Anda di halaman 1dari 19

PERSIAPAN PRABEDAH

DIAN LESMANA (160110070093)

DEBORA SIMANJUNTAK (160110077001)

YOSWITA DAMAYANTI (160110077003)


1. PEDAHULUAN

Kesadaran pasien dan para profesional kesehatan tentang adanya


bahaya potensial yang berkaitan dengan kontaminasi makin meningkat karena
adanya publikasi dan usaha pendidikan mengenai AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Bukti-bukti menunjukkan bahwa tingkat resiko
bagi dokter gigi dan stafnya berkaitan langsung dengan kontaknya terhadap
darah. Oleh karena itu, bedah mulut atau prosedur yang lain yang
mengakibatkan keluarnya darah menempatkan dokter gigi dan stafnya pada
resiko tinggi, tidak hanya terhadap AIDS tetapi juga kondisi-kondisi lain yang
disebabkan virus dalam darah misalnya hepatitis B. Infeksi bisa meyebar melalui
kontak langsung dengan darah, saliva, tetesan-tetesan, aerosol, dan instrumen
yang terkontaminasi. Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan
mudah diidentifikasi, baik secara historik, pemeriksaaan fisik, maupun
laboratorium, maka persiapan prabedah secara rutin harus digunakan pada
semua pasien.

Persiapan prabedah yang meliputi persiapan pasien, operator, alat-alat


dan ruangan penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena hasil akhir
suatu pembedahan sangat bergantung pada keadaan penderita dan persiapan
prabedah. Persiapan prabedah itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan tindakan
asepsis.

1.1 Pengertian Asepsis Pembedahan

Asepsis (teknik aseptik) adalah upaya yang dibuat untuk mencegah


masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh tertentu dimana mikroorganisme
kemungkinan besar menyebabkan infeksi.

Asepsis pembedahan adalah persiapan dan pemeliharaan pengurangan


tingkat mikroorganisme selama operasi dengan mengontrol empat sumber
organisme infeksi, yaitu pasien, operator, peralatan, dan lingkungan klinik
sebebas mungkin dari mikroorganisme. Teknik ini juga dikenal sebagai teknik
steril

1.2 Tujuan Asepsis Pembedahan

Tujuan asepsis adalah memberikan perlindungan kepada pasien, operator,


serta asistennya dari kemungkinan infeksi mikroorganisme baik pada permukaan
hidup (kulit dan jaringan) maupun objek mati (instrument bedah dan alat-alat
lainnya).

1.2.1 Perlindungan Terhadap Pasien


Pasien yang mencari perawatan bedah mulut di zaman ini memiliki hak
untuk mengasumsikan bahwa semua kemungkinan langkah yang akan diambil
adalah untuk mencegah infeksi luka. Sementara itu pertimbangan estetis tidak
benar-benar menjadi bagian dari tindakan asepsis, pasien cenderung untuk
menilai tingkat teknis aseptis yang digunakan dengan penampilan umum yang
teratur, bersih, perbaikan kondisi ruangan dan peralatan, dan perawatan dari
dokter gigi dan asistennya. Meskipun peralatan-peralatan yang tersedia sudah
canggih, modern, dan dirancang dengan baik, hai ini tidak menjadi jaminan
bahwa teknik aseptis yang digunakan akan berhasil dengan baik. Patogenitas
bakteri dari pasien sebelumnya dapat menyebar ke seluruh pegangan pintu,
tombol, dan katup peralatan tersebut.Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari
dokter gigi dalam melakukan pekerjaannya sehingga organisme ini tidak menular
ke jaringan pasien.
Tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien dari infeksi sangatlah
penting dan harus dilakukan seefektif mungkin. Pada saat yang sama, tenaga
kerja, biaya, dan waktu yang diperlukan untuk memberikan setiap tindakan
aseptis ini harus dipertimbangkan pula dengan kebutuhan pasien.

1.2.2 Perlindungan Terhadap Operator dan Asisten


Segala rutinitas yang dilakukan dalam klinik gigi harus tetap menyediakan
zona aman untuk operator atau orang yang berkontak dengan pasien atau
berhubungan dengan instrumen-instrumen yang digunakan. Perlindungan
tersebut harus mampu menghalangi penyebaran dari infeksi pernafasan,
kecelakaan (tertusuk instrumen tajam yang digunakan), atau fragmen tulang dan
gigi yang mungkin terlempar saat preparasi.

2. PERSIAPAN PASIEN
2.1 Check Up Preoperatif Oleh Ahli Bedah
Sebelum dilangsungkan operasi, ahli bedah mulut atau operator biasanya
memeriksakan perencanaan operasi untuk memastikan kembali apakah hasil
yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik dalam
keadaan normal atau tidak. Biasanya para ahli bedah lebih menyukai untuk
mengunjungi pasien sebelum pengobatan operatif dilaksanakan.
Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan
tidaklah menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia mungkin
tidak meyadari bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada,
obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan darah. Pertanyaan yang
berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat merupakan
informasi tambahan yang bermanfaat.
Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam
keadaan abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan medical
treatment saja hingga kondisi fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan
operasi dengan resiko yang seminimal mungkin.
Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan normal,
segera dilanjutkan ke ruang operasi, kemudian dilakukan juga pengecekan
terhadap instrument bedah yang akan digunakan, juga peralatan lainnya.
2.1.1 Pemeriksaan Darah Pasien
Tes darah yang dilakukan pada pasien digunakan untuk diagnosis dari
berbagai macam kondisi. Tes ini digunakan sebagai alat bantu dalam
mendiagnosis kondisi oral seperti: menghitung jumlah darah, estimasi dari
hemoglobin, tes untuk waktu perdarahan dan pembekuan darah dan lain-lain.

Estimasi Hemoglobin
Tes ini dapat dibuat dengan berbagai metode. Tes Sahli dilakukan oleh
asam hemati, metode ini pada umumnya digunakan. Nilai hemoglobin normal
adalah 14-17 gm per 100cc (nilai 15,1 unit Sahli dinyatakan sebagai 100 persen).
Tabung yang biasa digunakan adalah Sahli hemoglobinometer, tabung ini diisi
dan ditandai hingga ke 10 dengan 0,1 larutan asam hidrochloric normal. Darah
dimasukkan ke dalam pipet hingga 20 mm, tandai lalu tiup ke dalam tabung yang
mengandung asam, kemudian dicampur dan dibiarkan untuk satu menit. Cairan
diencerkan dengan air destilasi (suling) setetes demi setetes, dicampur setelah
penambahan, dan warna disesuaikan dengan standar dalam perbandingan
tabung. Hasil meniskus dari larutan menunjukkan persentase hemoglobin.

Index Warna
Persentase hemoglobin dibagi dengan persentase sel darah merah
memberikan suatu index warna. Persentase sel darah merah ini ditemukan
dengan membagi 5.000.000 (jumlah normal sel per cu. mm) dengan darah dalam
milimeter kubik dari individu tertentu. Jadi, jika seseorang memiliki 2.500.000 sel
darah merah per milimeter kubik darah, ia memiliki 50 persen dari normal sel-sel
darah merah; jika ada 3,500,00, jumlah sel merah adalah 70 persen dari normal.
Jika hemoglobin individu adalah 40 persen dan persentase eritrosit adalah 50,
indeks warna adalah 40 dibagi dengan 50, atau 0,8. Dalam kasus anemia indeks
warna ini di bawah 1. Pada anemia pernisiosa index warna diatas 1
2.2 Pemeriksaan intra oral pasien
Pemeriksaan rongga mulut setidaknya mencakup jaringan lunak, gigi,
oklusi dan malposisi gigi, serta jaringan pendukung dan stuktur gigi. Semua hasil
riwayat dan pemeriksaan dicatat dengan teliti. Riwayat kesehatan secara
periodik diperbaharui yaitu dua tahun sekali untuk pasien di bawah 40 tahun dan
1 tahun sekali untuk pasien berumur lebih dari 40 tahun.

2.3 Persiapan preoperatif pasien


Pasien didudukkan pada kursi gigi dan dipersiapkan untuk pembedahan
oleh salah satu dari tim operasi yang nonsteril. Pakaian yang berlapis-lapis
(jaket) dilepaskan dan kerah baju dilonggarkan. Sandaran punggung dan kepala
pada kursi gigi pun disesuaikan. Sebuah handuk bersih di pasangkan di sekitar
kepala untuk melindungi bagian ranbut. Handuk besar juga dipasangkan di
sekitar leher pasien untuk melindungi bagian dada. Jika perlu, berikan sebuah
handuk kepada pasien untuk membersihkan/melap mulutnya sewaktu
perawatan. Kosmetik juga harus dibersihkan menggunakan kain kassa dan
wajahnya dibersihkan dengan spons basah dengan larutan Zephiran 1:1000.

3. PERSIAPAN OPERATOR DAN ASISTEN


3.1 Pakaian Operator dan Asisten
Operator dan asistennya harus mengganti baju yang tadi di pakainya
dengan pakaian klinik yang terbuat dari bajan katun yang terdiri dari baju dan
celana. Penggunaan bahan pakaian yang terbuat dari katun tidak akan
menghasilkan percikan api dari listrik statik yang dapat terjadi ketika pakaian
berbahan nilon atau wool dikenakan. Listrik statik tersebut dapat terjadi karena
ledakan dalam ruang operasi. Pakaian klinik juga dipilih yang lengannya tidak
melebihi siku sehingga memungkinkan tangan dicuci sampai ke siku. Pakaian
klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar oleh darah.
Selanjutnya, operator harus mengenakan sepatu boot yang bersifat
konduktif dan disposable (dapat dibuang). Zaman sekarang ini bahkan telah ada
beberapa rumah sakit yang telah mempunyai lantai khusus dalam ruangan
operasi yang dapat mencegah ledakan, selain itu semua anggota juga harus
mengenakan sepatu khusus dalam ruangan operasi. Hal ini dilakukan juga
untuk mencegah listrik statik yang dapat terakumulasi pada operator, dimana
akan menyebabkan percikan api ketika operator mendekati sebuah ground
circuit.
Selain itu, semua praktisi harus mengenakan topi bersih dan masker. Ahli bedah
juga mengenakan headlight dan mengatur sorotan cahayanya. Jika operator
tidak mengenakan kacamata, dia dapat memakai kacamata anti-pecah. Kaca
mata pelindung ini biasanya terbuat dari plastik dan ringan. Perlindungan mata
dari saliva, mikroorganisme, aerosol, dan debris sangat diperlukan untuk
operator maupun asistennya.
3.2 Persiapan tangan dan lengan operator sebelum operasi
Setelah mengatur topi untuk menutup rambut seluruhnya, dan meletakkan
masker untuk menutupi hidung dan mulut, gulungkan lengan baju sampai di atas
siku kemudian lepaskan semua jam tangan maupun aksesoris apapaun. Kuku
juga harus pendek dan halus.
3.2.1 Mencuci tangan dan lengan
Pemakaian sabun antikuman harus sesuai dengan rekomendasi
pabriknya. Biasanya diperlukan paling tidak penggosokan 5-6 menit
menggunakan sikat disposibel/yang sudah diautoklaf, baik yang sederhana atau
yang berisi sabun. Untuk prosedur non-bedah, sabun biasa sudah dianggap
cukup layak oleh CDC (Center for Disease Control). Alternatif lain adalah
mencuci tangan dengan sabun atikuman (chlorhexidene gluconat 4%) selama
satu menit.
Atur suhu air yang keluar dari pipa air untuk diatur sesuai dengan
temperature yang diinginkan. Bersihkan tangan dan lengan bawah seluruhnya,
dan bersihkan juga kuku dengan stick kayu yang telah tersedia.
Mulailah dengan menggosok telapak tangan terlebih dahulu dengan gerakan
yang paralel. Gosok telapak tangan menjadi 3 bagian:
Dari jari kelingking ke jempol, gosok permukaan tiap-tiap jari
Kemudian tutup tangan dan gosok pada bagian tungkai
Gosok lengan sampai ke bagian siku dengan gerakan longitudinal.
Setelah menggosok tangan dan lengan pada sisi yang satu, ulangi
prosedur ini ke tangan dan lengan di sisi sebelahnya juga. Kemudian
angkat tangan dan lengan dan keringkan keduanya dari ujung jari ke siku
seluruhnya. Lalu bilas kembali sikat yang telah digunakan. Matikan keran
air menggunakan sikat tersebut kemudian buang sikatnya. Selanjutnya
jalanlah menuju ruang operasi dengan mengangkat kedua lengan yang
telah dibersihkan tadi ke atas untuk mencegah kontaminasi kembali.
3.2.2 Jubah dan Sarung Tangan
Tangan dan lengan kemudian dikeringkan kembali dengan handuk steril.
Tiap-tiap anggota tim bedah harus mengenakan jubah steril. Sebelum
memakai sarung tangan, tangan operator terlebih dahulu di gosokkan dalam
talcum powder steril dengan bantuan suster. Teknik aseptik yang sempurna
mengharuskan tidak boleh menyentuh permukaan apapun jika telah
menggunakan sarung tangan terebut kecuali pada saat melakukan tindakan
operasi. Oleh karena itu, operator dan semua anggota harus benar-benar
waspada terhadap seluruh area di sekitar tempat operasi sehingga tidak
terkontaminasi.
3.2.3 Imunisasi
Imunisasi merupakan pelindung yang paling mudah digunakan sekaligus
yang paling jarang digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi
dan asistennya. Tetapi vaksinasi bukan berarti bahwa kita bisa mengabaikan
prinsip-prinsip desinfeksi dan sterilisasi.

3.3 Tim Bedah


Tim pembedahan terdiri dari operator, sisten, ahli anestesi, suster
pengganti, dan circulating nurse (suster yang mobile).
Operator bertindak sebagai pemimpin atau kapten dari tim. Dia yang
bertanggung jawab penuh dan segala instruksinya harus dipatuhi/diikuti oleh
anggota tim lainnya.

Tugas seorang asisten adalah :


1. Untuk menjaga mulut dan menjaga daerah operasi bebas darah, lendir,
saliva, dan debris dengan menggunakan suction apparatus secara terus-
menerus dan hati-hati.
2. Melakukan berbagai retraction yang diperlukan dalam daerah operasi secara
hati-hati
3. Memotong benang jahitan dengan menggunakan mallet. Perhatikan bagian
orofaring dan beritahukan ahli bedah jika harus ada perubahan atau
penyesuaian.
4. Memanggil perhatian operator

Tugas seorang anestesi adalah:


1. Menjaga tingkat yang cocok dalam anestesi
2. Secara konstan memantau kondisi pasien, dan menyarankan operator jika
ada reaksi-reaksi yang tidak baik dari pasien. Ahli anestesi harus
menginformasikan pada operator mengenai gangguan jalan napas yang
disebabkan oleh manipulasi bedah sehingga ahli bedah dan asistennya dapat
langsung mengambil tindakan sesegera mungkin untuk memindahkan atau
memperbaiki segala penyebab yang menyebabkan gangguan.

Tugas scrub nurses adalah :


Memperhatikan instrument-instrumen steril agar selalu tersedia di meja alat dan
menyediakan apa yang diperlukan/diminta oleh ahli bedah.

Tugas circulating nurse (suster mobile) adalah :


1. Mengikat jubah operator dan asisten dibelakang.
2. Mengatur pencahayaan dan meja operasi
3. Dapat pula menyediakan instrument atau keperluan operasi

4. PERSIAPAN INSTRUMEN DAN ALAT-ALAT


Sterilisasi instrumen-instrumen dilakukan sebelumnya. Diperlukan
ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan peralatan. Bak yang
digunakan untuk menyikat alat biasanya dianggap sudah terkontaminasi dan
tidak boleh digunakan untuk mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang
terpisah tidak ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasikan
dulu dengan menggunakan desinfektan yang terdaftar di EPA. Orang yang
menyikat peralatan harus memakai sarung tangan yang tebal. Semua saliva,
darah atau sisa jaringan dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi.
Dianjurkan memakai pembersih ultrasonik.
Secara umum, segala sesuatu yang memungkinkan seharusnya direbus
selama 20 menit atau menggunakan autoclave dengan jangka waktu yang sama.
Sangat penting utuk mensterilkan syring anastesi dan jarum-jarum lainnya. Kain
kassa, cotton roll, dan sejenisnya yg terbuat dari cotton harus diautoclave dan
dijaga sterilitasnya selama penyimpanan pada meja steril.
4.1 Alat-Alat Tajam
Instrumen-instrumen tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur
bedah mulut misalnya, jarum suntik, jarum jahit, blade skapel, elevator
periosteal, dan elevator akar disterilisasi dengan cara direndam dalam larutan
Zephiran 1:1000 paling lama 30 menit. Namun, jika alat-alat tersebut
sebelumnya dipakai menangani kasus infeksi, tetap harus direbus atau
diautoclave.
Peralatan-peralatan tajam ini sering terkontaminasi darah dan saliva
sehingga dianggap berpotensi untuk menginfeksi dan harus diperhatikan secara
khusus untuk mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk menghindari kontak
yang tidak diperlukan, smua peralatan disposibel ditempatkan di dalam wadah
yang diletakkan sedekat mungkin dengan tempat penggunaannya. Jarum yang
kotor jangan dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan anastesi
lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang steril
dibandingkan harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci keberhasilan
penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi adalah mengurangi frekuensi
pemakaiannya sehingga menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau
goresan yang tidak di sengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel
dibungkus rangkap dua sesegera mungkin sesudah digunakan.

4.2 Alat-Alat Kritis


Untuk menentukan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat
digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya. Alat-alat kritis adalah
alat-alat yang berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua
struktur atau jaringan yang tertutup kulit atau mukosa, karena semua ini mudah
terserang infeksi. Peralatan kritis harus steril sebelum digunakan. Termasuk
dalan kategori ini yaitu jarum suntik, skapel, elevator, bur, tang, jarum jahit dan
peralatan untuk implantasi misalnya, implan, bahan aloplastik dan bahan
hemostatik. Apabila memungkinkan sebaiknya peralatan disterilisasi dengan
autoklaf. Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali dengan
menggunakan peralatan tes spora. Kontrol berikutnya untuk menunjukkan bahwa
autoklaf sudah dilakukan adalah menggunakan indikator yang peka terhadap
panas/uap yang ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan
autoklaf tidak memungkinkan, desinfektan yang sangat baik dapat dicapai
dengan menggunakan bahan kimia yang terdaftar pada US Environmental
Protection Agency (EPA), waktu pemaparan tergantung pada instruksi pabrik.
Diikuti dengan pembasuhan menggunakann air steril. Cara lain untuk
mensterilkan adalah dengan merendam dalam air mendidih selama paling sedikit
10 menit.

4.3 Alat-Alat Semikritis


Peralatan semikritis adalah alat-alat yang bisa bersentuhan tetapi
sebenarnya tidak dipergunakan untuk penetrasi ke membran mukosa mulut.
Meskipun terkontaminasi oleh saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak
membawa kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan alat-alat
lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes termasuk dalam kategori ini.
Handpiece digunakan untuk bedah mulut idealnya bisa diautoklaf. Jika harus
menggunakan handpiece yang lain, maka setiap selesai pemakaian sebaiknya
dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit kemudian disikat di dalam air
dan kotorannya dihilangkan dengan sabun. Kemudian dengan hati-hati di lap
dengan bahan penghisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar di
EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan mycobactericidal.

4.4 Peralatan Non Kritis


Peralatan non kritis adalah peralatan yang biasanya tidak berkontak
dengan membran mukosa. Ini meliputi countertops, pengontrol posisi kursi, kran
yang dioperasikan dengan tangan, dan pengontrol kotak untuk melihat gambar
sinar-X. Apabila terkontaminasi dengan darah, saliva, atau keduanya, mula-mula
harus dilap dengan handuk pengisap kemudian didesinfeksi dengan larutan
antikuman yang cocok, misal 5000 ppm (pengenceran larutan pemutih 1:10,
clorox) atau 500 ppm (pengenceran 1:100 sodium hipoklorit). Harus hati-hati
karena sodium hipoklorit korosif terhadap logam.
4.5 Pengemasan Peralatan
Pengemasan peralatan yang steril merupakan seni tersendiri.
Membungkus perlatan yang benar, baik menggunakan kain yang bisa dipakai
ulang atau menggunakan bungkus sekali pakai adalah dengan dua lapis. Semua
peralatan yang berengsel harus dalam keadaan terbuka. Pengemasan ini
diperlengkapi dengan pita indikator yang peka panas/uap yang dengan
perubahan warnanya bisa menunjukkan bahwa bungkusan tersebut sudah
diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus di dalam plastik jernih yang diklip, diplester
atau direkat dengan pita indikator. Tanggal dilakukannya autoklaf dicatat pada
bagian luar setiap bungkusan. Peralatan yang dibungkus hanya satu lapis, harus
diatoklaf lagi setiap 30 hari, sedangkan yang dibungkus rangkap dua bisa tahan
sampai enam bulan.

4.6 Peralatan Siap Pakai / Disposibel


Sterilitas bisa dengan mudah dipastikan pada keadaan kritis dengan
menggunakan alat-alat siap pakai, disposibel. Yang paling penting adalah jarum
suntik yang digunakan untuk anastesi lokal atau bahan yang lain. Jarum tersebut
terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan
sterilitasnya. Pemasangan jarum pada selubungnya jangan dilakukan dengan
tangan. Apabila tidak ada alternatif lain untuk memasang selubung jarum, maka
bisa digunakan hemostat/needle holder. Benang dan jarum jahit juga tersedia
dalam bentuk siap pakai. Ini adalah yang disebut armed suture yaitu jarum yang
disatukan dengan benang jahitnya. Sarung tangan steril baik yang panjang atau
yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk
menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak terkontaminasi. Sebagian besar
agen hemostatik, bahan pengganti tulang aloplastik, dan material untuk implan
tidak membutuhkan sterilisasi lagi. Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya
tersedia dalam bungkusan steril yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya
dengan pelindung plastik digunakan apabila diperkirakan akan terjadi
kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian besar peralatan dibungkus dengan
sistem peel down. Dibungkus rangkap dua sehingga memungkinkan orang yang
tidak menggunakan sarung tangan membuka dan menyerajhkan isinya kepada
orang lain yang sudah memakain sarung tangan atau menaruh isinya di tempat
yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan tersebut sebaiknya jangan
digunaka. Meskipun bisa diautoclaf, tidak ada peralatan disposibel yang boleh
digunakan ulang. Label pada kemasan sering berisi peringatan agar tidak
digunakan ulang, dan peringatan ini mempunyai kekuatan hukum.

4.7 Meja Penempatan Instrumen


4.7.1 Meja Instrumen Steril
Meja ini dipersiapkan oleh scrub nurse. Hal ini termasuk penyediaan
instrument steril yang akan digunakan dalam bedah mulut. Ketika telah tersedia
instrument yang cukup pada meja steril, tidak boleh lagi terkontaminasi selama
operasi berlangsung; yakni dengan menggunakan taplak steril (sterile drape).
Instrumen-instrumen yang dibutuhkan akan dipindahkan ke meja mayo dengan
menggunakan forceps (gunting tang) steril.

4.7.2 Meja Mayo


Meja ini diletakkan di atas meja operasi, di atas pasien agar mudah ketika
mengambil alat-alatnya bagi operator dan scrub nurse. Di meja ini diletakkan
alat-alat yang akan digunakan dalam operasi, jadi yang alat-alat yang diletakkan
di meja mayo ini jumlahnya terbatas; yang tidak diperlukan akan dipindahkan
oleh scrub nurse kepada circulating nurse untuk sterilisasi, Ketika alat-alat
tersebut telah di sterilkan, alat-alat tersebut dikembalikan lagi ke meja alat.

5. PERSIAPAN RUANGAN

Sejak ditemukan teknik asepsis di ruang operasi, para dokter gigi juga
harus mengetahui dengan segala detailnya teknik tersebut. Sehingga dokter gigi
dapat mengerti mengenai teknik asepsis dan mengadaptasikannya ke dalam
klinik giginya. Asepsis dalam ruang operasi sangat dijaga kebersihannya oleh
supervisornya secara terus-menerus dari satu pasien ke pasien yang lainnya.
Untuk pasien yang ditemukan menderita penyakit menular seperti
tuberculosis, difteri, dan sebagainya, ada persiapan khusus untuk tindakan
asepsisnya. Setelah menerima pasien dengan penyakit menular tersebut, harus
dilakukan sterilisasi secara keseluruhan pada lantai, kursi gigi, meja steril, dan
lampu.

5.1 Dekontaminasi
Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh
sekresi mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi
dengan bahan kimia antikuman (dalam tabel). Semua permukaan kerja yang
terkontaminasi, pertama-tama dilap dengan handuk pengisap untuk
menghilangkan bahan-bahan-bahan organik kemudian didesinfeksi dengan
larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan 1:10 sampai 1:100
tergantung bahan organik yang ada). Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih
adalah salah satu bahan anti kuman yang murah dan efektif, namun perlu
diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam khususnya
alumunium.

Nama Dagang Komposisi Kimia Desinfektan Sterilan


Bancide Glutaraldehid 2%, Kekuatan penuh Kekuatan penuh,
Stearall sifat asam, selama 10 menit 1 jam pada 60C
Wavicide-01 potensinya pada suhu kamar 4 jam pada suhu
ditingkatkan 40-50C dan 10
dengan jam pada suhu
ethoxylates non- kamar
iotonik dari alkohol
linear
Cidex-7 Glutaraldehid 2% Kekuatan penuh, Kekuatan 10 jam
Procide-28 alkalin 10 menit pada pada suhu kamar
Centra-28 suhu kamar
Omnicide
Sporicdin Glutaraldehid 2% Diencerkan 1:16, Kekuatan penuh
alkalin dengan 10 menit pada 10 jam pada suhu
buffer fenol suhu kamar kamar
Glutarex Glutaraldehid 2% Kekuatan penuh, Kekuatan penuh
netral 10 menit pada 10 jam pada suhu
suhu kamar kamar
Omni II o-phenylphenol Diencerkan 1:32, ----------------
9,0% dan o- 10 menit pada
benzyl-p- suhu kamar
chlorophenol
Wescodyne Iodophors, iodine Diencerkan sesuai ----------------
1% petunjuk pabrik 30
menit
Larutan Pemutih Sodium hipoklorit Diencerkan 1:5 ----------------
sampai 1:100, 10-
30 menit

5.2 Pelindung Permukaan


Kertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik jernih bisa
dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah terkontaminasi dengan
darah atau saliva, yang sulit didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan
lampu dan kepala unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh operator dengan
menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan pembedahan, kemudian
diganti dengan bersih (sesudah melepas sarung tangan atau mengganti sarung
tangan). Selama prosedur pembedahan, permukaan yang tidak terlindung
misalnya pengontrol kursi atau lampus operasi bisa diatur atau digunakan tanpa
menimbulkan kontaminasi dengan menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan
yang memakai sarung tangan sebagai barier tambahan. Idealnya pengontrolan
dengan tangan sebaliknya dihindarkan atau dikurangi. Tempat kumur, dispenser
untuk sabun dan pengontrol kursi sebaliknya menggunakan peralatan yang bisa
dioperasikan dengan kaki.

Anda mungkin juga menyukai