Anda di halaman 1dari 28

HEAT RECOVERY PADA BRAYTON CYCLE DAN RANKINE CYCLE

Siklus kombinasi adalah siklus termodinamika yang menggabungkan


siklus rankine dan siklus brayton. Kebutuhan kalor untuk menghasilkan uap air
akan disediakan dari gas buang turbin gas. Hal tersebut bisa terjadi kerana adanya
komponen Heat Recovery Steam Generator (HRSG). Dalam proses perancangan
HRSG harus memperhatikan kebutuhan dari pembangkit, dan juga
memperhatikan parameter yang dapat mempengaruhi performa HRSG, salah
satunya adalah pinch point dan approach point. Sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui karakteristik pengaruh dari pinch point, dan
approach point pada HRSG terhadap performa pembangkit. Juga perlu penelitian
untuk mengetahui pengaruh komponen di luar HRSG seperti gas turbin terhadap
performa HRSG dan dampaknya pada pembangkit secara keseluruhan.

1. Heat Recovery Steam Generator


Heat Recovery Steam Generator adalah peralatan utama dari pusat listrik
tenaga gas uap yang berfungsi untuk memanfaatkan gas buang turbin gas untuk
memperoduksi uap bertekanan (khususnya superheated steam). Panas/kalor yang
dipindahkan dari gas buang tersebut seluruhnya berpindah dengan cara konveksi
ke air yang berada dalam pipa. Gas buang turbin gas mengalir memanasi peralatan
HRSG mulai dari superheater, kemudian menuju ke evaporator, economizer dan
preheater dan selanjutnya keluar melalui cerobong tempat pembuangan.
Adapun HRSG ini dilihat dari aliran water dan steam-nya ada tiga jenis
yaitu one through unit, vertikal dan horizontal HRSG. Adapun dari jenis-jenis
HRSG tersebut memiliki keuntungan masing, sebagaimana di PLTGU dengan
vertikal HRSG atau di unit lain dengan horizontal HRSG juga memiliki
keuntungan. One through HRSG ini tidak memiliki steam drum di PLTU yang
dioperasikan oleh Indonesia Power, yaitu mirip supercritical boiler. Pada HRSG
jenis ini air feed water masuk melalui tube-tube HRSG dan keluar langsung
berupa steam. Pada one through HRSG ini air yang digunakan untuk feed water
akan mendidih dan menjadi steam posisinya akan berbeda tergantung pada flow
rate dan temperature gas buang yang dikeluarkan pada sebuah sistem.
1.1. Bagian Heat Recovery Steam Generator
Preheater merupakan alat penukar kalor sebagai pemanas awal untuk air
kondensat dari kondensasi di kondensor sebelum siap untuk menjadi air pengisi di
deaerator. Preheater ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari HRSG itu
sendiri. Preheater berada pada bagian akhir atau paling atas dari HRSG untuk
menyerap energi terendah dari gas buang. Dengan pengoperasian preheater ini
maka proses deaerasi air pengisi di deaerator akan membutuhkan lebih sedikit
auxillary steam, sehingga energi steam bisa dimanfaatkan dalam turbin.
Kemudian economizer ini merupakan pemanas awal untuk air pengisi
HRSG (feed water), dimana air pengisi akan mengalir dari deaerator menuju
steam drum. Pada economizer ini proses yang terjadi yaitu pemanasan sensible,
yaitu menaikkan temperatur air tanpa merubah fase. Pada pipa-pipa economizer
dijaga agar tidak terjadi penguapan (mencapai titik uap air) atau dalam bahasa
pembangkit dijaga agar tidak terjadi steaming. Pada beban-beban gas turbine
rendah hal ini bisa menyebabkan terjadi steaming, sehingga perlu adanya
economizer recirculating untuk menjaga agar tidak terjadinya penguapan.
Selanjutnya evaporator atau boiler bank merupakan alat penukar kalor
dimana akan menghasilkan uap jenuh (saturated) dari feed water. Pada vertikal
HRSG dengan sirkulasi paksa yang menggunakan pompa sirkulasi, air sirkulasi
akan mengalir dari drum masuk deaerator dan kembali ke drum. Air feed water
dalam fase saturated yang ada dalam pipa akan menuju ke sebuah drum dan
terpisah antara yang masih berupa fase cair dan juga fase saturated steam.
Lalu superheater merupakan alat penukar kalor pada HRSG yang
menghasilkan uap panas (superheated steam). Superheater dapat terdiri dari
penukar kalor, sebagaimana di PLTGU superheater ada 2 tahap yaitu primary dan
secondary superheater. Superheater biasanya dilengkapi dengan temperature
control yang menjaga temperature uap yang keluar dari superheater agar tidak
melebihi batas high temperature, sistem ini dinamakan desuperheater.
Desuperheater ini fungsinya menjaga temperature keluar HRSG yang masuk ke
dalam turbin agar tidak melebihi dari temperature material pada turbin.
Selanjutnya exhaust damper ini merupakan pengarah aliran gas panas
exhaust dari turbin gas. Ketika open cycle (simple cycle) maka gas buang akan
terbuang melalui by pass stack sedangkan untuk sistem combine cycle gas panas
akan di arahkan oleh exhaust damper masuk ke HRSG dengan menutup jalur ke
arah by pass stack. Energi panas yang terkandung di dalam gas buang (exhaust)
turbin gas yang temperaturnya masih cukup tinggi (500OC) dialirkan masuk
kedalam HRSG untuk memanaskan air di dalam pipa-pipa pemanas, selanjutnya
keluar ke cerobong dengan temperatur sekitar 150OC. Air di dalam pipa-pipa
pemanas yang berasal dari drum mendapat pemanasan dari gas panas tersebut,
sebagian besar akan berubah menjadi uap dan yang lain masih berbentuk air.
Campuran air dan uap ini selanjutnya masuk dikembalikan kedalam drum.
Uap yang sudah terpisah dari air selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan turbin uap, sedangkan air yang tidak menjadi uap disirkulasikan
kembali kedalam pipa-pipa pemanas bersama-sama dengan air pengisi yang baru.
Demikian proses ini berlangsung terus menerus selama unit beroperasi. Pada
prinsipnya, antara HRSG dan boiler adalah sama, yaitu suatu peralatan yang
digunakan untuk mengubah air menjadi uap dengan bantuan gas panas. Yang
sangat mendasar dalam perbedaan ini adalah sumber panas yang digunakan untuk
membangkitkan uap. Sumber panas utama yang digunakan untuk membangkitkan
uap berasal dari energi panas yang terkandung di dalam gas buang turbin gas yang
dialirkan masuk kedalam HRSG untuk memanaskan pipa-pipa pemanas.
Kemudian pada boiler, sumber panas yang digunakan untuk
membangkitkan uap berasal dari pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar,
bisa berupa bahan bakar padat (batu bara), cair (minyak) ataupun gas. Sehingga
pada HRSG tidak ada sistem pembakarannya (ruang bakar) . HRSG ini dapat kita
temukan dalam pembangkit listrik Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
HRSG akan inservice apabila PLTGU dalam mode operasi combine
cycle. Sehingga antara mode open cycle dan combine cycle akan dikendalikan
oleh exhaust damper (diverter damper). Sebagaimana pada PLTU untuk proses
combine cycle terlebih dahulu permisive start harus terlewati atau terpenuhi
terlebih dahulu. Walau tidak sebanyak pada PLTU proses combine cycle pada
PLTGU dari block start (dari nol) sampai sinkron 3-3-1 atau 2-2-1 (tergantung
sistem combine-nya) memakan waktu yang lama juga. Kurang lebih sekitar 10
jam untuk proses komplit pada saat HRSG keadaan cold. Untuk parameter
menetukan cold, warm, ataupun hot ini baik HRSG dan ST perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut agar lebih teliti HSRG keadaan menengah (Hidayat, 2017).
Dalam gas buang, panas/kalor akan dipindahkan seluruhnya dengan cara
konveksi ke air yang berada dalam pipa. Gas buang turbin mengalir memanasi
komponen heat recovery steam generator mulai dari superheater, economizer dan
preheater dan selanjutnya keluar melalui cerobong. Didalam gas buang/exhaust
turbin. Energi panas gas yang temperaturnya masih cukup dialirkan masuk
kedalam HRSG untuk memanaskan air di dalam pipa-pipa pemanas, selanjutnya
keluar ke cerobong. Air dari drum yang mengalir dan tertampung didalam pipa-
pipa pemanas akan mendapat pemanasan dari hasil gas yang panas tersebut.
Hasil pemanasan akan mengakibatkan sebagian besar air akan berubah
menjadi uap dan yang lain masih berbentuk air. Campuran air dan uap ini
selanjutnya masuk kembali kedalam drum. Ketika uap dan air sudah terpisah, uap
akan digunakan untuk menggerakkan turbin uap, sedangkan air yang tidak
menjadi uap akan disirkulasikan kembali kedalam pipa-pipa pemanas bersama-
sama dengan air pengisi yang baru. Proses ini berlangsung terus menerus.
Berdasarkan prinsip kerja dan fungsinya, heat recovery steam generator
dan boiler adalah sama, yaitu suatu peralatan yang digunakan untuk mengubah air
menjadi uap dengan bantuan panas. Perbedaanya hanya terletak pada sumber
panas yang digunakan untuk membangkitkan uap. Jika pada heat recovery steam
generator membangkitkan uap terkandung didalam sebuah gas buang yang
kemudian dialirkan masuk kedalam sebuah alat heat recovery steam generator.

2. Brayton Cycle
Pada tahun 1872, seorang insinyur Amerika George Bailey Brayton
melanjutkan studi tentang mesin panas dengan mematenkan mesin pembakaran
internal tekanan konstan, awalnya menggunakan gas penguapan namun kemudian
menggunakan bahan bakar cair seperti minyak tanah. Mesin panas ini dikenal
dengan nama Brayton's Ready Motor. Artinya, mesin Brayton asli menggunakan
kompresor piston dan piston expander bukan turbin gas dan kompresor gas . Saat
ini, mesin turbin gas modern dan mesin jet udara breathing juga merupakan mesin
tekanan konstan, oleh karena itu digambarkan oleh termodinamika siklus Brayton.
Secara umum, siklus Brayton menggambarkan cara kerja mesin panas tekanan
konstan. Ini adalah siklus termodinamika yang paling umum yang dapat
ditemukan di pembangkit listrik turbin gas atau pada jenis pesawat terbang.
Berbeda dengan siklus Carnot, sebuah siklus Brayton tidak
mengeksekusi proses dari isotermal karena siklus ini harus dilakukan dengan
proses yang sangat lambat. Dalam siklus Brayton yang ideal, sistem yang
mengeksekusi siklus tersebut mengalami serangkaian proses yaitu dua proses
isentropik (reversibel adiabatik) kemudian dengan dua proses isobarik.
Karena prinsip dari sebuah mesin Carnot menyatakan bahwa tidak ada
mesin yang lebih efisien daripada mesin reversibel (mesin panas Carnot) yang
beroperasi di antara suhu tinggi dan reservoir suhu rendah yang sama, turbin gas
berdasarkan siklus Brayton harus memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada
efisiensi Carnot. Turbin gas siklus tunggal yang besar biasanya menghasilkan

misalnya 300 MW tenaga listrik dan memiliki efisiensi termal 35-40%. Pabrik
Turbin Gas Gabungan Modern, di mana memiliki sebuah siklus termodinamika
yang terdiri dari dua siklus pembangkit
listrik (misalnya pada siklus Brayton dan
siklus Rankine), sehingga dapat
mencapai efisiensi termal sekitar 55%.
Gambar 1.1. Mesin Turbojet Pesawat Terbang
(Sumber: Onny, 2017)
Untuk memudahkan memahami siklus Brayton, sangat disarankan bagi
kita untuk mengetahui prinsip kerja dari turbin gas. Kita ambil contoh mesin turbo
jet pesawat terbang. Mesin ini menggunakan media kerja udara atmosfer. Sisi
inlet kompresor menghisap udara atmosfer, dan udara panas yang telah melewati
turbin keluar ke atmosfer lagi. Sekalipun sistem turbo jet ini nampak merupakan
siklus terbuka untuk kebutuhan analisa termodinamika, maka diasumsikan udara
yang keluar turbin gas akan menjadi inlet untuk sebuah kompresor. Sehingga
untuk menganalisa siklus Brayton pada mesin turbo jet menjadi mudah (Onny,
2017).
Pada siklus Brayton ideal, fluida kerja terkompresi secara reversible dan
isentropic di dalam kompresor. Panas kemudian ditambahkan dalam proses
isobaric reversible di dalam ruang pembakaran atau penukar kalor. Gas panas
berekspansi secara reversible dan isentropic didalam sebuah turbin. Kemudian
panas dibuang di dalam proses reversible isobaric. Efisiensi siklus Brayton
diinjau dari loop tertutup difluida kerja, penambahan dan pengurangan kalor
terjadi saat tekanannya konstan. Keempat proses yang terjadi pada siklus ini
berada dalam aliran fluida berkeadaan tunak sehingga menganalisanya dengan
batasan keadaan tunak. Disertai pengabaian energy kinetic dan potential system.
Prinsip siklus Brayton terbuka, fluida kerjanya adalah udara atmosfer
dan proses pembuangan panas terjadi dalam atmosfer karena keluaran turbin
dikeluarkan ke atmosfer. Instalasi turbin gas dengan siklus ini memiliki siklus

sederhana, terdiri dari kompresor, ruang bakar, dan turbin sebagai penggerak.
Gambar 1.2. Diagram PV dan TS
(Sumber: Endardo, 2017)
Proses siklus terbuka terdiri dari proses kompresi isentropic, proses
pembakaran isobaric, proses ekspansi isentropic, dan proses pembuangan panas
isobaric. (1-2) proses kompresi isentropik, dara atmosfer masuk ke dalam system
turbin gas melalui sisi inlet kompresor. Udara dikompresikan sampai tekanan
tertentu diikuti dengan volume ruang yang berangsur-angsur menyempit. Proses
tersebut tidak diikuti dengan perubahan entropi, disebut dengan proses isentropik.
Proses (2-3) pembakaran isobarik, udara terkompresi masuk ke ruang
bakar. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar diikuti dengan proses
pembakaran bahan bakar. Energy panas hasil pembakaran diserap oleh udara, dan
menambah volume udara. Proses tidak mengalami kenaikan tekanan udara karena
udara hasil proses pembakaran bebas terekspansi ke sisi turbn. Karena tekanan
yang konstan maka proses ini disebut sebagai proses dari kondosi yang isobarik.
Proses (3-4) ekspansi isentropik, udara bertekanan yang telah menyerap
panas hasil pembakaran, berkespansi melewati turbin. Sudu-sudu turbin nozzle
kecil berfungsi untuk mengkonversikan energy panas udara menjadi energy
kinetic. Sebagian energy tersebut dikonversikan turbin untuk memutar kompresor.
Pada system pembangkit listrik turbin gas, sebagian energy dikonversikan turbin
untuk memutar generator listrik. Pada mesin turbojet, sebagian energy panas
dikonversikan menjadi daya dorong pesawat oleh nozzle besar pada ujung
keluaran turbin gas. (4-1) proses pembuangan fasa isobaric, yakni pembuangan

udara kembali ke atmosfer. Pada siklus Brayton, udara yang keluar dari turbin ini
masih menyisakan sejumlah energy panas. Panas ini diserap oleh udara bebas ,

sehingga secara siklus udara tersebut siap untuk kembali masuk ke tahap 1-2.
Pada siklus Brayton ideal, memiliki kondisi dimana fluida kerja
terkompresi secara reversibel dan isentropik di dalam sebuah kompresor (proses
1-2). Panas kemudian dilanjutkan dengan sebuah penambahan dalam proses
isobarik reversibel (proses 2-3) di dalam ruang pembakaran atau didalam alat
penukar kalor. Gas panas berekspansi secara reversibel dan isentropic dalam

turbin (proses 4-1). Karena kompresi maupun ekspansi tidak dapat benar-benar

isentropic, losses pada kompresor dan ekspander menujukkan ketidak efisienan.


Secara umum, untuk meningkatkan rasio kompresi adalah dengan cara
meingkatkan tenaga keluaran overall dari system Brayton hal tersebut merupakan
cara terbaik. Efisiensi siklus Brayton, pada loop tertutup fluida kerja, penambahan
dan pengurangan kalor terjadi saat tekanan konstan dan fluida kerja gas ideal
dengan specific heat property konstan. Keempat proses terjadi pada siklus ini
berada dalam aliran fuida berkeadaan tunak sehingga menganalisanya dengan
batasa keadaan tunak. Disertai pangabaian energy kinetic dan potential system.
Siklus Brayton melibatkan tiga komponen utama yakni kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), dan turbin. Media kerja udara atmosfer masuk
melalui sisi inlet kompresor, melewati ruang bakar, dan keluar kembali ke
atmosfer setelah melewati dari turbin. Fenomena-fenomena termodinamika yang
terjadi pada siklus Brayton ideal adalah proses kompresi isentropik, dimana udara
atmosfer masuk ke dalam sistem turbin gas melalui sisi inlet kompresor. Oleh
kompresor, udara dikompresikan sampai kepada tekanan tertentu diikuti dengan
volume ruang yang ikut menyempit. Proses ini tidak diikuti dengan perubahan
entropi, maka pada proses ini ditunjukkan dengan angka grafik 1-2 pada kurva.
Siklus Brayton adalah siklus pembangkit energi listrik dengan
menggunakan udara. Udara dihisap masuk oleh kompresor, lalu kemudian
dialirkan menuju combustion chamber. Di combustion chamber, udara akan
bercampur dengan gas hasil biomassa yang dibakar, sehingga energi pada udara
bertambah (dalam bentuk energi panas/entalpi). Udara panas inilah yang
kemudian memungkinkan akan digunakan untuk proses memutar turbin gas, yang
kemudian berlanjut akan memutar dari sebuah generator listrik. Sehingga putaran
dari turbin gas sangat berpengaruh pada kerja dari generator listrik pada proses.
Siklus Brayton, atau sering juga disebut open cycle gas turbine,
merupakan siklus yang sederhana (karena hanya memiliki 3 komponen utama,
kompresor, combustion chamber dan turbin. Selain itu, peralatan yang dibutuhkan
juga tidak terlalu berat dan ukurannya yang kecil sehingga memungkinkan untuk
lebih efisien dibandingkan peralatan ukuran besar. Namun, siklus ini juga
memiliki kekurangan. Salah satunya adalah sensitivitasnya yang tinggi, dimana
efisiensi siklus ini sangat bergantung pada efisiensi tiap komponen dalam siklus
(efisiensi kompresor, turbin dan perpindahan kalor pada combustion chamber),
karena perubahan efisiensi komponen sejauh beberapa persen punya pengaruh
yang signifikan pada siklus ini. Selain itu perubahan pada kondisi udara (seperti
tekanan atmosfir) juga akan berpengaruh kepada efisiensi, karena efisiensi
berpengaruh pada udara yang digunakan dalam siklus ini diambil dari lingkungan.
Mesin turbojet menjadi salah satu jenis mesin penggerak pesawat
terbang. Mesin penggerak pesawat terbang yang juga banyak digunakan pada saat

ini selain turbojet yaitu turboprop dan turbofan. Mesin turbojet sangat umum
digunakan pada pesawat-pesawat tempur yang membutuhkan kecepatan tinggi.
Dan sekalipun mesin ini tidak lazim digunakan pada kendaraan darat, namun
kendaraan untuk pemecahan rekor kecepatan darat menggunakan mesin ini.
Prinsip kerja mesin turbojet tidak dapat terlepas dengan komponen
komponen kerjanya. Komponen utama dari mesin turbojet yaitu kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), turbin, dan nozzle. Tiga tahapan awal dari siklus
brayton di atas terjadi pada komponen-komponen mesin turbojet tersebut.
Sedangkan proses siklus Brayton yang terakhir yakni proses pembuangan panas,
terjadi di udara. Mesin turbojet menggunakan udara atmosfer sebagai fluida kerja.
Udara masuk ke dalam sistem turbojet melalui sisi inlet kompresor. Saat melewati
kompresor, udara dikompresi oleh beberapa tingkatan sudu kompresor yang
tersusun secara aksial. Pada ujung akhir kompresor, penampang casing berbentuk
difuser untuk menambah tekanan keluaran kompresor. Umumnya, tekanan udara
keluaran kompresor turbojet mencapai rasio yang berbeda yaitu pada 15:1.
Selain itu, ada sebagian udara bertekanan yang tidak diteruskan masuk
ke ruang bakar. Sebagian kecil udara bertekanan tersebut diekstraksi untuk
berbagai kebutuhan seperti pendinginan stator turbin, air conditioning, dan untuk
sistem pencegah terbentuknya es di sisi inlet turbin. Selanjutnya, udara
terkompresi keluaran kompresor masuk ke ruang bakar atau combustor. Bahan
bakar (avtur contohnya) diinjeksikan ke dalam ruang bakar ini.
Sistem combustor memiliki desain khusus sehingga aliran udara bertekanan akan
mengkabutkan bahan bakar. Campuran bahan bakar dan udara dipicu terbakar.
Jet yang mampu mencapai kecepatan supersonik (melebihi kecepatan
suara) pasti exhaust mesin jetnya menggunakan nozzle konvergen-divergen.
Nozzle konvergen-divergen adalah sebuah pipa yang mengalami pencekikan
aliran di tengah-tengahnya, menghasilkan bentuk seperti jam pasir yang tidak
simetris antara sisi inlet dan outlet nozzle. Nozzle ini berfungsi untuk
mengakselerasi gas panas dengan tekanan tinggi sehingga mencapai kecepatan
supersonik. Bentuk nozzle yang sedemikian rupa membuat energi panas yang
mendorong aliran udara terkonversi secara maksimal menjadi energi kinetik.
Penampang cekik dari nozzle pada mesin jet bertujuan untuk menciptakan restriksi
aliran udara panas sehingga tekanan udara meningkat, yang biasanya bahkan akan
mendekati chocking atau berhentinya aliran yang berasal dari udara.
Lalu aliran udara panas yang tercekik ini secara tiba-tiba diekspansikan
hingga mencapai atau paling tidak mendekati tekanan atmosfer. Ekspansi ini
diakibatkan oleh bentuk nozzle divergen setelah bagian cekiknya. Ekspansi cepat
hingga mencapai tekanan atmosfer inilah yang mengkonversikan energi panas
udara menjadi daya dorong pesawat. Ada beberapa cara untuk meningkatkan
efisiensi dari siklus Brayton, seperti meningkatkan rasio dari tekanan.

3. Siklus Rankine
Siklus ideal dari suatu sistem turbin uap sederhana adalah siklus
Rankine. Siklus Rankine terdiri dari beberapa proses sebagai proses pemompaan
isentropis di dalam pompa, proses pemasukan kalor atau pemanasan pada tekanan
konstan di dalam ketel, proses ekspansi isentropik di dalam turbin atau mesin uap
lainnya, dan proses pengeluaran kalor atau pengembunan pada tekanan konstan, di
dalam kondensator. Kondisi uap yang keluar dari turbin ada di dalam daerah
campuran cair dan uap (uap basah). Namun demikian hendaknya pada air
diusahakan agar kadar airnya untuk yang diproses agar tidak terlampau tinggi
(Musyafa, 2007).
Dalam hal ini air dan uap melakukan proses siklus termodinamika tertutup
berupa siklus Rankine ideal. Siklus Rankine merupakan siklus yang paling banyak
digunakan dalam pembangkitan daya seperti pada PLTU karena merupakan siklus
untuk uap dan air. Karena siklus Rankine merupakan siklus uap air, maka paling
baik digambarkan dalam diagram PV (tekanan volume) dan diagram TS (suhu
entropi). Pembangkit listrik harus mempunyai energi yang besar sehingga
pembangkit harus mempunyai efisiensi yang besar atau energi yang terbuang
harus kecil. Maka efisiensi suatu pembangkit terus diupayakan untuk dinaikkan
dengan berbagai cara yang di dalam PLTU dilakukan dengan pengelolaan uap
agar asas manfaatnya besar dan panas yang terbuang adalah sangat kecil.
Dalam hal ini secara umum dikenal 3 macam peningkatan efisiensi
PLTU yaitu dengan proses superheat, reheat dan regeneratif. Superheat yaitu
pemanasan lanjut, dimana uap yang keluar dari boiler sebelum dialirkan ke turbin
dipanaskan lagi atau dikeringkan pada tekanan konstan menggunakan superheater
di dalam boiler. Reheter adalah proses pemanasan ulang, dimana uap yang keluar
dari turbin tekanan tingggi sebagian dialirkan kembali ke dalam boiler untuk agar
memperoleh pemanasan ulang di dalam boiler agar suhunya naik, kemudian
diekspansikan ke turbin tekanan menengah dan rendah. Sedangkan proses
regenerative dilakukan dengan memanfaatkan sebagian uap yang berekspansi di
turbin yang masih panas untuk memanaskan air yang akan masuk ke boiler.
Dengan proses ini maka kerja boiler makin ringan dan panas yang hilang keluar
dari kecil. Proses tersebut merupakan diagram TS fluida kerja (Suyamto, 2009).
Sistem heat recovery limbah siklus ganda mencakup sirkuit suhu tinggi
yang memanfaatkan fluida pada kerja pertama. Cairan kerja yang pertama
dipanaskan dengan fluida kerja pertama. Cairan kerja pertama dipanaskan oleh
sumber panas yang berasal dari limbah pertama dan kemudian diperluas melalui
alat berupa ekspander untuk menghasilkan listrik. Sistem pemulihan panas yang
lebih jauh mencakup rangkaian sistem suhu rendah yang menggunakan fluida
kerja kedua. Rangkaian sistem suhu rendah juga dilengkapi dengan alat penukar
panas yang pertama untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari
fluida kerja pertama dan alat penukar panas yang kedua untuk memanaskan.
Control valve secara selektif mengendalikan aliran fluida kerja kedua ke
masing-masing alat penukar hembusan pertama dan alat penukar hembusan kedua
sesuai dengan seperangkat parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
Ekspander menerima fluida kerja kedua dari alat penukar panas yang pertama dan
dari alat penukar panas yang kedua dan memperluas fluida kerja kedua untuk
menghasilkan kerja. Penemuan ini berhubungan secara umum dengan sistem
pemulihan panas limbah untuk mesin pembakaran dalam dan khususnya pada
sistem pemulihan panas limbah untuk kendaraan, di mana dalam sistem
menggunakan siklus Rankine ganda atau disebut sebagai dual rankine cycle.
Mesin pembakaran internal diketahui juga mengubah sejumlah energi yang relatif
kecil dari bahan bakar menjadi energi yang dapat langsung untuk digunakan.
Pada mesin pembakaran internal yang khas, bahan bakar dicampur
dengan udara, dikompres dalam satu atau lebih ruang bakar, dan dinyalakan.
Ekspansi udara atau bahan bakar yang menyala menyebabkan piston
menghasilkan tenaga yang dapat digunakan, pembakaran eksotermik bahan bakar
udara juga menghasilkan panas dalam jumlah yang cukup besar, yang sebagian
besar hilang saat produk yang memiliki suhu tinggi pembakarannya habis ke
dalam sistem. Sistem pemulihan panas knalpot dikenal di bidang seni sebagai cara
untuk mengubah panas yang seharusnya hilang dalam knalpot mesin menjadi
energi yang bisa digunakan sebagai media yang lebih berguna lagi pada sistem.
Sementara gas buang dari ruang bakar merupakan sumber terbesar
limbah panas yang dapat dipulihkan, kebanyakan kendaraan memiliki beberapa
sumber limbah panas hasil pemulihan lainnya, sebagian besar kendaraan memiliki
beberapa sumber limbah panas hasil pemulihan lainnya, walaupun suhu operasi
dari sumber panas tambahan ini biasanya lebih rendah dari knalpot mesin. Sumber
panas tambahan yang patut dicontoh meliputi pendinginan pendinginan mesin,
pendingin oli, pendingin fluida transmisi, sistem resirkulasi gas buang (EGR),
bagian suhu rendah dari siklus pemulihan panas gas buang, dan sumber-sumber
lainnya yang sesuai yang mampu mengatasi panas yang dapat dipulihkan.
Knalpot dari mesin menyediakan sumber panas yang bisa dipulihkan,
namun tersedia panas dari masing-masing sumber panas sekunder dapat sangat
bervariasi sesuai kondisi pengoperasian kendaraan dan sistem kendaraan yang
digunakan pada waktu tertentu. Akibatnya, sumber panas sekunder yang
memberikan pemulihan panas yang optimal berubah saat kondisi operasi berubah.
Perwujudan teladan pertama dari sistem pemulihan panas limbah daur ulang yang
diungkapkan meliputi sirkuit suhu tinggi yang menggunakan fluida kerja pertama.
Fluida kerja pertama dipanaskan oleh sumber panas pertama dan kemudian
diperluas melalui ekspander pertama untuk menghasilkan listrik. Sistem
pemulihan panas lebih jauh mencakup rangkaian suhu rendah yang menggunakan
fluida kerja kedua. Rangkaian suhu rendah juga mencakup alat penukar panas
pertama untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari fluida kerja.
Kedua dengan panas dari sumber panas limbah kedua. Katup kontrol
secara selektif mengontrol aliran penukar panas kedua sesuai dengan seperangkat
parameter yang telah ditentukan sebelumnya. Ekspander menerima fluida kerja
kedua dari penukar panas pertama dan kedua dan memperluas fluida kerja kedua
untuk menghasilkan tenaga. Perwujudan kedua dari sistem pemulihan panas.
Rangkaian suhu tinggi menggunakan fluida kerja pertama dan mencakup
hembusan panas pertama untuk memanaskan fluida kerja pertama, ekspander
pertama untuk menerima fluida kerja pertama dari penukar panas pertama dan
ekspander yang pertama kali mengerjakan fluida kerja yang menghasilkan listrik,
dan penukar panas kedua untuk menerima fluida kerja pertama dari ekspander
yang pertama dan kemudian mendinginkan fluida dari kerja yang pertama.
Rangkaian pemulihan panas kedua mencakup penukar panas ketiga
untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari sumber panas pertama,
alat penukar panas keempat untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas
dari sumber panas yang kedua, dan katup yang ada pada sistem yang telah
dijelaskan. Katup secara selektif mengarahkan fluida kerja kedua bertindak
sebagai sumber panas untuk fluida kerja kedua di ekspander yang kedua untuk
menerima fluida kerja kedua dari penukar panas kedua, penukar panas ketiga, dan
alat penukar panas keempat untuk memperluas fluida dari sebuah kerja.
Aspek di atas dan banyak keuntungan dari penemuan ini akan menjadi
lebih mudah dipahami karena hal yang sama menjadi lebih baik dipahami dengan
mengacu pada uraian terperinci berikut. Pengungkapan ini umumnya diarahkan
pada sistem yang mengubah limbah panas dari mesin pembakaran dalam menjadi
energi mekanik atau listrik yang berguna dan dapat dimanfaatkan kembali. Dalam
satu penggambaran dengan suatu perwujudan, sistem ini disesuaikan untuk
mengubah sebuah panas buangan yang berasal dari mesin pembakaran internal
kendaraan, serta panas dari sistem kendaraan yang lain. Energi mekanik yang
dapat dipulihkan dapat diberikan pada efisiensi kendaraan, sedangkan energi
listrik yang dihasilkan oleh sistem dapat menggerakkan berbagai sistem kendaraan
atau disimpan untuk penggunaan pada proses lain maupun pada proses-proses
yang selanjutnya nanti pada suatu siklus sistem maupun kombinasi siklus.
Dengan demikian, semua penggunaan dan sarana penyimpanan yang
telah dijelaskan pada sistem ini seharusnya tidak dianggap sebagai pembatasan.
Perlu disadari bahwa energi mekanik dan listrik yang dapat dipulihkan serta dapat
digunakan atau disimpan dengan berbagai cara yang sesuai. Harus diapresiasi
bahwa penentuan penukar panas mana yang memiliki energi termal paling banyak
untuk memanaskan fluida kerja kedua dapat ditentukan sesuai dengan berbagai
parameter. Penggunaan parameter alternatif semacam itu dipertimbangkan dan
sholud dipertimbangkan dalam lingkup pengungkapan ini. Selain itu , dipikirkan
bahwa parameter yang berbeda dapat digunakan untuk sumber panas yang
berbeda, tergantung pada sifat operasi masing-masing sumber panas tertentu.
Sistem ini menggunakan siklus Rankine pertama, yang mendefinisikan
siklus yang panas yang dimana siklus tersebut bekerja sama dengan siklus
Rankine kooperasi, yang mendefinisikan siklus dingin pada sistem tersebut .
Siklus panas menggunakan cairan dalam penggunaan beberapa alat diantara
lainnya yaitu pompa, alat penukar panas, turbin, penukar panas kedua, dan
kondensor. Siklus panas yang sedang beroperasi merupakan wujud dari siklus
rankine konvensional yang telah diketahui, pompa menekan cairan kerja dari
keadaan cair bertekanan rendah pada saluran masuk pompa ke keadaan cairan
bertekanan tinggi yang dialirkan pada outlet pompa yang tersedia pada sistem.
Fluida kerja yang bertekanan melewati alat penukar panas pertama, yang
bertindak sebagai boiler untuk menguapkan fluida kerja menjadi uap jenuh
kering. Penukar panas pertama menguapkan cairan kerja dengan menggunakan

panas yang berasal dari limbah yang bersumber dari kendaraan . Sumber panas
pada suhu yang tinggi, seperti knalpot mesin, lebih disukai walaupun sumber
panas lain mungkin sesuai tergantung pada rentang suhu optimum untuk fluida
kerja.
Cairan kerja bertekanan tinggi yang menguap diperluas melalui turbin
untuk menciptakan daya. Dalam satu perwujudan, keluaran turbin adalah daya

mekanik yang ditunjukkan sistem oleh transmisi yang diketahui . Dalam


perwujudan lainnya, keluaran turbin adalah daya listrik yang disuplai ke berbagai
sistem kelistrikan, atau disimpan dalam baterai untuk digunakan di lain waktu.
Hal ini akan diapresiasi bahwa power supply digunakan dalam proses ini.
Fluida kerja yang keluar dari turbin memiliki suhu yang lebih rendah dan tekanan
fluida kerja yang memasuki turbin. Fluida kerja tekanan rendah yang keluar dari
turbin dilewatkan melalui penukar panas kedua, yang selanjutnya mendinginkan
fluida kerja. Seperti dijelaskan sebelumnya lebih lanjut di bawah ini, panas yang
telah dikeluarkan dari cairan pada kerja dari sebuah alat penukar panas.
Aplikasi dari siklus Rankine heat recovery diantaranya adalah Internal
combustion engine exhaust. Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang
mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin
kalor secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis pembakaran yaitu
pembakaran dalam (internal combustion engine), dan pembakaran luar (external
combustion engine). Jenis mesin pembakaran dalam adalah motor diesel, turbin
gas dan motor besin, sedangkan yang termasuk pembakaran luar adalah turbin
uap. Mesin pembakaran dalam atau yang lebih di kenal dengan motor bakar
adalah proses pembakaran terjadi berada didalam mesin itu sendiri, sehingga gas
pembakaran bahan bakar yang terjadi digunakan sebagai fluida kerja untuk
melakukan kerja mekanis. Sedangkan pada mesin pembakaran luar proses

pembakaran atau proses oksidasi bahan bakar berlangsung di luar mesin.


Energi panas dari gas pembakaran bahan bakar tidak langsung
digunakan untuk melakukan kerja mekanis tetapi dipergunakan untuk merubah air
menjadi uap bertekanan tinggi, baru selanjutnya di ubah menjadi energi mekanis.
Selanjutnya adalah geothermal energy recovery. Energi panas bumi (geothermal)
merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang
dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Panas bumi didefenisikan sebagai
panas yang sumbernya berasal dari dalam ataupun inti dari bumi bagian dalam.
Sedangkan energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam
batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya . Panas

bumi menghasilkan energi yang bersih. Lalu binary cycle power plants. Pada
sistem binary cycle power plants pada air panas yang berasal dari sumur produksi
tidak pernah menyentuh turbin. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir
panas bumi yang berisi air dengan temperat ur antara 150-205C. Air panas bumi
digunakan untuk memanaskan apa yang disebut fluida kerja yang biasanya
senyawa organic yang digunakan bermacam-macam terdapat pada heat
exchanger.
Fluida kerja kemudian menjadi panas akibat dari pemanasan dan
kemudian menghasilkan sebuah uap dari jalannya proses tersebut. Kemudian uap
yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk menuju ke turbin agar
dapat memutar turbin dan selanjutnya kemudian menggerakkan generator untuk
menghasilkan sebuah sumber daya listrik yang lebih efisien (Roberto, 2016).
Selanjutnya pada chemical plant waste heat dan petrochemical flare.
Proses pembuatan plastik dari minyak bumi secara singkat adalah minyak bumi
dilakukan proses pemurnian di kilang minyak (refinery) bersama dengan gas bumi
dihasilkan produk-produk petrokimia seperti etana, propana dan berbagai produk
petrokimia lainnya. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai
industri yang berbahan baku utama minyak dan gas bumi. Indonesia mempunyai
sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan
papan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan
bahan baku bagi industri hilirnya seperti industri plastik dan juga industri yang
lain seperti industri tekstil, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih,
bahan farmasi, bahan peledak, kulit imitasi dan masih banyak lagi.
Kemudian landfill flare dan metal sintering waste heat. Tungku
peleburan dunia industri logam juga membutuhkan tungku perpindahan panas,
dimana logam jadi dapat dipanaskan ulang untuk diperbaiki kemampuan
mekanisnya. Logam bisa diproses dengan perlakuan panas umumnya logam
paduan FE dan C. pada kadar karbon tertentu atau paduan lain yang sesuai. Baja
banyak digunakan sebagai bahan konstruksi dan sebagai perkakas. Perlakuan yang
diberikan logam antara lain adalah perlakuan panas atau heat treatment, yang
merupakan suatu proses perlakuan terhadap logam yang diinginkan dengan cara
memberikan pemanasan atau kondisi operasi tertentu dan kemudian dilakukan
pendinginan dengan media pendingin seperti contohnya adalah cooler. Heat
treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
mikro logam dengan jalan memanaskan dalam elektrik terance (tungku) pada
temperature rekristalisasi selama periode waktu-waktu tertentu saja.
Kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air
garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang
berbeda-beda. Untuk proses perlakuan panas tersebut diatas diperlukan sebuah
metode atau alat bantu yang dapat digunakan mendukung proses perlakuan panas.
Tungku heat treatment adalah alat bantu yang dapat mendukung proses perlakuan
panas, alat ini dirancan untuk dapat menahan panas pada suhu pada fase recovery

fase rekristalisasi dan fase grain growth atau tumbuhnya butir (Rais, 2015).

Selanjutnya adalah sollar collectors. Kolektor surya merupakan suatu


bagian dari peralatan yang dibutuhkan untuk mengubah energi radiasi matahari ke
bentuk energi panas untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai pemanas air.
Salah satu bentuk dari kolektor surya adalah bentuk prisma yang memiliki
kemampuan untuk menerima intensitas radiasi matahari dari segala posisi
matahari, sehingga diharapkan pemanfaatan dari sebuah energi tersebut sebagai
pemanas air yang dapat lebih efektif. Kolektor surya akan menyerap energi dari
radiasi pancaran matahari dan mengkonversikannya menjadi panas yang berguna
untuk memanaskan air di dalam pipa-pipa kolektor, sehingga suhu air akan
meningkat dan terjadi konveksi alami berdasarkan efek termosipon karena adanya
perbedaan masa jenis fluida. Dari percobaan didapatkan bahwa posisi terbaik dari
kolektor yang menghasilkan efisiensi yang optimal dengan kolektor 15.
Agar dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk memanaskan air
digunakan suatu perangkat untuk mengumpulkan energi radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya menjadi energi kalor yang berguna.
Perangkat ini disebut dengan kolektor surya. Ada beberapa tipe kolektor surya,
salah satu diantaranya yang memiliki kinerja yang dapat diunggulkan.
Kolektor surya tipe prismatik. Keunggulan dari kolektor surya tipe
prismatik ini adalah kemampuannya untuk dapat menerima energi radiasi
matahari dari segala posisi matahari. Kolektor surya tipe prismatik dapat
digolongkan dalam kolektor plat datar dengan permukaan kolektor yang
berbentuk sebuah bentuk prisma yang membedakannya antar bentuk tipe.
Prinsip kerja dari sistim pemanas air dengan kolektor surya prismatik ini
air dingin yang berada dalam tangki penampung mengalir masuk ke kolektor
melalui pipa sirkulasi dan akan mendapatkan transfer kalor baik secara konveksi
maupun radiasi akibat terperangkapnya radiasi surya dalam kolektor yang dibatasi
oleh plat dan kaca bening tembus cahaya. Karena adanya transfer kalor tersebut
maka suhu air di dalam pipa yang ditimpa radiasi surya langsung akan lebih tinggi
dibandingkan suhu air pada bagian pipa yang lain. Dimana air yang bersuhu lebih
tinggi memiliki masa jenis yang lebih kecil, sehingga memiliki kecenderungan
untuk bergerak ke posisi yang lebih tinggi, demikian pula air di dalam pipa yang
memiliki suhu lebih rendah memiliki masa jenis yang lebih besar dan cenderung
untuk bergerak bawah sehingga terjadi peristiwa konveksi (Kristanto, 2000).
Pengembangan dari bagian turbin/pemasangan pembangkit listrik
(disebut generator turbo) sesuai jika digunakan untuk pemakaian kembali panas
yang terbuang dan penerapan serupa. Generator turbo biasanya digunakan untuk
pengembangan satu tahapan atau lebih dan pembangkit listrik yang sejenis.
Magnetic levitating axial dan bantalan umumnya digunakan untuk menahan agar
posisinya sesuai dengan batang. Bantalan magnetic diperkecil untuk mengurangi

gesekan, untuk menghasilkan batang yag memutar pada kecepatan tertentu.


Kemudian informasi ini digunakan dari kontrol listrik untuk mengatur
bantalan magnetic secara urut untuk menahan posisi batang agar tidak ikut
memutar. Kemudian energi listrik diubah dari perputaran batang dengan arus
searah. Pertukaran energi lebih baik digunakan untuk mengahsilkan fase 1 atau 3
energi AC. Kebutuhan listrik tergantung dari perputaran turbin dari turbin yang
dipacu pada sebuah proses dan temperatur yang dapat dilihat dari diagram dan
grafik yang dicari pada materi sebelumnya yang telah dijelaskan (David, 2009).

Gambar 1.3. Diagram Temperature Entropi Siklus Rankine


(Sumber: Asyari, 2005)
Gambar 1.4. Siklus Reheat Ideal.
(Sumber: Asyari, 2005)

Gambar 1.5. Siklus Reheat Ideal Superkritis


(Sumber: Asyari, 2005)

Superheat adalah proses dimana uap air sebelum memasuki turbin


berada pada kondisi panas lanjut (superheat). Untuk mendapatkan kondisi ini
biasanya uap dipanaskan dengan alat yang bernama superheater. Kombinasi
boiler dengan superheater disebut steam generator. Efisiensi termal dengan uap
superheat lebih tinggi dari yang tanpa superheat karena temperatur rata-rata kalor
yang masuk lebih tinggi. Reheat merupakan modifikasi sistem superheat dimana
uap tidak berkespansi pada turbin ke tekanan condenser bertekanan uap.
Teknologi siklus gabungan, berbasis turbin gas dan Rankine uap siklus
bottoming, kemungkinan akan tetap menarik selama bertahun-tahun. Efisiensi
listrik sampai 58% dapat dicapai dengan kapasitas tanam dalam kisaran 350-500
MW tenaga listrik. Gas buang dari mesin memiliki suhu 300-500C dan, dengan
demikian, panas buangan bisa dipulihkan dalam sebuah boiler panas buangan.
Namun, mesinnya melepaskan beberapa/sejumlah kecil gas buang dari
pada turbin gas yang sebanding, karena tidak memerlukan sebuah aliran udara
yang cukup untuk pendinginan. Kelebihan udara untuk mesin diesel biasanya 30-
40%, dibandingkan dengan 200-350% untuk turbin gas. Oleh karena itu mesin 10
MW dapat menghasilkan sekitar 1-1,5 MW tenaga listrik dengan cara dari siklus.
Aplikasi CHP skala mikro saat ini, sistem CHP skala mikro (1-10 kWe,
kisaran ukuran khas untuk aplikasi bangunan) serta ukuran medium (100 kWe)
sedang mengalami pengembangan, dan muncul di pasaran dengan perkiraan yang
menjanjikan untuk komersialisasi di masa depan. Unit CHP lebih umum di banyak
negara Eropa dan di seluruh dunia saat ini sementara sebagian besar tanaman
dapat ditemukan di Jerman dan Austria. Pabrik biomassa ORC dan CHP skala
sedang telah ditunjukkan (400 kWe) dan (1000 kWe) dengan efisiensi listrik 18%
dan efisiensi CHP 80% keseluruhan menyajikan skema konseptual dan
metodologi untuk merancang dan mengoptimalkan dari sebuah sistem CCHP.
Mempelajari kinerja ekonomi dan lingkungan dari sistem CHP-ORC dan
dibandingkan dengan sistem CHP mandiri di zona iklim yang berbeda. Tiga
kinerja sistem trigenerasi yang berbeda SOFC trigeneration, biomass
trigeneration, dan solar trigeneration menyelidiki penerapan generasi termo
elektrik untuk..sistem CHP. Namun demikian, kelayakan energi CCHP, dalam hal
penghematan energi primer dibandingkan..dengan generasi yang berdiri sendiri,
dibatasi oleh teknologi, struktur dan ukuran sistem, dan oleh rasio pendinginan
terhadap pemanasan. Menganalisis potensi penggabungan turbin gas mikro
dengan mikro ORC dan menghasilkan bahwa untuk turbin mikro 100 kWe.
Untuk mendapatkan 45 kW..listrik tambahan dengan menggunakan
panas residu dan dapat meningkatkan sebuah efisiensi listrik 30% sampai 40%
mempelajari fluida yang bekerja untuk kogenerasi pada panas bumi. Masih ada
lagi banyak tujuan untuk menuntut..perhatian dalam implementasi teknologi
dalam praktiknya, yaitu perangkat ekspansi, serta penukar panas kecil (Saadatfar,
2013). Kerak menjadi masalah yang terdapat dalam sistem pendingin demikian
pula dengan sistem pendingin sekunder Reaktor Serba Guna G. A Siwabessy
(RSG-GAS). Kerak bisa menyebabkan berkurangnya efisiensi pertukaran panas.
Alat penukar panas menyebabkan tersumbatnya pipa akibat korosi
maupun hal lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan kerak,
diantaranya kualitas air, temperatur air dan laju alir. Dalam makalah ini dikaji
secara teoritis mengenai pengaruh pemakaian inhibitor kaliksarena untuk
menekan pertumbuhan kerak yang terdapat pada suatu sistem pendinginan.
Kaliksarena merupakan inhibitor organik yang memiliki cincin aromatik
dengan struktur berongga dan memiliki empat gugus metoksi yang berperan
sebagai pengompleks kuat, yang berfungsi sebagai penjebak membentuk
kompleks lalu larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan
kristal yang besar dan mencegah kristal kerak yang melekat pada pipa pendingin
tersebut. Tujuannya adalah untuk mengamati perilaku inhibitor kaliksarena
terhadap pertumbuhan kerak dalam air sistem pendingin sekunder RSG-GAS.
Dengan cara mempelajari struktur kimia dan sifat-sifat dari kaliksarena.
Interaksi inti kristal pembentuk kerak dari logam dengan inhibitor
kaliksarena diasumsikan sebagai inhibitor organik yang dicampurkan ke dalam air
pendingin sekunder yang berasal dari sumber air tanpa pengolahan lebih lanjut
kemudian dihitung kelarutan kompleks logam dominan yang sudah ekivalen
dengan kaliksarena dalam sebuah air pendingin sekunder. Dari dosis ekivalen
dalam 1 m3 air adalah sebanyak 1,3614 g/liter inhibitor kaliksarena. Dari hasil
kajian dapat diketahui bahwa masalah kerak dalam sistem pendingin sekunder
dapat dipahami sehingga tidak mengurangi nilai dari sebuah efisiensi dari
perpindahan panas pada sebuah alat penukar panas yang tersedia (Karliana, 2009).
Siklus refrigerasi adalah siklus kerja yang mentransfer kalor dari media
bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi dengan menggunakan kerja
dari luar sistem. Secara prinsip merupakan kebalikan dari siklus mesin kalor (heat
engine). Dilihat dari tujuannya maka alat dengan siklus refrigerasi dibagi menjadi
dua yaitu refrigerator yang berfungsi untuk mendinginkan media dan heat pump
yang berfungsi untuk memanaskan sebuah media. refrigeran dalam kondisi uap
jenuh masuk ke kompresor dan kemudian keluar sebagai uap panas lebih lanjut.
Refrigeran kemudian masuk ke kondenser untuk melepas kalor sehingga terjadi
kondensasi sampai ke kondisi cairan jenuh baru dapat digunakan karena sesuai.
Keluar kondenser refrigeran masuk ke katup ekspansi untuk
menjalani proses throttling sehingga mengalami penurunan tekanan dan berubah
menjadi campuran jenuh. Proses terakhir ini bisa juga diganti dengan sebuah
turbin isentropis untuk menaikkan kapasitas pendinginan dan menurunkan kerja
input (dengan kompensasi kompleksnya sistem). Selanjutnya refrigeran masuk
evaporator untuk menyerap kalor. Untuk tujuan pemanasan suatu media,
pemanasan dengan proses pembakaran dari sumber energi primer (bahan bakar)
secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan heat pump. Oleh
karena itu jarang ditemui sebuah heat pump yang bekerja atau berjalan sendiri.
Tetapi karena prinsip kerja yang sama antara refrigerator dan heat pump
maka sekarang ini banyak diproduksi sistem refrigerasi yang bekerja secara dual
yaitu sebagai pendingin dalam musim panas dan sebagai pemanas dalam musim
dingin. Di sini pada prinsipnya koil (heat exchanger) di dalam dan di luar ruangan
akan berubah fungsinya sebagai evaporator dan kondenser mode kerjanya katup
pembalik arah untuk mengefisien waktu dalam proses (Agung, 2000).
Sistem refrigerasi absorpsi merupakan salah satu jenis sistem refrigerasi
yang belum banyak digunakan di Indonesia. Sistem refrigerasi ini tidak
membutuhkan listrik sebagai sumber energi utama serta memiliki kebebasan
dalam memilih refrigeran. Sistem ini menggunakan panas sebagai sumber energi
utamanya. Untuk mendapatkan energi panas dapat memanfaatkan panas gas
buang dari hasil proses pembakaran motor sumber panas yang terbuang.
Para nelayan tradisional umumnya menggunakan es balok sebagai
pendingin untuk mengawetkan ikan. Penggunaan es sebagai pendingin di kapal
ikan memang sederhana, namun terdapat banyak kelemahan. Alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pendinginan di kapal ikan salah satunya
adalah menggunakan sistem refrigerasi absorpsi sebagai pendingin bantu.
Adanya modifikasi siklus Rankine dilakukan dengan tujuan
mendapatkan efisiensi termal siklus yang lebih baik. Peningkatan effisiensi pada
sistem pembangkit daya terutama pada skala besar merupakan sesuatu hal penting
karena dapat mengurangi biaya proses pembangkitan, meskipun peningkatan
efisiensi itu kecil tetapi sangat perlu untuk menaikkan nilai efisiensi.
Salah satu dari modifikasi panas (superheat) dan pemanas ulang
(reheat). Modifikasi yang dapat dilakukan pada sistem refrigerasi tersebut adalah
dengan mengaplikasikan penukar kalor tipe shell and tube. Aplikasi penukar kalor
ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan nilai COP (coefficient of
performance) dari sistem refrigerasi absorpsi konvensional (Priyanto, 2013).
Tanggapan peralihan deviasi frekuensi sistem kendali frekuennsi tenaga
listrik merupakan salah satu indicator performansi pada suatu sistem tenaga
listrik. Usaha untuk memperbaiki tanggapan deviasi frekuensi pada sistem tenaga
listrik akibat perubahan beban sudah dilakukan dengan berbagai metoda
diantaranya metoda logika dan kendali konvensional dengan pengendali integral.
Analisa performansi sistem kendali frekuensi tenaga listrik tipe satu masukan satu
keluaran dalam domain waktu untuk tipe non-Reheat. Metoda Linear Quadratic
Regulator (LQR). Pembahasan pada analisa peralihan sistem kendali frekuensi
tenaga listrik untuk tipe non-reheat dengan pengendali Proporsional Integral
Diferensial (PID). Pada analisa peralihan sistem kendali frekuensi tenaga listrik
dalam domain waktu untuk tipe non-Reheat. Dengan pengendali integral
pengendali Proporsional Integral (PI) dan Proporsional Integral Diferensial (PID).
Berdasarkan kajian tersebut maka dilakukan analisa peralihan sistem
kendali frekuensi tenaga listrik untuk tipe non-reheat, reheat dan hidraulik dengan
menggunakan metoda Linear Quadratic Regulator (LQR) dan metoda Linear
Quadratic Regulator dengan fungsi bobot pada keluaran (LQRy). Adapun alasan
digunakan kedua metoda ini dikarenakan metoda Linear Quadratic Regulator
(LQR) dan metoda Linear Quadratic Regulator dengan fungsi bobot pada
keluaran (LQRy) ini menjamin sistem kendali frekuensi tenaga listrik bersifat
stabil. Informasi tanggapan peralihan deviasi frekuensi untuk sistem kendali
frekuensi tenaga listrik non-reheat, reheat dan hidraulik (Dibyo, 2016).
Penurunan Tekanan (pressure drop) merupakan proses berkurangnya
tekanan sepanjang lintasan aliran fluida dikarenakan gesekan. Penurunan tekanan
perlu dipertimbangkan untuk menentukan daya yang dibutuhkan untuk memompa
fluida dan mempertimbangkan daya yang dapat dihasilkan turbin dari sisa tekanan
yang keluar dari sebuah alar penukar panas yang didapat dari sebuah proses.
Heat Recovery Steam Generator (HRSG) merupakan komponen utama
dalam siklus kombinasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, HRSG berfungsi
memindah kalor pada gas sisa turbin dari siklus Brayton untuk mengubah air
menjadi uap pada siklus Rankine. HRSG pada umumnya terdiri dari beberapa
modul-modul yaitu diantaranya economizer, evaporator, dan juga superheater.
Economizer adalah elemen HRSG yang berfungsi untuk memanaskan air umpan
sebelum memasuki drum ketel dan evaporator sehingga proses penguapan lebih
ringan dengan memanfaatkan gas buang dari HRSG yang masih tinggi sehingga
memperbesar efisiensi HRSG karena dapat memperkecil kerugian panas yang
dialami HRSG. Air yang masuk pada evaporator sudah pada temperatur tinggi
sehingga pipa-pipa evaporator tidak mudah rusak karena perbedaan temperatur
yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat dikatakan keadaan pipa berpengaruh.
Evaporator merupakan elemen HRSG yang berfungsi untuk mengubah
air hingga menjadi uap jenuh. Pada evaporator biasanya kualitas uap sudah
mencapai 0,80,98, sehingga sebagian masih berbentuk fase cair. Evaporator akan
memanaskan uap air yang turun dari drum uap panas lanjut yang masih dalam fase
cair agar berbentuk uap sehingga bisa diteruskan menuju superheater.
Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator adalah film pool boiling di mana
air yang dipanaskan mendidih sehingga mengalami perubahan fase menjadi uap
jenuh. Jenis evaporator ada 2 (dua) jenis yaitu evaporator bersirkulasi alami
(bebas) dan evaporator bersirkulasi dengan paksaan tekanan (dengan pompa).
Superheater atau pemanas lanjut uap ialah alat untuk memanaskan uap
jenuh menjadi uap panas lanjut (superheat vapor). Uap panas lanjut bila
digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin atau
mesin uap tidak akan mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya
bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik (back stroke) yang diakibatkan
mengembunnya uap belum pada waktunya sehingga menimbulkan kondisi yang
vakum di tempat yang tidak semestinya pada daerah ekspansi. Pada multi pressure
jenis ini terdiri dari 2 atau 3 tingkat tekanan. Dengan sistem ini, biaya instalasi
dan ukuran HRSG menjadi lebih besar dibandingkan dengan sistem 1 tingkat
tekanan. Akan tetapi, pemanfaatan gas buang menjadi sangatlah efektif.
Sehingga daya yang dihasilkan turbin uap lebih besar. Untuk multi
pressure sendiri dapat dilengkapi dengan sistem reheater pada depan HRSG dan
dapat juga tidak. Sistem reheater ini berguna untuk memanaskan ulang uap
tingkat tinggi dan..tingkat..menengah yaitu setelah masuk superheater agar nilai
temperaturnya lebih tinggi. Dengan konstruksi ini, biaya ongkos meningkat.
Pada contoh lainnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU, uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP, uap berasal langsung dari
perut bumi. Uap panas bumi didapatkan dari suatu kantong uap di perut bumi.
Tepatnya diatas lapisan batuan yang keras diatas magma dan mendapatkkan air
dari lapisan humus dibawah hutan penahan air hujan. Pengeboran dilakukan diatas
permukaan bumi kantong uap tersebut, hingga uap dalam akan menyembur keluar.
Semburan uap dialirkan ke turbin penggerak generator, dan kemudian disini
listrik yang dialirkan akan terbangkitkan dan melakukan kerja.
Setelah menggerakkan turbin, uap akan diembunkan dalam kondensor
menjadi air dan disuntikkan kembali kedalam perut bumi menuju kantong uap.
Pembangkit sistem dry steam mengambil sumber uap panas dari bawah
permukaan. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir panas bumi berupa uap
dengan suhu lebih besar dari 370C. Sistem ini dipakai jika fluida yang
dikeluarkan melalui sumur produksi berupa dominasi uap. Uap tersebut yang
langsung dimanfaatkan untuk memutar turbin dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator.
Sedangkan flash steam power plants pembangkit jenis ini merupakan
jenis yang paling umum digunakan. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir
panas bumi yang berisi air dengan temperat ur antara 170-370 C. Air yang sangat
panas ini dialirkan ke atas melalui pipa sumur produksi dengan tekanannya
sendiri. Karena mengalir keatas, tekanannya menurun dan beberapa bagian dari
air menjadi uap. Uap ini kemudian dipisahkan dari air dan dialirkan untuk
memutar turbin yang kemudian untuk mengaktifkan kerja dari sebuah generator .

Dapat dikatakan turbin sangat berpengaruh besar dalam pergerakan generator.


DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2000. Buku Ajar Termodinamika Lanjut. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.
Burian, F. 2013. Perancangan Ulang Heat Recovery Steam Generator dengan
Sistem Dual Pressure Melalui Pemanfaatan Gas Buang sebuah Turbin Gas
Berdaya 160 MW. Vol. 13(1) : 22.
Dibyo, H.. 2016. Analisa Peralihan Deviasi Frekuensi Sistem Kendali Frekuensi
Tenaga Listrik dengan Metoda Kendali Optimal. Vol. 12(1) : 1-9.
Endardo, P.. 2017. Analisis Kegagalan Bend Tube Preheater pada Heat Recovery
Steam Generator. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Hidayat, R.. 2017. Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point Dan Approach
Terhadap Performa Heat Recovery Steam Generator Tipe Dual Pressure.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Karliana, I.. 2009. Studi Inhibitor Kaliksarena pada Sistem Pendingin Sekunder
RSG Gas. Vol. 1(3) : 3.
Kristanto, P.. 2000. Kolektor Surya Prismatik. Vol. 2(1) : 22-28.
Musyafa, A.. 2007. Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan pada Pengendalian
Frekuensi Turbin Uap. Vol. 9(2) : 32.
Onny. 2017. Siklus Brayton. (Online). http://artikel-teknologi.com/siklus-brayton/.
(Diakses Pada Tanggal 09 September 2017).
Rais, M.. 2015. Perancangan dan Pembuatan Tungku Heat Treatment. Vol. 3(2) :
52.
Roberto, H.. 2016. Studi Prakiraan Pembangkit Listrik Panas Bumi di Pusuk
Buhit Kelurahan Siogung-ogung Kabupaten Samosir. Vol. 14(38) : 32.
Saadatfar, B.. 2003. Waste Heat Recovery Organic Rankine Cycles in Sustainable
Energy Conversion. Vol. 1(1) : 68.
Suyamto, H.. 2009. Perbandingan Perhitungan Efisiensi antara PLTU
Konvensional dan PLTN. Vol. 5(6) : 32-38.
Priyanto. 2013. Aplikasi Penukar Kalor pada Modifikasi Sistem Refrigerasi
Absorpsi untuk Kapal Ikan 30 GT. Vol. 1(1) : 1-6.

Anda mungkin juga menyukai