Riset Kalsium BAB 4
Riset Kalsium BAB 4
27
38
46,85 tahun sementara rerata usia subjek non-perokok adalah 37,88 tahun.
Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dari subjek penelitian didapatkan
subjek perokok dengan tingkat merokok ringan-sedang terbanyak berpendidikan
tinggi yaitu sebanyak 40 orang (69,0%), sama halnya dengan subjek perokok
dengan tingkat merokok berat sebanyak 17 orang (85,0%) dan juga pada subjek
non-perokok didapatkan terbanyak memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu
sebanyak 30 orang (93%). Subjek penelitian perokok dengan tingkat merokok
ringan-sedang terbanyak memiliki status sosioekonomi menengah keatas yaitu
sebanyak 38 orang (65,5%) sama dengan kelompok subjek penelitian dengan
tingkat perokok berat yaitu sebanyak 15 orang (74,0%) dan pada kelompok subjek
non-perokok juga memiliki status sosioekonomi terbanyak menengah-keatas
sebanyak 21 orang (87,5%). Dari hasil tabel karakteristik subjek penelitian
tersebut dapat terlihat kesamaan karakteristik diantara kelompok-kelompok subjek
penelitian.
39
4.1.3 Karakteristik Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Subjek Penelitian
Karakteristik status kesehatan gigi dan mulut pada subjek penelitian dibagi
berdasarkan nilai Debris Index (DI), Calculus Index (CI), Gingiva Index (GI), dan
OHIS Score tercantum di dalam tabel 4.3 berikut
Tabel 4.3 Karakteristik Status Kesehatan Gigi dan Mulut (OHIS) Pada Subjek
Penelitian
Karakteristik Perokok Ringan-Sedang Perokok Berat Non-Perokok p value
Debris Index (DI) 1 (0,33-2)* 1,06 0,39 0,8 (0,17-1,5)* p = 0,012**
Calculus Index (CI) 1,66 (0,66-2,1)* 1,78 0,51 1,66 (0,33-2,3)* p = 0,031**
Gingiva Index (GI) 1,16 (0,33-2,1)* 1,27 0,47 1,17 (0,17-2,1)* p = 0,51
OHIS Score 2,57 0,55 2,85 0,86 2,26 0,80 p = 0,01**
*Median (Min-Maks)
**Hasil Bermakna
41
Dari tabel hasil penelitian diatas mengenai karakteristik kesehatan gigi dan
mulut menggunakan Jonckheere-Terpstra didapatkan hasil perbedaan status
kesehatan gigi yang mulut (OHIS Score) yang bermakna antara kelompok non-
perokok (2,26 0,80) dengan kelompok perokok ringan-sedang (2,57 0,55) dan
kelompok perokok berat (2,85 0,55) dengan nilai p = 0,01 dimana terlihat nilai
OHIS yang lebih tinggi pada kelompok perokok berat dibandingkan dengan
kelompok perokok ringan-sedang dan kelompok non-perokok. Terdapat perbedaan
yang bermakna pula pada nilai median Calculus Index (CI) antara kelompok non-
perokok 1,66 (0,33-2,3), kelompok perokok ringan-sedang 1,66 (0,66-2,1), dan
kelompok perokok berat (1,78 0,51) dengan p value = 0,031. Pada hasil olah
data statisik nilai Debris Index juga diperoleh hasil perbedaan yang bermakna
antara kelompok non-perokok (0,8 (0,17-1,5)), kelompok perokok ringan-sedang
(1 (0,33-2)), dan kelompok perokok berat (1,06 0,39) dengan p value sebesar
0,012. Sementara pada hasil olah data nilai Gingiva Index tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna anatara kelompok non-perokok, perokok ringan-
sedang, dan perokok berat (p value = 0,51).
Dari tabel diatas didapatkan nilai rerata kadar salivary calcium pada
perokok dengan jenis rokok kretek lebih tinggi yaitu 0,86 0,29 mmol/L
dibandingkan dengan perokok dengan jenis rokok non-kretek yaitu 0,79 0,25
mmol/L. Namun setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji unpaired t-test
didapatkan nilai p value sebesar 0,228 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai rerata
salivary calcium pada perokok yang menggunakan rokok jenis kretek maupun
perokok yang menggunakan rokok jenis non-kretek.
4.2 Pembahasan
44
tingkat pendidikan tinggi dengan status ekonomi yang tinggi memiliki jumlah
prevalensi perokok yang lebih sedikit.31
Dari hasil pengolahan data mengenai hubungan antara karakteristik
merokok dengan kadar salivary calcium pada subjek perokok ringan-sedang
dengan subjek perokok berat, secara bermakna didapatkan hasil nilai rerata kadar
salivary calcium yang lebih tinggi pada subjek dengan derajat merokok berat
yaitu 0,95 0,22 mmol/L dibandingkan dengan nilai rerata salivary calcium
subjek dengan derajat merokok ringan-sedang yaitu 0,77 0,25 mmol/L (p <
0,05). Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa zat-zat yang terkandung di dalam
rokok terutama nikotin akan menyebabkan perubahan komposisi dalam saliva
sehingga menurunkan derajat keasaman (pH) rongga mulut.18 Ketika derajat
keasaman (pH) rongga mulut turun dibawah tingkat tertentu maka akan terjadi
pemecahan mineral gigi (Kristal hiroksiapatit) yang disebut sebagai proses
demineralisasi gigi dan melepaskan ion kalsium ke dalam saliva sehingga terjadi
peningkatan kadar ion kalsium di dalam saliva. 19,20 Alharbi tahun 2012 dalam
penelitiannya menyatakan bahwa paparan terhadap nikotin dalam rokok dalam
jangka waktu yang lama (kronik) menyebabkan anergi pada sel-T dengan
menggangu transduksi sinyal antigen receptor-mediated yang menyebabkan
pengeluaran simpanan Ca2+ serta mengakibatkan peningkatan Ca2+ intrasel yang
dapat menyebabkan kerusakan selular.21
Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya yang telah dilakukan mengenai
kadar salivary calcium pada perokok dan non-perokok. Al-Obaidi dalam
penelitiannya pada tahun 2006 menyatakan bahwa kadar salivary calcium pada
perokok lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok.22 Abed et al. tahun 2012
juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa kadar salivary calcium pada
perokok secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok. 23 Khan
GJ et al. tahun 2005 pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa ditemukan
kadar salivary calcium yang lebih tinggi secara signifikan pada perokok
dibandingkan dengan non-perokok.24 Namun pada semua penelitian tersebut tidak
dijelaskan hubungannya dengan tingkat keparahan merokok pada perokok dengan
kadar salivary calcium.
46
Berdasarkan hasil olah data karakteristik status kesehatan gigi dan mulut
antara non-perokok, perokok ringan-sedang, dan perokok berat menggunakan uji
Jonckheere-Terpstra didapatkan hasil perbedaan status kesehatan gigi yang mulut
(OHIS Score) yang bermakna antara kelompok non-perokok (2,26 0,80) dengan
kelompok perokok ringan-sedang (2,57 0,55) dan kelompok perokok berat (2,85
0,55) dengan nilai p = 0,01 dimana terlihat nilai OHIS yang lebih tinggi pada
kelompok perokok berat dibandingkan dengan kelompok perokok ringan-sedang
dan kelompok non-perokok. Terdapat perbedaan yang bermakna pula pada nilai
median Calculus Index (CI) antara kelompok non-perokok 1,66 (0,33-2,3),
kelompok perokok ringan-sedang 1,66 (0,66-2,1), dan kelompok perokok berat
(1,78 0,51) dengan p value = 0,031. Pada hasil olah data statisik nilai Debris
Index juga diperoleh hasil perbedaan yang bermakna antara kelompok non-
perokok (0,8 (0,17-1,5)), kelompok perokok ringan-sedang (1 (0,33-2)), dan
kelompok perokok berat (1,06 0,39) dengan p value sebesar 0,012. Sementara
pada hasil olah data nilai Gingiva Index tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna anatara kelompok non-perokok, perokok ringan-sedang, dan perokok
berat (p value = 0,51). Hasil analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat merokok maka akan semakin buruk tingkat kesehatan gigi
dan mulut. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa merokok dapat membuat
tingginya pembentukan plak pada gigi yang disebabkan oleh tingginya kandungan
mineral baik kalsium, fosfat, dan mineral lainnya dalam di dalam rongga mulut
yang dapat membuat kalkulus dan menurunkan tingkat kesehatan gigi dan
mulut.29,30
48
Artinya:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah
(2) : 195)
Dan juga di dalam surat al-Araf (7) ayat 157 Allah SWT berfirman:
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
50
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah didapatkan kadar
kalsium saliva pada perokok dengan indeks Brinkman ringan-sedang (0,76 0,26
mmol/L) secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan perokok dengan
indeks Brinkman berat (0,95 0,23 mmol/L) dengan beda rerata (mean
difference) sebesar 0,07 dan kebermaknaan nilai p < 0,05.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran untuk peneliti
selanjutnya:
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti hubungan antara
pengaruh rokok dengan komponen anorganik lain yang terdapat pada
saliva dan hubungannya dengan derajat kesehatan gigi dan mulut
2. Pada penelitian selanjutnya apabila meneliti mengenai peran rokok
terhadap salivary calcium dapat meneliti perbedaan pengaruh jenis
rokok elektrik (VAPE) terhadap salivary calcium dibandingkan dengan
jenis rokok biasa
28
39
DAFTAR PUSTAKA
2007 [Updated 2008; cited 2015 October 15]. Jurnal Ekologi Kesehatan
Vol. 8 No. I, Maret 2008: 860-873. Available from:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/1664/969
10. Grays JA. Kinetics dissolution of human dental enamel in acid. J Dent
Res.1982; 41(8): 633-645.
11. Friskopp J, Isacsson G. Mineral content of supragingival and subgingival
dental calculus. A quantitative microradiographic study. Scand J Dent Res.
1984; 92: 417-423.
12. Shata A. Hassan, and Tahani A Al-Sandook [Internet]. Salivary Calcium
Concentration in Patients with High Incidence of Calculus Formation
[Updated 2005; cited 22 October 2015]. Al-Rafidain Dent J. Vol. 5, No. 1,
ISSN: 1812-1217
13. Greene and Vermilion [Internet]. Simplified Oral Hygiene Index | OHI-S
[cited 2015 October 15]. Available from:
https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-
Indices/Simplified-Oral-Hygiene-Index--OHI-S/
14. Samsuri Tirtosastro, dan A.S. Murdiyati [Internet]. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri 2(1), April 2010:33-43 [Updated
2009; cited 2015 October 15]. Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185619
15. Adriana de Fatima Vasconcelos Pereira, et al. [Internet]. Effects of
Cigarette Smoking on Oral Hygiene Status [Updated 2013; cited 22
October 2015] Journal of Dental Science. Rev Odonto Cienc 2013; 28(1):
4-7. Available from:
http://revistaseletronicas.pucrs.br/ojs/index.php/fo/article/view/9480
16. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) di Indonesia [Internet]. [Cited 2015 October 15]. Available from:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/konsensus-ppok-
isi1.html
17. Singh N, Aggarwal Ashutosh N, Gupta D, Behera D, Jindal Surinder K
[Internet]. Quantified Smoking status and non-small cell lung cancer stage
at presentation: analysis of a North Indian cohort and a systematic review
41
28. Majelis Ulama Indonesia. Keputusan ijtima ulama komisi fatwa se-
Indonesia. Bagian ketiga. 2009.
29. Nwhator SO, Ayanbadejo P, Savage KO, et al. Oral hygiene status and
periodontal treatment needs of Nigerian male smokers. TAF Prev Med
Bull. 2010; 9: 107-12.
30. Arowojolu MO, Fawole OI, Dosumu EB, et al. A comparative study of the
oral hygiene status of smokers and non-smokers in Ibadan, Oyo State.
Niger Med J. 2013 July; 54(4): 240-3.
31. Lifestyles Statistics team, Health & Social Care Information Centre.
Statistics on Smoking. V.1.0. England: 29 May 2015.