Pada audit ekonomi dan efisiensi, ukuran output idealnya dispesifikasikan oleh organisasi
yang bersangkutan dan ukuran tersebut digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Akan
menyimpang bila Auditor mengukur efisiensi berdasarkan criteria yang telah digunakan oleh
manajer untuk mencapai tuhuan.bagaimanapun juga dalam praktek mungkin output organisasi
sector public tidak dapat dinyatak secara eksplisit. Dengan berdasarkan pada ukuran input dan
output yang telah ditetapkan sebelumnya, auditor harus mampu menilai apakah output telah
dihasilkan dengan biaya yang rendah atau apakah biaya yang terjadi dapat menghasilkan output
yang lebih besar.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai
pada periode yang bersangkutan dengan: (1) Standar yang telah ditetapkan sebelumnya, (2)
Kinerja tahun-tahun sebelumnya, (3) unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi
yang berbeda. Berkaitan dengan standar yang telah ditentukan, harus diakui bahwa aktivitas
sector public tidak dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan dengan system biaya standar. Hal
ini disebabkan karena output yang dihasilkan oleh organisasi sector public seringkali tidak dapat
dihibingkan secara langsung dengan biaya.
Prosedur untuk melakukan audit ekonomi dan efisiensi sama dengan jenis audit yang
lainnya. Secara umum, tahapan-tahapan audit yang dilakukan meliputi: (1) Perencanaan audit (2)
Me review sistem akuntansi dan pengendalian intern, (3) Menguji sistem akuntansi dan
pengendalian interen, (4) Melaksankan audit, (5) Menyampaikan laporan.
3.3 AUDIT EFEKTIVITAS
Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah untuk:
1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan,apakah sudah
memadai dan tepat;
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
3. Menilai efektivitas program dan atau unsure-unsur program secara terpisah;
4. Mengidentifikasikan faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternative untuk;
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang yang lebih baik
dengan biaya yang lebih rendah;
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkap,tumpang tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
7. mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik;
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program
tersebut;
9. menilai apakah system pengendalian manajeme sudah cukup memadai untuk mengukur,
melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program;
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa (konsumen). untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada criteria yang telah ditetapkan
(disetujui) sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia,auditor bekerja sama dengan top manajement
dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan criteria tersebut dengan berpedoman pada
tujuan pelaksanaan suatu progam. Meskipun efektivitas program tidak dapat diukur secara
langsung ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu
program yaitu: (1) Proksi untuk mengukur dampak/pengaruh (2) Evaluasi oleh konsumen (3)
Evaluasi yang menitik beratkan pada proses bukan pada hasil.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tingkat complain dan tingkat permintaan dari
jasa (konsumen) dapat dijadikan proksi pengukuran standar kinerja yang sederhana untk
berbagai jasa. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada evaluasi pelaksanaan progam
adalah sebagai berikut: (1) Apakah progam tersebut relevan ayau realistic (2) Apakah ada
pengaruh progam tersebut (3) Apakah progam telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (4)
Apakah cara-cara yang lebih baik dalam mencaoai hasil.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa audit kinerja pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Pada audit kinerja, kegiatan
pemeriksaan terhadap pengelolaan organisasi sector public terutama didasarkan atas tiga elemen
utama yaitu ekeonomi, efisiensi dan efektivitas. Penekanan kegiatan audit pada ekonomi,
efsisiensi dan efektivitas suatu organisasi memberikan ciri khusus yang membedakan audit
kinerja dengan audit jenis laninnya. Baga berikut menjelaskan karakteristik audit kinerja yang
merupakan gabungan antara audit manajemen dan audit program :
Ekonomi
Audit
Manajemen
Audit Kinerja/
3E Efisiensi
Value For
Money Audit
Pihakhdgdg
Pihak Pertama :Auditor
Audit Relationship
Orang yang meguji akuntabilitas
pihak kedua untuik pihak ketiga dan
melaporkan kepada pihak ketiga
Secara umum ada dua prosedur untuk melaksanakan praktik auditing terhadap kinerja
organisasi secara komprehensif. Prosedur tersebut adalah management and technical review dan
special studies.
Manajement and Technical Review
Telaah fungsi manajemen secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian dan metode/teknik khusus yang digunakan oleh entitas untuk menentukan apakah :
(1) Rencana yang matang telah dikembangkan untuk mencapai hasil yang diinginkan (2)
Terdapat struktur yang memadai tentang wewenang dan tanggung jawab manajemen (3)
Manajemen telah secara jelas mengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab atas operasi (4) pelaksanaan diawai dan dievaluasi secara regular dengan
menggunakan kriteria yang memadai sehingga varian dari rencana dapat dideteksi dan dikoreksi
tepat pada waktunya.
Special Studies
Telaah yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi tertentu sesuai dengan
permintaan. Sebagai contoh, special studies mungkin dilaksanakan untuk : (1) Penelitian
mengenai dugaan terjadinya kesalahan atau kecurangan (2) Menilai kecukupan pengendalian
internal dalam system informasi manajemen atau system akuntansi yang diterapkan (3)
Konsultasi dengan manajemen berkaitan dengan masalah keuangan khusus atau berkaitan
dengan masalah kinerja (4) Mengevaluasi penggunaan dana untuk kegiatan investasi yang
mungkin berpengaruh terhadap operasi organisasi di masa mendatang.
Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga pemerintah
menurut standar audit pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Staf melaksanakan audit harus secara kolektif, memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk tugas yang disyaratkan.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit harus independen, bebas dari
gangguan indepedensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya, yang dapat
mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan
penampilan yang independen .
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan pelaporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama
d. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai, dan sistem pengendalian mutu
tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompoten (pengendalian mutu
eksteren).
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
Standar pekerjaan lapangan untuk audit kinerja terdiri atas empat hal:.
a. Perencanaan
Perencanaan harus direncanakan secara memadai
b. Supervisi
Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Apabila hokum, peraturan perundang-undangan dan persyaratan kepatuhan lainnya
merupakan hal yang signifikan bagi tujuan audit, Auditor harus merancang audit
tersebut untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai kepatuhan tersebut.
Dalam semua audit kinerja, auditor harus waspada terhadap situasi atau transaksi
yang dapat merupakan indikasi adanya unsure pembuatan melanggar hokum atau
penyalahgunaan wewenang.
d. Pengendalian manajemen
Auditor harus benr-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan dengan
audit. Apabila pengendalian manajemen signifikan terhadap tujuan audit, maka
auditor harus memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung pertimbangannya
mengenai pengendalian tersebut.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
Standar pelaporan audit kinerja terdiri dari lima hal:
a. Bentuk
Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan
hasil setiap audit
b. Ketepatan waktu
Auditor harus menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat
digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang berkepentigan
c. Isi laporan
Standar pelaporan ketiga bentuk audit kinerja mencakup isi laporan. Isis lapran audit
meliputi : (1)Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit diamana Auditor harus melaporkan
tujuan, lingkup, dan metodologi audit (2) Hasil Audit. Audit harus melaporkan
temuan audit yang signifikan (3) Rekomendasi. Auditor harus menyamaikan
rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalh dan
untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas audit (4) Pernyataan Standar Audit
. Auditor harus melaporkan bahwa audit melaksanakan berdasarkan SAP (5)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (6) Ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan wewenang (7) Pelaporan secara
langsung tentang unsur perbuatan melanggar (8) Pengendalian manajemen (9)
Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab (10) hasil/prestasi kerja yang patut
dihargai (11) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut (12) Informasi istimewa
dan rahasia
d. Penyajian pelaporan
Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
e. Distribusi pelaporan
Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada : (1) Pejabat
yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit (2) Kepada pejabat yang
berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit (3) Pejabat lain yang
mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara hokum atau pihak yang
bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut berdasarkan temuan dan
rekomendasi audit (4) Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang
diaudit untuk menerima laporan tersebut
Kedua, terkait dengan masalah struktur lembaga pemeriksa pemerintah pusat dan daerah
Indonesia. Permasalahan yang ada adalah banyaknya lembaga pemeriksa fungsional yang
overlapping satu dengan lainnya yang menyebabkan pelaksanaan pengauditan tidak efisien dan
tidak efektif. Lembaga audit yang efisien dan efektif dapat terwujud jika ada pemisahan tugas
dan fungsi yang jelas dari lembaga-lembaga pemeriksa pemerintah, apakah sebagai auditor
internal atau auditor eksternal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa
yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Yang termasuk audit internal adalah audit
yang dilakukan oleh Inspektorat Jendral Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di
lingkungan lemabaga negara dan BUMNBUMD, Inspektorat Wilayah Privinsi, Inspekorat
Wilayah Kabupaten/Kota, serta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Sedangkan audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang berada
di luar organisasi yang diperiksa. Lembaga eksternal tersebut merupakan lembaga pemeriksa
yang independen. Dalam hal ini yang bertindak sebagai auditor eksternal pemerintah adalah BPK
karena BPK merupakan lembaga yang independen dan merupakan supreme auditor.
Reposisi lembaga pemeriksa tersebut akan efektif apabila semua lembaga pemeriksa yang
ada melaksanakan fungsi dan kewenangannya dengan baik. Reposisi lembaga pemeriksa
merupakan salah satu cara untuk memberdayakan lembaga pemeriksa Negara dan diharapkan
dapat diikuti dengan dihasilkannya standar akuntansi keuangan sector public dan standar
auditing pemerintah secara lebih baik.