Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Baja


Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal dan karbon.
Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan dengan pembersihan dalam
temperatur tinggi. Baja berasal dari biji-biji besi yang telah melalui proses pengolahan di tempa
untuk berbaga keperluan. Besi murni adalah suatu logam putih kebiruan, selunak timah hitam
dan dapat dipotong dengan pisau. Baja juga mengandung zat arang (C), silikon (Si), mangan
(Mn), pospor (P), dan belerang (S). Sifat baja adalah memiliki ketangguhan yang besar dan
sebagian besar tergantung pada cara pengolahan dan campurannya. Titik lelehnya sekitar
1460C-1520C, berat jenisnya sekitar 7,85 dan angka pengembangannya tiap 1oC.

1.2 Baja Sebagai Bahan Struktur


Berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifat baja, pemakaian baja sebagai
bahan struktur sering dijumpai pada berbagai bangunan seperti gedung bertingkat, bangunan
air, dan bangunan jembatan. Keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur
adalah:
1. Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi dan merata. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja, umumnya mempunyai ukuran tampang
relatif kecil, sehingga struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja tinggi.
2. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup canggih
dengan jumlah tenaga manusia relatif sedikit, sehingga pengawasan mudah dilaksanakan
dengan seksama dan mutu dapat dipertanggungjawabkan.
3. Struktur baja mudah dibongkar pasang, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai
berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur.
4. Struktur dari baja dapat bertahan cukup lama.
Baja sebagai bahan struktur mempunyai beberapa kelemahan/kekurangan, antara lain :
Pemeliharaan memerlukan biaya yang banyak.
Kekuatan baja dipengaruhi temperatur.
Bahaya tekuk ( buckling ) mudah terjadi.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 1


1.3 Bentuk Profil Baja
Baja struktur diproduksi dalam berbagai bentuk profil. Bentuk profil yang sering
dijumpai seperti : siku-siku, kanal, I atau H, jeruji, sheet piles, pipa, rel, plat, dan kabel.
Disamping itu, ada profil yang bentuknya serupa dengan profil I tetapi sayapnya lebar,
sehingga disebut profil sayap lebar (wide flange). Beberapa kelebihan dari wide flange, yaitu:
Kekuatan lenturnya cukup besar
Mudah dilakukan penyambungan
Adanya kelebihan menjadikan wide flange sering digunakan sebagai kolom dan balok pada
bangunan gedung, gelagar dan rangka jembatan, dan bangunan struktur lainnya. Khusus untuk
wide flange dengan perbandingan lebar sayap dan tinggi profil (b/h) sama dengan satu atau
disebut juga profil H. Profil H ini, sangat cocok digunakan untuk struktur pondasi tiang
pancang.
1.4 Sifat Metalurgi Baja
Sifat metalurgi baja berkaitan erat dengan fungsi dari unsur-unsur atau komponen kimia
dalam baja. Baja struktur yang biasa dipakai untuk struktur rangka bangunan adalah baja
karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sebesar 400 MPa, sedang baja struktur dengan kuat
tarik lebih dari 500 Mpa sampai 1000 Mpa disebut baja kekuatan tinggi (high strength steel).
Sifatsifat baja yaitu kekakuan baja dalam berbagai macam keadaan pembebanan atau
muatan bergantung dari :
Cara peleburannya.
Jenis dan banyaknya logam campuran.
Proses yang digunakan dalam pembuatan.
Berikut ini beberapa dalil yang menyangkut sifat-sifat baja :

Dalil I
Besi murni tidak mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dipergunakan sebagai bahan
penanggung konstruksi.

Dalil II
Peningkatan nilai dari sifat-sifat tertentu, lazim dengan tidak dapat dihindarkan senantiasa
mengakibatkan pengurangan dari nilai sifat-sifat lain, misalnya baja dengan keteguhan tinggi,
istimewa lazimnya kurang kenyal.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 2


1.5 Bentuk-Bentuk Baja Dalam Perdagangan
Bahan baja yang dipergunakan untuk bangunan berupa baja batangan dan plat.
Penampang dari bahan baja biasanya disebut profil. Dalam perdagangan baik profil maupun
panjang batang sudah memiliki standarisasi. Mengingat terbatasnya panjang batang yaitu
maksimal 18 meter, maka untuk keperluan batang konstruksi yang lebih dari itu perlu
dibuatkan sambungan. Selain untuk menambah panjang konstruksi, sambungan diperlukan
pula untuk menyatukan bagian-bagian konstruksi yang harus disatukan.
Macam-macam profil yang terdapat di pasaran antara lain sebagai berikut :
1. Profil baja tunggal
Baja siku-siku sama kaki
Baja siku tidak sama kaki (baja T)
Baja siku tidak sama kaki (baja L)
Baja I
Baja Canal
2. Profil Gabungan
Dua baja L sama kaki
Dua baja L tidak sama kaki
Dua baja I
3. Profil susun
Dua baja I atau lebih
1.6 Macam-Macam Bentuk Kuda-Kuda Baja
1. Pratt Truss
Kemiringan atap = tg , dimana h = tinggi kuda-kuda
L = bentang kuda-kuda
2. Hows Truss
3. Pink Truss
4. Modified Pink Truss
5. Mansarde Truss
6. Modified Pratt Truss
7. Crescent Truss

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 3


1.7 Keuntungan dan Kerugian Pengunaan Baja
Keuntungan:
1. Baja lebih ringan.
2. Bahan baja akan lebih mudah untuk dipindahkan.
3. Bila konstruksi harus dibongkar, baja akan dapat dipergunakan lagi.
4. Pekerjaan konstruksi baja dapat dilakukan di bengkel sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan waktu lama.
5. Bahan baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik.
Kerugian:
1. Bila konstruksi terbakar, maka kekuatannya akan berkurang, pada batas yang besar
juga dapat merubah konstruksi.
2. Bahan baja dapat terkena karat, sehingga memerlukan perawatan.
3. Memerlukan biaya yang besar.
4. Dalam pelaksanaan konstruksi diperlukan tenaga ahli dan berpengalaman.

1.8 Jenis-Jenis Alat Penyambung Baja


a. Baut
Pemakaian baut diperlukan bila:
1. Tidak cukup tempat untuk pekerjaan paku keling
2. Jumlah plat yang akan disambung > 5d (d diameter baut)
3. Dipergunakan untuk pegangan sementara
4. Konstruksi dapat dibongkar pasang

b. Paku Keling
Sambungan paku keling dipergunakan pada konstruksi yang tetap. Jumlah tebal pelat
yang akan disambung tidak boleh > 6 d (diameter paku keling). Beberapa bentuk kepala
paku keeling yaitu paku yang dipergunakan pada tiap pertemuan minimal menggunakan
2 paku dan maksimal 5 paku dalam satu baris. Penempatan paku pada plat ialah: jarak
dari tepi plat el.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 4


c. Las lumer
Ada 2 macam las lumer menurut bentuknya, yaitu:
1. Las tumpul
2. Las sudut

Berdasarkan pembagian fungsi dari masing-masing bagian konstruksi kuda-kuda, dalam


penyelesaian perencanaan perhitungan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Perhitungan dimensi gording
2. Perhitungan dimensi batang tarik ( trackstang )
3. Perhitungan dimensi ikatan angin
4. Perhitungan dimensi kuda-kuda
5. Perhitungan kontruksi perletakan
6. Penggambaran

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 5


BAB II
RANCANGAN KONSTRUKSI BAJA

2.1 Macam-Macam Pembebanan


Pembebanan yang digunakan pada konstruksi rangka baja (pembebanan pada kuda-
kuda), terdiri dari :
a. Beban Mati
Beban penutup atap dan gording ( tanpa tekanan angin )
Beban berguna P = 100 kg
Berat sendiri kuda-kuda
b. Beban Angin
Beban angin kanan
Beban angin kiri
c. Beban Plafond
Gording diletakan diatas beberapa kuda-kuda yang fungsinya menahan beban atap dan
perkayuannya, dan kemudian beban tersebut disalurkan pada kuda-kuda. Pembebanan pada
gording berat sendiri gording dan penutup atap
Dimana : a = jarak gording L = jarak kuda-kuda
1 1
G = a a x L (meter) x berat per m penutup atap per m gording
2 2
= a x berat penutup atap per m
catatan: Berat penutup atap tergantung dari jenis penutup atap
Berat jenis gording diperoleh dengan menaksirkan dimensi gording, biasanya gording
menggunakan profil I, C (tabel profil) dan di da

2.2 Perhitungan Dimensi Gording


pat berat per m gording.
Berat sendiri gording = g2 kg/m
Berat mati = b.s penutup atap + b.s gording
= (g1 + g2) kg/m

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 6


Gording di letakkan tegak lurus bidang penutup atap, beban mati (g) bekerja vertikal.
gx = g cos
gy = g sin

Gording diletakkan diatas beberapa kuda-kuda, jadi merupakan balik penerus diatas
beberapa balok tumpuan (continuous bean). Untuk memudahkan perhitungan dapat dianggap
sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu dengan mereduksi momen lentur.
akibat gx Mgl = 0,80 (1/8 gx l2)
= 0,80 (1/8 sin l2)
akibat gy Myl = 0,8 (1/8 gy l2)
= 0,80 (1/8 g cos l2)
a. Beban Berguna
Beban berguna P = 100 kg bekerja di tengah-tengah gording
Mmax = 80 % ( PL)
Akibat Px Mx2 = 0,80 ( PxL )
= 0,80 ( P sin L )
Akibat Py My2 = 0,80 ( Py L )
= 0,80 ( P cos L )
b. Beban Angin (W)
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal/aksial tarik saja. Cara kerjanya, apabila
yang satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak menahan apa-apa dan
sebaliknya. Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Beban angin yang di tahan gording
W = a . x tekanan angin per meter (kg/m2)
Mmax = 80 % ( 1/8 WL2 ) = 0,80 ( 1/8 WL2 )
Akibat Wx Mx3 = 0
Akibat Wy My3 = 0,80 ( 1/8 WyL2 ) = 0,80 ( 1/8 W L2 )

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 7


c. Kombinasi Pembebanan
I Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2

II Beban mati + Beban berguna + Beban angin


Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2 + My3

d. Kontrol tegangan
Kombinasi I


Mxtotal Mytotal
1600kg / cm2 catatan : jika , maka dimensi
Wy Wx
gording diperbesar

Kombinasi II


Mxtotal Mytotal
1, 25 catatan: jika 1, 25 , maka dimensi
Wy Wx
gording di perbesar

e. Kontol lendutan
Akibat beban mati:

5q x L4 5q y L4
Fxl cm F cm
384 EI y 384EI x

Akibat beban berguna

Px L3 5W y L3
Fx 2 cm Fy 2 cm
48EI x 48 EI y

Akibat beban angin


5W y L4
Fx3 0 cm Fy 3 cm
384 EI x
Fx total = (Fx1+Fx2) F
Fy total = (Fy1+Fy2+Fy3) F

F1 f x2 f y2 f

catatan : jika F > F maka dimensi gording di perbesar

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 8


2.3 Perhitungan Dimensi Trackstang (Batang Tarik)
Batang tarik berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah sumbu x
(kemiringan atap dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur pada arah sumbu x).
Batang tarik menahan gaya tarik Gx dan Px, maka :
Gx = berat sendiri gording + penutup atap arah sumbu x
Px = beban berguna arah sumbu x
Pbs = Gx + Px
Karena batang tarik di pasang dua buah, per batang tarik :
Gx Px
Pts
2
F Gx Px Gx Px
ambil Fn
Fn 2 2
Fn
Fbr =125 % Fn Fbr = d2
dimana : Fn = luas netto
Fbr = luas brutto
A = diameter batang tarik (diperoleh dari tabel baja)
a. Batang Tarik
p
Fn = Dimana: Fn = Luas penampang netto

Fbr = Fn + F Fbr = 125% P = Gaya batang
= Tegangan yang diijinkan
b. Batang Tekan
Imin = 1,69 P.Lk Dimana: Imin = momen inersia minimum (cm4)
P = gaya batang tekan (Kg)
Lk = panjang tekuk (cm)
Setelah diperoleh Imin lihat tabel propil maka diperoleh dimensi/ukuran propil.
Kontrol: - terhadap sumbu bahan
1.8.1 terhadap sumbu bebas bahan

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 9


2.4 Perhitungan Gaya-gaya Batang
Besarnya gaya batang tidak dapat langsung dicari dengan cara cremona, karena ada
momen lentur pada kolom. Perhitungan dapat diselesaikan dengan membuat batang-batang
tambahan (fiktif). Selanjutnya, dapat diselesaikan dengan cara cremona.
Ada dua cara untuk mencari besarnya gaya batang yaitu dengan cara :
1. Grafis, yaitu dengan cara cremona dan car cullman
2. Analistis, yaitu dengan cara ritter, cara Henenberg, cara keseimbangan titik kumpul.
Untuk mencari gaya batang pada konstuksi kuda-kuda, biasanya dipakai dengan cara
cremona kemudian di kontrol dengan cara ritter. Selisih kesalahan cara cremona ddan cara ritter
maksimum 3 % jika lebih maka perhitungan harus diulang.
Asumsi yang di ambil dalam penyelesaian konsrtuksi rangka batang, terutama untuk
mencari besarnya gaya batang, yaitu :
1. Titik simpul dianggap sebagai sendi (M = 0).
2. Tiap batang hanya memikul gaya normal atau aksial tarik atau tekan.
3. Beban dianggap bekerja pada titik simpul.
a. Beban mati, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang tepi atas.
b. Beban angin, dianggap bekerja tegak lurus bidang atap pada tiap-tiap simpul
batang tepi atas.
c. Bahan plafon, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang tepi
bawah.
4. Gaya batang tekan arahnya mendekati titik simpul dan gaya batang tarik arahnya
menjauhi titik simpul.

a. Cara Cremona (Cara Grafis)


Dalam menyelesaiannya perlu diperhatikan:
1. Ditetapkan segala gaya ,yaitu dari satuan Kg/ton menjadi satuan cm.
2. Penggambaran gaya batang dimulai dari titik simpul yang hanya memiliki maksimum dua
gaya batang yang belum diketahui.
3. Urutan penggambaran dapat searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Keduanya
jangan dikombinasikan.
4. Akhir dari penggambaran gaya batang harus kembali pada titik dimulai penggambaran gaya
batang.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 10


Prosedur penyelesaian cara cremona:
1. Gambar bentuk kuda-kuda rencana dengan skala yang benar, lengkap dengan ukuran gaya-
gaya yang bekerja.
2. Tetapkan skala gaya dari Kg atau ton menjadi cm.
3. Cari besar resultan dari gaya yang bekerja.
4. Cari besar arah dan titik tangkap dari reaksi perletakan.
5. Tetapkan perjanjian arah urutan penggambarandari masing-masing gaya batang pada titik
simpul (searah atau berlawanan jarum jam).
6. Gambar masing-masing gaya batang sesuai ketentuan pada patokan yang berlaku.
7. Ukuran panjang gaya batang, tarik (+), atau tekan (-).
8. Besarnya gaya yang dicari adalah panjang gaya batang dikalikan skala gaya.

b. Cara Ritter ( Analisis )


Mencari gaya-gaya dengan cara ritter bersifat analitis dan perlu diperhatikan ketentuan
berikut:
a. Membuat garis potong yang memotong beberapa batang yang akan dicari.
b. Batang yang terpotong diasumsikan sebagai batang tarik. Arah gaya menjauhi titik simpul.
Catatan : Sebaikanya ditinjau bagian konstruksi yang terdapat gaya lebih sedikit, hal ini
untuk mempercepat perhitungan.
Urutan cara penggambaran:
1. Gambar bentuk konstruksi rangka batang yang akan dicari, gaya batang lengkap dengan
ukuran dan gaya-gaya yang bekerja.
2. Cari besar reaksi perletakan
3. Buat garis potong yang memotong batang yang akan dicari gaya batangnya.
4. Tinjau bagian konstruksi yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya-gaya yang lebih
sedikit.
5. Tandai arah gaya dari batang yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya yang lebih
sedikit.
6. Cari jarak gaya terhadap titik yang ditinjau.
7. Selanjutnya didapat gaya batang yang dicari.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 11


2.5 Perhitungan Sambungan
Dalam kontruksi baja ada beberapa sambungan yang biasanya digunakan. Pada
perhitungan disini yang dipergunakan adalah sambungan baut. Karena pada baut terdapat ulir
yang menahan geser dan tumpu, maka hanya diperhitungkan bagian galinya (kran). Akibat
pembebanan (tarik/tekan), pada baut bekerja gaya dalam berupa gaya geser dan gaya normal.
Gaya normal menimbulkan tegangan tumpu pada las, sedangkan gaya geser menimbulkan
tegangan geser pada Paku Keling. Untuk perhitungan sambungan dengan Paku keling perlu
diketahui besarnya daya pikul 1 pelat Paku Keling terhadap geser dan tumpu.

Fgs = . . d2
Ftp = d. Smin
Dimana :
Fgs = Luas bidang geser
Ftp = Luas bidang tumpu
Smin = Tebal plat minimum
d = Diameter baut
Catatan:
Untuk sambungan tunggal (single skear)
Ngs = . . d2
Untuk sambungan ganda (double skear)
Ngs = . 2 . . d2. C
Ntp = d. Smin . tp

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 12


BAB III

PERENCANAAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA


RANCANGAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA

Ketentuan :
Type kontruksi Atap :C
Bahan penutup atap : Asbes
Jarak kuda-kuda : 2,1 m
Sudut (Kemiringan Atap) : 37,5o
Bentang kuda-kuda (L) : 14,5 m
Beban Angin Kiri : 35 kg/m2
Beban Angin Kanan : 40 kg/m2
Bahan Plafond : GRC
Beban Plafond : 16 kg/m2
Beban Berguna (orang) : 100 kg
Perletakkan kiri : Rol
Perletakkan kanan : Sendi
Sambungan : Paku Keling

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 13


3.1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG

3.1.1 PANJANG BATANG TEPI ATAS (A)

Diketahui :
L = 14,5 m
1
L
A2= A3 = A4 =.. = A11 = 2 = 1,66145 m
5,5 cos 37,5 0
A1 = A10 = A2 = .1,66145 = 0,8307 m

3.1.2 MENGHITUNG BATANG TEPI BAWAH (B)/ (HORIZONTAL)

14,5
B1 =B2 = B3= ..= B9 = = 1,3181 m
11

3.1.3 MENGHITUNG BATANG DIAGONAL (D)

Untuk memudahkan menghitung panjang batang diagonal, maka diperlukan panjang batang

vertikal:
1
V1 = . B1.Tan 37,50 = 0,505m
2

V2 = 1,5 . B1.Tan 37,50 = 1,517 m

V3 = 2,5 . B1.Tan 37,50 = 2,528 m

V4 = 3,5 . B1.Tan 37,50 = 3,539 m

V5 = 4,5 . B1.Tan 37,50 = 4,551

V6 = . L.Tan 37,50 = 5,563 m

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 14


Maka panjang batang-batang diagonal adalah
2
1
a b 2ab cos 37,5
2
D1 =
2

1
= (0,8307) 2 ( .1,318) 2 2(0,8307)(1,318) cos 37,5 = 0,83021 m
2

D2 = 1,5a2 b2 2(1,5a)b cos 37,5

= (1,5.1,6614) 2 (1,318) 2 2(1,5.1,6614)(1,318) cos 37,5 = 1,654 m

D4 = 2,5a2 2b2 2(2,5a)(2b) cos 37,5

= (2,5.1,6614) 2 (2.1,318) 2 2(2,5.1,6614)( 2.1,318) cos 37,5 = 2,6129 m

D6 = 3,5a2 3b2 2(3,5a)(3b) cos 37,5

= (3,5.1,6614) 2 (3.1,318) 2 2(3,5.1,6614)(3.1,318) cos 37,5 = 3,5909 m

D8 = 4,5a2 4b2 2(4,5a)(4b) cos 37,5

= (4,5.1,6614) 2 (4.1,318) 2 2(4,5.1,6614)( 4.1,318) cos 37,5 = 4,5987 m

D10 = 5,5a2 5b2 2(5,5a)(5b) cos 37,5

= (5,5.1,6614) 2 (5.1,318) 2 2(5,5.1,6614)(5.1,318) cos 37,5 = 5,6018 m

3.1.4 .DAFTAR PANJANG BATANG RANGKA KUDA-KUDA

BATANG PANJANG BATANG (m)


A1 = A12 0,8307
A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = A7 = A9=A10=A11 1,6614
B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = B9=B10=B11 1,3181
D1 = D20 0,302
D2=D3=D18=D19 1,654
D4=D5=D16=D17 2,6129
D6=D7=D14=D15 3,5909
D8=D9=D12=D13 4,5987
D10=D11 5,6018

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 15


3.2 PERHITUNGAN DIMENSI GORDING, TRAKSTANG, DAN IKATAN ANGIN

Gording C-4

3.2.1 GORDING DIPENGARUH OLEH:

Muatan mati : berat sendiri gording = 4,87( kg / m )

berat sendiri penutup atap =11 ( kg / m 2 )

Muatan hidup, yaitu berat orang dengan berat P = 100 Kg

Muatan angin ( kg / m 2 )

Ketentuan :

Jarak antara gording (a) : 1,6614 m

Sudut kemiringan : 37,50

Jarak kuda-kuda : 2,1 m

Berat Penutup Atap (Asbes) : 11 Kg/m2

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 16


3.2.2 PERHITUNGAN BERAT PENUTUP ATAP

Beban yang dilakukan gording akibat berat sendiri atap dan berat sendiri gording :

Berat yang didukung gording : 1,6614 x 11 = 18,2754 Kg/m

Berat sendiri gording ditaksir :C4 = 4,87 Kg/m +

G = 23,1454 Kg/m

Dengan jarak kuda-kuda 2,1 m dan kemiringan sudut 37,50

Qx= Q sin 37,50 =23,2454 sin 37,50 =14,090026 kg/m2

Qy= Q cos 37,50 =18,36248 cos 37,50 = 18,36248 kg/m2

Momen akibat Beban mati


2
L
Mx = 1/8 . qx . 80% My = 1/8 . qy . (I)2 . 80%
2

2
2,1
= 1/8 . 14,090 . 0,8 = 1/8 . 18,362 (2,1)2 . 0,8
2

= 1,5534 Kg m = 8,098876 Kg m

3.2.3 PERHITUNGAN BEBAN HIDUP

diambil beban orang Po = 100 Kg

Pox = Po sin 37,50 Poy = Po cos 37,550

= 100 sin 37,50 = 100 cos 37,50

= 60,876 Kg = 79,335 Kg

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 17


Momen akibat beban hidup terpusat dianggap continous Beam (PBI 1971)
2
l
Mox = . Pox . . 80 % Moy = . Poy . l 2 . 80 %
2

2
2,1
= . 60,876. . 0,8 = . 79,335 ( 2,1 ) . 0,8
2

= 12,78396 Kg m = 33,3207 Kg m

3.2.4 PERHITUNGAN MUATAN ANGIN

Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap


Ketentuan :

Koefisien angin tekan ( c ) = (0,02 . - 0,4)

Koefisien angin hisap ( c ) = - 0,4

Beban angin kiri (q1) = 30 Kg/m2

Beban angin kanan (q2) = 40 Kg/m2

Kemiringan atap () = 37,50

jarak antargording =1,6614 m

Kefisien Angin

Angin tekan ( c ) = ((0,02 . ) - 0,4)

= ((0,02 . 37,50 )- 0,4)

= 0,35

Angin hisap ( c) = -0,4

1 Angin kiri

Tekan (w) = c .q 1 . jarak antar gording

= 0,35 . 30 . (1,66614)

= 17,447 Kg/m

Hisap (wh) = c1 .q 1 . jarak antar gording

= -0,4 . 30 (1,6614)

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 18


= - 19,9368 Kg/m

2. Angin kanan

Tekan (w) = c .q 2 . jarak antar gording

= 0,35 . 40 (1,6614)

= 21,2596 Kg/m

Hisap (w1) = c1 .q 2 . jarak antar gording

= -0,4 . 40 (1,6614)

= - 26,5824 Kg/m

Dalam perhitungan diambil harga w (tekan terbesar)

W max = 23,2596 Kg/m

Wx =0

Wy = Wmax = 23,2596

Jadi momen akibat beban angin adalah :

2
L
MWx = 1/8 . Wx . . 80 % MWy = 1/8 . Wy . (I)2 . 80 %
2

2
2,1
= 1/8 . 0 . . 0,8 = 1/8 . 23,2596 ( 2,1 )2 . 0,8
2

= 0 Kg m = 10,257 Kg m

3.2.5 PERHITUNGAN BEBAN AIR HUJAN

Koefisien air hujan :

qh = (40-(0,8 x ))

= (40-(0,8 x 37,5)) = 10 kg/m

Beban akibat air hujan

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 19


qhx = qh x sin 37,5 x jarak gording

= 10 x sin 37,5 x 1,6614 = 10,113 kg/m

qhy = qh x cos 37,5 x jarak gording

= 19,524 x cos 37,5 x 1,6614= 13,179 kg/m

Momen akibat air hujan

2
L
Mrx = 1/8 . qhx . . 80 % Mry = 1/8 . qhy . (I)2 . 80 %
2
2
2,1
= 1/8 . 10,113. . 0,8 = 1/8 . 7,933 ( 2,1 )2 . 0,8
2
= 1,115 Kg m = 5,812 Kg m

Pembebanan Berat beban Momen

Atap + Gording Gx = 14,090Kg/m MGx 1,553 kgm

(Beban Mati) G = 23,1454 Kg/m Gy = 18,362 kg/m MGy = 8,099 kgm

Beban Orang Pox = 60,876 kg MPx = 12,783 kgm

(Beban Hidup) Po = 100 Kg/m Poy = 79,335 kg MPy = 33,321 kgm

Beban angin Wx = 0 MWx = 0

W= 23,2569 Kg/m Wy = 23,2569 kg/m MWy =10,257 kgm

Beban air hujan qhx = 6,087 kg/m Mrx = 1,115 kgm


kg
qh = 10 /m
qhy = 7,933 kg/m Mry =5,812 kgm

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 20


3.2.6 KONTROL GORDING

Kontrol gording terhadap tegangan

Dari tabel profil baja dapat diketahui bahwa C 6,5

Wx = 7,05 cm3

Wy = 3,08 cm3

Kombinasi 1

Mx total = beban mati + beban hidup

= 1,553 + 12,783

= 14,33641 kgm = 1433,641 kgcm

My total = beban mati + beban hidup

= 8,099 + 33,321

= 41,4295 kgm = 4142,95 kgcm

Mx total My total

Wy Wx

1433,6411 4142,9576
= 1053,12136 Kg / cm2
3,08 7,05

Sehingga didapat = 1053,12136 Kg / cm2 < = 1600 kg/cm2 Ok

Maka dipakai baja C - 4

Kombinasi 2

Mx total = beban mati + beban hidup + Beban angin

= 1,554351 + 12,78396 + 0

= 14,336411 kgm = 1433,6411 kgcm

My total = beban mati + beban hidup+ beban angin

= 8,099 + 33,321 + 10,257

= 51,67743 Kgm= 5167,743 Kgcm

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 21


Mx total My total
( )
Wy Wx

1433,6411 5167,74
( )
3,08 7,05

= 1198,482 Kg / cm2

Sehingga didapat = 1198,482 Kg / cm2 < = 1600 Kg / cm2 Ok

Kombinasi 3

Mx total = (beban mati + beban hidup) + Beban angin + Beban Air Hujan

= 1,5543 + 12,7839 + 0 + 1,115

= 15,451411 kgm = 1545,141 kgcm

My total = (beban mati + beban hidup) + Beban angin + Beban Air Hujan

= 8,099 + 33,321 + 10,257 + 5,812

= 57,48924 Kg.m = 5748,924 Kgcm

Mx total My total
( )
Wy Wx

1545.141 5748,924
( )
3,08 7,05

= 1317,1194 Kg / cm2

Sehingga didapat = 1317,1194 Kg / cm2 < = 1600 Kg / cm2 Ok

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 22


3.2.7 KONTROL TERHADAP BEBAN LENDUTAN

Diketahui :

E = 2,1 . 106 Kg/cm2

l = 2,1 m = 210 cm

Ix = 14,1 cm4

Iy = 6,7 cm4

Syarat lendutan yang diizinkan akibat berat sendiri dan muatan hidup adalah :

f = 1 /250 . L = 1 / 250 x 210 cm = 0,84 cm

1. Akibat beban sendiri

Gx = 14,09026 Kg / m = 14,09026 x 10-2 Kg /cm

Gy = 18,3624 Kg / m = 18,3624 x 10-2 Kg /cm

4
l
5.Gx.
2 5 .14,09026x 10 2 210/2
4

Fx1 =
0,0158497 cm
384..E.Iy 384 . 2,1.10 6 .6,7

5.Gy.l 4 5 x 18,36248 x10 2 210


4
Fy1 = 0,157039cm
384..E.Ix 384 . 2,1.10 6 . 14,1

2. Kontrol terhadap beban berguna

Px = 60,876 Kg / m = 60,876 . 10-2 Kg /cm

Py = 79,335 Kg / m = 79,355 . 10-2 Kg /cm

3
l
2 60,876 x10 . 210/2 0,10434 cm
Px. -2 3

Fx2 =
48..E.Iy 48. 2,1.10 6 .6,7

79,335x10 -2 210
3
Py.l 3
Fy2 = 0,0,51694 cm
48..E.Ix 48. 2,1.10 6 .14,1

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 23


3. Kontrol terhadap beban angin

Wx = 0

Wy =23,2569 x 10-2 Kg / cm

5.Wy.l 4 5 . 23,2569x1 0 2.(210) 4


Fy3 = 0,198898 cm
384..E.Ix 384 . 2,1.10 6 .14,1

4. Kontrol terhadap beban air hujan

qhx = 10,113 Kg / m = 10,113 x 10-2 Kg /cm

qhy = 13,179 Kg / m = 13,179 x 10-2 Kg /cm

4
l
5.Gx.
2 5 .10,113x 10 210/2 0,113757 cm
2 4
Fx4 =
384..E.Iy 384 . 2,1.10 6 .6,7

5.Gy.l 4 5 .13,179 x10 2 210


4
Fy4 = 0,0704434cm
384..E.Ix 384 . 2,1.10 6 .14,1

Jadi pelenturan adalah sebagai berikut :

Fx total = Fx1 + Fx2 + Fx3 + Fx4

= 0,2339437

Fy total = Fy1 + Fy2 + Fy3 + Fy4

= 0,4781284

F1 = Fxtotal2 Fytotal2

= 0,23394372 0,47812842
= 0,5322936482

0,532293682 cm < F = 0,84 cm ..OK !!!

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 24


3.2.8 .Mendimensi batang Trakstang

Trakstang berfungsi untuk menahan atau mengurangi lendutan pada gording arah x

dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur yang timbul pada arah sumbu x batang

trakstang dipasang satu buah.

Beban mati = 14,090 x 1 = 14,090 kg

Beban hidup =100 kg

Beban mati + beban hidup = 114,09 kg

Gx = berat sendiri gording sbx jarak gording kap

= qx . 2,1= 14.090 . 2,1= 29,589

Px = beban berguna sbx = 60,876 kg

Ptotal =Gx + Px = 29,589 + 60,876 = 90,465

= Pts / Fn = diambil baja B.J 37 = 1600 Kg / cm2

Fn = Pts / = 90,456 / 1600 = 0,056541 cm2

Fbr = 1,25 fn

= 1,25 . 0,056541 cm2

= 0,0070675 cm2

F = . d2

0,0706758
d= = 0,2999897 cm = 2,999897 mm
0,25 . 3,14

Karena d yang paling kecil di pasaran adalah d = 6 mm

Maka, diambil untuk trakstang d = 6 mm

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 25


3.2.9 PERHITUNGAN DIMENSI IKATAN ANGIN

Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal atau gaya axial tarik saja. Cara

kerjanya kalau yang satu bekerjanya sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan

apa-apa. Sebaliknya kalau arah anginya berubah, maka secara berganti-ganti batang tersebut

bekerja sebagai batang tarik.

Perubahan pada ikatan angin ini datang dari arah depan atau belakang kuda-kuda.

Beban angin yang diperhitungkan adalah beban angin terbesar yang disini adalah angin sebelah

kiri yaitu : 40 Kg / m2

P = 40 kg/cm2 Gaya / Tekan angin

L = 14,5 m

Jarak gading kap = 2,1 m

N = 13 buah

Panjang miring kuda kuda = 9,138

y =1600 kg /cm2

N = Dicari dengan syarat keseimbangan

H = 0
Nx = P
P
N cos = p N =
cos

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 26


Rumus umum :
P
= ..............................P angin 50 Kg / cm 2
fn

Luas kuda-kuda = . L . V5

= 14,5 . 5,563

= 40,33175 m2

Jumlah titik simpul = 13 buah

V5 9,138
Tg = 4,3514
L 2,1

= 77,05759o

P 168,049
N= = = 750,31399 kg
cos cos 77,05759 o

N . angin x luas kuda kuda 50 x 40,33175


Pts = 168,049 kg
(n 1) (13 - 1)

Pts Pts 750,31399


a fn 0,468994993 cm 2
fn a 1600

Fbr = 1,25 Fn

= 1,25 x 0,50768

= 0,39675 cm2

Fbr = . d2

4 . Fbr 0,586187
d= 8,639192 mm

Maka digunakan d= 10 mm untuk ikatan angin.

P 168,049
358,3524008 Kg / cm 2
fn 0,468949

358,3524008 Kg / cm 2 1600 Kg / cm 2 OK......!!!

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 27


3.3 Perhitungan konstruksi Rangka Batang

3.3.1 AKIBAT BERAT SENDIRI

Gaya-gaya berat sendiri bekerja pada titik simpul batang tepi atas.

Berat sendiri itu diakibatkan oleh:

1. Berat Sendiri Penutup Atap

Diketahui :

Penutup atap Asbes = 11 Kg /m

Jarak gording (a) = 1,6614 m

Jarak kuda-kuda = 2,1 m

Bentang kap (L) = 14,5m

Berat gording C-4 =4,87 kg/m

Jumlah titik simpul = 13 buah

Pa = a . berat atap . jarak kuda-kuda

= 1,6614 . 11 . 2,1

= 33,37834 Kg

2. Berat akibat beban berguna (beban hidup)

Qair= 40-(0,8 . 37,5)=10

Qair = qah . a . l = 10. 1,6614 . 2,1 =34,889

Berat akibat beban berguna (P0) = 100 + 34,889 =134,88

3. Berat sendiri gording

Dari tabel profil baja berat C 6,5 adalah = 7,09 Kg m

Pq = jarak kuda-kuda x berat gording

= 2,1 x 4,87

= 10,277 Kg

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 28


1. Berat sendiri kuda-kuda

Rumus dasar:

Gk = (L 2) . I s/d (L + 4)

Pkl = (L 2) l

= ( 14,5 2) 2,1

= 26,25 Kg / m

Pk2 = ( L + 4) l

= ( 14,5 + 4) 2,1

= 38,85 Kg /m

26,25 38,85
Pk =
2

= 32,55 Kg /m

Dikarenakan bentangnya 14,5 m jumlah titik simpul pada batang tepi atas n=13
(buah) maka berat total kuda-kuda adalah 13 x 32,55 = 462,15 Kg / m. sedangkan pada titik
simpul adalah

berat total kuda kuda


Gk =
13 - 1

462,15
=
13 - 1

= 39,33125 Kg

2. Berat sendiri ikatan angin

Diketahui :

C = 0,35 q1 = 35K /m2

C = - 0,4 q2 = 40 K /m2

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 29


Angin kiri

W = C . a . L . q1 W = C . a . L . q1

= (0,35) .1,6614.2,1.30 = -0,4 . 1,6614. 2,1 . 30

= 36,63387 Kg = - 41,8673 Kg

Angin kanan

W = C . a . L . q2 W = C . a . L . q2

= (0,35) . 1,6614 . 2,1 . 40 = -0,4. 1,6614 . 2,1 . 40

= 48,84,516 Kg = - 55,82304 Kg

Untuk ikatan angin (brancing) diperhitungkan sebagai berikut:

Brancing = 20 % x Berat sendiri kuda-kuda

= 20 % x 39,33125 Kg

= 7,86625 Kg

Jadi berat total pada titik simpul adalah :

G = Pa + Po + Pq + Pk + Brancing

= 33,3783 + 10,277 + 39,33125 + 7,8662

= 90,85275 Kg

3. Akibat berat plafon

Diketahui :

Berat sendiri Plafon tripleks = 16

Jarak kuda-kuda (L) = 2,1 m

(angka kelangsingan)/B = 1,0457 m

Gaya pada titik simpul adalah :

Pf1 = B . L . qf

= 1,0457 . 2,1 . 16

= 44,2882 Kg

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 30


3.4 Perhitungan gaya-gaya Batang

akibat beban kombinansi


nama batang kombinasi max
mati hidup plafond baka baki tekan (-) tarik(+)
A1 -783.51 -1163.31 -131.42 83.95 -27.13 -2105.37 83.95 -2114.45 83.95
A2 -727.54 -1080.21 -131.42 72.73 -19.77 -1958.94 72.73 -1965.56 TEKAN
A3 -662.25 -983.27 -118.27 65 -14.69 -1778.48 65
A4 -590.74 -877.1 -105.13 52.45 -6.46 -1579.43 52.45
A5 -517.67 -768.61 -91.99 38.69 2.57 -1378.27 41.26
A6 -443.99 -659.21 -78.85 24.45 11.91 -1182.05 36.36
A7 -443.99 -659.21 -78.85 15.85 18.36 -1182.05 34.21
A8 -517.67 -768.61 -91.99 3.39 29.03 -1378.27 32.42
A9 -590.74 -877.1 -105.13 -8.64 39.35 -1581.61 39.35
A10 -662.25 -983.27 -118.27 -19.63 48.76 -1783.42 48.76
A11 -727.54 -1080.21 -131.42 -26.39 54.56 -1965.56 54.56
A12 -783.51 -1163.31 -131.42 -36.21 62.98 -2114.45 62.98
B1 621.61 922.92 104.26 -58.11 15.95 -58.11 1664.74 -306.44 2020.53
B2 562.4 835.02 97.31 -12.26 -14.14 -26.4 1494.73 2020.53 TARIK
B3 503.2 747.13 87.58 33.59 -44.23 -44.23 1405.09
B4 444 659.23 77.45 79.44 -74.32 -74.32 1260.12
B5 384.8 571.33 67.19 125.29 -104.41 -104.41 1148.61
B6s 325.6 483.44 56.87 171.14 -134.49 -134.49 1037.05
B7 384.8 571.33 67.19 211.26 -168.88 -168.88 1234.58
B8 444 659.23 77.45 251.38 -203.27 -203.27 1432.06
B9 503.2 747.13 87.58 291.5 -237.66 -237.66 1629.41
B10 562.4 835.02 97.31 331.62 -272.05 -272.05 1826.35
B11 621.61 922.92 104.26 371.74 -306.44 -306.44 2020.53
D1 -55.97 -83.09 8.53E-14 43.34 -28.44 -167.5 43.34 -750.83 764.41
D2 37.15 55.15 17.44 -28.77 18.88 -28.77 128.62 764.41 TARIK
D3 -92.86 -137.88 -8.72 71.92 -47.2 -286.66 71.92
D4 88.02 130.68 24.8 -68.17 44.74 -68.17 288.24
D5 -136.92 -203.29 -16.53 106.04 -69.59 -426.33 106.04
D6 134.77 200.09 32.55 -104.38 68.5 -104.38 435.91
D7 -181.93 -270.13 -24.41 140.91 -92.47 -568.94 140.91
D8 180.73 268.33 40.42 -139.97 91.86 -139.97 581.34
D9 -227.2 -337.33 -32.33 175.96 -115.48 -712.34 175.96
D10 226.43 336.19 48.34 -175.37 115.08 -175.37 726.04
D11 226.43 336.19 48.34 153.45 -131.53 -131.53 764.41
D12 -227.2 -337.33 -32.33 -153.97 131.98 -750.83 131.98
D13 180.73 268.33 40.42 122.48 -104.99 -104.99 611.96
D14 -181.93 -270.13 -24.41 -123.29 105.69 -599.76 105.69
D15 134.77 200.09 32.55 91.33 -78.29 -78.29 458.74
D16 -136.92 -203.29 -16.53 -92.79 79.54 -449.53 79.54
D17 88.02 130.68 24.8 59.65 -51.13 -51.13 303.15
D18 -92.86 -137.88 -8.72 -62.93 53.94 -302.39 53.94
D19 37.15 55.15 17.44 25.17 -21.58 -21.58 134.91
D20 -55.97 -83.09 -2.3E-13 -37.93 32.51 -176.99 32.51

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 31


3.4 DIMENSIONERING BATANG KUDA-KUDA
3.5.1 Dimensi batang atas (A)
Batang terdiri dari batang A1 sampai dengan batang A12
Diketahui :
Gaya batang maksimum = 2114,45 kg = 2,1145 ton (tekan -)
Panjang batang = 1,6614 m = 166,14 cm
Tegangan ijin () = 1600 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 . 2,1145 (1,6614)2
= 9.864cm4
Batang A merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.
Im in 9.864
I Profil = 4,932cm 4
2 2
Dari table profil diambil 50.50.5
I = 5,24 cm4 = I min
Ix = Iy = 12,8 cm4
ix=iy = 1,5 cm
F = 5,69 cm2
e = 1,45 cm
i = 0,98 cm
Kontrol :
1. Terhadap sumbu bahan (x)
Lk 166,1
x 110,763 111 Tabel = 2,071
ix 1,5
x. p 2,071.(2114,45)
384,8002 kg/cm2
Ftot 5,69

384,8002kg / cm 2 1600 kg/cm2

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 32


2. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)
Dipasang 4 plat kopling

166,1
L= 55,382cm
4 1
Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm
e0 = e + . t
= 1,40 + .1
= 1,95 cm
Iy tot = 2 (Iy + F .e02 )
= 2 {12,8 + 5,69.(1,95)2}
= 68,872 cm4
Iy 68,872
iy = 2,460 cm
Ftot 2.5,69

Lk 166,1
y Tabel y 1,263
iy 2,460
Syarat pemasangan kopling:
y .P
l 1 x 4 3
2
F .
1,781.2028.20
55,382 1 .80,908764(4 3 ) = 197,158 cm
2 5,690.1600
=197,158 cm 55,382cm memenuhi syarat........................Ok!!!

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 33


3.5.2 Dimensi batang bawah ( B )
3.6 Batang terdiri dari batang B1 sampai dengan batang B11
3.7 Diketahui :
Gaya batang maksimum (P) = 2020,53 kg = 20,2053 ton (tarik +)
Panjang batang = 1,3181 m = 131 cm
Tegangan ijin () = 1600 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
3.8 perhitungan
P P
= = 1600 kg/cm2 Fn =
Fn
2020,53kg
Fn = 2
1,263cm 2
1600kg / cm

Fbr = Fn + F F = 20 %
= ( 1,263 + (20 % x 1,263 )) cm2
= 1,579 cm2
Batang B merupakan batang tarik
digunakan profil rangkap
1,579
Fbr = cm 2 = 0,7895 cm2
2
Tabel Profil 15.15.3. F = 0,82 cm2
Karena Profil minimum yang diijinkan untuk konstruksi ringan adalah 45.45.5
Jadi dimensi Profil yang didapat F table = 4,30 cm2 > Fbr = 0,7895 cm2, jadi konstruksi
yang digunakan adalah 45.45.5.
P
= = 1600 kg/cm2
Fn
2020,53
= 587,363kg / cm 2 1600kg / cm 2
2.4,3

587,363kg / cm 2 1600kg / cm 2 ....................................................Ok !!!

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 34


3.5.3 Dimensi batang D Tarik
Batang terdiri dari batang D
Diketahui :
Gaya batang maksimum (P) = 764,41 kg = 0,76441 ton
Panjang batang = 5,602 m = 560,2 cm
Tegangan ijin () = 1600 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
perhitungan
P P
= = 1600 kg/cm2 Fn =
Fn
764,41 kg
Fn = 2
0,478 cm 2
1600kg / cm

Fbr = Fn + F F = 20 %
= (0,478 + (20 % x 0,478)) cm2
= 0,597 cm2

Batang D merupakan batang tarik


digunakan profil rangkap
0,597
Fbr = cm 2 = 0,2985 cm2
2
Tabel Profil 15.15.3. F = 0,82 cm2
Karena Profil minimum yang diijinkan untuk konstruksi ringan adalah 45.45.5
Jadi dimensi Profil yang digunakan 45.45.5
I = 3.25 cm4
Ix = Iy = 7.83 cm4
ix= iy = 1.35 cm4
F = 4.3 cm2
e = 1.28 cm
Kontrol:
P 521,07 kg
= = 222,212 kg/cm2 1600 kg/cm2 OK!
Ftot 2.4,3

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 35


3.5.4 BATANG A Tekan
Batang terdiri dari batang A1 sampai dengan batang A12
Diketahui :
Gaya batang maksimum = 2114,45 kg = 2,1145 ton (tekan -)
Panjang batang = 1,6614 m = 166,14 cm
Tegangan ijin () = 1600 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 . 2,1145 (1,6614)2
= 9.864cm4
Batang A merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.
Im in 9.864
I Profil = 4,932cm 4
2 2
Dari table profil diambil 50.50.5
I = 5,24 cm4 = I min
Ix = Iy = 12,8 cm4
ix=iy = 1,5 cm
F = 5,69 cm2
e = 1,45 cm
i = 0,98 cm
Kontrol :
3. Terhadap sumbu bahan (x)
Lk 166,1
x 110,763 111 Tabel = 2,071
ix 1,5
x. p 2,071.(2114,45)
384,8002 kg/cm2
Ftot 5,69

384,8002kg / cm 2 1600 kg/cm2


4. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)
Dipasang 4 plat kopling

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 36


166,1
L= 55,382cm
4 1
Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm
e0 = e + . t
= 1,40 + .1
= 1,95 cm
Iy tot = 2 (Iy + F .e02 )
= 2 {12,8 + 5,69.(1,95)2}
= 68,872 cm4
Iy 68,872
iy = 2,460 cm
Ftot 2.5,69

Lk 166,1
y Tabel y 1,263
iy 2,460
Syarat pemasangan kopling:
y .P
l 1 x 4 3
2
F .
1,781.2028.20
55,382 1 .80,908764(4 3 ) = 197,158 cm
2 5,690.1600
=197,158 cm 55,382cm memenuhi syarat........................Ok!!!

DAFTAR DIMENSI BATANG

No Nama Batang Dimensi Batang Keterangan simbol


1 A1 - A12 50.50.5 Tekan
2 B1 - B11 45.45.5 Tarik

3 D1 - D20 45.45.5 Tarik

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 37


3.6 Perhitungan Sambungan Paku Keling
Perhitungan dimensi paku keling dihitung berdasarkan beban terbesar pada setiap batang, maka
diperoleh :
- = 1600 kg/cm2
- gs = 0,8 . = 0,8 . 1600 = 1280 kg/cm2
- tp = 2 . = 2.1600 = 3200 kg/cm2
- Tebal plat diambil 5 mm = 0,5cm
- lubang 1,3 cm
Digunakan paku keling 13mm = 1,3 cm, disambung secara double, maka :
Digunakan paku keling 13 mm (rangkap) : Ngs = 2. .. d2 . gs
= 2. .3,14.1,32. 1280
= 3396,224 kg
Digunakan Paku keling 13 mm (tunggal) = Ngs = .. d2 . gs
= .3,14.1,32. 1280
=1698,11 kg
Jumlah paku keling (n) minimum : Ntp = d. Smin..tp
= 1,3.0,5.3200
= 2080 kg
Jumlah paku keling (n) minimal adalah 2 buah
Nmin = Ntp = 2080 kg
P
n=
N min
untuk perencanaan sambungan pada masing-masing titik simpul ambil batang
dengan gaya batang rencana akibat pembebanan yang paling besar.
o Batang tekan maksimum
n= 2114,45/3396,224= -1.0165625 >>> 2 buah (batang a)
o Batang tarik maksimum
N= 2020,63/3396,224 = 0,594934 >>> 2 buah (batang b)
*karena gaya batang b lebih besar dibandingkan gaya batang d sehingga diambil
batang b sebagai patokan
Batang b dan d tunggal sedangkan batang a adalah rangkap

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 38


3.6.5 PERHITUNGAN DI SETIAP TITIK SIMPUL

Untuk perancangan sambungan pada masing-masing titik simpul ambil batang dengan
gaya batang rencana akibat pembebanan yang paling besar .
1 . Jumlah paku keling pada titik simpul 1
Batang maksimum di titik simpul 1 adalah batang X1
Batang X1

,
n = , = -0.619914941 2 buah paku keling

2 . Jumlah paku keling pada titik simpul 2


Batang maksimum di titik simpul 2 adalah batang X1
Batang X1

,
n = , = -0.57679941 2 buah paku keling

3. Jumlah paku keling pada titik simpul 3


Batang maksimum di titik simpul 3 adalah batang X2
Batang X2

,
n = , = -0.523663928 2 buah paku keling

4 . Jumlah paku keling pada titik simpul 4


Batang maksimum di titik simpul 4 adalah batang X3

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 39


Batang X3

,
n = , = 0,472272 2 buah paku keling

5 . Jumlah paku keling pada titik simpul 5


Batang maksimum di titik simpul 5 adalah batang X4
Batang X4

,
n = , = 0,404805 2 buah paku keling

6 . Jumlah paku keling pada titik simpul 6


Batang maksimum di titik simpul 6 adalah batang X6
Batang X6

,
n = , = -0.348048303 2 buah paku keling

7 . Jumlah paku keling pada titik simpul 7


Batang maksimum di titik simpul 7 adalah batang X7
Batang X7

,
n = , = -0.348048303 2 buah paku keling

8 . Jumlah paku keling pada titik simpul 8


Batang maksimum di titik simpul 8 adalah batang X8
Batang X8

,
n = , = -0.405824233 2 buah paku keling

9 . Jumlah paku keling pada titik simpul 9


Batang maksimum di titik simpul 9 adalah batang X9
Batang X9

,
n = , = -0.465696609 2 buah paku keling

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 40


10 . Jumlah paku keling pada titik simpul 10
Batang maksimum di titik simpul 10 adalah batang X10
Batang X10

,
n = , = -0.525118485 2 buah paku keling

11 . Jumlah paku keling pada titik simpul 11


Batang maksimum di titik simpul 11 adalah batang X10
Batang X10

,
n = , = -0.578748634 2 buah paku keling

12 . Jumlah paku keling pada titik simpul 12


Batang maksimum di titik simpul 12 adalah batang Y1/Y2
Batang Y1

,
n = , = 0, -0.622588498 2 buah paku keling

13 . Jumlah paku keling pada titik simpul 13


Batang maksimum di titik simpul 13 adalah batang Y2
Batang Y2

,
n = , = 0.490173793 2 buah paku keling

14 . Jumlah paku keling pada titik simpul 14


Batang maksimum di titik simpul 14 adalah batang Y3
Batang Y3

,
n = , = 0.440115257 2 buah paku keling

15 . Jumlah paku keling pada titik simpul 15


Batang maksimum di titik simpul 15 adalah batang Y4
Batang Y4

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 41


,
n = , = 0.413721239 2 buah paku keling

16 . Jumlah paku keling pada titik simpul 16


Batang maksimum di titik simpul 16 adalah batang Y5
Batang Y5

,
n = , = 0.371035597 2 buah paku keling

17 . Jumlah paku keling pada titik simpul 17


Batang maksimum di titik simpul 17 adalah batang Y7
Batang Y7

,
n = , = 0.338202074 2 buah paku keling

18 . Jumlah paku keling pada titik simpul 18


Batang maksimum di titik simpul 18 adalah batang Y8
Batang Y8

,
n = , = 0.305353828 2 buah paku keling

19 . Jumlah paku keling pada titik simpul 19


Batang maksimum di titik simpul 19 adalah batang Y9
Batang Y9

,
n = , = 0.363515481 2 buah paku keling

20 . Jumlah paku keling pada titik simpul 20


Batang maksimum di titik simpul 20 adalah batang Y9/Y10
Batang Y10

,
n = , = 0.421662411 2 buah paku keling

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 42


21 . Jumlah paku keling pada titik simpul 20
Batang maksimum di titik simpul 20 adalah batang Y9/Y10
Batang Y10

,
n = , = 0.479771063 2 buah paku keling

22 . Jumlah paku keling pada titik simpul 20


Batang maksimum di titik simpul 20 adalah batang Y9/Y10
Batang Y10

,
n = , = 0.537758994 2 buah paku keling

23 . Jumlah paku keling pada titik simpul 20


Batang maksimum di titik simpul 20 adalah batang Y9/Y10
Batang Y10

,
n = , = 0.594934256 2 buah paku keling

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 43


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis
ungkapkan mengenai perencanaan dan perhitungan konstruksi kuda-kuda rangka baja . dapat
disimpulkan:
1. Gording menggunakan C - 4
2. Trackstang menggunakan baja polos diameter 6 mm
3. Ikatan angin menggunakan diameter 6 mm
4. DAFTAR PANJANG BATANG RANGKA KUDA-KUDA

BATANG PANJANG BATANG (m)


A1 = A12 0,8307
A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = A7 = A9=A10=A11 1,6614
B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = B9=B10=B11 1,3181
D1 = D20 0,302
D2=D3=D18=D19 1,654
D4=D5=D16=D17 2,6129
D6=D7=D14=D15 3,5909
D8=D9=D12=D13 4,5987
D10=D11 5,6018

Daftar pembebanan untuk a =1,6614 m

Pembebanan Berat beban Momen

Atap + Gording Gx = 14,090Kg/m MGx 1,553 kgm

(Beban Mati) G = 23,1454 Kg/m Gy = 18,362 kg/m MGy = 8,099 kgm

Beban Orang Pox = 60,876 kg MPx = 12,783 kgm

(Beban Hidup) Po = 100 Kg/m Poy = 79,335 kg MPy = 33,321 kgm

Beban angin Wx = 0 MWx = 0

W= 23,2569 Kg/m Wy = 23,2569 kg/m MWy =10,257 kgm

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 44


5. Untuk rangka batang menggunakan baja siku rangkap dengan dimensi sebagai
berikut :

No Nama Batang Dimensi Batang Keterangan simbol


1 A1 - A12 50.50.5 Tekan

2 B1 - B11 45.45.5 Tarik

3 D1 - D20 45.45.5 Tarik

6. Alat sambung menggunakan las pelat simpul 10mm dengan data sebagai berikut :

Alat
No Batang Panjang Batang Dimensi Sambung
1 A1 0,8307 50.50.5 2 Pk
2 A2 1.6614 50.50.5 2 Pk
3 A3 1.6614 50.50.5 2 Pk
4 A4 1.6614 50.50.5 2 Pk
5 A5 1.6614 50.50.5 2 Pk
6 A6 1.6614 50.50.5 2 Pk
7 A7 1.6614 50.50.5 2 Pk
8 A8 1.6614 50.50.5 2 Pk
9 A9 1.6614 50.50.5 2 Pk
10 A10 1.6614 50.50.5 2 Pk
11 A11 1.6614 50.50.5 2 Pk
12 A12 0,8307 50.50.5 2 Pk
13 B1 1.3181 45 45 5 2 Pk
14 B2 1.3181 45 45 5 2 Pk
15 B3 1.3181 45 45 5 2 Pk
16 B4 1.3181 45 45 5 2 Pk
17 B5 1.3181 45 45 5 2 Pk
18 B6 1.3181 45 45 5 2 Pk
19 B7 1.3181 45 45 5 2 Pk
20 B8 1.3181 45 45 5 2 Pk
21 B9 1.3181 45 45 5 2 Pk
22 B10 1.3181 45 45 5 2 Pk
23 B11 1.3181 45 45 5 2 Pk
24 D1 0,8302 45 45 5 2 Pk
25 D2 1.654 45 45 5 2 Pk
26 D3 1.654 45 45 5 2 Pk
27 D4 2.613 45 45 5 2 Pk
28 D5 2.613 45 45 5 2 Pk
29 D6 3.591 45 45 5 2 Pk

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 45


30 D7 3.591 45.45.5 2 Pk
31 D8 4.5987 45.45.5 2 Pk
32 D9 4.5987 45.45.5 2 Pk
33 D10 5.6018 45.45.5 2 Pk
34 D11 5.6018 45.45.5 2 Pk
35 D12 4.5987 45.45.5 2 Pk
36 D13 4.5987 45.45.5 2 Pk
37 D14 3.5909 45.45.5 2 Pk
38 D15 3.5909 45.45.5 2 Pk
39 D16 2.619 45.45.5 2 Pk
40 D17 2.619 45.45.5 2 Pk
41 D18 1.654 45.45.5 2 Pk
42 D19 1.654 45.45.5 2 Pk
43 D20 0.8302 45.45.5 2 Pk

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 46


1.1 Saran

Untuk perbaikan tugas perencanaan ini dimasa yang akan datang, pada bagian ini penulis
menyampaikan beberapa saran dan masukan, saran dan masukan itu antara lain :

1. Pada perhitungan dimensi gording, disarankan menghitung beberapa percobaan


dimensi, dengan tujuan agar dimensi yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan
kebutuhan.
2. Penentuan gaya batang akan lebih mudah dan cepat dilaksanakan dengan bantuan
program, selain itu faktor kesalahan pada perhitungan relatif kecil.
3. Perhitungan gaya batang akan lebih mudah dan cepat bila menggunakan cara grafis.

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 47


DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Rudy. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Kanisius

KH, Sunggono (1995). Buku Teknik Sipil. Bandung : Nova

Salmon, Charles G. (1990). Struktur Baja. Jakarta : Erlangga

-----, (2003). Diktat Ilmu Bahan Bangunan. Bandung

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 48


LAMPIRAN

Louise Tuahta P 1500138 Laporan Struktur Baja I 49

Anda mungkin juga menyukai