dengan aktifitas motorik akan memberikan
gambar yang tepat dan mudah di pahami hasil yang lebih baik. Pada kelompok kontrol
akan membantu anak dengan daya abstraksi stimulasi yang diberikan masih kurang dan
yang rendah mempunyai gambaran tentang pada kemampuan motorik juga tidak diberikan
apa yang dimaksud dan dijelaskan oleh latihan dengan porsi yang lebih sehingga
pengajar. Melalui tehnik pengajaran tersebut kemampuan responden terhadap kemampuan
diharapkan anak dengan retardasi mental menggambar juga kurang. Anak yang
akan berespon positif dalam menerima materi memperoleh stimulasi yang terarah akan lebih
pelajaran sehingga diharapkan berdampak cepat berkembang dibandingkan anak yang
kurang mendapat stimulasi. Pemberian
stimulasi yang berulang-ulang dan terus diantaranya adalah kemampuan peserta didik,
menerus pada setiap aspek perkembangan cara mengajar guru, bimbingan dan motivasi
anak berarti telah memberikan kesempatan orang tua dalam belajar serta minat, perhatian
pada anak untuk tumbuh dan berkembang dan motivasi belajar anak. Dari faktor-faktor
secara optimal (Nursalam dkk, 2005). tersebut kecuali faktor cara mengajar guru
Menurut Soetjiningsih (1995) stimulasi adalah masih dapat dikendalikan keragamannya.
perangsangan yang datangnya dari Untuk faktor cara mengajar guru meliputi
lingkungan di luar individu. Stimulasi juga ketepatan media dan metode pengajaran yang
berfungsi sebagai penguat (reinforcement). dipilih khusus untuk mengatasi anak dengan
Pada penelitian yang dilakukan oleh daya abstraksi yang rendah. Menurut Gagne
Astuti (2010) pada kelompok kontrol yang seperti dikutip Daryanto (2011) media
tidak mendapat perlakuan berupa permainan diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu
ular tangga, dan dibiarkan seperti keadaan benda untuk didemonstrasikan, komunikasi
normal disekolah didapatkan tidak ada lisan, media cetak, gambar diam, gambar
perubahan interaksi sosial, artinya tanpa bergerak, film bersuara dan mesin belajar.
rangsangan yang tepat maka sangat sulit Dari klasifikasi tersebut media gambar
untuk memberikan perubahan bagi anak merupakan satu-satunya media yang paling
retardasi mental. sederhana, ekonomis, mudah dibuat serta
tidak diperlukan keahlian khusus untuk
Perbedaan perubahan prestasi belajar menggunakannya.
kelompok perlakuan setelah diberikan Stimulasi yang diberikan pada kelompok
stimulasi pengajaran media gambar dan perlakuan tersebut pada dasarnya bertujuan
kelompok kontrol. untuk merangsang perilaku imitasi atau
membeo yang menonjol dan dimiliki oleh anak
Pada penelitian ini setelah diberikan retardasi mental ringan. Melalui tahap-tahap
stimulasi pengajaran media gambar sebanyak pengenalan bentuk bangun datar sederhana,
7 kali didapatkan bahwa prestasi belajar anak menggambar dan mengelompokkan
pada kelompok perlakuan mengalami diharapkan anak mudah menangkap dan
peningkatan, demikian juga pada kelompok mempersepsi apa yang disampaikan pengajar.
kontrol. Namun, peningkatan pada kelompok Stimulasi pengajaran melalui media gambar
perlakuan lebih tinggi (nilai rata-rata 8), tersebut merupakan bentuk aplikasi teori
dibandingkan kelompok kontrol (nilai rata-rata Adaptasi Roy. Asumsi dasar model adaptasi
5). Sesuai hasi uji statistik T Test dengan Roy adalah : manusia adalah keseluruhan dari
tingkat signifikan 5% didapatkan harga p= biopsikologi dan sosial yang terus menerus
0,001 berarti ada perbedaan perubahan berinteraksi dengan lingkungan yang
prestasi pada kelompok perlakuan dan menggunakan mekanisme pertahanan untuk
kelompok kontrol. Namun dari tiga indikator mengatasi perubahan-perubahan
penilaian, perbedaan perubahan prestasi yang biopsikososial. Setiap orang memahami
signifikan terjadi pada kemampuan bagaimana individu mempunyai batas
menggambar bentuk bangun datar sederhana, kemampuan untuk beradaptasi, dan pada
dengan tingkat signifikan 0,006. dasarnya manusia memberikan respon
Pada kelompok perlakuan mayoritas terhadap semua rangsangan baik positif
prestasi belajar anak mengalami perubahan maupun negatif. Kemampuan adaptasi
dari kurang menjadi baik, sedangkan pada manusia berbeda-beda antara satu dengan
kelompok kontrol dari mayoritas kurang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan
menjadi cukup. Beberapa faktor yang dapat diri dengan perubahan maka ia mempunyai
mempengaruhi prestasi belajar anak
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 103
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 105
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 107
Mental