saring dan cucilah lagi dengan air panas secukupnya (lebih kurang 10 mL)
sebanyak 3 kali. Filtrat dan hasil cucian ditampung dan diberi kode filtrat I.
i) Endapan yang tertinggal di atas kertas saring dilarutkan lagi dengan cara
meneteskan asam nitrat (1:4) panas sehingga semua endapan larut dan
ditampung dalam erlenmeyer yang lain. Akhirnya filtrat ini dikerjakan lagi
pengendapan seperti di atas. Filtrat pada pengendapan kedua ini diberi kode
filtrat II. Endapan dan kertas saring dipakai untuk menentukan total Fe dan
Al-oksida.
j) Akhirnya filtrat I dan filtrat II dicampur dan diberi kode larutan C.
k) Keringkan endapan dan kertas saring dan pijarkan dalam krus platina atau
nikel yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya.
l) Residu yang berwarna keputih-putihan hasil pemijaran ditimbang dan
diperoleh angka berat total Fe dan Al-oksida (Fe2O3 dan Al2O3).
2. Penentuan Fe-oksida
a. Leburlah residu dalam krus platina atau nikel yang diperoleh pada Fe dan
Al-oksida total dengan 4 g KHSO4 yang sebelumnya telah dipijarkan
terlebih dahulu, di atas lempeng pemanas atau lilitan pemanas selama
beberapa menit.
b. Dinginkan dan tambahkan 5 mL H2SO4 pekat, panaskan sampai
timbulnya ga SO3 telah selesai.
c. Dinginkan dan pindahkan semua isi dalam krus tersebut dan cucilah sisa
bahan dalam krus dengan aquades sehingga volume larutan yang
diperoleh tidak lebih dari 200 mL. Panaskan sehingga diperoleh larutan
yang jernih. Untuk penentuan Fe maka larutan ini terlebih dahulu harus
direduksi, sehingga semu feri berubah menjadi fero.
d. Reduksi dilakukan dengan melewatkan gas H2S ke dalam larutan sampai
larutan tersebut jenuh terhadap H2S yaitu apabila larutan telah menjadi
lebih gelap dan tidak terjadi perubahan lagi.
3