2. Brayton Cycle
Pada tahun 1872, seorang insinyur Amerika George Bailey Brayton
melanjutkan studi tentang mesin panas dengan mematenkan mesin pembakaran
internal tekanan konstan, awalnya menggunakan gas penguapan namun kemudian
menggunakan bahan bakar cair seperti minyak tanah. Mesin panas ini dikenal
dengan nama Brayton's Ready Motor. Artinya, mesin Brayton asli menggunakan
kompresor piston dan piston expander bukan turbin gas dan kompresor gas . Saat
ini, mesin turbin gas modern dan mesin jet udara breathing juga merupakan mesin
tekanan konstan, oleh karena itu digambarkan oleh termodinamika siklus Brayton.
Secara umum, siklus Brayton menggambarkan cara kerja mesin panas tekanan
konstan. Ini adalah siklus termodinamika yang paling umum yang dapat
ditemukan di pembangkit listrik turbin gas atau pada jenis pesawat terbang.
Berbeda dengan siklus Carnot, sebuah siklus Brayton tidak
mengeksekusi proses dari isotermal karena siklus ini harus dilakukan dengan
proses yang sangat lambat. Dalam siklus Brayton yang ideal, sistem yang
mengeksekusi siklus tersebut mengalami serangkaian proses yaitu dua proses
isentropik (reversibel adiabatik) kemudian dengan dua proses isobarik.
Karena prinsip dari sebuah mesin Carnot menyatakan bahwa tidak ada
mesin yang lebih efisien daripada mesin reversibel (mesin panas Carnot) yang
beroperasi di antara suhu tinggi dan reservoir suhu rendah yang sama, turbin gas
berdasarkan siklus Brayton harus memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada
efisiensi Carnot. Turbin gas siklus tunggal yang besar biasanya menghasilkan
misalnya 300 MW tenaga listrik dan memiliki efisiensi termal 35-40%. Pabrik
Turbin Gas Gabungan Modern, di mana memiliki sebuah siklus termodinamika
yang terdiri dari dua siklus pembangkit
listrik (misalnya pada siklus Brayton dan
siklus Rankine), sehingga dapat
mencapai efisiensi termal sekitar 55%.
Gambar 1.1. Mesin Turbojet Pesawat Terbang
(Sumber: Onny, 2017)
Untuk memudahkan memahami siklus Brayton, sangat disarankan bagi
kita untuk mengetahui prinsip kerja dari turbin gas. Kita ambil contoh mesin turbo
jet pesawat terbang. Mesin ini menggunakan media kerja udara atmosfer. Sisi
inlet kompresor menghisap udara atmosfer, dan udara panas yang telah melewati
turbin keluar ke atmosfer lagi. Sekalipun sistem turbo jet ini nampak merupakan
siklus terbuka untuk kebutuhan analisa termodinamika, maka diasumsikan udara
yang keluar turbin gas akan menjadi inlet untuk sebuah kompresor. Sehingga
untuk menganalisa siklus Brayton pada mesin turbo jet menjadi mudah (Onny,
2017).
Pada siklus Brayton ideal, fluida kerja terkompresi secara reversible dan
isentropic di dalam kompresor. Panas kemudian ditambahkan dalam proses
isobaric reversible di dalam ruang pembakaran atau penukar kalor. Gas panas
berekspansi secara reversible dan isentropic didalam sebuah turbin. Kemudian
panas dibuang di dalam proses reversible isobaric. Efisiensi siklus Brayton
diinjau dari loop tertutup difluida kerja, penambahan dan pengurangan kalor
terjadi saat tekanannya konstan. Keempat proses yang terjadi pada siklus ini
berada dalam aliran fluida berkeadaan tunak sehingga menganalisanya dengan
batasan keadaan tunak. Disertai pengabaian energy kinetic dan potential system.
Prinsip siklus Brayton terbuka, fluida kerjanya adalah udara atmosfer
dan proses pembuangan panas terjadi dalam atmosfer karena keluaran turbin
dikeluarkan ke atmosfer. Instalasi turbin gas dengan siklus ini memiliki siklus
sederhana, terdiri dari kompresor, ruang bakar, dan turbin sebagai penggerak.
Gambar 1.2. Diagram PV dan TS
(Sumber: Endardo, 2017)
Proses siklus terbuka terdiri dari proses kompresi isentropic, proses
pembakaran isobaric, proses ekspansi isentropic, dan proses pembuangan panas
isobaric. (1-2) proses kompresi isentropik, dara atmosfer masuk ke dalam system
turbin gas melalui sisi inlet kompresor. Udara dikompresikan sampai tekanan
tertentu diikuti dengan volume ruang yang berangsur-angsur menyempit. Proses
tersebut tidak diikuti dengan perubahan entropi, disebut dengan proses isentropik.
Proses (2-3) pembakaran isobarik, udara terkompresi masuk ke ruang
bakar. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar diikuti dengan proses
pembakaran bahan bakar. Energy panas hasil pembakaran diserap oleh udara, dan
menambah volume udara. Proses tidak mengalami kenaikan tekanan udara karena
udara hasil proses pembakaran bebas terekspansi ke sisi turbn. Karena tekanan
yang konstan maka proses ini disebut sebagai proses dari kondosi yang isobarik.
Proses (3-4) ekspansi isentropik, udara bertekanan yang telah menyerap
panas hasil pembakaran, berkespansi melewati turbin. Sudu-sudu turbin nozzle
kecil berfungsi untuk mengkonversikan energy panas udara menjadi energy
kinetic. Sebagian energy tersebut dikonversikan turbin untuk memutar kompresor.
Pada system pembangkit listrik turbin gas, sebagian energy dikonversikan turbin
untuk memutar generator listrik. Pada mesin turbojet, sebagian energy panas
dikonversikan menjadi daya dorong pesawat oleh nozzle besar pada ujung
keluaran turbin gas. (4-1) proses pembuangan fasa isobaric, yakni pembuangan
udara kembali ke atmosfer. Pada siklus Brayton, udara yang keluar dari turbin ini
masih menyisakan sejumlah energy panas. Panas ini diserap oleh udara bebas ,
sehingga secara siklus udara tersebut siap untuk kembali masuk ke tahap 1-2.
Pada siklus Brayton ideal, memiliki kondisi dimana fluida kerja
terkompresi secara reversibel dan isentropik di dalam sebuah kompresor (proses
1-2). Panas kemudian dilanjutkan dengan sebuah penambahan dalam proses
isobarik reversibel (proses 2-3) di dalam ruang pembakaran atau didalam alat
penukar kalor. Gas panas berekspansi secara reversibel dan isentropic dalam
turbin (proses 4-1). Karena kompresi maupun ekspansi tidak dapat benar-benar
ini selain turbojet yaitu turboprop dan turbofan. Mesin turbojet sangat umum
digunakan pada pesawat-pesawat tempur yang membutuhkan kecepatan tinggi.
Dan sekalipun mesin ini tidak lazim digunakan pada kendaraan darat, namun
kendaraan untuk pemecahan rekor kecepatan darat menggunakan mesin ini.
Prinsip kerja mesin turbojet tidak dapat terlepas dengan komponen
komponen kerjanya. Komponen utama dari mesin turbojet yaitu kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), turbin, dan nozzle. Tiga tahapan awal dari siklus
brayton di atas terjadi pada komponen-komponen mesin turbojet tersebut.
Sedangkan proses siklus Brayton yang terakhir yakni proses pembuangan panas,
terjadi di udara. Mesin turbojet menggunakan udara atmosfer sebagai fluida kerja.
Udara masuk ke dalam sistem turbojet melalui sisi inlet kompresor. Saat melewati
kompresor, udara dikompresi oleh beberapa tingkatan sudu kompresor yang
tersusun secara aksial. Pada ujung akhir kompresor, penampang casing berbentuk
difuser untuk menambah tekanan keluaran kompresor. Umumnya, tekanan udara
keluaran kompresor turbojet mencapai rasio yang berbeda yaitu pada 15:1.
Selain itu, ada sebagian udara bertekanan yang tidak diteruskan masuk
ke ruang bakar. Sebagian kecil udara bertekanan tersebut diekstraksi untuk
berbagai kebutuhan seperti pendinginan stator turbin, air conditioning, dan untuk
sistem pencegah terbentuknya es di sisi inlet turbin. Selanjutnya, udara
terkompresi keluaran kompresor masuk ke ruang bakar atau combustor. Bahan
bakar (avtur contohnya) diinjeksikan ke dalam ruang bakar ini.
Sistem combustor memiliki desain khusus sehingga aliran udara bertekanan akan
mengkabutkan bahan bakar. Campuran bahan bakar dan udara dipicu terbakar.
Jet yang mampu mencapai kecepatan supersonik (melebihi kecepatan
suara) pasti exhaust mesin jetnya menggunakan nozzle konvergen-divergen.
Nozzle konvergen-divergen adalah sebuah pipa yang mengalami pencekikan
aliran di tengah-tengahnya, menghasilkan bentuk seperti jam pasir yang tidak
simetris antara sisi inlet dan outlet nozzle. Nozzle ini berfungsi untuk
mengakselerasi gas panas dengan tekanan tinggi sehingga mencapai kecepatan
supersonik. Bentuk nozzle yang sedemikian rupa membuat energi panas yang
mendorong aliran udara terkonversi secara maksimal menjadi energi kinetik.
Penampang cekik dari nozzle pada mesin jet bertujuan untuk menciptakan restriksi
aliran udara panas sehingga tekanan udara meningkat, yang biasanya bahkan akan
mendekati chocking atau berhentinya aliran yang berasal dari udara.
Lalu aliran udara panas yang tercekik ini secara tiba-tiba diekspansikan
hingga mencapai atau paling tidak mendekati tekanan atmosfer. Ekspansi ini
diakibatkan oleh bentuk nozzle divergen setelah bagian cekiknya. Ekspansi cepat
hingga mencapai tekanan atmosfer inilah yang mengkonversikan energi panas
udara menjadi daya dorong pesawat. Ada beberapa cara untuk meningkatkan
efisiensi dari siklus Brayton, seperti meningkatkan rasio dari tekanan.
3. Siklus Rankine
Siklus ideal dari suatu sistem turbin uap sederhana adalah siklus
Rankine. Siklus Rankine terdiri dari beberapa proses sebagai proses pemompaan
isentropis di dalam pompa, proses pemasukan kalor atau pemanasan pada tekanan
konstan di dalam ketel, proses ekspansi isentropik di dalam turbin atau mesin uap
lainnya, dan proses pengeluaran kalor atau pengembunan pada tekanan konstan, di
dalam kondensator. Kondisi uap yang keluar dari turbin ada di dalam daerah
campuran cair dan uap (uap basah). Namun demikian hendaknya pada air
diusahakan agar kadar airnya untuk yang diproses agar tidak terlampau tinggi
(Musyafa, 2007).
Dalam hal ini air dan uap melakukan proses siklus termodinamika tertutup
berupa siklus Rankine ideal. Siklus Rankine merupakan siklus yang paling banyak
digunakan dalam pembangkitan daya seperti pada PLTU karena merupakan siklus
untuk uap dan air. Karena siklus Rankine merupakan siklus uap air, maka paling
baik digambarkan dalam diagram PV (tekanan volume) dan diagram TS (suhu
entropi). Pembangkit listrik harus mempunyai energi yang besar sehingga
pembangkit harus mempunyai efisiensi yang besar atau energi yang terbuang
harus kecil. Maka efisiensi suatu pembangkit terus diupayakan untuk dinaikkan
dengan berbagai cara yang di dalam PLTU dilakukan dengan pengelolaan uap
agar asas manfaatnya besar dan panas yang terbuang adalah sangat kecil.
Dalam hal ini secara umum dikenal 3 macam peningkatan efisiensi
PLTU yaitu dengan proses superheat, reheat dan regeneratif. Superheat yaitu
pemanasan lanjut, dimana uap yang keluar dari boiler sebelum dialirkan ke turbin
dipanaskan lagi atau dikeringkan pada tekanan konstan menggunakan superheater
di dalam boiler. Reheter adalah proses pemanasan ulang, dimana uap yang keluar
dari turbin tekanan tingggi sebagian dialirkan kembali ke dalam boiler untuk agar
memperoleh pemanasan ulang di dalam boiler agar suhunya naik, kemudian
diekspansikan ke turbin tekanan menengah dan rendah. Sedangkan proses
regenerative dilakukan dengan memanfaatkan sebagian uap yang berekspansi di
turbin yang masih panas untuk memanaskan air yang akan masuk ke boiler.
Dengan proses ini maka kerja boiler makin ringan dan panas yang hilang keluar
dari kecil. Proses tersebut merupakan diagram TS fluida kerja (Suyamto, 2009).
Sistem heat recovery limbah siklus ganda mencakup sirkuit suhu tinggi
yang memanfaatkan fluida pada kerja pertama. Cairan kerja yang pertama
dipanaskan dengan fluida kerja pertama. Cairan kerja pertama dipanaskan oleh
sumber panas yang berasal dari limbah pertama dan kemudian diperluas melalui
alat berupa ekspander untuk menghasilkan listrik. Sistem pemulihan panas yang
lebih jauh mencakup rangkaian sistem suhu rendah yang menggunakan fluida
kerja kedua. Rangkaian sistem suhu rendah juga dilengkapi dengan alat penukar
panas yang pertama untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari
fluida kerja pertama dan alat penukar panas yang kedua untuk memanaskan.
Control valve secara selektif mengendalikan aliran fluida kerja kedua ke
masing-masing alat penukar hembusan pertama dan alat penukar hembusan kedua
sesuai dengan seperangkat parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
Ekspander menerima fluida kerja kedua dari alat penukar panas yang pertama dan
dari alat penukar panas yang kedua dan memperluas fluida kerja kedua untuk
menghasilkan kerja. Penemuan ini berhubungan secara umum dengan sistem
pemulihan panas limbah untuk mesin pembakaran dalam dan khususnya pada
sistem pemulihan panas limbah untuk kendaraan, di mana dalam sistem
menggunakan siklus Rankine ganda atau disebut sebagai dual rankine cycle.
Mesin pembakaran internal diketahui juga mengubah sejumlah energi yang relatif
kecil dari bahan bakar menjadi energi yang dapat langsung untuk digunakan.
Pada mesin pembakaran internal yang khas, bahan bakar dicampur
dengan udara, dikompres dalam satu atau lebih ruang bakar, dan dinyalakan.
Ekspansi udara atau bahan bakar yang menyala menyebabkan piston
menghasilkan tenaga yang dapat digunakan, pembakaran eksotermik bahan bakar
udara juga menghasilkan panas dalam jumlah yang cukup besar, yang sebagian
besar hilang saat produk yang memiliki suhu tinggi pembakarannya habis ke
dalam sistem. Sistem pemulihan panas knalpot dikenal di bidang seni sebagai cara
untuk mengubah panas yang seharusnya hilang dalam knalpot mesin menjadi
energi yang bisa digunakan sebagai media yang lebih berguna lagi pada sistem.
Sementara gas buang dari ruang bakar merupakan sumber terbesar
limbah panas yang dapat dipulihkan, kebanyakan kendaraan memiliki beberapa
sumber limbah panas hasil pemulihan lainnya, sebagian besar kendaraan memiliki
beberapa sumber limbah panas hasil pemulihan lainnya, walaupun suhu operasi
dari sumber panas tambahan ini biasanya lebih rendah dari knalpot mesin. Sumber
panas tambahan yang patut dicontoh meliputi pendinginan pendinginan mesin,
pendingin oli, pendingin fluida transmisi, sistem resirkulasi gas buang (EGR),
bagian suhu rendah dari siklus pemulihan panas gas buang, dan sumber-sumber
lainnya yang sesuai yang mampu mengatasi panas yang dapat dipulihkan.
Knalpot dari mesin menyediakan sumber panas yang bisa dipulihkan,
namun tersedia panas dari masing-masing sumber panas sekunder dapat sangat
bervariasi sesuai kondisi pengoperasian kendaraan dan sistem kendaraan yang
digunakan pada waktu tertentu. Akibatnya, sumber panas sekunder yang
memberikan pemulihan panas yang optimal berubah saat kondisi operasi berubah.
Perwujudan teladan pertama dari sistem pemulihan panas limbah daur ulang yang
diungkapkan meliputi sirkuit suhu tinggi yang menggunakan fluida kerja pertama.
Fluida kerja pertama dipanaskan oleh sumber panas pertama dan kemudian
diperluas melalui ekspander pertama untuk menghasilkan listrik. Sistem
pemulihan panas lebih jauh mencakup rangkaian suhu rendah yang menggunakan
fluida kerja kedua. Rangkaian suhu rendah juga mencakup alat penukar panas
pertama untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari fluida kerja.
Kedua dengan panas dari sumber panas limbah kedua. Katup kontrol
secara selektif mengontrol aliran penukar panas kedua sesuai dengan seperangkat
parameter yang telah ditentukan sebelumnya. Ekspander menerima fluida kerja
kedua dari penukar panas pertama dan kedua dan memperluas fluida kerja kedua
untuk menghasilkan tenaga. Perwujudan kedua dari sistem pemulihan panas.
Rangkaian suhu tinggi menggunakan fluida kerja pertama dan mencakup
hembusan panas pertama untuk memanaskan fluida kerja pertama, ekspander
pertama untuk menerima fluida kerja pertama dari penukar panas pertama dan
ekspander yang pertama kali mengerjakan fluida kerja yang menghasilkan listrik,
dan penukar panas kedua untuk menerima fluida kerja pertama dari ekspander
yang pertama dan kemudian mendinginkan fluida dari kerja yang pertama.
Rangkaian pemulihan panas kedua mencakup penukar panas ketiga
untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas dari sumber panas pertama,
alat penukar panas keempat untuk memanaskan fluida kerja kedua dengan panas
dari sumber panas yang kedua, dan katup yang ada pada sistem yang telah
dijelaskan. Katup secara selektif mengarahkan fluida kerja kedua bertindak
sebagai sumber panas untuk fluida kerja kedua di ekspander yang kedua untuk
menerima fluida kerja kedua dari penukar panas kedua, penukar panas ketiga, dan
alat penukar panas keempat untuk memperluas fluida dari sebuah kerja.
Aspek di atas dan banyak keuntungan dari penemuan ini akan menjadi
lebih mudah dipahami karena hal yang sama menjadi lebih baik dipahami dengan
mengacu pada uraian terperinci berikut. Pengungkapan ini umumnya diarahkan
pada sistem yang mengubah limbah panas dari mesin pembakaran dalam menjadi
energi mekanik atau listrik yang berguna dan dapat dimanfaatkan kembali. Dalam
satu penggambaran dengan suatu perwujudan, sistem ini disesuaikan untuk
mengubah sebuah panas buangan yang berasal dari mesin pembakaran internal
kendaraan, serta panas dari sistem kendaraan yang lain. Energi mekanik yang
dapat dipulihkan dapat diberikan pada efisiensi kendaraan, sedangkan energi
listrik yang dihasilkan oleh sistem dapat menggerakkan berbagai sistem kendaraan
atau disimpan untuk penggunaan pada proses lain maupun pada proses-proses
yang selanjutnya nanti pada suatu siklus sistem maupun kombinasi siklus.
Dengan demikian, semua penggunaan dan sarana penyimpanan yang
telah dijelaskan pada sistem ini seharusnya tidak dianggap sebagai pembatasan.
Perlu disadari bahwa energi mekanik dan listrik yang dapat dipulihkan serta dapat
digunakan atau disimpan dengan berbagai cara yang sesuai. Harus diapresiasi
bahwa penentuan penukar panas mana yang memiliki energi termal paling banyak
untuk memanaskan fluida kerja kedua dapat ditentukan sesuai dengan berbagai
parameter. Penggunaan parameter alternatif semacam itu dipertimbangkan dan
sholud dipertimbangkan dalam lingkup pengungkapan ini. Selain itu , dipikirkan
bahwa parameter yang berbeda dapat digunakan untuk sumber panas yang
berbeda, tergantung pada sifat operasi masing-masing sumber panas tertentu.
Sistem ini menggunakan siklus Rankine pertama, yang mendefinisikan
siklus yang panas yang dimana siklus tersebut bekerja sama dengan siklus
Rankine kooperasi, yang mendefinisikan siklus dingin pada sistem tersebut .
Siklus panas menggunakan cairan dalam penggunaan beberapa alat diantara
lainnya yaitu pompa, alat penukar panas, turbin, penukar panas kedua, dan
kondensor. Siklus panas yang sedang beroperasi merupakan wujud dari siklus
rankine konvensional yang telah diketahui, pompa menekan cairan kerja dari
keadaan cair bertekanan rendah pada saluran masuk pompa ke keadaan cairan
bertekanan tinggi yang dialirkan pada outlet pompa yang tersedia pada sistem.
Fluida kerja yang bertekanan melewati alat penukar panas pertama, yang
bertindak sebagai boiler untuk menguapkan fluida kerja menjadi uap jenuh
kering. Penukar panas pertama menguapkan cairan kerja dengan menggunakan
panas yang berasal dari limbah yang bersumber dari kendaraan . Sumber panas
pada suhu yang tinggi, seperti knalpot mesin, lebih disukai walaupun sumber
panas lain mungkin sesuai tergantung pada rentang suhu optimum untuk fluida
kerja.
Cairan kerja bertekanan tinggi yang menguap diperluas melalui turbin
untuk menciptakan daya. Dalam satu perwujudan, keluaran turbin adalah daya
bumi menghasilkan energi yang bersih. Lalu binary cycle power plants. Pada
sistem binary cycle power plants pada air panas yang berasal dari sumur produksi
tidak pernah menyentuh turbin. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir
panas bumi yang berisi air dengan temperat ur antara 150-205C. Air panas bumi
digunakan untuk memanaskan apa yang disebut fluida kerja yang biasanya
senyawa organic yang digunakan bermacam-macam terdapat pada heat
exchanger.
Fluida kerja kemudian menjadi panas akibat dari pemanasan dan
kemudian menghasilkan sebuah uap dari jalannya proses tersebut. Kemudian uap
yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk menuju ke turbin agar
dapat memutar turbin dan selanjutnya kemudian menggerakkan generator untuk
menghasilkan sebuah sumber daya listrik yang lebih efisien (Roberto, 2016).
Selanjutnya pada chemical plant waste heat dan petrochemical flare.
Proses pembuatan plastik dari minyak bumi secara singkat adalah minyak bumi
dilakukan proses pemurnian di kilang minyak (refinery) bersama dengan gas bumi
dihasilkan produk-produk petrokimia seperti etana, propana dan berbagai produk
petrokimia lainnya. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai
industri yang berbahan baku utama minyak dan gas bumi. Indonesia mempunyai
sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan
papan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan
bahan baku bagi industri hilirnya seperti industri plastik dan juga industri yang
lain seperti industri tekstil, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih,
bahan farmasi, bahan peledak, kulit imitasi dan masih banyak lagi.
Kemudian landfill flare dan metal sintering waste heat. Tungku
peleburan dunia industri logam juga membutuhkan tungku perpindahan panas,
dimana logam jadi dapat dipanaskan ulang untuk diperbaiki kemampuan
mekanisnya. Logam bisa diproses dengan perlakuan panas umumnya logam
paduan FE dan C. pada kadar karbon tertentu atau paduan lain yang sesuai. Baja
banyak digunakan sebagai bahan konstruksi dan sebagai perkakas. Perlakuan yang
diberikan logam antara lain adalah perlakuan panas atau heat treatment, yang
merupakan suatu proses perlakuan terhadap logam yang diinginkan dengan cara
memberikan pemanasan atau kondisi operasi tertentu dan kemudian dilakukan
pendinginan dengan media pendingin seperti contohnya adalah cooler. Heat
treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
mikro logam dengan jalan memanaskan dalam elektrik terance (tungku) pada
temperature rekristalisasi selama periode waktu-waktu tertentu saja.
Kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air
garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang
berbeda-beda. Untuk proses perlakuan panas tersebut diatas diperlukan sebuah
metode atau alat bantu yang dapat digunakan mendukung proses perlakuan panas.
Tungku heat treatment adalah alat bantu yang dapat mendukung proses perlakuan
panas, alat ini dirancan untuk dapat menahan panas pada suhu pada fase recovery
fase rekristalisasi dan fase grain growth atau tumbuhnya butir (Rais, 2015).