ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning dengan model konvensional, dengan melibatkan minat belajar
pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan
pada tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuisioner untuk mengukur
minat belajar dan tes untuk mengukur hasil belajar. Selanjutnya data tersebut
dianalisis dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 2) Terdapat interaksi
antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. 3) Pada
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery
learning dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional. 4) Pada kelompok siswa yang memiliki minat rendah, tidak terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. Sehingga disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery learning dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
IPA siswa.
ABSTRACT
This research aims to know the difference in science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning with conventional models,
involving an interest in learning in fifth grade elementary school students in Bontihing
village, Kubutambahan District in the school year 2013/2014. Types of this research is
a quasi experiment. Data was collected by using a questioner to measure an interest
in learning and test to measure learning outcomes. More data is analyzed using
ANAVA two ways. Based on the result data analysis: 1) There was a difference
science outcomes between groups of students who follow their lesson using discovery
learning with conventional learning. 2) There is interaction between learning models
and learning interest in science outcomes of students. 3) In groups of students who
has a strong interest, there was a difference science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning models with groups of
students who follow their lesson using conventional learning. 4) In groups of students
who have low interest, there is no difference science outcomes between groups of
students who follow their lessons using discovery learning models with groups of
students who follow their lesson using conventional learning. So it was concluded that
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
5,591, sehingga data yang diperoleh pada mencari homogenitas varians antara
kelompok A2B2 berasal dari data yang kelompok siswa yang mengikuti model
berdistribusi normal. Dapat disimpulkan pembelajaran discovery learning dan yang
bahwa data yang diperoleh dari semua mengikuti pembelajaran dengan model
kelompok berasal dari data yang pembelajaran konvensional, yang telah
berdistribusi normal. dibedakan berdasarkan miat belajarnya
Uji homogenitas varians dimaksudkan terlebih dahulu. hasil uji homogenitas
untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang dengan menggunakan metode Bartlett
diperoleh dari uji ANAVA dua jalur benar- diperoleh nilai 2hitung = 2,13. Besarnya 2tabel
benar berasal dari perbedaan antar berdasarkan taraf signifikasi 5% dan dk 3
kelompok, bukan disebabkan oleh yaitu 7,815. Sehingga diperoleh hasil
perbedaan di dalam kelompok. Uji berdasarkan perbandingan hasil 2hitung dan
homogenitas varians dalam penelitian ini 2tabel menunjukan bahwa 2hitung < 2tabel
dilakukan dengan uji F dan metode Bartlett. atau 2,13 < 7,815. Hal ini berarti hasil
Uji F digunakan untuk mencari homogenitas belajar IPA siswa berasal dari populasi
varians antara siswa yang mengikuti yang homogen.
pembelajaran dengan model pembelajaran Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu
discovery learning dan yang mengikuti uji normalitas dan uji homogenitas varians
pembelajaran dengan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa data dari semua
konvensional. Berdasarkan analisis yang kelompok berasal dari populasi yang
dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,248. berdistribusi normal dan mempunyai
Besarnya Ftabel berdasarkan taraf signifikasi varians yang homogen. Oleh karena itu, uji
5% yaitu 1,64. Sehingga diperoleh hasil hipotesis dengan menggunakan ANAVA
berdasarkan perbandingan hasil Fhitung dan dua jalur dapat dilakukan. Analisis ANAVA
Ftabel menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel atau dua jalur untuk menguji hipotesis 1 dan 2.
1,248 < 1,64. Hal ini berarti hasil belajar Berikut merupakan ringkasan hasil
IPA siswa berasal dari populasi yang ANAVA dua jalur disajikan dalam Tabel 3.
homogen. metode Bartlett digunakan untuk
Tabel 3. Ringkasan ANAVA Dua Jalur Hasil Belajar IPA
Sumber Ftabel (df=44
JK db RJK Fhitung Keterangan
Variasi dan ts=5%)
Antar A 221,61 1 221,61 5,689 4,08 Signifikan
Antar B 237,04 1 237,04 6,085 4,08 Signifikan
Inter AB 248,74 1 248,74 6,386 4,08 Signifikan
Dalam 1713,91 44 38,95
Total 2421,30 47
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, model discovery learning dan kelompok
terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
signifikan antara kelompok siswa yang pembelajaran konvensional.
mengikuti pembelajaran dengan model Dari hasil uji hipotesis pertama telah
discovery learning dengan kelompok siswa dilakukan terhadap data yang diperoleh
yang mengikuti pembelajaran dengan dalam penelitian. Maka ditemukan hasil
pembelajaran konvensional. yang menunjukkan adanya pengaruh dari
Berdasarkan hasil analisis dengan model pembelajaran discovery learning
menggunakan uji t-scheffe untuk hipotesis terhadap hasil belajar IPA siswa. Besarnya
keempat, diperoleh nilai thitung adalah -0,1 koefisien ANAVA F (A) yaitu 5,689 yang
dan nilai dari ttabel adalah 2,00. Oleh karena signifikan. Selanjutnya, terbukti bahwa
itu, dapat dilihat bahwa thitung lebih kecil dari besaran skor rata-rata hasil belajar IPA
pada ttabel. Hal ini berarti hipotesis nul kelompok siswa yang mengikuti model
diterima dan hipotesis alternatif ditolak atau pembelajaran discovery learning (A1) yaitu
pada kelompok siswa yang memiliki minat sebesar 74,70 yang lebih besar daripada
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa
belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti model pembelajaran
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan konvensional (A2) yaitu sebesar 70,38.
model discovery learning dan kelompok Hasil di atas menunjukkan bahwa
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan secara keseluruhan dengan
pembelajaran konvensional. mempertimbangkan variabel moderator
Berdasarkan analisis-analisis dengan minat belajar, hasil belajar IPA kelompok
menggunakan ANAVA dua jalur dan uji t- siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
scheffe, hasil pengujian hipotesis dalam menggunakan model pembelajaran
penelitian ini dapat diringkas sebagai discovery learning lebih tinggi dibandingkan
berikut: (1) Pengujian hipotesis pertama, dengan hasil belajar IPA kelompok siswa
hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternatif yang mengikuti pembelajaran dengan
diterima. Ini berarti terdapat perbedaan menggunakan model pembelajaran
hasil belajar IPA yang signifikan antara konvensional. Model pembelajaran
kelompok siswa yang mengikuti discovery learning pada kelas eksperimen
pembelajaran dengan model discovery mampu membantu siswa dalam
learning dan kelompok siswa yang mengembangkan atau memperbanyak
mengikuti pembelajaran dengan penguasaan keterampilan dan proses
pembelajaran konvensional. (2) Pengujian kognitif siswa karena siswa dilibatkan
hipotesis kedua, hipotesis nul ditolak dan dalam penemuan ilmu pengetahuannya.
hipotesis alternatif diterima. Ini berarti Siswa memperoleh pengetahuan yang lebih
terdapat pengaruh interaksi yang signifikan bersifat kukuh dalam arti pendalaman.
antara model pembelajaran dan minat Hal berbeda diperoleh pada kelas
terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) kontrol yang menggunakan model
Pengujian hipotesis ketiga, hipotesis nul pembelajaran konvensional. Pembelajaran
ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Ini konvensional lebih cenderung
berarti pada kelompok siswa yang memiliki menempatkan siswa sebagai objek belajar
minat tinggi, terdapat perbedaan hasil yang hanya berperan sebagai penerima
belajar IPA yang signifikan antara kelompok informasi pasif dalam kegiatan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran. Sehingga siswa kurang
model discovery learning dengan kelompok memiliki kesempatan untuk untuk
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan mengembangkan kemampuannya yang
pembelajaran konvensional. (4) Pengujian lebih bersifat nyata.
hipotesis keempat, hipotesis nul diterima Pada penelitian ini, pembahasan juga
dan hipotesis alternatif ditolak. Ini berarti dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pada kelompok siswa yang memiliki minat peran minat belajar dalam peningkatan
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil hasil belajar IPA siswa
belajar IPA yang signifikan antara kelompok Hasil uji hipotesis yang ketiga menguji
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pada siswa yang memiliki minat belajar yang mengikuti pembelajaran dengan
tinggi, antara kelompok yang mengikuti model discovery learning. Sedangkan nilai
pembelajaran dengan model discovery rata-rata hasil belajar IPA yang sebesar
learning dengan kelompok siswa yang 70,26 untuk kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional. Hal tersebut dapat dilihat konvensional. Lebih lanjut, hasil uji t-scheffe
pada nilai rata-rata hasil belajar IPA yang menghasilkan thitung = -0,1 yang lebih kecil
sebesar 79,39 untuk kelompok siswa yang dari pada nilai dari ttabel = 2,00 pada taraf
mengikuti pembelajaran dengan model signifikasi 5 %. Hal ini membuktikan pada
discovery learning. Sedangkan nilai rata- kelompok siswa yang memiliki minat
rata hasil belajar IPA yang sebesar 70,51 rendah, tidak terdapat perbedaan hasil
untuk kelompok siswa yang mengikuti belajar IPA yang signifikan antara kelompok
pembelajaran dengan model konvensional. siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
Lebih lanjut, hasil uji t-scheffe model discovery learning dan kelompok
menghasilkan thitung = 3,473 yang lebih siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
besar dari pada nilai dari ttabel = 2,00 pada pembelajaran konvensional walaupun
taraf signifikasi 5 %. terdapat perbedaan hasil belajar yang
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, sangat kecil di antara kedua kelompok
untuk siswa yang memiliki minat belajar tersebut.
tinggi yang mengikuti pebelajaran IPA Siswa yang memiliki minat belajar
dengan model discovery learning lebih rendah lebih menyukai keadaan yang biasa
tinggi dari pada hasil belajar siswa yang dan stabil dimana mereka merasa nyaman.
mengikuti pembelajaran IPA dengan model Siswa kurang siap untuk terlibat secara
konvensional. Melalui model pembelajaran langsung dalam proses pembelajaran
discovery learning merupakan model sehingga mereka cenderung tidak aktif dan
pembelajaran yang sesuai bagi para siswa kurang memperhatikan maupun mengikuti
yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini jalannya proses pembelajaran.
disebabkan karena siswa yang memiliki Dapat disimpulkan bahwa model
minat belajar tinggi merasa tertarik dengan pembelajaran discovery learning dapat
model pembelajaran baru yang meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang
memberikan kesempatan kepada siswa memiliki minat belajar tinggi. Sesungguhnya
untuk menemukan dan membangun sendiri untuk siswa yang memiliki minat belajar
pengetahuannya. Siswa merasa senang rendah dalam penerapan model
ketika usaha yang dilakukannya bisa pembelajaran discovery learning juga dapat
memberikan hasil berupa pengetahuan meningkatkan hasil belajarnya. Jadi yang
baru kepada siswa itu sendiri. Hal ini penting dilakukan adalah meyakinkan siswa
dibuktikan dengan adanya tingginya yang memiliki minat belajar rendah untuk
keantusiasan siswa dalam mengacungkan mau aktif dan terlibat di dalam proses
tangan untuk bertanya ketika menemui pembelajaran.
kesulitan dan menjawab pertanyaan yang Hasil yang diperoleh tersebut sejalan
diberikan. Siswa juga sangat bersemangat dengan pendapat dari Susanto (2013:58)
ketika menyiapkan alat dan bahan yang yang mengatakan bahwa: minat
digunakan untuk menunjang proses memegang peranan penting dalam
pembelajaran. menentukan arah, pola dan dimensi berpikir
Hasil uji hipotesis yang keempat seseorang dalam segala aktivitasnya,
menguji ada tidaknya perbedaan hasil termasuk dalam belajar. Minat besar
belajar IPA pada siswa yang memiliki minat pengaruhnya terhadap belajar karena jika
belajar rendah, antara kelompok yang bahan pelajaran ataupun proses
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran yang diikuti oleh siswa tidak
discovery learning dengan kelompok siswa sesuai dengan minat siswa, maka siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya
model konvensional. Hal tersebut dapat karena tidak ada daya tarik baginya.
dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar IPA Berdasarkan hasil uji hipotesis
yang sebesar 70,00 untuk kelompok siswa mengindikasi adanya interaksi antara model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
hasil belajar yang lebih optimal. Jadi yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
penting dilakukan adalah meyakinkan siswa model discovery learning dan kelompok
yang memiliki minat belajar rendah untuk siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
mau aktif dan terlibat di dalam proses pembelajaran konvensional.
pembelajaran. Upaya ini ditempuh dengan Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengenalan terlebih dahulu dan dapat disarankan beberapa hal berikut: (1)
membangun kepercayaan siswa bahwa Model pembelajaran discovery learning. (2)
model pembelajaran discovery learning Kepada guru IPA agar mencoba
tidak begitu sulit bahkan justru dapat menggunakan model pembelajaran yang
menolong siswa itu sendiri untuk mampu meningkatkan keterlibatan siswa
meningkatkan hasil belajarnya. Beberapa dalam proses pembelajaran, salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk model pembelajaran yang bisa diterapkan
meningkatkan minat belajar siswa yaitu: 1) yaitu model pembelajaran discovery
memberikan penghargaan/hadiah kepada learning. (3) Bagi mahasiswa lulusan PGSD
siswa yang mampu terlibat aktif dalam agar selalu lebih inovatif dalam hal
proses pembelajaran, 2) tidak menyatakan menemukann metode pembelajaran agar
secara langsung bahwa siswa salah ketika dapat dipergunakan dalam meningkatkan
siswa melakukan kesalahan, 3) hasil belajar siswa.
memberikan tuntunan dengan cara
mendatangi langsung ketika siswa tidak DAFTAR RUJUKAN
mampu menyelesaikan masalah. Jika siswa Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi
sudah terbiasa belajar dengan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
menggunakan model pembelajaran Jenderal Pendidikan Tinggi
discovery learning maka hasil belajarnya Departemen Pendidikan Nasional.
meningkat seiring dengan meningkatnya Ahmadi, Khoiru IIF., dkk. 2011. Strategi
minat belajar siswa. Pembelajaran Sekolah Terpadu.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
SIMPULAN DAN SARAN Indra Gunawan, Ivo. 2013. Peringkat
Berdasarkan hasil pengujian dan Pendidikan Indonesia Menempati ke-
pembahasan dari data yang diperoleh, 64. Tersedia pada
maka dapat disimpulkan bahwa: (1) http://liranews.com/berita-3236-
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil peringkat-pendidikan-indonesia-di-
belajar IPA yang signifikan antara kelompok dunia-menempati-peringkat-
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan ke64.html, (diakses tanggal 8
model discovery learning dan kelompok Desember 2013)
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Kirna, I Made. 2013. Penulisan Artikel di
pembelajaran konvensional. (2) Terdapat Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan
pengaruh interaksi yang signifikan antara dalam seminar akademik: Melalui
model pembelajaran dan minat terhadap Seminar Akademik Kita Tingkatkan
hasil belajar IPA siswa. Dengan kata lain Kemampuan Mahasiswa PGSD
dapat disimpulkan bahwa model dalam Menulis Artikel di E-Journal
pembelajaran discovery learning dan minat Undiksha, Singaraja, 12 April 2013.
belajar siswa berpengaruh terhadap hasil Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan
belajar IPA siswa. (3) Pada kelompok siswa Pembelajaran SD. Bandung:
yang memiliki minat tinggi, terdapat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan Departemen Pendidikan Nasional.
antara kelompok siswa yang mengikuti Margunayasa, I Gede. 2013. Petunjuk
pembelajaran dengan model discovery Penulisan Artikel Pada Jurnal Mimbar
learning dengan kelompok siswa yang PGSD di E-Journal UNDIKSHA.
mengikuti pembelajaran dengan Makalah disajikan dalam seminar
pembelajaran konvensional. (4) Pada akademik: Melalui Seminar Akademik
kelompok siswa yang memiliki minat Kita Tingkatkan Kemampuan
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil Mahasiswa PGSD dalam Menulis
belajar IPA yang signifikan antara kelompok
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)