Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN


MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

I Made Putrayasa1, H. Syahruddin2, I Gede Margunayasa3


123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: bontymade@gmail.com, p.syahrudin@yahoo.com,


pakgun_pgsd@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning dengan model konvensional, dengan melibatkan minat belajar
pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan
pada tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuisioner untuk mengukur
minat belajar dan tes untuk mengukur hasil belajar. Selanjutnya data tersebut
dianalisis dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 2) Terdapat interaksi
antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. 3) Pada
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery
learning dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional. 4) Pada kelompok siswa yang memiliki minat rendah, tidak terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. Sehingga disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery learning dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
IPA siswa.

Kata kunci: discovery learning, minat belajar, hasil belajar.

ABSTRACT
This research aims to know the difference in science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning with conventional models,
involving an interest in learning in fifth grade elementary school students in Bontihing
village, Kubutambahan District in the school year 2013/2014. Types of this research is
a quasi experiment. Data was collected by using a questioner to measure an interest
in learning and test to measure learning outcomes. More data is analyzed using
ANAVA two ways. Based on the result data analysis: 1) There was a difference
science outcomes between groups of students who follow their lesson using discovery
learning with conventional learning. 2) There is interaction between learning models
and learning interest in science outcomes of students. 3) In groups of students who
has a strong interest, there was a difference science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning models with groups of
students who follow their lesson using conventional learning. 4) In groups of students
who have low interest, there is no difference science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning models with groups of
students who follow their lesson using conventional learning. So it was concluded that
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

model of teaching discovery learning and an interest in learning affect science


outcomes of students.

Keywords: discovery learning, interest in learning, learning outcomes.

PENDAHULUAN yang ada di daerah. Pengembangan


Pendidikan dapat diartikan sebagai kurikulum yang telah disesuaikan dengan
kegiatan seseorang dalam membimbing kebutuhan dan potensi daerah yang ada
dan memimpin anak menuju ke mendukung tercapainya pendidikan yang
pertumbuhan dan perkembangan secara sesuai dan berkualitas.
optimal agar dapat berdiri sendiri dan Pendidikan yang sesuai dan
bertanggung jawab. Pendidikan berkaitan berkualitas adalah suatu kegiatan belajar
erat dengan segala sesuatu yang mengajar yang didukung oleh proses
berhubungan dengan perkembangan pembelajaran yang efektif, peserta didik
manusia mulai perkembangan fisik, cepat memahami apa yang diajarkan,
kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, pembaharuan kurikulum, peningkatan
dan kemauan sosial. Perkembangan kualitas guru, pengadaan sarana dan
tersebut nantinya digunakan sebagai prasarana yang lengkap pada masing-
persiapan untuk mengantisipasi masing sekolah. Dalam perkembangannya
perkembangan yang terjadi pada masa sampai saat ini, tampak jelas bahwa
masa depan. Hal ini sejalan dengan masalah yang serius dalam peningkatan
orientasi dari pendidikan itu sendiri. kualitas pendidikan di Indonesia adalah
Pendidikan idealnya tidak hanya rendahnya kualitas pendidikan di berbagai
berorientasi pada masa lalu dan masa kini, jenjang pendidikan, baik pendidikan formal
tetapi sudah seharusnya merupakan proses maupun informal. Gunawan (2013)
yang mengantisipaasi dan membicarakan menyatakan pendidikan Indonesia berada
masa depan agar sejalan dengan situasi di peringkat ke-64 untuk pendidikan di
masyarakat yang selalu berubah. Oleh seluruh dunia dari 120 negara. Rendahnya
karena itu, pendidikan harus dilaksanakan kualitas pendidikan pada jenjang formal
dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh maupun informal terjadi pada lima mata
hasil maksimal. Hasil pendidikan yang pelajaran yang diutamakan khususnya
maksimal dicapai dengan terlaksananya pada jenjang SD. Rendahnya kualitas
pendidikan yang tepat waktu dan tepat pendidikan pada kelima mata pelajaran
guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. tersebut harus segera dicarikan jalan
Pendidikan tepat waktu, yaitu pendidikan keluarnya. Terutama rendahnya kualitas
yang diberikan sejak dini dimulai dengan pendidikan pada mata pelajaran IPA.
memberikan pendidikan di Sekolah Dasar IPA merupakan salah satu mata
(SD), sedangkan pendidikan tepat guna pelajaran yang sangat penting dan selalu
adalah pendidikan yang dapat digunakan diberikan pada setiap jenjang pendidikan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang tersebut. Tetapi, pembelajaran IPA di SD,
diharapkan. Berdasarkan UU RI No. 20 hingga dewasa ini sering melupakan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan dimensi proses yang ada. Pembelajaran
Nasional. Implementasi Undang-Undang dilakukan lebih mengutamakan dimensi
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem produk yang berupa hasil pada buku saja.
Pendidikan Nasional dijabarkan kembali Dimensi proses sangat penting dalam
pada sejumlah peraturan, diantaranya PP menunjang perkembangan siswa
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar memperoleh pengetahuan tetapi juga
Pendidikan Nasional. Perangkat hukum memperoleh kemampuan untuk menggali
tersebut mengamanatkan agar kurikulum dan menemukan pengetahuan itu sendiri.
disusun oleh satuan pendidikan untuk Berkaitan dengan proses
memungkinkan penyesuaian program pembelajaran IPA, berdasarkan hasil
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi wawancara dan pencatatan dokumen di
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kelas V SD di Desa Bontihing, Kecamatan menjadi sejalan dengan kurikulum 2013


Kubutambahan mengenai hasil belajar IPA yang diterapkan pada proses pembelajaran
masih belum optimal. Dari observasi yang meskipun di sekolah penelitian belum
dilakukan terungkap beberapa menerapkannya. Kurikulum 2013 yaitu
permasalahan yang teridentifikasi kurikulum yang menyempurnakan pola
menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA pembelajaran yang berpusat pada guru
siswa kelas V SD di desa Bontihing. Salah menjadi pola pembelajaran yang berpusat
satu masalah yang dihadapi adalah pada peserta didik, pola pembelajaran satu
masalah lemahnya pelaksanaan proses arah menjadi interaktif dan pola
pembelajaran IPA yang diterapkan guru. pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA aktif mencari (dalam Permendikbud No. 65
yang dilakukan oleh guru masih dilakukan Tahun 2013). Dalam hal ini guru hanya
secara konvensional. Para guru belum sebagai pembimbing dan fasilitator siswa
sepenuhnya melaksanakan pembelajaran agar mampu mengembangkan potensinya
secara aktif dan kreatif dalam melibatkan secara optimal. Salah satu model
siswa. Pembelajaran IPA masih didominasi pembelajaran yang mampu
metode ceramah dan pemberian tugas. mengembangkan peran guru sebagai
Selain itu, dalam proses pembelajaran pembimbing dan fasilitator untuk
kebanyakan guru hanya terpaku pada buku mengembangkan potensi siswa yaitu model
teks sebagai satu-satunya sumber belajar pembelajaran disscovery learning.
mengajar. Kebanyakan guru tidak Joolingen (dalam Rohim, dkk.,
melakukan kegiatan pembelajaran yang 2012:2) menjelaskan bahwa discovery
memperhatikan dimensi dari IPA dan tinggi learning adalah suatu tipe pembelajaran
rendahnya minat belajar yang dimiliki oleh dimana siswa membangun pengetahuan
siswa. Dimensi dari IPA yang dimaksud mereka sendiri dengan mengadakan suatu
yaitu IPA sebagai produk dan proses. percobaan dan menemukan sebuah prinsip
Berkaitan dengan dimensi IPA dari hasil percobaan tersebut. Discovery
sebagai produk dan proses, maka learning merupakan komponen dari praktek
pembelajaran yang dilakukan seharusnya pendidikan yang meliputi metode mengajar
mengajarkan bagaimana pengetahuan yang memajukan cara belajar aktif,
tersebut ditemukan sendiri oleh siswa itu berorientasi pada proses, mengarahkan
sendiri. Guru seharusnya hanya sebagai sendiri dan reflektif (Suryosubroto,
fasilitator dan pembimbing bagi siswa yang 2002:192). Penerapan model pembelajaran
menemukan kesulitan dalam menemukan discovery learning di SD terutama pada
pengetahuannya. Siswa menemukan mata pelajaran IPA menjadi sangat tepat
sendiri pengetahuannya dengan maksud dikarenakan model pembelajaran ini
siswa dilibatkan sepenuhnya dalam memiliki beberapa kelebihan. Model
pembelajaran dan dilatih untuk menggali pembelajaran discovery learning memiliki
dan mengolah informasi, mengambil beberapa kelebihan, yaitu: 1) menambah
keputusan secara tepat, dan memecahkan pengalaman siswa dalam belajar, 2)
masalah. Siswa juga dilatih untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengkonstruksi dan menemukan sendiri untuk lebih dekat lagi dengan sumber
konsep dan rumus yang ada untuk pengetahuan selain buku, 3) menggali
menjadikan proses pembelajaran yang kreatifitas siswa, 4) mampu meningkatkan
lebih bermakna. Selain itu, minat belajar rasa percaya diri pada siswa, dan 5)
siswa juga sangat mempengaruhi meningkatkan kerja sama antar siswa. Hal
permasalahan pada proses pembelajaran tersebut lebih didukung lagi berdasarkan
IPA di SD. Minat belajar siswa beberapa hasil penelitian yang pernah
mempengaruhi keantusiasan dan keaktifan dilakukan dengan menerapkan model
siswa dalam proses pembelajaran. Siswa pembelajaran discovery learning. Beberapa
yang memiliki minat belajar tinggi selalu hasil penelitian menjelaskan bahwa hasil
berusaha mengikuti proses pembelajaran belajar dalam pembelajaran IPA setelah
dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh diterapkan model pembelajaran discovery
hasil belajar yang optimal. Hal tersebut
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

learning mengalami peningkatan yang berupa eksperimen semu (quasi


signifikan. experiment) karena tidak semua variabel
Berdasarkan permasalahan tersebut,, (gejala yang muncul) dan kondisi
maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan eksperimen dapat diatur dan dikontrol
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar secara ketat.
IPA antara kelompok siswa yang mengikuti Tempat pelaksanaan penelitian ini
pembelajaran dengan menggunakan model adalah sekolah dasar di Desa Bontihing,
discovery learning dengan model Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten
konvensional, dengan melibatkan minat Buleleng pada rentangan waktu semester II
belajar pada siswa kelas V sekolah dasar di (genap) pada tahun ajaran 2013/2014 dan
Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan berlangsung selama dua bulan (10
pada semester genap tahun pelajaran pertemuan). Sedangkan rancangan
2013/2014. penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu post-test only control group design.
METODE Rancangan analisis yang digunakan dalam
Penelitian yang dilaksanakan ini penelitian ini adalah rancangan analisis
termasuk jenis penelitian eksperimen. Lebih faktorial 22. Desain penelitian ini dapat
tepatnya lagi penelitian yang dilakukan ini dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Analisis Faktorial Anava Dua Jalur
Model Pembelajaran
A1 A2
Minat Belajar
B1 A1B1 A2B1
B2 A1B2 A2B2
Keterangan:
A1 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning
A2 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
B1 : Kelompok siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
B2 : Kelompok siswa yang mempunyai minat belajar rendah
Penentuan jumlah sampel berdasarkan kelompok siswa yang memiliki minat tinggi
populasi yang ada dilakukan dengan teknik dan kelompok siswa yang memiliki minat
sampling jenuh yaitu seluruh siswa kelas V rendah.
SD di desa Bontihing digunakan sebagai Penentuan kelompok siswa yang
sampel. Sedangkan untuk penarikan memiliki minat belajar tinggi dan minat
sampel, dalam penelitian ini menggunakan belajar rendah dapat diketahui dari hasil
random sampling. Penarikan sampel kuesioner minat belajar yang diberikan.
dengan teknik random sampling ini Kemudian skor yang diperoleh siswa
digunakan untuk menentukan kelas kontrol diurutkan dari skor tinggi sampai skor
dan kelas eksperimen. Semua kelas V SD terendah, dari skor yang diperoleh
Negeri 1, 2, 3 dan 4 di desa Bontihing kemudian dirangking. Sebanyak 27%
memiliki peluang yang sama dalam kelompok atas dinyatakan sebagai
pengundian agar dapat ditentukan kelas kelompok yang memilki minat belajar tinggi
eksperimen dan kelas kontrol. Dalam sedangkan 27% kelompok bawah
proses pengundian tersebut diperoleh kelas dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki
eksperimen yang nantinya diberikan minat belajar rendah. Pengambilan
perlakuan menggunakan model kelompok yang memiliki minat belajar tinggi
pembelajaran discovery learning. Selain itu dan minat belajar rendah 27% hanya
diperoleh kelas kontrol yang menggunakan digunakan untuk membedakan dua
model pembelajaran konvensional. kelompok yang dikontraskan.
Selanjutnya, masing-masing kelas dipilah
kembali menjadi 2 kelompok, yaitu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok siswa yang mempunyai minat


Data yang diperoleh dalam penelitian belajar rendah, (5) hasil belajar IPA siswa
ini dikelompokkan menjadi (1) hasil belajar yang mengikuti model pembelajarn
IPA siswa yang mengikuti model konvensional pada kelompok siswa yang
pembelajaran discovery learning, (2) hasil mempunyai minat belajar tinggi, (6) hasil
belajar IPA siswa yang mengikuti belajar IPA siswa yang mengikuti model
pembelajaran dengan model pembelajaran pembelajarn konvensional pada kelompok
konvensional, (3) hasil belajar IPA siswa siswa yang mempunyai minat belajar
yang mengikuti model pembelajarn rendah
discovery learning pada kelompok siswa Data rekapitulasi hasil perhitungan
yang mempunyai minat belajar tinggi, (4) dari beberapa kelompok yang dianalisis
hasil belajar IPA siswa yang mengikuti dalam tersebut diringkas pada Tabel 2.
model pembelajarn discovery learning pada
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Hasil Belajar IPA
Data
A1 A2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Statistik
Mean 74,70 70,38 79,39 70,00 70,51 70,26
Standar Deviasi 7,32 6,55 4,67 6,50 7,31 6,00
Varians 53,61 42,96 21,82 42,22 53,42 36,04
Skor Maks 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 80,00
Skor Min 63,33 60,00 70,00 63,33 60,00 60,00
Rentangan 20,00 23,33 13,33 20,00 23,33 20,00
Keterangan:
A1 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery learning.
A2 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
A1B1 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery learning pada
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
A1B2 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery learning pada
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
A2B1 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
A2B2 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar rendah
Selanjutnya, dari data yang diperoleh kelompok A1 berasal dari data yang
tersebut harus dilakukan uji normalitas data berdistribusi normal. 2) Pada kelompok A2
dan uji homogenitas varians terlebih dahulu diperoleh nilai 2 hitung = 6,311 < 2tabel =
terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke uji 7,815, sehingga data yang diperoleh pada
hipotesis. Syarat agar dapat dilanjutkan ke kelompok A2 berasal dari data yang
uji hipotesis adalah data harus berdistribusi berdistribusi normal. 3) Pada kelompok
normal dan berasal dan varians yang A1B1 diperoleh nilai 2 hitung = 5,493 < 2tabel =
homogen. 5,591, sehingga data yang diperoleh pada
Uji normalitas dilakukan dengan kelompok A1B1 berasal dari data yang
menggunakan teknik Chi-square terhadap berdistribusi normal. 4) Pada kelompok
data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti A1B2 diperoleh nilai 2 hitung = 5,207 < 2tabel =
model pembelajaran discovery learning 5,591, sehingga data yang diperoleh pada
dan model pembelajaran konvensional baik kelompok A1B2 berasal dari data yang
secara keseluruhan maupun setelah berdistribusi normal. 5) Pada kelompok
ditinjau berdasarkan minat belajar siswa. A2B1 diperoleh nilai 2 hitung = 4,460 < 2tabel =
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, 5,591, sehingga data yang diperoleh pada
diperoleh bahwa: 1) Pada kelompok A1 kelompok A2B1 berasal dari data yang
diperoleh nilai 2 hitung = 6,646 < 2tabel = berdistribusi normal. 6) Pada kelompok
7,815, sehingga data yang diperoleh pada A2B2 diperoleh nilai 2 hitung = 5,138 < 2tabel =
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

5,591, sehingga data yang diperoleh pada mencari homogenitas varians antara
kelompok A2B2 berasal dari data yang kelompok siswa yang mengikuti model
berdistribusi normal. Dapat disimpulkan pembelajaran discovery learning dan yang
bahwa data yang diperoleh dari semua mengikuti pembelajaran dengan model
kelompok berasal dari data yang pembelajaran konvensional, yang telah
berdistribusi normal. dibedakan berdasarkan miat belajarnya
Uji homogenitas varians dimaksudkan terlebih dahulu. hasil uji homogenitas
untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang dengan menggunakan metode Bartlett
diperoleh dari uji ANAVA dua jalur benar- diperoleh nilai 2hitung = 2,13. Besarnya 2tabel
benar berasal dari perbedaan antar berdasarkan taraf signifikasi 5% dan dk 3
kelompok, bukan disebabkan oleh yaitu 7,815. Sehingga diperoleh hasil
perbedaan di dalam kelompok. Uji berdasarkan perbandingan hasil 2hitung dan
homogenitas varians dalam penelitian ini 2tabel menunjukan bahwa 2hitung < 2tabel
dilakukan dengan uji F dan metode Bartlett. atau 2,13 < 7,815. Hal ini berarti hasil
Uji F digunakan untuk mencari homogenitas belajar IPA siswa berasal dari populasi
varians antara siswa yang mengikuti yang homogen.
pembelajaran dengan model pembelajaran Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu
discovery learning dan yang mengikuti uji normalitas dan uji homogenitas varians
pembelajaran dengan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa data dari semua
konvensional. Berdasarkan analisis yang kelompok berasal dari populasi yang
dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,248. berdistribusi normal dan mempunyai
Besarnya Ftabel berdasarkan taraf signifikasi varians yang homogen. Oleh karena itu, uji
5% yaitu 1,64. Sehingga diperoleh hasil hipotesis dengan menggunakan ANAVA
berdasarkan perbandingan hasil Fhitung dan dua jalur dapat dilakukan. Analisis ANAVA
Ftabel menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel atau dua jalur untuk menguji hipotesis 1 dan 2.
1,248 < 1,64. Hal ini berarti hasil belajar Berikut merupakan ringkasan hasil
IPA siswa berasal dari populasi yang ANAVA dua jalur disajikan dalam Tabel 3.
homogen. metode Bartlett digunakan untuk
Tabel 3. Ringkasan ANAVA Dua Jalur Hasil Belajar IPA
Sumber Ftabel (df=44
JK db RJK Fhitung Keterangan
Variasi dan ts=5%)
Antar A 221,61 1 221,61 5,689 4,08 Signifikan
Antar B 237,04 1 237,04 6,085 4,08 Signifikan
Inter AB 248,74 1 248,74 6,386 4,08 Signifikan
Dalam 1713,91 44 38,95
Total 2421,30 47

Berdasarkan perhitungan ANAVA dua Berdasarkan hasil pengujian hipotesis


jalur pada Tabel 3. dapat disimpulkan di atas menunjukan bahwa terdapat
bahwa: (1) Pengujian hipotesis pertama, pengaruh interaksi yang signifikan antara
hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran
diterima (Fhitung > Ftabel ). Ini berarti terdapat IPA dan minat belajar siswa terhadap hasil
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan belajar IPA, maka pengujian hipotesis dapat
antara kelompok siswa yang mengikuti dilanjutkan pada pengaruh interaksi
pembelajaran dengan model discovery menggunakan uji t- Scheffe untuk menguji
learning dan kelompok siswa yang hipotesis ketiga dan keempat.
mengikuti pembelajaran dengan Hasil analisis dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. (2) Pengujian uji t-Scheffe untuk hipotesis ketiga,
hipotesis kedua, hipotesis nul ditolak dan diperoleh nilai thitung adalah 3,473 dan nilai
hipotesis alternatif diterima (Fhitung > Ftabel). dari ttabel adalah 2,00. Oleh karena itu, dapat
Ini berarti terdapat pengaruh interaksi yang dilihat bahwa thitung lebih besar dari pada
signifikan antara model pembelajaran dan ttabel. Hal ini berarti hipotesis nul ditolak dan
minat terhadap hasil belajar IPA siswa. hipotesis alternatif diterima atau pada
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, model discovery learning dan kelompok
terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
signifikan antara kelompok siswa yang pembelajaran konvensional.
mengikuti pembelajaran dengan model Dari hasil uji hipotesis pertama telah
discovery learning dengan kelompok siswa dilakukan terhadap data yang diperoleh
yang mengikuti pembelajaran dengan dalam penelitian. Maka ditemukan hasil
pembelajaran konvensional. yang menunjukkan adanya pengaruh dari
Berdasarkan hasil analisis dengan model pembelajaran discovery learning
menggunakan uji t-scheffe untuk hipotesis terhadap hasil belajar IPA siswa. Besarnya
keempat, diperoleh nilai thitung adalah -0,1 koefisien ANAVA F (A) yaitu 5,689 yang
dan nilai dari ttabel adalah 2,00. Oleh karena signifikan. Selanjutnya, terbukti bahwa
itu, dapat dilihat bahwa thitung lebih kecil dari besaran skor rata-rata hasil belajar IPA
pada ttabel. Hal ini berarti hipotesis nul kelompok siswa yang mengikuti model
diterima dan hipotesis alternatif ditolak atau pembelajaran discovery learning (A1) yaitu
pada kelompok siswa yang memiliki minat sebesar 74,70 yang lebih besar daripada
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa
belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti model pembelajaran
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan konvensional (A2) yaitu sebesar 70,38.
model discovery learning dan kelompok Hasil di atas menunjukkan bahwa
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan secara keseluruhan dengan
pembelajaran konvensional. mempertimbangkan variabel moderator
Berdasarkan analisis-analisis dengan minat belajar, hasil belajar IPA kelompok
menggunakan ANAVA dua jalur dan uji t- siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
scheffe, hasil pengujian hipotesis dalam menggunakan model pembelajaran
penelitian ini dapat diringkas sebagai discovery learning lebih tinggi dibandingkan
berikut: (1) Pengujian hipotesis pertama, dengan hasil belajar IPA kelompok siswa
hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternatif yang mengikuti pembelajaran dengan
diterima. Ini berarti terdapat perbedaan menggunakan model pembelajaran
hasil belajar IPA yang signifikan antara konvensional. Model pembelajaran
kelompok siswa yang mengikuti discovery learning pada kelas eksperimen
pembelajaran dengan model discovery mampu membantu siswa dalam
learning dan kelompok siswa yang mengembangkan atau memperbanyak
mengikuti pembelajaran dengan penguasaan keterampilan dan proses
pembelajaran konvensional. (2) Pengujian kognitif siswa karena siswa dilibatkan
hipotesis kedua, hipotesis nul ditolak dan dalam penemuan ilmu pengetahuannya.
hipotesis alternatif diterima. Ini berarti Siswa memperoleh pengetahuan yang lebih
terdapat pengaruh interaksi yang signifikan bersifat kukuh dalam arti pendalaman.
antara model pembelajaran dan minat Hal berbeda diperoleh pada kelas
terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) kontrol yang menggunakan model
Pengujian hipotesis ketiga, hipotesis nul pembelajaran konvensional. Pembelajaran
ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Ini konvensional lebih cenderung
berarti pada kelompok siswa yang memiliki menempatkan siswa sebagai objek belajar
minat tinggi, terdapat perbedaan hasil yang hanya berperan sebagai penerima
belajar IPA yang signifikan antara kelompok informasi pasif dalam kegiatan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran. Sehingga siswa kurang
model discovery learning dengan kelompok memiliki kesempatan untuk untuk
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan mengembangkan kemampuannya yang
pembelajaran konvensional. (4) Pengujian lebih bersifat nyata.
hipotesis keempat, hipotesis nul diterima Pada penelitian ini, pembahasan juga
dan hipotesis alternatif ditolak. Ini berarti dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pada kelompok siswa yang memiliki minat peran minat belajar dalam peningkatan
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil hasil belajar IPA siswa
belajar IPA yang signifikan antara kelompok Hasil uji hipotesis yang ketiga menguji
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pada siswa yang memiliki minat belajar yang mengikuti pembelajaran dengan
tinggi, antara kelompok yang mengikuti model discovery learning. Sedangkan nilai
pembelajaran dengan model discovery rata-rata hasil belajar IPA yang sebesar
learning dengan kelompok siswa yang 70,26 untuk kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional. Hal tersebut dapat dilihat konvensional. Lebih lanjut, hasil uji t-scheffe
pada nilai rata-rata hasil belajar IPA yang menghasilkan thitung = -0,1 yang lebih kecil
sebesar 79,39 untuk kelompok siswa yang dari pada nilai dari ttabel = 2,00 pada taraf
mengikuti pembelajaran dengan model signifikasi 5 %. Hal ini membuktikan pada
discovery learning. Sedangkan nilai rata- kelompok siswa yang memiliki minat
rata hasil belajar IPA yang sebesar 70,51 rendah, tidak terdapat perbedaan hasil
untuk kelompok siswa yang mengikuti belajar IPA yang signifikan antara kelompok
pembelajaran dengan model konvensional. siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
Lebih lanjut, hasil uji t-scheffe model discovery learning dan kelompok
menghasilkan thitung = 3,473 yang lebih siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
besar dari pada nilai dari ttabel = 2,00 pada pembelajaran konvensional walaupun
taraf signifikasi 5 %. terdapat perbedaan hasil belajar yang
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, sangat kecil di antara kedua kelompok
untuk siswa yang memiliki minat belajar tersebut.
tinggi yang mengikuti pebelajaran IPA Siswa yang memiliki minat belajar
dengan model discovery learning lebih rendah lebih menyukai keadaan yang biasa
tinggi dari pada hasil belajar siswa yang dan stabil dimana mereka merasa nyaman.
mengikuti pembelajaran IPA dengan model Siswa kurang siap untuk terlibat secara
konvensional. Melalui model pembelajaran langsung dalam proses pembelajaran
discovery learning merupakan model sehingga mereka cenderung tidak aktif dan
pembelajaran yang sesuai bagi para siswa kurang memperhatikan maupun mengikuti
yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini jalannya proses pembelajaran.
disebabkan karena siswa yang memiliki Dapat disimpulkan bahwa model
minat belajar tinggi merasa tertarik dengan pembelajaran discovery learning dapat
model pembelajaran baru yang meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang
memberikan kesempatan kepada siswa memiliki minat belajar tinggi. Sesungguhnya
untuk menemukan dan membangun sendiri untuk siswa yang memiliki minat belajar
pengetahuannya. Siswa merasa senang rendah dalam penerapan model
ketika usaha yang dilakukannya bisa pembelajaran discovery learning juga dapat
memberikan hasil berupa pengetahuan meningkatkan hasil belajarnya. Jadi yang
baru kepada siswa itu sendiri. Hal ini penting dilakukan adalah meyakinkan siswa
dibuktikan dengan adanya tingginya yang memiliki minat belajar rendah untuk
keantusiasan siswa dalam mengacungkan mau aktif dan terlibat di dalam proses
tangan untuk bertanya ketika menemui pembelajaran.
kesulitan dan menjawab pertanyaan yang Hasil yang diperoleh tersebut sejalan
diberikan. Siswa juga sangat bersemangat dengan pendapat dari Susanto (2013:58)
ketika menyiapkan alat dan bahan yang yang mengatakan bahwa: minat
digunakan untuk menunjang proses memegang peranan penting dalam
pembelajaran. menentukan arah, pola dan dimensi berpikir
Hasil uji hipotesis yang keempat seseorang dalam segala aktivitasnya,
menguji ada tidaknya perbedaan hasil termasuk dalam belajar. Minat besar
belajar IPA pada siswa yang memiliki minat pengaruhnya terhadap belajar karena jika
belajar rendah, antara kelompok yang bahan pelajaran ataupun proses
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran yang diikuti oleh siswa tidak
discovery learning dengan kelompok siswa sesuai dengan minat siswa, maka siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya
model konvensional. Hal tersebut dapat karena tidak ada daya tarik baginya.
dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar IPA Berdasarkan hasil uji hipotesis
yang sebesar 70,00 untuk kelompok siswa mengindikasi adanya interaksi antara model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran. Guru memberikan


minat belajar siswa terhadap hasil belajar kesempatan kepada siswa untuk
IPA, maka pola interaksi seperti di atas menemukan sendiri informasi dan
dapat digambarkan seperti Gambar 1. pengetahuannya berdasarkan hasil yang
diperolehnya melalui pengamatannya.
Sehingga siswa mampu menemukan
prinsip atau hubungan yang sebelumnya
tidak diketahuinya melalui pengalaman
belajarnya yang telah diatur secara cermat
dan seksama oleh guru. Selain teori-teori
tersebut, hasil yang diperoleh pada
penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang berkaitan dengan model
pembelajaran discovery learning yang telah
dilakukan sebelumnya. Model pembelajaran
discovery learning yang diterapkan pada
Gambar 1. Pola Interaksi penelitian yang dilakukan oleh Luh Putu Eni
Keterangan: Subari (2011) ternyata dapat meningkatkan
: minat belajar tinggi hasil belajar dan persentase ketuntasan
Gambar poal : minat belajar
interaksi di rendah
atas, belajar IPA siswa. Begitu pula dengan hasil
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh penelitian lainnya yang berkaitan dengan
interaksi yang signifikan antara model pembelajaran discovery learning secara
pembelajaran dan minat belajar terhadap umum memperoleh hasil yang sejalan.
hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan Sesuai dengan hasil penelitian yang
temuan pengaruh interaksi tersebut, diperoleh dan dukungan dari teori yang ada
penerapan model pembelajaran discovery beserta hasil penelitian yang dilakukan
learning sangat sesuai dengan siswa yang sebelumnya, maka model pembelajaran
memiliki minat belajar tinggi, sehingga hasil discovery learning dapat meningkatkan
belajar IPA yang diperoleh lebih optimal. hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal
Namun demikian bukan berarti penerapan ini dikarenakan model pembelajaran
model pembelajaran discovery learning discovery learning dapat memberikan
tidak sesuai dengan siswa yang memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna
minat belajar rendah, tetapi penerapannya kepada siswa. Selain itu, sebelum model
memerlukan waktu untuk mendapatkan pembelajran discovery learning
hasil belajar yang lebih optimal. diterapakan, guru juga harus
Hasil penelitian yang diperoleh memperhatikan tinggi rendahnya minat
tersebut sesuai dengan teori model belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa
pembelajaran discovery learning. Discovery yang memiliki minat belajar tinggi mampu
learning menurut Rohani (2004:37) adalah memperoleh hasil belajar yang lebih optimal
"model pembelajaran yang mengharuskan dibandingkan dengan siswa yang memiliki
siswa untuk menemukan prinsip atau minat belajar rendah. Siswa yang memiliki
hubungan yang sebelumnya tidak minat belajar tinggi menyukai pembelajaran
diketahuinya yang merupakan akibat dari yang memberikan kesempatan untuk bisa
pengalaman belajarnya yang telah diatur lebih aktif dan terlibat langsung dalam
secara cermat dan seksama oleh guru". proses pembelajaran. Sedangkan siswa
Pembelajaran discovery learning memiliki yang memiliki minat belajar rendah
makna bahwa siswa sebagai subjek dalam cenderung menyukai keadaan
proses pembelajaran. Siswa memiliki pembelajaran yang tenang dan tidak
kemampuan dasar untuk berkembang menuntut keaktifan dari siswa. Namun
secara optimal sesuai dengan kemampuan demikian bukan berarti penerapan model
yang dimiliki. Guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran discovery learning tidak
dan pembimbing siswa untuk memberikan sesuai dengan siswa yang memiliki minat
rangsangan yang dapat menantang siswa belajar rendah, tetapi penerapannya
untuk merasa terlibat dalam proses memerlukan waktu untuk mendapatkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

hasil belajar yang lebih optimal. Jadi yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
penting dilakukan adalah meyakinkan siswa model discovery learning dan kelompok
yang memiliki minat belajar rendah untuk siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
mau aktif dan terlibat di dalam proses pembelajaran konvensional.
pembelajaran. Upaya ini ditempuh dengan Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengenalan terlebih dahulu dan dapat disarankan beberapa hal berikut: (1)
membangun kepercayaan siswa bahwa Model pembelajaran discovery learning. (2)
model pembelajaran discovery learning Kepada guru IPA agar mencoba
tidak begitu sulit bahkan justru dapat menggunakan model pembelajaran yang
menolong siswa itu sendiri untuk mampu meningkatkan keterlibatan siswa
meningkatkan hasil belajarnya. Beberapa dalam proses pembelajaran, salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk model pembelajaran yang bisa diterapkan
meningkatkan minat belajar siswa yaitu: 1) yaitu model pembelajaran discovery
memberikan penghargaan/hadiah kepada learning. (3) Bagi mahasiswa lulusan PGSD
siswa yang mampu terlibat aktif dalam agar selalu lebih inovatif dalam hal
proses pembelajaran, 2) tidak menyatakan menemukann metode pembelajaran agar
secara langsung bahwa siswa salah ketika dapat dipergunakan dalam meningkatkan
siswa melakukan kesalahan, 3) hasil belajar siswa.
memberikan tuntunan dengan cara
mendatangi langsung ketika siswa tidak DAFTAR RUJUKAN
mampu menyelesaikan masalah. Jika siswa Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi
sudah terbiasa belajar dengan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
menggunakan model pembelajaran Jenderal Pendidikan Tinggi
discovery learning maka hasil belajarnya Departemen Pendidikan Nasional.
meningkat seiring dengan meningkatnya Ahmadi, Khoiru IIF., dkk. 2011. Strategi
minat belajar siswa. Pembelajaran Sekolah Terpadu.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
SIMPULAN DAN SARAN Indra Gunawan, Ivo. 2013. Peringkat
Berdasarkan hasil pengujian dan Pendidikan Indonesia Menempati ke-
pembahasan dari data yang diperoleh, 64. Tersedia pada
maka dapat disimpulkan bahwa: (1) http://liranews.com/berita-3236-
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil peringkat-pendidikan-indonesia-di-
belajar IPA yang signifikan antara kelompok dunia-menempati-peringkat-
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan ke64.html, (diakses tanggal 8
model discovery learning dan kelompok Desember 2013)
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Kirna, I Made. 2013. Penulisan Artikel di
pembelajaran konvensional. (2) Terdapat Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan
pengaruh interaksi yang signifikan antara dalam seminar akademik: Melalui
model pembelajaran dan minat terhadap Seminar Akademik Kita Tingkatkan
hasil belajar IPA siswa. Dengan kata lain Kemampuan Mahasiswa PGSD
dapat disimpulkan bahwa model dalam Menulis Artikel di E-Journal
pembelajaran discovery learning dan minat Undiksha, Singaraja, 12 April 2013.
belajar siswa berpengaruh terhadap hasil Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan
belajar IPA siswa. (3) Pada kelompok siswa Pembelajaran SD. Bandung:
yang memiliki minat tinggi, terdapat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan Departemen Pendidikan Nasional.
antara kelompok siswa yang mengikuti Margunayasa, I Gede. 2013. Petunjuk
pembelajaran dengan model discovery Penulisan Artikel Pada Jurnal Mimbar
learning dengan kelompok siswa yang PGSD di E-Journal UNDIKSHA.
mengikuti pembelajaran dengan Makalah disajikan dalam seminar
pembelajaran konvensional. (4) Pada akademik: Melalui Seminar Akademik
kelompok siswa yang memiliki minat Kita Tingkatkan Kemampuan
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil Mahasiswa PGSD dalam Menulis
belajar IPA yang signifikan antara kelompok
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Artikel di E-Journal Undiksha, Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor


Singaraja, 12 April 2013. yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Mulyati, Arifin, dkk. 2005. Strategi Belajar Rineka Cipta.
Mengajar Kimia. Malang: Penerbit Subari, Eni Luh Putu. Implementasi
Universitas Negeri Malang (UM Pembelajaran Inquiri Discovery
PRESS). Berorientasi NOS (Nature Of Science)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Dalam Pembelajaran Gaya Sebagai
Kebudayaan Republik Indonesia Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang IPA Siswa Kelas VI SD No. 1 Bengkel
Standar Proses Pendidikan Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi
dan Menengah. 2013. Jakarta: (tidak diterbitkan). Jurusan
Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Pendidikan Ganesha.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Suprayekti, dkk. 2008. Pembaharuan
2005 tentang Standar Nasional Pembelajaran di SD. Jakarta:
Pendidikan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Roestiyah, N. K. 2001. Stategi Belajar Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Rohani, Ahmad, A. M. 2004. Pengelolaan Rineka Cipta.
Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Cipta. Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Rohim, Fathur, dkk. 2012. Penerapan Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
Model Discovery Terbimbing Pada Sutarno, Nono, dkk. 2008. Materi dan
Pembelajaran Fisika Untuk Pembelajaran IPA di SD. Jakarta:
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Penerbit Universitas Terbuka.
Kreatif. Unnes Physics Education Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Journal. Tersedia pada Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
p/upej, (diakses tangal 7 Maret 2013) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Safari. 2010. Minat Belajar Siswa. (Online), Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(http://safari.com/2010/03/minat- jakarta: Sinar Grafika.
belajar-siswa.html, diakses 6 Wardani, I. G. A. K. dkk. 2007. Teknik
Desember 2013). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Penerbit Universitas Terbuka.
Pendidikan dan Pengembangannya.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Anda mungkin juga menyukai