Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Faktor-faktor Penyebab
2.1.1 Aspek Metabolisme

Gambar 3. Metabolisme Vitamin A di Usus

Vitamin A yang berada dalam makanan ada 2 jenis, yaitu retinil ester, retinol yang
berikatan dengan asam lemak, pada sumber hewani dan karoten pada sumber nabati.
Retinil ester dan karoten pada makanan sering ditemukan berbentuk kompleks dengan
protein dan protein tersebut harus dilepaskan.

Ketika masuk ke dalam lambung, protein pada karoten dan retinil ester akan
dihidrolisis oleh pepsin dan enzim protease lainnya sehingga protein akan lepas dan
menjadi asam amino. Karoten dan retinil ester yang sudah tidak terikat oleh protein akan
dihidrolisis lagi oleh enzim hidrolase, esterase dan lipase di usus. Dalam proses hidrolisis
yang kedua ini, retinil ester akan dipecah menjadi asam lemak dan retinol, sedangkan
karotenoid akan tetap bentuknya dan tidak mengalami perubahan. Kemudian, karotenoid
dan retinol akan bergabung dengan asam lemak, fosfolipid, monoasilgliserol dan
kolesterol serta garam empedu untuk membentuk micelle. Micelle akan masuk ke sel usus.
Dan di dalam sel usus, micelle akan melepaskan retinolotenoid, dan berbagai larutan
lemak. Retinol akan diubah lagi menjadi retinil ester. Sedangkan karotenoid akan dibah
menjadi retinal terlebih dahulu sebelum dibentuk menjadi retinil ester. Retinil ester yang
terbentuk akan bergabung dengan larutan larutan lemak seperti fosfolipid, triasilgliserol,
dan kolesterol ester untuk membentuk kilomikron. Kilomikron akan keluar dari sel
enterosit dan menuju sistem limfa.
Gambar 4. Metabolisme Vitamin A di Hati

Dari sistem limfa, kilomikron akan masuk ke dalam aliran darah menuju hati. Di
hati, retinil ester akan disimpan. Bila tubuh memerlukan vitamin A, retinil ester akan
mengalami de-esterifikasi, yaitu perubahan retinil ester menjadi retinol dan asam lemak.
Retinol bebas ini akan berikatan dengan suatu protein pengangkut yaitu RBP. Retinol yang
telah berikatan dengan RBP akan keluar dari hati menuju sel target yang membutuhkan
vitamin A melalui aliran darah.

Berdasarkan kasus yang terjadi, diketahui pada sebuah keluarga terdapat seorang
anak 4 tahun dengan infeksi saluran pencernaan berulang dan conjunctiva kering dan
anak usia 7 tahun dengan pembesaran kelenjar tiroid. Adanya beberapa masalah
kesehatan yang berbeda pada sebuah keluarga menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara
masalah yang satu dengan yang lain. Dilihat dari gejala-gejala yang muncul, kedua anak
tersebut mengalami defisiensi vitamin A.

Defisiensi vitamin A bisa terjadi akibat suatu kesalahan dalam proses


metabolismenya. Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan kesalahan dapat

terjadi selama metabolisme.


Kasus anak yang pertama adalah anak usia 5 tahun yang sering mengalami infeksi
saluran pencernaan dan memiliki masalah dengan konjungtivanya. Proses munculnya
masalah-masalah tersebut adalah pada awalnya anak usia 5 tahun ini mengalami
defisiensi asam retinoid. Asam retinoat , sangat dibutuhkan oleh banyak sel untuk
diferensiasi sel . Diferensiasi sel adalah proses dimana sel belum matang berubah
menjadi sel dewasa yang jenisnya lebih spesifik. Salah satu fungsi asam retinoat adalah
untuk membantu menjaga struktur normal dan fungsi sel-sel epitel. Sel epitel terdapat di
berbagai organ di dalam tubuh kita termasuk mata dan usus.

Pada sel epitel mata, asam retinoat akan mengarahkan diferensiasi sel epitel (sel
belum matang) keratin menjadi sel penghasil mukus (sel sudah matang) . Dengan
kekurangan vitamin A , sel keratin tidak akan dapat berubah menjadi sel penghasil
mucus. Apabila sel penghasil mucus berkurang, maka mucus yang dihasilkan akan
sangat sedikit dan dapat menyebabkan konjungtiva menjadi kering.

Kurangnya asam retinoat pada usus akan menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi normal pada sel epitel dalam usus. Perubahan struktur dan fungsi ini akan
menyebabkan usus akan mudah terkena serangan-serangan dari mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi.

Kasus anak yang kedua adalah adanya pembesaran kelenjar tiroid. Vitamin A
juga dapat berperan dalam pembentukan hormon triiodotirosin. Vitamin A dibutuhkan
untuk mengubah T4 menjadi T3. Bila kekurangan vitamin A, maka akan dapat
mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi hormon triiodotirosin. Dan bila hal ini
berlangsung secara kronis, kelenjar tiroid akan bekerja lebih keras dan mengakibatkan
pembesaran kelenjar tiroid.
Pada penelitian double-blind, acak, percobaan dilakukan selama 10 bulan, anak-
anak Maroko dengan defisiensi yodium dan defisiensi vitamin A yang telah
disuplementasi garam beryodium dan vitamin A (200.000 IU) dan plasebo pada 0 dan 5
bulan. Pada 0, 5, dan 10 bulan, pengukuran status vitamin A dan fungsi tiroid dilakukan.4
Semakin meningkatnya keparahan defisiensi vitamin A digunakan sebagai prediktor
pembesaran volume tiroid dan peningkatan konsentrasi TSH dan thyroglobulin (P
<0,001).4 Pada anak-anak dengan defisiensi vitamin A, rasio untuk gondok adalah 6,51.
Defisiensi vitamin A yang parah juga merupakan prediktor kuat peningkatan konsentrasi
jumlah T4 (P <0,001); rasio untuk hipotiroidisme pada penderita defisiensi vitamin A
adalah 0,06.4
Selama intervensi, rata-rata tiroglobulin, nilai tengah TSH, dan tingkat gondok
menurun secara signifikan pada kelompok yang disuplementasi vitamin A dibandingkan
dengan mereka pada kelompok plasebo (P <0,01).4 Penelitian menunjukkan bahwa
defisiensi vitamin A pada pada penderita defisiensi yodium yang parah dapat
meningkatkan stimulasi TSH dan ukuran tiroid, dan mengurangi risiko untuk
hipotiroidisme.4 Efek ini bisa disebabkan oleh penurunan penekanan vitamin A yang
diperantarai oleh gen B TSH hipofisis.
Defisiensi vitamin A dimungkinkan terjadi karena akibat interaksi dengan zat gizi
lain seperti :

1. Vitamin A dengan protein

Dalam peredarannya di dalam tubuh, vitamin a yang sudah diubah menjadi retinol
akan dilepaskan ke dalam aliran darah. Sebelum dilepaskan, retinol membutuhkan
suatu protein pengangkut yaitu RBP (Retinol Binding Protein). Sehingga apabila
seseorang memiliki protein yang rendah, maka vitamin A tidak akan beredar dalam
tubuh dan memungkinkan seseorang untuk mengalami defisiensi vitamin A.

2. Vitamin A dengan lemak

Vitamin A merupakan vitamin yang larut lemak karena dalam metabolismenya,


vitamin A membutuhkan lemak untuk masuk dan keluar sel usus halus. Ketika akan
masuk enterosit, vitamin A sangat membutuhkan beberapa senyawa lemak seperti
asam lemak, fosfolipid, monoasilgliserol dan kolesterol untuk membentuk micelle.
Dalam micelle inilah vitamin A dapat masuk ke dalam enterosit. Apabila tubuh tidak
memiliki cukup lemak, maka penyerapan vitamin A pada usus akan terganggu dan
dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi vitamin A.

Tanpa lemak, vitamin A tidak dapat masuk ke dalam usus dan tidak dapat dicerna.
Dan apabila berlangsung terus-menerus, maka tubuh akan mengalami defisiensi
vitamin A.

3. Vitamin A dengan yodium

Beta karoten merupakan bentuk pasif dari vitaminA. Agar dapat berfungsi, beta
karoten harus diubah menjadi bentuk aktif vitamin A, yaitu retinol. Dalam
perubahannya, beta karoten membutuhkan yodium agar bisa berubah menjadi retinol.
Jadi, sebanyak apapun kita memakan wortel, atau bahan makanan lain yang
mengandung beta karoten, bila kita sedang mengalami defisiensi yodium, maka kita
juga dapat mengalami defisiensi vitamin A.

4. Vitamin A dengan zinc

Zinc merupakan zat mikro yang dibutuhkan oleh hati untuk membentuk protein
transport seperti albumin, transferrin, prealbumin, serta RBP. Kekurangan zinc dapat
menyebabkan menurunnya mobilisasi retinol dari liver ke seluruh tubuh. 5 Bila tidak
ada yang mengangkut retinol dari hati ke seluruh tubuh yang membutuhkan, maka
tubuh akan mengalami defisiensi vitamin A.

Selain itu, zinc juga mempunyai peran dalam merubah retinol menjadi retinal.
Salah satu fungsi zinc adalah dalam mengkatalis enzim alcohol dehydrogenase. Enzim
ini memiliki peran dalam merubah retinol menjadi retinal.

5. Vitamin A dengan besi

Vitamin A yang berbentuk asam retinoat pada transkripsi transferrin. Apabila


tubuh kekurangan vitamin A maka mobilitas besi akan terganggu.5 Kurangnya besi
dalam tubuh akan mengakibatkan terganggunya metabolisme tiroid dalam tubuh
manusia. Karena tiroid peroksidase adalah glycosylated heme enzyme yang
merupakan iron-dependent. Penyisipan zat besi ke tiroid peroksidase diperlukan
enzim untuk mentranslokasi ke permukaan sel apikal thyrocytes (atau sel epitel
tiroid), sehingga membantu tiroid perosidase untuk mengkatalisis dua langkah awal
sintesis hormon tiroid. Penilaian status zat besi bisa membantu mengidentifikasi
penyebab kasus kerusakan tiroid.

Anda mungkin juga menyukai