Anda di halaman 1dari 16

Versi online:

Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

STIMULASI PENGAJARAN DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI


BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL

(Teaching Stimulation by Using Picture Media with Learning Achievement of Mental


Retardation Children)

Titik Sumiatin

Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi Keperawatan Tuban


Jl. Dr.Wahidin S.H No. 2 Tuban, 62314
e-mail : bojoneahsan@yahoo.com

ABSTRAK

Retardasi mental ringan dengan IQ 50-70 memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, sehingga
memerlukan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan daya tangkap dan daya abstraksinya di
sekolah agar mudah menerima pelajaran. Stimulasi pengajaran dengan media gambar merupakan
salah satu cara untuk menstimulasi daya abstraksi anak dengan retardasi mental. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh stimulasi pengajaran media gambar terhadap prestasi belajar
anak dengan retardasi mental. Desain yang digunakan adalah quasy experimental pretestposttest
dengan kelompok kontrol. Populasi adalah murid SDLBN/C (debil) usia sekolah (6-12 tahun)
Kabupaten Tuban yang berjumlah 21 anak, dengan besar sampel seluruh populasi (total sampling).
Analisa data menggunakan uji t berpasangan dan uji t 2 sampel bebas (untuk data normal) dan uji
wilcoxon dan mannwhitney (untuk data tidak normal). Sebelum dilakukan penelitian didapatkan
100% responden mempunyai prestasi yang kurang baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol.
Setelah diberikan stimulasi pengajaran media gambar didapatkan 70% responden mempunyai
prestasi baik dan 30% cukup. Dari hasil uji t Test dengan tingkat kepercayaan 5% didapatkan
harga p=0,001, berarti ada pengaruh stimulasi pengajaran media gambar terhadap prestasi belajar.
Perlu adanya kerjasama antar guru, orang tua dan anak dalam mengevaluasi prestasi belajar anak
dan meningkatkan stimulasi melalui berbagai modifikasi metode dan media pengajaran sehingga
dapat lebih meningkatkan hasil prestasi belajar anak menjadi lebih baik lagi.

Kata kunci : Retardasi Mental, Mampu didik, Stimulasi pengajaran Media gambar, Prestasi belajar

ABSTRACT

Mild mental retardation with IQ 50-70 has many limitation, so it needs an exact
stimulation to increase acception and abstraction to understand lessons at school. Teaching
stimulation by picture is one of way to stimulate abstraction for mental retardation. The goal
of this research is to know the effect of teaching stimulation by picture to learning achievement
in mental retardation. The research uses quasy experimental design pretestposttest with
control group. The population is the student of SDLBN/C (debil) age (6-12 years old) in
Tuban regency amount 20 students become all sample population. Data analysis uses t test
(for significant data), wilcoxon and Mannwhitney test (for nonsignificant data). Before
doing the research gotten 100% respondent have not good achievement in both, treatment
group and control group. After giving teaching stimulation by picture it is known that 70%
respondent have good achievement and 30% medium. By t test and degree of trust 5% is
gotten significant amount 0,001, it means result < 0,05 so it proves that there is an effect of
teaching stimulation by picture to learning achievement. Necessary to have team work between
teacher, parents and children in evaluating learning achievement and increasing stimulation
through modification methods and media, in order to be more increasing learning
achievement.

92 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Key word : mental retardation, debil, teaching stimulation by picture, learning achievement

LATAR BELEKANG mampu latih/imbesil) sebanyak 20 (39%) .


Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
Retardasi mental adalah suatu gangguan retardasi mental ringan masih tinggi jumlah
yang heterogen yang terdiri dari fungsi penderitanya dibandingkan retardasi mental
intelektual yang dibawah rata-rata dan sedang dan berat berkaitan dengan
gangguan dalam keterampilan adaptif yang keterampilan akademik berbagai kekurangan
ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun baik berupa fisik maupun mental yang dialami
(Kaplan & Sadock, 2010). Menurut King oleh anak-anak dengan retardasi mental,
seperti dikutip dalam Videbeck (2008) menyebabkan rendahnya prestasi/nilai yang
gambaran penting retardasi mental adalah mereka dapatkan di sekolah. Hingga saat ini
fungsi intelektualdi bawah rata-rata (IQ di mayoritas prestasi belajar anak dengan
bawah 70) yang disertai keterbatasan yang retardasi mental yang bersekolah di SDLB
penting dalam area fungsi adaptif, seperti masih rendah. Berdasarkan nilai rapor
ketrampilan, komunikasi, perawatan diri, semester satu nilai anak-anak dengan
tinggal di rumah, ketrampilan interpersonal retardasi mental ringan/debil, di SDLBN/C
atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, Tuban dari 5 raport murid 40% didominasi
penunjukan diri, ketrampilan akademik, oleh nilai angka 5 dan 60% didominasi nilai
pekerjaan, waktu senggang, dan kesehatan angka 6, sedangkan nilai rata-rata kelas untuk
serta keamanan. tiap pelajaran berkisar antara 5,5 hingga 6,5.
Di Indonesia belum ada angka-angka Di sekolah lain yaitu SLB Dharma Wanita
yang pasti tentang angka kejadian retardasi Tuban juga ditemukan hal yang tidak jauh
mental pada anak, tetapi berdasarkan berbeda, dari 4 raport murid didapatkan
kejadian-kejadian yang muncul didunia semuanya mempunyai nilai rata-rata 5
menurut data WHO maka di Indonesia diseluruh mata pelajaran yang diberikan. Hal
diperkirakan angka kejadian Retardasi ini berarti bahwa kemampuan penerimaan
Mental mencapai angka 3% dari penduduk pelajaran murid masih kurang, sehingga
Indonesia. Dari 3% tersebut 75% merupakan berdampak pada pencapaian prestasi mereka
retardasi mental ringan dan 25% retardasi disekolah. Kita memang tidak dapat
mental sedang-berat. Kebanyakan retardasi membandingkan mereka dengan anak-anak
mental baru diketahui pada masa sekolah dan normal disekolah biasa atau menuntut mereka
frekwensi terbanyak memang didapatkan berprestasi seperti anak normal, tetapi
pada golongan retardasi mental taraf setidaknya di sekolah luar biasa anak-anak
perbatasan (subnormal), kemudian urutan retardasi mental dapat berprestasi sesuai
ringan (debil) sedangkan golongan taraf berat batas kemampuan intelektual yang mereka
dan sangat berat paling sulit didapatkan miliki.
(Warsiki,1987). Beber apa faktor yang dapat
Berdasarkan laporan dari SDLBN mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
Negeri mulai kelas 1 sampai kelas 6 jumlah anak retardasi mental diantaranya lingkungan,
murid yang mengalami retardasi mental motivasi orang tua, motivasi belajar anak,
sebanyak 51 orang yang dibagi menjadi dua sarana belajar dan media pembelajaran yang
kategori yaitu C (retardasi mental ringan/ digunakan. Berhubungan dengan media
mampu didik/debil) sebanyak 31 (61%) murid, pembelajaran, ketidaktepatan media yang
dan kategori C1 (retardasi mental sedang/ digunakan mengakibatkan anak sulit
menerima pelajaran, dan selanjutnya berakibat

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 93
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

pada prestasi belajar yang rendah hingga tidak dengan input, salah satu bentuk stimuli yang
naik kelas. dapat digunkan untuk mengatasi anak dengan
Menurut hasil wawancara dengan guru daya abstraksi yang rendah adalah dengan
pengajar di SDLBN Tuban, dalam menggunakan bantuan media gambar dalam
memberikan pengajaran mereka cenderung proses belajar atau pengajarannya. Dengan
mengkombinasi berbagai tehnik pengajaran media gambar anak akan mendapat stimuli
seperti menerangkan, contoh benda, contoh melalui indra penglihatan mereka, dan
perilaku dan gambar, namun seberapa besar diharapkan kognitif mereka akan terangsang
prosentase mengajar dengan media yang dan berespon, yaitu melalui proses dalam
mereka gunakan dan seberapa efektif dari mekanisme kognator yaitu mengingat dan
masing-masing media tersebut mereka belum mencatat stimuli yang diterima, untuk
berani memberikan kesimpulan. Sedangkan selanjutnya menghasilkan perilaku imitasi
dari hasil observasi penggunaan media meniru apa yang telah diajarkan. Melalui
gambar dalam pengajaran masih belum proses tersebut hasil akhir yang diharapkan
optimal, karena guru hanya membuat gambar adalah adanya perubahan respon maladaptif
di papan tulis dan siswa tinggal mencontoh berupa prestasi belajar yang rendah menjadi
apa yang digambar guru. Siswa juga tidak respon adaptif yaitu peningkatan prestasi
memiliki buku paket pelajaran untuk pegangan belajar. Sesuai titik tekan konsep model
belajar di rumah, karena dikuatirkan akan adaptasi Roy.
dirusak. Hal ini bisa menjadi salah satu Media gambar merupakan penyajian
penyebab kurang efektifnya proses dan hasil secara visual dengan menggunakan titik-
belajar selama ini. titik,garis-garis, gambar-gambar, tulisan-
Berdasarkan teori, kemampuan kognitif tulisan, atau simbol visual dengan maksud
anak retardasi mental memiliki karakteristik untuk menggambarkan atau menerangkan
sukar berpikir abstrak seperti berhitung, suatu ide, dan sangat membantu bila
menulis dan membaca. Kemampuan digunakan untuk anak-anak dengan daya
belajarnya cenderung tanpa pengertian atau abstraksi yang rendah. Melalui media ini
cenderung belajar dengan membeo. Dengan dihar apkan ketika gur u member ikan
karakteristik-karakteristik tersebut pengajaran anak langsung bisa melihat apa
diharapkan seorang pengajar dapat memilih yang dimaksud oleh guru tersebut, melalui
tehnik dan media pengajaran yang tepat agar ilustrasi sebuah gambar. Menurut Daryanto
masalah belajar yang dialami anak-anak (2011), bahwa 82% kemampuan daya serap
retardasi mental dapat teratasi. manusia itu melalui penglihatan. Sedangkan
Konsep model adaptasi Roy yang menurut kajian psikologi menyatakan bahwa
menitikberatkan pada merubah perilaku anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
maladaptif menjadi adaptif, terdiri dari 5 konkrit daripada yang abstrak. Termasuk
elemen utama yakni, person (orang) yang didalamnya anak dengan retardasi mental,
menerima asuhan keperawatan, tujuan yang memiliki masalah utama dalam
keper awatan, konsep sehat, konsep kognitifnya yaitu kesulitan dalam memahami
lingkungan, dan arah dar i kegiatan dan mencerna sesuatu yang bersifat abstrak,
keperawatan. Elemen person dalam model sehingga dalam memberikan stimuli memang
ini dipandang Roy sebagai sistem yang lebih baik bila diwujudkan dalam bentuk
adaptifdigambarkan secara holistik sebagai gambar atau benda. Selain itu ada beberapa
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, keuntungan yang didapatkan dengan
out put dan umpan balik. Input manusia penggunaan media ini diantaranya melatih
sebagai suatu sistem adaptasi adalah motorik anak, murid dapat membedakan
menerima masukan dari lingkungan. Terkait antara gambar dengan simbol, dan murid

94 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

mempunyai bayangan tentang apa yang 1. Anak usia 7 - 12 tahun dengan


disampaikan oleh guru. kategori C (debil ) yang bersekolah
Pada anak retardasi mental ringan di SDLBN Tuban dengan prestasi
(debil) memiliki ciri-ciri diantaranya dapat yang kurang
dilatih dan dididik, tidak dapat dididik di 2. Orang tua memberi ijin dan bersedia
sekolah biasa tetapi dapat dididik di sekolah menandatangani lembar persetujuan
luar biasa, saat menginjak taman kanak-kanak menjadi responden
belum tampak kekurangannya, sesudah 3. Memiliki IQ antara 50 - 70
menginjak sekolah dasar tampak kurang 4. Aktif masuk sekolah
kepandaiannya sehingga sukar naik kelas.
Melalui stimulasi pembelajaran dengan media Kriteria eksklusi :
gambar diharapkan dapat merangsang 1. Menderita autisme
kemampuan kognitif dan daya abstraksi 2. Cacat fisik
mereka agar lebih mudah menerima pelajaran
dan meningkatkan prestasi belajar mereka, Besar sampel dalam penelitian ini adalah
motivasi dan bimbingan dari orang tua seluruh populasi yaitu 20 orang murid
terhadap aktivitas belajar anak juga sangat SDLBN/C (debil ). Adapaun kriteria sampel
diperlukan untuk memantau perubahan yang masuk kategori Drop out bila tidak mengikuti
dialami oleh anak. proses pengajaran lebih dari 25% total
pertemuan (2 kali tidak hadir). Populasi dalam
METODE penelitian ini kecil, maka seluruh populasi akan
diambil sebagai sampel atau total sampling.
Dalam penelitian ini desain yang Sampel yang didapatkan dari 4 kelas, masing-
digunakan adalah Quasy experimental design masing kelas berisi 5 sampel akan diurutkan
pretestposttest with control group, yaitu mulai nomor 1 sampai 20 berdasarkan IQ,
memberikan intervensi atau manipulasi pada jenis kelamin dan usianya. Selanjutnya nomor
variabel independent dan digunakan dua yang ganjil dijadikan kelompok perlakuan dan
kelompok, satu sebagai kelompok perlakuan menempati kelas A dan B, sedangkan nomor
dan satu sebagai kelompok kontrol, yang genap dijadikan kelompok kontrol dan
diamati sebelum dan sesudah diberi menempati kelas C dan D.
perlakuan. Penelitian ini bertujuan untuk Instrumen yang digunakan dalam
mengetahui pengaruh pengajaran dengan penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu
media gambar terhadap prestasi belajar anak untuk orang tua dan untuk responden. Untuk
retardasi mental. Populasi dalam penelitian orang tua bertujuan untuk mengetahui riwayat
adalah murid SDLBN/C (debil ) usia sekolah responden selama dalam kandungan hingga
(6-12 tahun) Kabupaten Tuban kelas 2 yang lahir dan kebiasaan-kebiasaan responden di
mempunyai prestasi belajar rendah. Sampel rumah. Jenis instrumen berbentuk kuesioner.
adalah sekelompok individu yang merupakan Instrumen untuk responden terdiri dari dua
bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti jenis yaitu panduan terapi dan evaluasi.
langsung mengumpulkan data atau melakukan Panduan terapi berisi langkah-langkah dalam
pengamatan/pengukuran pada unit ini. Pada memberikan stimulasi pengajaran kepada
penelitian ini yang menjadi sampel adalah responden dan materi yang akan disampaikan.
murid SDLBN/C usia sekolah (6-12 tahun) Panduan ini dikembangkan berdasarkan
Kabupaten Tuban yang mempunyai prestasi pedoman kurikulum dan bahan ajar yang
belajar rendah, dengan kriteria inklusi sebagai dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi
berikut : Jawa Timur. Untuk variabel dependen
prestasi belajar diukur dari hasil evaluasi/

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 95
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

ulangan/ujian, yang terdiri dari tiga bentuk penelitian karena kelompok kontrol juga
yaitu uji lisan, uji perbuatan/observasi dan uji berhak mendapat stimulasi yang sama.
tulis. Masing-masing uji terdiri dari 3 soal,
yang dikembangkan berdasarkan panduan Evaluasi dari perlakuan yang telah
dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa timur diberikan oleh peneliti, terdiri dari tiga jenis
khusus untuk anak tuna grahita. uji yaitu uji tulis, uji lisan dan uji perbuatan/
Pengumpulan data adalah suatu proses observasi. Masing-masing jenis uji terdiri dari
pendekatan kepada subyek dan proses 3 soal. Untuk uji tulis menggunakan pedoman
pengumpulan karakteristik subyek yang penskoran : skore 3 jika mampu mengerjakan
diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, sendiri, skore 2 jika mampu mengerjakan
2003). Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan sedikit bantuan, skore 1 jika mampu
melalui prosedur : mengerjakan dengan banyak bantuan dan
skore 0 jika tidak mampu/pasif. Tiap soal
1. Pengajuan surat ijin penelitian kepada memiliki nilai skor maksimal 3, sehingga total
KesbangPolinmas Kabupaten Tuban skore berjumlah 9. Untuk uji lisan dan
2. Pengajuan surat ijin penelitian kepada perbuatan/observasi menggunakan pedoman
Kepala Sekolah SDLBN Kabupaten penskoran : skore 0 jika salah dan skore 1
Tuban jika benar. Masing-masing mempunyai skor
3. Pengajuan surat ijinke Dinas Pendidikan maksimal 1, sehingga totak skor kedua jenis
Kabupaten Tuban uji adalah 6. Seluruh soal mulai dari uji tulis,
4. Pengajuan lembar persetujuan untuk lisan dan perbuatan/observasi mempunyai
menjadi responden kepada keluarga total skor 15. Dari total skor tersebut
responden kemudian diproses dengan rumus :
5. Responden dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok pertama menjadi kelompok
kontrol, sedang kelompok kedua menjadi Skor yang didapat
kelompok perlakuan. Kemudian sebelum Nilai = --------------------------- x 10
dilakukan perlakuan keduanya menjalani
Skore maksimal (15)
pretest, yang akan dilakukan oleh peneliti
dibantu guru SDLBN Tuban.
6. Selanjutnya kelompok perlakuan akan Dari nilai yang telah diproses nantinya
mendapatkan stimulasi pengajaran akan diklasifikasikan menjadi :
dengan metode gambar sebanyak 7x60 0 - 4 : Prestasi kurang
menit secara terus menerus (setiap hari, 4 - 7 : Prestasi Cukup
kecuali hari minggu), dan kelompok 8 - 10 : Prestasi Baik
kontrol tetap akan belajar seperti biasa
di sekolah. Selanjutnya data yang diperoleh diolah
7. Setelah 7 x 60 menit ( 7 hari berturut- dengan tabulasi data, sesuai dengan tujuan
turut kecuali hari minggu) pemberian khusus penelitian. Data-data yang bersifat
perlakuan selanjutnya dilakukan post test ratio dan interval dilakukan uji normalitas, bila
baik terhadap kelompok kontrol maupun data yang didapat normal maka dilakukan uji
kelompok perlakukan t berpasangan dan uji t 2 sampel bebas, bila
8. Bagi kelompok kontrol yang tidak tidak normal maka digunakan uji Wilcoxon
diberikan perlakuan, maka stimulasi dan Mannwhitney.
pengajaran dengan media gambar
diberikan setelah posttest dilakukan. Hal
ini untuk menghindari pelanggaran etika

96 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Hasil Karakteristik Anak

Tabel 1 Distribusi berdasarkan karakteristik anak di SDLBN Kabupaten Tuban Bulan Maret 2012

Karakteristik Perlakuan KontrolUji Statistik


Harga p
________________________________________________
n % n %
Umur T test
10 th 2 (20) 3 (30) 0,754
11 th 6 (60) 5 (50)
12 th 2 (20) 2 (20)

Jenis kelamin Chi Square


Laki-laki 4 (40) 5 (50) 1,000
Perempuan 6 (60) 5 (50)

Urutan anak Mann Whitney


Median = (Min Max) 1(1-3) 2(1-7) 0,188
Pertama 5 (50) 3 (30)
Kedua 4 (40) 5 (50)
Ketiga dst 1 (10) 2 (20)

Intelegensi T Test
50-55 5 (50) 5 (50) 0,706
56-60 4 (40) 4 (40)
61-65 1 (10) 1 (100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kelompok kontrol yang didominasi anak kedua


bahwa umur responden pada kelompok (50%), namun dari hasil uji Mann Whitney,
perlakuan dan kontrol antara 10-12 tahun. didapatkan harga p= 0,188, berarti tidak ada
Pada kelompok perlakuan rata-rata 11 tahun perbedaan ur utan anak pada kedua
(60%), lebih tinggi dari kelompok kontrol kelompok. Pada penelitian ini Inetegensi
(50%). Namun dari hasil uji statistik T Test responden antara 50-64. Pada kelompok
menunjukkan hasil p= 0,754, berarti tidak ada perlakuan rata-rata 56, lebih tinggi dari
perbedaan rerata umur antara kelompok kelompok kontrol 55. Namun dari hasil uji T
perlakuan dan kontrol. Test didapatkan p= 0,706 berarti tidak ada
Berdasarkan jenis kelamin pada perbedaan rerata intelegensi pada kedua
penelitian ini laki-laki sebanyak 9 orang (45%), kelompok.
dan perempuan 11 orang (55%), pada
kelompok perlakuan perempuan 60%, lebih
Karakteristik orang tua
tinggi dari kelompok kontrol (50%). Namun
dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan
p= 1,000 , berarti tidak ada perbedaan rerata
jenis kelamin antara kedua kelompok.
Berdasarkan urutan anak pada penelitian
ini kelompok perlakuan 50% didominasi
urutan anak pertama, berbeda dengan

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 97
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Tabel 2 Distribusi orang tua berdasarkan pendidikan di SDLBN Kabupaten Tuban Bulan Maret
2012

Karakteristik Perlakuan KontrolUji Statistik


Harga p
________________________________________________
n % n %
Pendidikan orang tua Mann Whitney
SD 8 (80) 8 (80) 1,000
SMA 1 (10) 1 (10)
PT 1 (10) 1 (10)

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan 1,000 berarti tidak ada perbedaan pendidikan


pendidikan orang tua pada kedua kelompok orang tua pada kelompok perlakuan dan
memiliki prosentase yang sama, dan dari hasil kontrol.
uji statistik Mannwhitney didapatkan hasil p=
Perubahan prestasi belajar pada
kelompok perlakuan
Tabel 3 Perubahan Prestasi pada kelompok perlakuan di SDLBN tuban Maret 2012
Indikator Penilaian Pre Post
Uji Statistik
Harga p
__________________________________________________________________

Mengenal bentuk Wilcoxon


Lingkaran, segitiga
Segiempat
Median(Min Max) 1(0-2) 3(3-3) 0,004

Menggambar Segitiga Wilcoxon


Segiempat, lingkaran
Median (Min - Max) 0(0-2) 8(4-9) 0,004

Mengelompokkan bentuk Wilcoxon


Median (Min Max) 0(0-1) 3(3-3) 0,004

Total
Nilai Prestasi T test
x SD 11 91 0,001
__________________________________________________________________

Berdasarkan tabel 3 pada kelompok mengalami perubahan dari nilai rata-rata 0


perlakuan dalam mengenal bentuk bangun sebelum per lakuan menjadi 8 setelah
datar seder hana 100% mengalami perlakuan. Dan dari hasil uji statistik Wilcoxon
peninngkatan, dengan nilai rata-rata 1 sebelum didapatkan harga p= 0,004 berarti ada
perlakuan menjadi rata-rata 3. Dan dari hasil perubahan prestasi dalam kemampuan
uji statistik Wilcoxon didapatkan p=0,004 menggambar bentuk bangun datar sederhana
berarti ada perubahan prestasi pada kelompok pada kelompok perlakuan.
perlakuan. Kemampuan mengelompokkan bentuk
Prestasi dalam kemampuan bangun datar sederhana juga mengalami
menggambar bentuk bangun datar sederhana perubahan dari nilai rata-rata 0 menjadi 3, dan

98 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

dari hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan menjadi rata-rata 8 setelah perlakuan, dan
p=0,004 berarti ada perubahan prestasi dalam dari hasil uji statistik T Test didapatkan p=
mengelompokkan bentuk bangun datar 0,001, berarti ada pengaruh pemberian
sederhana pada kelompok perlakuan. perlakuan stimulasi pengajaran media gambar
Dari kemampuan mengenal bentuk, terhadap perubahan prestasi.
menggambar dan mengelompokkan bentuk
bangun datar sederhana berdasarkan total Perubahan prestasi belajar pada
nilai semua mengalami perubahan prestasi kelompok kontrol
dari rata-rata nilai 5 sebelum perlakuan

Tabel 4 Perubahan Prestasi pada kelompok Kontrol di SDLBN tuban Maret 2012

Indikator Penilaian Pre Post Uji Statistik


Harga p
Mengenal bentuk
Lingkaran, segitiga Wilcoxon
Segiempat
Median(Min Max) 1(1-1) 3(2-3) 0,004

Menggambar Segitiga
Segiempat, lingkaran Wilcoxon
Median (Min - Max) 0(0-1) 3(0-7) 0,011

Mengelompokkan bentuk T test


x SD 11 31 0,0001

Total
Nilai Prestasi Wilcoxon
Median (Min-Max) 1(1-2) 6(4-9) 0,005

Berdasarkan tabel 4 pada kelompok Secara keseluruhan kemampuan


kontrol kemampuan mengenal bentuk bangun mengenal, menggambar dan
datar sederhana mengalami peningkatan dari mengelompokkan bentuk bangun datar
rata-rata nilai 1 sebelum perlakuan menjadi sederhana pada kelompok kontrol mengalami
rata-rata 6, dan dari hasil uji statistik Wilcoxon perubahan, namun paling menonjol terjadi
didapatkan p=0,004 berarti ada perubahan pada kemampuan mengelompokkan bentuk
prestasi pada kelompok kontrol. bangun datar sederhana, sedangkan
Kemampuan menggambar bentuk perubahan nilai secara umum dari tiga
bangun datar sederhana juga mengalami indikator kemampuan tersebut didapatkan
perubahan, dari nilai rata-rata 0 menjadi rata- dari nilai rata-rata 1 menjadi 6, dan dari hasil
rata 3. Dan dari hasil uji statistik Wilcoxon uji statistik wilcoxon didapatkan p= 0,005
didapatkan p=0,011 berarti ada perubahan berarti ada perubahan prestasi belajar pada
prestasi pada kelompok kontrol. kelompok kontrol.
Dalam mengelompokkan bentuk bangun
datar sederhana kelompok kontrol juga Perbedaan perubahan prestasi belajar
mengalami perubahan dari rata-rata nilai 1 pada kelompok perlakuan dan kontrol
menjadi 3, dari hasil uji statistik T Test
didapatkan p=0,0001 yang berarti tidak ada
perubahan prestasi dalam mengelompokkan
bentuk pada kelompok kontrol.

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 99
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Tabel 5 Perubahan Prestasi pada kelompok Perlakuan dan Kontrol di SDLBN tuban Maret 2012
Indikator Penilaian Perlakuan Kontrol Uji Statistik
Harga p
Mengenal bentuk
Lingkaran, segitiga
Segiempat Mannwhitney
Median(Min Max) 2(1-3) 2(1-2) 0,423

Menggambar Segitiga
Segiempat, lingkaran T test
x SD 73 33 0,006

Mengelompokkan bentuk T test


x SD 31 21 0,137

Total
Perbedaan Nilai prestasi T test
X SD 81 52 0,001
Berdasarkan tabel 5 prestasi belajar dari hasil uji statistik T Test didapatkan p=
kedua kelompok dalam mengenal bentuk 0,137 berarti tidak ada perbedaan peningkatan
bangun datar sederhana tidak mengalami prestasi pada kedua kelompok.
perbedaan yang signifikan ditunjukkan dengan Prestasi pada kelompok perlakuan dan
nilai rata-rata pada kedua kelompok sama kelompok kontrol dari tiga indikator
yaitu 2 dan dari hasil uji statistik Mannwhitney kemampuan sama-sama mengalami
didapatkan p= 0,423 berarti tidak ada peningkatan, namun tidak mengalami
perbedaan perubahan prestasi pada kelompok perbedaan yang signifikan kecuali pada
kontrol dan perlakuan. kemampuan menggambar bentuk bangun
Kemampuan dalam menggambar datar sederhana. Peningkatan prestasi pada
segitiga, lingkaran dan segiempat pada kelompok perlakuan juga lebih tinggi (nilai rata-
kelompok perlakuan mengalami peningkatan rata 8) daripada kelompok kontrol (nilai rata-
yang lebih baik (Nilai r ata-rata 7) rata 5), sesuai hasi uji T test dengan X SD
dibandingkan kelompok kontrol (Nilai rata- pada kelompok perlakuan 8 1 dan 5 2
rata 3), dari hasil uji statistik T Test didapatkan pada kelompok kontrol dengan harga p=0,001
hasil p = 0,006 yang berarti ada perbedaan yang berarti ada perbedaan perubahan
prestasi pada kelompok perlakuan dan prestasi pada kelompok perlakuan dan
kontrol. kelompok kontrol.
Kemampuan dalam mengelompokkan
bentuk bangun datar sederhana pada Klasifikasi prestasi belajar sebelum dan
kelompok perlakuan mengalami perubahan setelah perlakuan pada anak retardasi
yang lebih baik (nilai rata-rata 3) dibandingkan mental di SDLBN Tuban
kelompok kontrol (nilai rata-rata 2). Namun
Tabel 6 Klasifikasi prestasi belajar sebelum dan setelah perlakuan pada anak retardasi mental di
SDLBN tuban Maret 2012
Prestasi belajar Perlakuan Kontrol
________________________________________________
Pre Post Pre Post
________________________________________________
n % n % n % n %
Baik 0 0 7 70 0 0 2 20
Cukup 0 0 3 30 0 0 6 60

100 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Kurang 10 100 0 0 10 100 2 20


Jumlah 10 100 10 100 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan perawatan diri diperlukan perlakuan sebanyak


bahwa prestasi belajar setelah perlakuan pada 5 kali dengan mempraktekkan dan melatih
kelompok kontrol sebagian besar baik, langsung anak melakukan perawatan diri.
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian Mengenal bentuk dan diikuti dengan kegiatan
besar cukup. menggambar dan mengelompokkan dalam
kontek ini identik dengan perilaku yang
Pembahasan melibatkan motorik, hampir sama dengan
perilaku perawatan diri yang juga melibatkan
Perubahan Prestasi belajar kelompok motorik. Selain itu juga didukung oleh hasil
Perlakuan sebelum dan sesudah penelitian (Astuti, 2011) yaitu merubah
diberikan stimulasi pengajaran dengan perilaku interaksi sosial anak retardasi mental
media gambar melalui sebuah permainan, dimana anak
langsung terlibat didalamnya. Setelah 8 kali
Prestasi belajar kelompok perlakuan perlakuan didapatkan hasil adanya perubahan
sebelum dan sesudah diberikan stimulasi interaksi sosial pada anak retardasi mental.
pengajaran dengan media gambar Menurut Daryanto (2011) salah satu
menunjukkan hasil adanya perubahan berupa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
peningkatan nilai berdasarkan hasil uji T Test belajar anak adalah cara mengajar guru yang
dengan tingkat signifikan 5% didapatkan meliputi metode dan media yang digunakan.
harga p= 0,001 yang berarti ada pengaruh Pada penelitian ini media gambar sengaja
pemberian stimulasi pengajaran media dipilih sebagai sarana untuk memberikan
gambar terhadap prestasi belajar. stimulasi kepada responden yang mengalami
Dari tiga indikator penilaian yaitu retardasi mental, karena sesuai kemampuan
mengenal, menggambar dan mereka yang memiliki daya abstraksi rendah,
mengelompokkan bentuk bangun datar maka untuk lebih mudah menerima pelajaran
sederhana, perubahan peningkatan prestasi anak diberikan contoh langsung melalui
terjadi pada semua indikator tersebut, dengan gambar, sehingga memahami apa yang
tingkat signifikan yang sama. dimaksud atau yang dijelaskan oleh pengajar.
Menurut Soemantri (1996) anak Stimulasi yang diberikan secara berulang-
retardasi mental ringan mengalami kesukaran ulang dimaksudkan agar anak memanfaatkan
berpikir abstrak seperti berhitung, menulis dan perilaku khas yang mereka miliki yaitu
membaca. Kemampuan belajarnya cenderung kecenderungan mengimitasi atau membeo
tanpa pengertian atau cenderung belajar terhadap apa yang mereka lihat atau mereka
dengan membeo. Kemampuan mengenal, alami. Dengan mengasah kemampuan anak
menggambar dan mengelompokkan bentuk secara terus menerus, diharapkan
bangun datar sederhana pada penelitian ini kemampuan anak akan semakin meningkat.
diajarkan kepada responden melalui media Pemberian stimulasi dapat dilakukan dengan
gambar dengan alat bantu berupa gambar, latihan dan bermain. Anak yang memperoleh
baik yang tersusun atas titik-titik maupun stimulus yang terarah akan lebih cepat
gambar utuh. berkembang dibandingkan anak yang kurang
Hasil yang didapatkan pada kelompok mendapat stimulus (Nursalam dkk, 2005).
perlakuan ini didukung oleh hasil penelitian Menurut Soetjiningsih (1995)
(Dewi, 2010) bahwa untuk mengajarkan anak stimulasi adalah perangsangan yang
retardasi mental agar mampu melakukan datangnya dari lingkungan di luar individu.

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 101
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat pada pencapaian prestasi belajar mereka di
(reinforcement). Memberikan stimulasi yang sekolah.
berulang-ulang dan terus menerus pada setiap
aspek perkembangan anak berarti telah Perubahan Prestasi belajar kelompok
memberikan kesempatan pada anak untuk Kontrol sebelum dan sesudah diberikan
tumbuh dan berkembang secara optimal perlakuan
(Nursalam dkk, 2005). Pengajaran dengan
media gambar dipilih sebagai stimuli pada Prestasi belajar kelompok kontrol
penelitian ini karena beberapa alasan yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
pertama, anak akan lebih mudah mempelajari menunjukkan hasil adanya perubahan berupa
hal yang konkrit daripada yang abstrak, sesuai peningkatan nilai berdasarkan hasil uji
pendapat Charles F. Haban seperti dikutip Wilcoxon dengan tingkat signifikan 5%
Daryanto (2011) bahwa 82% stimulasi yang didapatkan harga p= 0,005 yang berarti ada
diserap adalah melalui indera penglihatan. pengaruh pemberian stimulasi pengajaran
Kedua, media gambar merupakan sarana terhadap prestasi belajar.
dengan bentuk sederhana, mempunyai nilai Dari tiga indikator penilaian yaitu
ekonomis, mudah dipelajari serta hanya mengenal, menggambar dan
memerlukan sedikit penjelasan agar mudah mengelompokkan bentuk bangun datar
dipahami oleh anak. Pemberian stimuli pada sederhana, perubahan peningkatan prestasi
penelitian ini dilakukan melalui beberapa yang menonjol terjadi pada kemampuan
tahap, sesuai pokok bahasan yang terdapat mengelompokkan bentuk bangun datar
dikurikulum. Tahap pertama anak diberikan sederhana.
stimuli berupa bentuk gambar lingkaran, Dari tiga indikator penilaian, kemampuan
segitiga dan segiempat. Kemudian tahap mengelompokkan bentuk bangun datar
kedua agar anak mudah mengingat dan seder hana memang tergolong paling
membuat gambar tersebut diberikan model mudah.Pada kemampuan tersebut yang
gambar berupa titik-titik berbentuk lingkaran, digunakan anak retardasi mental adalah indera
segitiga dan segiempat yang selanjutnya akan penglihatan dan motorik, mereka juga
ditebalkan oleh anak-anak, hal ini sekaligus menunjukkan kemampuan membeo atau
untuk melatih motorik anak agar lebih terampil menirukan apa yang mereka lihat. Pada
menggunakan alat tulis. Dan tahap ketiga kelompok kontrol meskipun mereka tidak
yaitu anak dilatih diajarkan cara diberikan perlakuan seper ti kelompok
mengelompokkan bentuk-bentuk bangun perlakuan tetapi mereka juga diajarkan pokok
datar sederhana, hal ini bertujuan agar anak bahasan yang sama. Seperti apa yang
dapat membedakan mana bentuk lingkaran, disampaikan Daryanto (2011) bahwa 82%
mana bentuk segitiga dan segiempat. Tahap- stimulasi yang diserap adalah melalui indera
tahap dalam penyampaian materi pengajaran penglihatan. Kombinasi antara penglihatan
yang sistematis diikuti penggunaan media dengan aktifitas motorik akan memberikan
gambar yang tepat dan mudah di pahami hasil yang lebih baik. Pada kelompok kontrol
akan membantu anak dengan daya abstraksi stimulasi yang diberikan masih kurang dan
yang rendah mempunyai gambaran tentang pada kemampuan motorik juga tidak diberikan
apa yang dimaksud dan dijelaskan oleh latihan dengan porsi yang lebih sehingga
pengajar. Melalui tehnik pengajaran tersebut kemampuan responden terhadap kemampuan
diharapkan anak dengan retardasi mental menggambar juga kurang. Anak yang
akan berespon positif dalam menerima materi memperoleh stimulasi yang terarah akan lebih
pelajaran sehingga diharapkan berdampak cepat berkembang dibandingkan anak yang
kurang mendapat stimulasi. Pemberian

102 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

stimulasi yang berulang-ulang dan terus diantaranya adalah kemampuan peserta didik,
menerus pada setiap aspek perkembangan cara mengajar guru, bimbingan dan motivasi
anak berarti telah memberikan kesempatan orang tua dalam belajar serta minat, perhatian
pada anak untuk tumbuh dan berkembang dan motivasi belajar anak. Dari faktor-faktor
secara optimal (Nursalam dkk, 2005). tersebut kecuali faktor cara mengajar guru
Menurut Soetjiningsih (1995) stimulasi adalah masih dapat dikendalikan keragamannya.
perangsangan yang datangnya dari Untuk faktor cara mengajar guru meliputi
lingkungan di luar individu. Stimulasi juga ketepatan media dan metode pengajaran yang
berfungsi sebagai penguat (reinforcement). dipilih khusus untuk mengatasi anak dengan
Pada penelitian yang dilakukan oleh daya abstraksi yang rendah. Menurut Gagne
Astuti (2010) pada kelompok kontrol yang seperti dikutip Daryanto (2011) media
tidak mendapat perlakuan berupa permainan diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu
ular tangga, dan dibiarkan seperti keadaan benda untuk didemonstrasikan, komunikasi
normal disekolah didapatkan tidak ada lisan, media cetak, gambar diam, gambar
perubahan interaksi sosial, artinya tanpa bergerak, film bersuara dan mesin belajar.
rangsangan yang tepat maka sangat sulit Dari klasifikasi tersebut media gambar
untuk memberikan perubahan bagi anak merupakan satu-satunya media yang paling
retardasi mental. sederhana, ekonomis, mudah dibuat serta
tidak diperlukan keahlian khusus untuk
Perbedaan perubahan prestasi belajar menggunakannya.
kelompok perlakuan setelah diberikan Stimulasi yang diberikan pada kelompok
stimulasi pengajaran media gambar dan perlakuan tersebut pada dasarnya bertujuan
kelompok kontrol. untuk merangsang perilaku imitasi atau
membeo yang menonjol dan dimiliki oleh anak
Pada penelitian ini setelah diberikan retardasi mental ringan. Melalui tahap-tahap
stimulasi pengajaran media gambar sebanyak pengenalan bentuk bangun datar sederhana,
7 kali didapatkan bahwa prestasi belajar anak menggambar dan mengelompokkan
pada kelompok perlakuan mengalami diharapkan anak mudah menangkap dan
peningkatan, demikian juga pada kelompok mempersepsi apa yang disampaikan pengajar.
kontrol. Namun, peningkatan pada kelompok Stimulasi pengajaran melalui media gambar
perlakuan lebih tinggi (nilai rata-rata 8), tersebut merupakan bentuk aplikasi teori
dibandingkan kelompok kontrol (nilai rata-rata Adaptasi Roy. Asumsi dasar model adaptasi
5). Sesuai hasi uji statistik T Test dengan Roy adalah : manusia adalah keseluruhan dari
tingkat signifikan 5% didapatkan harga p= biopsikologi dan sosial yang terus menerus
0,001 berarti ada perbedaan perubahan berinteraksi dengan lingkungan yang
prestasi pada kelompok perlakuan dan menggunakan mekanisme pertahanan untuk
kelompok kontrol. Namun dari tiga indikator mengatasi perubahan-perubahan
penilaian, perbedaan perubahan prestasi yang biopsikososial. Setiap orang memahami
signifikan terjadi pada kemampuan bagaimana individu mempunyai batas
menggambar bentuk bangun datar sederhana, kemampuan untuk beradaptasi, dan pada
dengan tingkat signifikan 0,006. dasarnya manusia memberikan respon
Pada kelompok perlakuan mayoritas terhadap semua rangsangan baik positif
prestasi belajar anak mengalami perubahan maupun negatif. Kemampuan adaptasi
dari kurang menjadi baik, sedangkan pada manusia berbeda-beda antara satu dengan
kelompok kontrol dari mayoritas kurang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan
menjadi cukup. Beberapa faktor yang dapat diri dengan perubahan maka ia mempunyai
mempengaruhi prestasi belajar anak

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 103
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

kemampuan untuk menghadapi rangsangan Berdasarkan hasil uji regresi terhadap


baik positif maupun negatif. data umum atau karakteristik anak terhadap
Pada penelitian ini hasil dari pemberian perubahan prestasi belajar didapatkan bahwa
stimulasi berupa pengajaran melalui media ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan
gambar yang dapat diterjemahkan sebagai prestasi pada kedua kelompok, yaitu tingkat
makna stimuli dari aplikasi teori adaptasi Roy, intelegensi, riwayat post natal dan media
telah terbukti memberikan efek atau dampak pengajaran (perlakuan) dari ketiga faktor
yang berbeda terhadap responden. Dari 10 tersebut riwayat post natal menempati posisi
responden yang termasuk kelompok pertama. Hal ini bisa terjadi karena akibat
perlakukan semuanya telah mengalami riwayat post natal (sakit kejang,demam,
perubahan positif pada hasil prestasi yang infeksi otak ) menyebabkan kerusakan pada
dicapai, meskipun pada kategori yang sedikit jaringan sel otak, sehingga akan
berbeda yaitu baik dan cukup. Namun dengan mempengaruhi perkembangan intelektualnya
motivasi dan bimbingan intelektual yang dimasa perkembangan (Maramis, 2005).
efektif diharapkan akan memunculkan Posisi kedua yaitu faktor Intelegensi, Anak
semangat pantang menyerah di dalam diri retardasi mental mengalami kesukaran dalam
mereka (Semiun, 2006). berpikir abstrak. Dengan keterbatasan ini
Dari tiga indikator penilaian yang mereka hanya mampu menerima hal-hal yang
digunakan yaitu kemampuan mengenal bersifat nyata (bisa dilihat oleh indra
bentuk bangun datar sederhana, menggambar penglihatan), hal-hal yang banyak melibatkan
bentuk bangun datar sederhana dan kemampuan daya ingat akan sulit mereka
mengelompokkan bentuk bangun datar ikuti, sehingga sebisa mungkin meminimalkan
sederhana, berdasarkan hasil uji stastistik pemberian materi yang melibatkan
didapatkan bahwa perubahan nilai dari kemampuan tersebut. Dan yang terakhir
sebelum dan sesudah perlakuan yang paling adalah faktor perlakuan (stimulasi). Pada anak
menonjol adalah kemampuan menggambar retardasi mental semakin sering menerima
bentuk bangun datar sederhana. Perubahan stimulasi maka semakin baik respon yang
prestasi pada kelompok perlakuan dalam akan mereka tunjukkan.
kemampaun menggambar bentuk bangun
datar sederhana lebih baik (nilai rata-rata 7),
dibandingkan kelompok kontrol (nilai rata-rata KESIMPULAN DAN SARAN
3). Hal ini terjadi karena pada kelompok
perlakuan diberikan rangsangan berupa cara Kesimpulan
menggambar bentuk bangun datar sederhana
secara berulang-ulang melalui media dan alat
Penelitian pengaruh stimulasi pengajaran
bantu yang telah disediakan, sedangkan pada
media gambar terhadap prestasi belajar anak
kelompok kontrol hal tersebut tidak dilakukan.
retardasi mental di SDLBN Tuban yang
Pada anak retardasi mental untuk
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai
menghasilkan suatu perubahan diperlukan
dengan April 2012 dapat disimpulkan sebagai
ketelatenan, stimuli yang diulang-ulang
berikut :
sehingga merangsang keinginan mereka untuk
Stimulasi pengajaran melalui media
meniru apa yang dilihat. Alasan lain yaitu
gambar dapat meningkatkan kemampuan
kemampuan menggambar melibatkan
menggambar anak retardasi mental, melalui
aktivitas motorik, dimana pada anak retardasi
proses stimuli yang kemudian di persepsi,
mental hal tersebut lebih mudah dilakukan
learning (belajar), keputusan dan tindakan,
daripada stimulasi yang melibatkan
sesuai teori adaptasi Roy.
kemampuan daya ingat atau memori.

104 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Saran DAFTAR PUSTAKA

Arvin (1999), Ilmu Kesehatan Anak, edisi


1. Institusi 15, Jakarta : EGC, hal 161-166
Institusi hendaknya membantu
menyediakan fasilitas berupa media dan dana Astuti (2011), Pengaruh Stimulasi bermain
yang diperlukan oleh guru untuk Ular tangga terhadap peningkatan
interaksi sosial anak retardasi mental,
mengembangkan metode dan media ajar, agar
Tesis, tidak diterbitkan, Fakultas
dapat meningkatkan kualitas pr oses
Keperawatan Universitas Airlangga,
pembelajaran di sekolah.
Surabaya
2. Guru
Sebagai guru harus mampu menganalisa Chaabane, Morgan & De Bar (2009), The
kemampuan anak didik, sehingga dapat effects of Parent-Implemented PECS
memilih metode dan media mengajar yang Training on Improvisation of Mands by
mudah diterima, dan selalu berinovasi dengan chilren with Autism, Journal of
ide-ide baru, agar anak didik tidak jenuh dalam Applied Behavior Analysis,42(3):671-
proses pembelajaran melalui pembuatan 677, diakses 20 Desember 2011
modul sebagai pegangan orang tua dalam
memberikan bimbingan belajar dirumah. Delphie (2002), Pembelajaran Anak
retardasi Mental, Bandung: PT. Refika
3. Orang tua
Aditama, hal 20-23
Orang tua hendaknya selalu memantau
perkembangan anak, melalui pemberian
Dirjen Pembinaan Sekolah Luar Biasa (1994),
perhatian yang lebih dan mendampingi secara
Pedoman Guru Pendidikan Anak
langsung putra-putrinya saat belajar, atau Retardasi Mental, Jakarta : CV. Karya
menyediakan buku-buku khusus untuk belajar Sejahtera, hal 11-15
ank dengan intelektual yang rendah.
4. Penelitian lanjut Depdikbud (1996), Pendidikan
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan Keterampilan Merawat Diri, Jakarta :
data yang sudah ada, melalui modifikasi PT. Melton Putra, hal 10-15
berbagai media pengajaran dan lebih banyak
pokok bahasan yang diajarkan seperti bahasa Dharma Kelana K (2011), Metodologi
indonesia, ilmu alam dan pelajaran lain, agar Penelitian Keperawatan, Jakarta : CV.
nantinya dapat disusun menjadi modul Trans Info Media, hal 93
pembelajaran sebagai pegangan guru di
SDLBN Tuban dalam member ikan Daryanto (2011), Media Pembelajaran,
pengajaran kepada siswa-siswinya. Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera, hal 21
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
Dombeck, Tammi (2010), Mental
data yang sudah ada, melalui modifikasi
Retardation : Terapi fisik dan
berbagai media pengajaran dan lebih banyak
Integrasi Sensorik, diakses pada
pokok bahasan yang diajarkan seperti bahasa
tanggal 5 September 2010 <http/
indonesia, ilmu alam dan pelajaran lain, agar
www.psikologizone.com>
nantinya dapat disusun menjadi modul
pembelajaran sebagai pegangan guru di
Departemen Pendidikan Nasional (2008),
SDLBN Tuban dalam member ikan Model Bahan Ajar Sekolah Dasar
pengajaran kepada siswa-siswinya.

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 105
Mental
Versi online:
Titik Sumiatin http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Luar Biasa Tunagrahita , Jakarta, hal Maramis, W, F (2005), Ilmu Kedokteran


7 Jiwa, Surabaya : Airlangga University
Pres, hal 385
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1997), Buku Murid Berhitung untuk Nursodiqoh (2007), Ayo belajar
Tuna grahita Ringan kelas II, Jakarta, Menggambar, Jakarta : Zikrul Hakim,
hal 10 hal 1-10

Flippin,Reszka & Watson (2009), Nursalam, Rekawati, Sri Utami (2005),


Effectiveness of picture Exchange Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Communication System (PECS) on (untuk perawat dan bidan), Jakarta :
communication and Speech for children Salemba Medika
with autism spectrum disorder : a meta
analysis, Journal of Applied Behavior Nursalam (2003), Konsep dan Penerapan
Analysis, 29 : 519-533, diakses tanggal Metodologi Penelitian Ilmu
10 Desember 2011 Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Keperawatan,
Hurlock, Elizabeth B (2009), Perkembangan Jakarta : Slaemba Medika, hal 60
anak, Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama, hal 95 Pasco, Tohill (2009), Predicting progress in
Picture Exchange Communication
Indriani (2006), Penggunaan PECS untuk System (PECS) use by children with
meningkatkan Kemampuan autism, Indian Journal of
berkomunikasi pada anak retardasi Psychological Medicine, 43: 61-76,
mental dengan gangguan komunikasi, diakses tanggal 20 Desember 2011
Tesis, tidak diterbitkan, Fakultas
Psikologi, Universitas Surabaya Patricia A, Katherine M. Fortinash (1995),
Psychiatric Nursing Care Plans,
Kaplan & Sadock (2010), Synopsis of Mosby St. Louis Missouri, hal 80
Psychiatry, Jilid 2, Tangerang : Binarupa
Aksara, hal 673 Pilliteri, Adele (2005), Maternal-child
Health Nursing, 6th ed, Lippincott
Leffert, James (2010), Memahami Adaptasi company, philadelphia, hal 200
Sosial pada anak dengan Mental
retardation : perspektif sosial Rusman (2011), Model-model
kognitif diakses 22 Juni 2010 <http/ Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers,
www.translate.goeglesercontent.com> hal 154

Mutaqin (2008), Asuhan Keperawatan klien Rohani (2004), Pengelolaan Pengajaran,


dengan Gangguan Persyarafan, Jakarta : PT.Rineka Cipta, hal 68
Jakarta : Salemba Medika, hal 34
Reynolds & Muijs (2008), Effective Teaching
Malhotra (2010), Effect Picture Exchange (teori dan Aplikasi), Jakarta : Pustaka
Communication System on Pelajar, hal 67
Communication and Behaviour
Anomalies in Autism, Indian Journal Soetjiningsih (1995), Tumbuh Kembang
of Psychological Medicine 32 (2), anak, Jakarta : EGC, hal 89
141-143

106 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 92 - 107 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Siregar & nara (2010), Teori Belajar dan


Pembelajaran, Bogor : Ghalia
Indonesia, hal 7

Semiun, Y (2006), Kesehatn Mental 1,


Yogyakarta, Kanisius, hal 264

Semiun, Y (2006), Kesehatn Mental 2,


Yogyakarta, Kanisius, hal 200

Soemantri (1996), Psikologi Anak Luar


biasa, Bandung: Dirjen Dikti, hal 79

Videbeck, Sheila L (2008), Buku ajar


Keperawatan Jiwa, jakarta : EGC, hal
560

Wholly and Wong (2005), Nursing care of


Infants and Children 2, 6th ed, Mosby
Inc. Missouri, hal 766

Wong, Donna L (2003), Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC

Warsiki (1987), Retardasi mental, Jurnal


Kesehatan, 21 (2), 50-54

Yosep, Iyus (2009), Keperawatan Jiwa,


Bandung : PT Refika Aditama, hal 97

Titik Sumiatin. Stimulasi Pengajaran Dengan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Anak Retardasi 107
Mental

Anda mungkin juga menyukai