Tugas Endokrin Syndrom Addison
Tugas Endokrin Syndrom Addison
OLEH :
Kelompok 7 Kelas E
Semester 4
1. Neni Arista A (201501182)
2. Mike Nurmayanti (201501191)
3. Edi khoiruman (201501215)
4. Satli (201501199)
5. Rahmat indika (201501204)
6. Yuyun Dwi (201401129)
Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur alhamdulillah
kehadirat Allah SWT.karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Sistem Endokrin tentang Syndrom Addison ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang diberikan.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada referensi, buku dan
media massa yang berhubungan dengan sistem endokrin yang telah membantu
dalam penyusun asuhan keperawatan ini hingga selesai dan juga kami ucapkan
banyak terima kasih atas pemberian tugas ini, karena kami dapat lebih memahami.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan para
pembaca pada umumnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah
perubahan yang lebih baik di kemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit Addison.
Autoantibodi adrenal ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien
dengann penyakit Addison. Antibody ini bereaksi dengan antigen
dikorteks adrenal, termasuk enzim 21 hidroksilase dan menyebabkan
reaksi peradangan yang akhirnya menghancurkan kelenjar adrenal.
Biassanya lebih dari 80% dari kedua kelenjar harus rusak sebelum
timbul gejala dan tanda insufisiensi. Penyakit Addison dapat timbul
bersaam dengan penyakit endokrin lain yang memiliki dasar
autoimuitas. Diantaranya adalah tiroiditis hashimoto, beberapa kasus
diabetes mellitus type 1, dan hipoparatiroidisme. Juga tampaknya
terdapat predisposisi familial untuk penyakit endrokin autoimun, yang
mungkin berkaitan dengan kelainan reaktifitas system imun pasien.
Penyebab penyakit Addison yang lebih jarang adalah pendarahan yang
disebabkan oleh pemakaina antikoogulan jangka panjang terutama
heparin, penyakit granulomatosa non perkijuan, infeksi sitomegalovirus
(CMV) pada pasien dengan sindrom imonodefisiensi didapat (AIDS),
dan neuplasma metastatic yang mengenai kedua kelenjar adrenal.
Pernah dilaporkan kasus-kasus jarang yaitu, insufisiensikorteks adrenal
primer terjadi akibat mutasi di gen-gen yang mengode protein yang
mengendalikan perkembangan adrenal atau steroidogenesis.( Price,
Sylvia. 2006)
2
3. apa saja jenis-jenis dari addison tersebut ?
4. Bagaimana manifestasi serta penatalaksanaan addison
tersebut ?
5. Bagaimana PNP/ Nursing pathway penyakit addison
tersebut ?
6. Bagaimana cara menganalis kasus pada penderita
glaukoma ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Supaya mahasiswa atau para pembaca mampu mengerti dan
memahami tentang addison serta menerapkan dari penatalaksanaan pada
saat di Rumah Sakit.
2. Tujuan khusus
Mahasisa mampu menjelaskan etiologi.
Mahasiswa mampu membuat PNP (Pathway Nursing) serta
menjelaskannya.
Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada penderita
yg terkena addison.
3
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
adrenal yang kronik, yang disertai pigmentasi kulit. Ini dapat terjadi disegala
usia meski lebih umum terjadi pada dewasa dibawah usia 60 tahun. Seperti
penyakit endrokin lainnya penyakit addison lebih umum terjadi pada wanita.
berasal dari dalam kelenjar adrenal dan ditandai oleh penurunan sekresi
terganggu.
4
Penyakit addison relatif jarang dijumpai dan dapat terjadi pada segala usia
yang sudah lama dijalani atau kelenjar hipofisis mengalami cedera karena
tumor atau karena proses infiltrasi ataupun auto imun. Keadaan yang trakhir
ini terjadi ketika anti bo dy yang beredar dalam darah bereaksi secara khusus
terhadap jaringan adrenal sehingga timbul inflamasi dan infiltrasi oleh limfosit.
Dengan diagnosis dini dan terapi sulih yang adekuat, baik hipofungsi adrenal
dan segera. Penyakit addison yang bersifat autoimun paling sering ditemukan
pada wanita kulit putih dan kemungkinan besar terhadap predis posisi genetik.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada pasien dengan redis posisi familiar
penyakit adison didiaknosis pada usia dekade ketiga hingga kelima mereka.
5
2.2 Etiologi
a. Primer
Penyakit Addison (kerusakan > 90% pada kedua kelenjar
adrenal dan biasanya disebabkan oleh proses autoimun,
ketika antibodi beredar dalam darah bereaksi secara khusus
terhadap jaringan adrenal).
Penyebab lain meliputi :
Tuberculosis (pernah menjadi penyebab utama, tetapi kini
merupakan penyebab pada kurang dari 20% kasus dewasa)
Adrenalektomi : prosedur pengangkatan salah satu atau
kedua kelenjar adrenal karena pertumbuhan tumor
Perdarahan pada kelenjar adrenal
Neoplasma : sekumpulan sel yang abnormal yang terbentuk
oleh sel sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh
Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga ( dapat menjadi
faktor predisposisi untuk penyakit Addison )
b. Sekunder
Hipopituitarisme : kelainan pada hipofisis yang ditandai
dengan sekresi beberapa hormon dalam jumlah rendah,
disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar hipofisis adrenal (
yang menyebabkan penurunan sekresi kartikotropin )
Penghentian mendadak terapi kortikosteroid jangka panjang
( stimulasi kostikosteroid eksogenus jangka panjang
menekan sekresi kortikotropin oleh hipofisis sehingga terjadi
atrofi kelenjar adrenal
Pengangkatan tumor yang menyekresi kortikotropin.
6
2.3 Manifestasi Klinis
A. SISTEM INTEGUMEN
Perlambatan penyembuhan luka
Hiperpigmentasi
B. SISTEM KARDIOVASKULER
Hipotensi postural
Aritmia
Takikardia
C. SISTEM SARAF PUSAT
Latergi
Tremor
Labilitas emosi
Bingung
D. SISTEM MUSKULOSKETLETAL
Kelemahan
Pengecilan otot
Nyeri sendi
Nyeri otot
E. SISTEM GASTROINTESTINAL
Anoreksia
Mual dan muntah
Diare
F. SISTEM REPRODUKSI
Perubahan menstruasi
G. EFEK METABOLIK
Hiperkalemia
Hiponatremia
Hipohlikemi
7
8
2.5 Komplikasi
9
Tes Stimulating CRH : ketika respon pada tes pendek ACTH adalah
abnormal, suatu tes stimulasi CRH panjang di perlukan untuk
menentukan penyebab ketidak cukupan adreanal. Pada tes ini, CRH
sintetik di suntikkan secara intravena dan kortisol darah di ukur
sebelum 30, 60, 90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien - pasien
dengan ketidak cukupan adrenal sekunder mempengaruhi respon
kekurangan kortisol namun tidak hadir atau penundaan respon -
respon ACTH. Ketidak hadiran respon respon ACTH
menunjukkan pada pituitary sebagai penyebab suatu penundaan
respon ACTH menunjukkan pada hipotalamus sebagai penyebab.
Pemeriksaan lainnya
Apabila diagnosis penyakit Addison telah ditegakkan, lakukan USG
atau X-Ray abdomen untuk melihat penumpukan kalsium pada
kelenjar adrenal. Penumpukan kalsium mengindikasikan ada
perdarahan pada kelenjar adrenal atau TBC.
2.7 Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan penyakit addison yang rutin adalah pemberian hormon
glukokortikoid dan mineralkortikoid. Beberapa penyait addison
memerlukan pengobatan spesidik sesuai penyebab yang mendasari seperti
obat anti tuberkolosis (OAT) pada penyakit addison yang disebabkan
karena TBC.
a. Gluokortikoid yang sering digunakan adlaah hidrokortison
dnegan dosis 15 25 mg/ hari yang dibagi dalam 2 3 dosis.
Dosis terdiri atas 10 mg saat bangun tidur, 5 mg pada siang hari
dan 5 mg pada malam hari. Dosis hidrokortison dipertahankan
atas dasar penilaian klinis. Observasi status kesehatan pasien
(seperti hipertensi, peningkatan BB, dan intoleransi glukosa)
serta tanda dosis kurang sperti (kehilangan BB dan pigmentasi).
10
Selama periode kambuhan, perioperatif, atau berbagai macam
stress, dosis hidrokortison harus ditingkatkan. Beberapa obat
seperti rifampisin, fenobarbitol dan fenitoin akan meningkatkan
metabolisme hepatik glukokortikoid, karena itu pada pasien ini
dosis hidrokortison harus ditingkatkan.
b. Pemberian mineralkortikoid. Obat yang diberikan adalah
fludrokortison dnegan dosis 100g / hari, atau disesuaikan
(biasanya 50 200 g / hari) sesuai dengan respons klinis pasien.
Adanya hipertensi dan edema pergelangan kaki menunjukkan
terapi yang berlebihan, sedangkan mengidam makanan asin,
hipotensi postural, dan hiperkalemia menunjukkan terapi masih
kurang.
2. Perawatan
a. Pengaturan diet : untuk mempertahankan keseimbangan
natrium dna kalium. Jika pasien mengalami anoresia,
anjurkan makan enam kali sehari dengan porsi kecil untuk
meningkatkan asupan kalori.
b. Amati keadaan pasien yang mendapat terapi steroid untuk
mendeteksi tanda- tanda chusingoid, seperti retensi cairan
disekitar mata dan wajah. Awasi kemungkinan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, khususnya bila
pasien mendapat preparat mineralkortikoid. Pantau berat
badan dan cek tekanan darah pasien untuk menilai status
cairan tubuhnya.
Ingat, steroid yang diberikan pada waktu senja atau malam
hari dapat menstimulasi SSP dan menimbulkan insomnia
pada sebagian besar pasien. Lakukan pemerikasaan untuk
menemukan ptekie karena pasien ini mudah mengalami
memar. Ajarkan pasien gejala kelebihan dosis steroid
(edema dan kenaikan BB) serta kekurangan dosis steroid
(letargi dan lemah)
11
c. Ingatkan pasien bahwa keadaan stress dapat membuat pasien
memerlukan kortison tambahan untuk mencegah krisis
adrenal. Infeksi, cedera, atau pengeluaran keringat yang
sangat banyak pada cuaca panas dapat memicu krisis
adrenal.
d. Instruksikan pasien untuk selalu membawa karru pengenal
medis yang menyatakan bahwa pasien memakai preparat
steroid dengan mencantumkan nama obat serta takarannya.
e. Beritahu pasien agar selalu menyediakan kotak obat darurat
yang berisi preparat hidrokortison dalam spuit siap pakai
untuk disuntikkan pada saat saat stress. Ajarkan pasien dan
keluarganya cara memberikan suntikan hidrokortison.
f. Pengukuran TTV
g. Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau
menyediakan waktu istirahat pasien
h. Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan
kedua tungkai ditinggikan
i. Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
j. Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan
elektrolit yang normal disertai regresi gambaran klinis
k. Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala
yang menunjukan adanya krisis Addison
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
SYNDROM ADDISON
Trigercase
3.1 Pengkajian
a Identitas
Identitas pasien
Nama : Tn. A
Tempat tanggal lahir : Mojokerto, 07 Juli 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jokorawas, Trawas Mojokerto
Pekerjaan : Wiraswasta
13
No RM : 00009
Dx Medis : Syndrom Addison
Tanggal MRS : 23 Januari 2017
Tgl Pengkajian : 23 Januari 2017
b Keluhan Utama
muntah, mudah lelah dan warna kulit berubah yang awalnya sawo matang
Dan pagi tadi pada tanggal 23 Januari 2017 pasien mengalami kelemahan
inap.
keluarga tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien
f Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi
14
Bentuk dada simetris, saat inspirasi dan ekspirasi dada
mengembang bersamaan, RR : 28x / menit, tidak ada lesi,
Palpasi
Tidak ada benjolan di sekitar dada
Perkusi
Paru-paru Sonor
Auskultasi
Whezing (-), ronchi (-)
B2 (Blood)
Inspeksi : Distensi vena jugularis (-)
Palpasi : CRT > 2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis
Auskultasi : terjadi hipotensi dengan tekanan darah 80/50 mmHg,
suara jantung melemah dan tidak ada suara jantung tambahan,
murmur jantung (-).
B3 (Brain)
kesadaran somnolen, GCS 3-5-4, tidak ada benjolan di kepala dan
leher.
B4 (Bladder)
Mengalami oliguri (produksi urin kurang dari 400 mL/ hari)
B5 (Bowel)
Pasien mengalami diare sehari 5x sehari, bising usus 34x/ menit
B6 (Bone)
Kekuatan tonus otot menurun, lemas mudah lelah, kekuatan otot
4 4
4 4
15
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Natrium : 126 mEq/L (N :135-145 mEq/L)
malam hari
g Analisa Data
16
2. Ds : keluarga pasien TD dan CO menurun Gangguan
mengatakan pasien sesak pertukaran Gas
Do : Transpor O2 menurun
Nadi : 110x/menit
TD : 80/50 mmHg Hipoksia dan
RR : 28x / menit hipoventilasi
Aritmia
Kesadaran somnolen,
hipoksia
Dehidrasi
Kekurangan volume
cairan
4. Ds : keluarga pasien Kortisol Perubahan nutrisi
mengatakan pasien kurang dari
mengalami diare dan BB Glukoneogenesis kebutuhan tubuh
turun, nafsu makan
berkurang
17
Do : porsi makan tidak Hipoglikemia
habis, muntah setelah
selesai makan BB
18
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan absorbsi NaCl dan air menurun ditandai dengan mual
muntah, diare
kelemahan umum
3.3 Intervensi
Kriteria Hasil
19
a. pasien dapat Selidiki perubahan
composmentis pernapasan.
R : Dipsnea
f. Nadi perifer
menunjukkan gangguan
teraba jantung karena
peningkatan
kompensasi curah
jantung.
Kolaborasi pengawasan
hasil pemeriksaan
laboratorium.
R : Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan pengobatan
atau respon terhadap
terapi.
20
Kolaborasi pemberian
dalam pemberian
oksigen tambahan
sesuai indikasi.
R : Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.
a. RR normal R : saturasi O2
menentukan terjadinya
hipoventilasi
21
b. saturasi O2 Kolaborasi pemberian
dispnea
22
berlanjutnya
hipovolemia dan
mempengaruhi
kebutuhan pengobatan.
Anjurkan cairan oral >
3000 ml/hr sesuai
dengan kemampuan
pasien.
R : kembalinya fungsi
saluran cerna
memungkinkan
pemberian cairan.
Kolaborasi pemberian
cairan (larutan salin dan
larutan glukosa)
R : Sebagai cairan
pengganti untuk
mengatasi kekurangan
natrium.
Kolaborasi pemberian
obat (kortison)
R : Obat pilihan untuk
mengganti kekurangan
kortison dan
meningkatkan reabsorbsi
natrium.
Kolaborasi tentang
pasang / pertahankan
kateter.
23
R : Memfasilitasi
pengukuran haluaran
dengan akurat.
Pantau pemeriksaam
laboratorium .
R : Peningkatan kadar
ureum dan kreatini
mengindikasikan
kerusakkan tingkat sel
karena dehidrasi.
24
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
yang kronik, yang disertai pigmentasi kulit. Kecuali terjadinya krisis adrenal,
kesehatan dan usia pasien biasanya normal, sedangkan pigmentasi kulit bisa
menetap. Penyakit addison hanya bisa dikendalikan atau dikontrol, tidak bisa
25
DAFTAR PUSTAKA
iv