Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BISNIS, PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN

PENDEKATAN STAKEHOLDER DALAM ETIKA BISNIS

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika Profesi dan Spiritualitas

Oleh:
1. Deuis Fitriani 176020300111001
2. Ermida Fermiana Sonbay 176020300111026
3. Beatrix Yunarti Manehat 176020300111030

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
BAB I
ETIKA BISNIS, PERUBAHAN LINGKUNGAN, DAN
MANAJEMEN STAKEHOLDER

1.1 Etika Bisnis dan Perubahan Lingkungan


1.2 Apakah Etika Bisnis? Mengapa Ini Penting?
1.
2. Mengapa Etika dalam Bisnis itu Penting?
a. Secara finansial dan ekonomi
Untuk meminimalisir kerugian perusahaan akibat tindakan melanggar etika
seperti kerugian dalam hal gugatan dan penipuan internal yang dilakukan
karyawan terhadap perusahaan misalnya pencurian.
b. Relasi, reputasi, moral, dan produktivitas
Perusahaan yang berperilaku tidak etis dan tidak peduli terhadap karyawannya
akan kesulitan merekrut dan mempertahankan profesionalitasnya. Selain itu juga
akan berdampak merusak hubungan dengan pelaku bisnis lainnya, merusak
reputasi, penurunan produktivitas karyawan, kreativitas dan loyalitas, aliran
informasi menjadi tidak efektif, serta absensi.
c. Integritas, budaya, komunikasi, dan kebaikan bersama
Bagi para pemimpin perusahaan dan manajer, melaksanakan etika juga berarti
melaksanakan integritas. Hal ini tentu dengan harapan akan mampu meningkatkan
komitmen karyawan terutama di antara pekerja yang lebih tua atau senior.
1.3 Tingkat Etika Bisnis
Masalah etika tidak hanya masalah pribadi atau personal, hal ini akan membantu
untuk melihat perbedaan tingkat permasalahan berasal, dan bagaimana permasalahan ini
sering berpindah ke tingkat lainnya. Karena pemimpin dan profesional harus mengelola
berbagai kepentingan stakeholder baik di dalam maupun di luar organisasi mereka.
Masalah etika dan moral dalam bisnis dapat dibedakan dalam lima tingkat, yaitu
Individual level, Organizational level, Association level, Societal level, dan International
level.
International
Level
Societal
level
Association
level
Organizational
level

Individual
level

Sumber: Archie B. Carroll. (1978). Linking business ethics to behavior in organizations. SAM Advanced
Management Journal, 43(3). 7. Reprinted with permission from Society for Advancement of Management, Texas
A&M University, College of Business, 6300 Ocean Drive, FC111, Corpus Christi, Texas, 78412.

1.4 Lima Mitos Tentang Etika Bisnis


Tidak semua orang setuju bahwa etika adalah sebuah topik yang relevan untuk
pendidikan bisnis atau bertransaksi. Beberapa berpendapat bahwa etika bisnis adalah
sebuah oxymoron, atau kontradiksi. Etika relevan dengan transaksi bisnis, namun terdapat
mitos tertentu mengenai etika bisnis. Mitos merupakan kepercayaan atas sekelompok
individu yang mendukung praktek atau tradisi yang ada. Mitos mengenai hubungan bisnis
dan etika tidak mewakili kebenaran tetapi gagasan popular dan teruji. Adapun kelima
mitos tersebut yaitu:

1.5 Mengapa Menggunakan Etika Penalaran di Bisnis?
1.6 Dapatkah Etika Bisnis Diajarkan dan Dilatih?
BAB II
STAKEHOLDER DAN PENDEKATAN ISU MANAJEMEN

2.1 Mengapa Menggunakan Pendekatan Manajemen Stakeholder untuk Etika Bisnis?


2.2 Pendekatan Manajemen Stakeholder Ditetapkan
2.3 Bagaimana Menganalisis Stakeholder
2.4 Metode Negosiasi: Menyelesaikan Sengketa Stakeholder
2.5 Pendekatan Stakeholder dan Penalaran Etis
2.6 Tanggung Jawab Moral Bidang Fungsional
2.7 Isu Manajemen, Pendekatan Stakeholder, dan Etika: Mengintegrasikan Kerangka
Kerja
1.
2.
3. Stakeholder dan Isu Manajemen
Stakeholder dan Isu Manajemen diteliti secara bergantian oleh para peneliti dan
praktisi, pada keadaan sosial yang sulit, para pemangku jabatan (stakeholder) dan isu-
isu merupakan dua hal yang mewakili dan saling melengkapi. Stakeholder cenderung
untuk mengatur permasalahan, dan masalah biasanya terkait dengan kelompok vocal
stakeholder tertentu. Manajemen mempelajari bagaimana isu-isu dibutuhkan
stakeholder prioritas, dan bagaimana manajemen stakeholder akan difasilitasi ketika
manajer memiliki pengetahuan yang mendalam tentang masalah agenda stakeholder.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa apakah stakeholder tidak
memutuskan untuk terlibat dengan isu-isu tertentu yang memiliki pengaruh besar pada
masalah evolusi, seperti halnya keterlibatan waktu.
4. Dimensi Moral Stakeholder dan Isu Manajemen
Perusahaan menghadapi masalah setiap hari. Seperti gagal produksi, penipuan
keuangan, efek samping fatal dari obat-obatan, tumpahan minyak, hilangnya jutaan
nyawa akibat efek tembakau, kekerasan dari penggunaan senjata api, atau pencurian.
Permasalahan lainnya mulai muncul secara luar biasa seperti penemuan dan
komersialisasi internet, teknologi informasi yang menyediakan akses nirkabel untuk
siapa saja kapan saja di mana saja, dan kemampuan jaringan pelanggan, bisnis,
pemasok, dan vendor. Mengidentifikasi masalah untuk kepentingan organisasi dan
untuk public yang baik adalah tujuan lain dari pendekatan stakeholder management.
5. Pengantar Masalah Manajemen: Dua Kerangka
Kerangka kerja ini dapat digunakan dalam pendekatan stakeholder management
dengan menjelaskan siapa, apa, di mana, mengapa, dan apa yang terjadi yang
mempengaruhi masalah
a. Pendekatan pertama: Enam Langkah Proses Manajemen Isu
Metode pertama adalah yang paling sederhana. Pendekatan ini paling tepat
digunakan untuk perusahaan jasa atau kelompok yang berusaha untuk memahami
dan mengelola lingkungan internal mereka. Seorang pengamat pihak ketiga juga
bisa menggunakan pendekatan ini untuk menggambarkan bagaimana kelompok
bertindak di masa depan. Proses ini melibatkan langkah-langkah berikut:
1) Pemindaian lingkungan dan identifikasi masalah
2) Analisis masalah
3) Memprioritaskan masalah
4) Menyusun strategi resolusi masalah
5) Merespon masalah dan mengimplementasikan
6) Mengevaluasi masalah dan mengawasi
b. Pendekatan kedua: Tujuh-Fase Proses Pengembangan Isu
1) Kebutuhan yang dirasakan muncul (dari peristiwa yang muncul, kelompok
advokasi, buku, film).
2) Pengembangan oleh media (segmen televisi, FOX News channel, CNN, dan
berita di Internet dari Wall Street Journal, New York Times, dan berita lainnya
dan sumber blogging).
3) Pengembangan kelompok kepentingan untuk mendapatkan momentum serta
tumbuh
4) Kebijakan diadopsi oleh yurisdiksi politik terkemuka (Kota, negara, kabupaten)
5) Pemerintah federal memberikan perhatian terhadap masalah (dengar pendapat
dan studi).
6) Masalah dan kebijakan berkembang menjadi undang-undang dan peraturan.
7) Isu dan kebijakan memasuki litigasi.
2.8 Manajemen Krisis
Steven Fink (1986) menyatakan manajemen krisis adalah seni menghilangkan
banyak risiko dan ketidakpastian untuk memungkinkan anda mencapai lebih banyak
kontrol atas nasib anda. Krisis dari sudut pandang perusahaan, dapat memburuk jika
situasi meningkat secara intensitas, di bawah pengawasan yang lebih dari pemerintah,
mengganggu operasional normal, membahayakan citra positif perusahaan atau pimpinan,
dan merusak struktur lini perusahaan. Hal yang lebih buruk juga bisa terjadi jika ada
stakeholder mengalami permasalahan serius atau jika terjadi kerusakan lingkungan.
Krisis terdiri dari empat tahap, yaitu prodromal (precrisis), akut, kronis, dan
terselesaikan. Pertimbangan dan observasi diperlukan untuk mengelola tahap-tahap ini.

1. Tahap prodromal (precrisis) adalah tahap peringatan. Tahap ini tidak diakui atau tidak
benar-benar terjadi.
2. Tahap krisis akut adalah tahap yang membutuhkan pengendalian kerusakan. Petunjuk
dalam tahap prodromal harus diperhatikan secara cermat.
3. Tahap krisis kronis adalah tahap pembersihan, tahap ini merupakan periode
pemulihan, analisis diri, meyakinkan diri, dan penyembuhan. Penyelidikan kongres,
audit, dan wawancara terjadi selama tahap ini.
4. Tahap resolusi krisis merupakan tujuan manajemen krisis. Kunci pertanyaan dalam
tahap ini yaitu: Apa yang dapat dan harus pimpinan lakukan untuk mempercepat fase
ini dalam hal menyelesaikan krisis?
Isu dan kerangka kerja manajemen krisis melengkapi analisis stakeholder
sebagai metode tanggung jawab social. Memahami isu pokok bagi perusahaan serta
bagaimana isu dapat berkembang dengan seiring waktu sehingga saecara efektif dapat
membantu bertanggungjawab dalam hal mengelola perusahaan. Kerangka kerja
manajemen krisis membantu memprediksi, mencegah, dan merespons permasalahan
darurat serta sebagai metode yang digunakan dalam mengelola stakeholder dengan
pendekatan menyeluruh untuk memimpin dan mengelola organisasi ke arah yang lebih
bertanggungjawab dan beretika.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Akuntansi Keuangan
    Akuntansi Keuangan
    Dokumen11 halaman
    Akuntansi Keuangan
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Ch6 7
    Ch6 7
    Dokumen15 halaman
    Ch6 7
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • CH 3
    CH 3
    Dokumen10 halaman
    CH 3
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • CH 4
    CH 4
    Dokumen62 halaman
    CH 4
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Find
    Find
    Dokumen12 halaman
    Find
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Seminar TA
    Seminar TA
    Dokumen94 halaman
    Seminar TA
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Resume
    Resume
    Dokumen8 halaman
    Resume
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat