Anda di halaman 1dari 8

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING

SCHEDULE PROYEK GEDUNG 8 LANTAI


SISTEM PRACETAK DENGAN
MENGGUNAKAN MS PROJECT

Bezaliel Tungadi
Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830,
bezatungadi@gmail.com
Bezaliel Tungadi, Dwi Dinariana

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah membuat perencanaan dan pengendalian proyek pada
bangunan system pracetak 8 lantai proyek aeropolis tower 1, cengkareng dengan menggunakan
Microsoft project dan membuat koreksi dan tindakan jika terjadi permasalahan yang mengakibatkan
proyek mengalami keterlambatan dengan analisa yang mengacu pada SNI 7832 2012 dan SNI 7390
2008, kesimpulan yang dapat ditarik adalah durasi perencanaan proyek sebanyak 329 hari dimana
jumlah tenaga kerja max perhari yang tersedia di lapangan kurang dari jumlah tenaga kerja max
perhari berdasarkan rencana, progress di lapangan yang mengalami keterlambatan sehingga durasi
menjadi 474 hari dan dilakukan teknik percepatan durasi untuk mengejar keterlambatan sehingga
durasi menjadi 333 hari dimana terdapat penambahan alat berat 1 unit crane serta penambahan
tenaga kerja max perhari sebanyak 1338 tenaga kerja (jika jam kerja normal) dan 620 tenaga kerja
(jika disertai penambahan jam lembur), sehingga muncul rekomendasi untuk mengejar keterlambatan
yang terjadi pada proyek aeropolis tower 1, cengkareng ini.
Kata Kunci : Durasi, Pracetak, Microsoft Project.

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, maka peningkatan jumlah penduduk semakin pesat. Permintaan-
permintaan tempat tinggal seperti apartemen, dan pusat kegiatan ekonomi atau perkantoran untuk
menunjang berbagai kehidupan masyakarat pun semakin meningkat. Aeropolis merupakan sebuah
proyek pengembangan kawasan mixed-use terintegrasi yang meliputi fasilitas untuk hunian,
perkantoran, hotel, komersial dan ritel. Dengan rencana total pengembangan mencapai 350 ha,
Aeropolis dirancang sebagai kawasan terpadu yang bersifat simbiosis dengan pengembangan bandara.
Proyek ini akan memenuhi beragam kebutuhan pengembangan bandara, baik untuk bisnis, hunian,
hospitality, maupun gaya hidup kota bandara yang lengkap dan modern.. Aeorpolis tower 1 ini
merupakan bangunan yang komponennya (kolom, balok, pelat lantai) menggunakan metode
konvensional pada lantai dasar dan precast (beton precetak) pada lantai dua keatas.
Precast concrete atau beton pracetak merupakan suatu hasil produksi dari beton yang fabrikasinya
dilakukan di pabrik atau di lapangan sementara dengan penyelesaian akhir pemasangan (erection)
dilapangan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode precast (pracetak),
yaitu mutu dari beton terjaga dengan baik, waktu pelaksanaan konstruksi relatif lebih singkat, ramah
lingkungan, dan lebih sedikit sisa bahan bangunan yang harus dibuang keluar dari tempat konstruksi.
Project Planning dan Controlling merupakan unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek. Project Planning dan Controlling yang baik dapat menciptakan suatu proyek yang berkualitas.
Hal ini disebabkan karena dengan adanya Project Planning dan controlling yang baik, maka seluruh
pekerjaan-pekerjaan pada proyek dapat dikerjakan dengan maksimal. Dengan Project Planning dan
controlling, seluruh masalah, baik kesalahan dan kekurangan pada proyek dapat diketahui sehingga
dapat dibuat perumusan masalah dan solusi-solusi yang tersedia untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.

METODE PENELITIAN
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah dengan melakukan identifikasi terhadap masalah yang akan
diteliti dalam penelitian. Setelah menemukan masalah yang akan diteliti, dilakukan studi pustaka
dengan mempelajari jurnal jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Membuat
perencanaan jadwal proyek Aeropolis tower 1 dengan Microsoft project dan membuat kurva S
rencana. Selanjutnya melakukan peng-inputan data di lapangan untuk menentukan progress di
lapangan. Berikutnya melakukan evaluasi kegiatan pada proyek Aeropolis tower 1 :
- Meng-input data berdasarkan progress dilapangan
- Membuat kurva S aktual pada proyek
- Membandingkan antara kurva S rencana dengan kurva S aktual
- Mengidentifikasi permasalahan pada proyek
- Menentukan langkah-langkah percepatan proyek jika terjadi keterlambatan terhadap progress
dilapangan
- Membuat correction and action jika diperlukan.

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Perencanaan Jadwal
Proyek

Membuat kurva S
rencana

Input progress proyek

Analisa dan membuat kurva S


aktual

Evaluasi dari hasil


pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Perencanaan Proyek Aeropolis Tower 1
Berikut merupakan hasil perencanaan menggunakan MS Project untuk proyek aeropolis tower 1.
Gambar 2 Durasi Rencana Proyek Aeropolis Tower 1

Durasi dari proyek ini dapat dilihat pada gambar diatas, dimana :
- Pada pekerjaan persiapan proyek aeropolis tower 1 ini memerlukan durasi selama 329 hari
- Pada pekerjaan struktur proyek aeropolis tower 1 ini memerlukan durasi selama 258 hari
- Pada pekerjaan arsitektur proyek aeropolis tower 1 ini memerlukan durasi selama 232 hari

Selanjutnya, untuk tenaga kerja maksimal per hari rencana, adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Tenaga Kerja Maksimal Rencana Perhari


Nama Tenaga Kerja Jumlah
Kepala tukang besi 99
Kepala tukang batu 17
Kepala tukang cat 7
Kepala tukang kayu 1
Tukang besi 141
Tukang batu 190
Tukang cat 66
Tukang kayu 13
Tukang vibrator 8
Tukang ereksi 2
Operator crane 1
Pembantu operator crane 1
Pekerja 337
Mandor 29

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa dengan perencanaan menggunakan MS Project,


poryek aeropolis tower 1 memerlukan tenaga kerja lepas maksimal per hari adalah sebanyak 912
tenaga kerja. Selanjutnya, pengeluaran total untuk proyek aeropolis tower 1 adalah sebagai berikut.

Tabel 2 Pengeluaran Total Rencana Proyek Aeropolis Tower 1


Jenis Pekerjaan Biaya
Pekerjaan Persiapan Rp 268,434,000.00
Pekerjaan Arsitektur Rp 13,964,705,433.13
Pekerjaan Struktur Rp 9,589,167,266.34
Total Pengeluaran Rp 23,822,306,699.47

Permasalahan di Lapangan dan Peng-inputan Progress di Lapangan


Namun, terdapat banyak permasalahan-permasalahan dilapangan yang menyebabkan progress di
lapangan mengalami keterlambatan. Berikut merupakan permasalahan-permasalahan yang
menyebabkan proyek mengalami keterlambatan.
- Tidak adanya hubungan kerja sama yang baik antara pihak kontraktor, konsultan perencana,
dan konsultan manejemen
- Terdapat berbagai masalah internal dalam kubu kontraktor sendiri
- Ijin pemasangan tower crane yang lama keluar. Hal ini disebabkan karena lokasi proyek yang
berada dekat dengan bandara Soekarno Hatta, Cengkareng.
- Kurangnya daya listrik untuk memenuhi kebutuhan energy pada proyek sehingga diperlukan
penambahan daya listrik
- Masalah lainnya, seperti cuaca buruk, material dan bahan yang dating terlambat, para tenaga
kerja yang sering tidak masuk, dan kurangnya jumlah tenaga kerja lepas di lapangan.

Akibat permasalahan tersebut, proyek mengalami keterlambatan. Selanjutnya, di input progress sesuai
kondisi di lapangan. Dimana berdasarkan input progress di lapangan, proyek aeropolis tower 1
mengalami keterlambatan sebanyak 145 hari atau proyek ini baru selesai pada tanggal 8 April 2015.

Gambar 3 Input Progress di Lapangan dengan MS Project

Berdasarkan hasil progress kemajuan di lapangan yang diinput melalui program Microsoft Project
sampai tanggal 19 Juli 2014 (minggu ke-34) diperoleh progress sebesar 37,32%. Berdasarkan dengan
analisa yang telah dilakukan, seharusnya progress proyek aeropolis tower 1 sudah 73,84% pada
minggu ke-34. Namun progress di lapangan baru mencapai progress sebesar 37,32% pada minggu ke-
34. Jadi dapat disimpulkan proyek mengalami keterlambatan sebesar 36.52%.
Selanjutnya dengan keterlambatan dari perencanaan awal maka proyek ini akan dikenakan biaya
pinalty dari pihak owner akibat tidak menyelesaikan proyek sesuai dengan kesepakatan pada kontrak
yaitu selambat-lambatnya pada tanggal 25 november 2014. Dimana jika tidak ada percepatan jadwal
proyek ini baru selesai pada tanggal 8 April 2015 sehingga proyek mengalami keterlambatan sebanyak
134 hari dari durasi penyelesaian proyek yang selambat-lambatnya selesai pada tanggal 25 november
2014. Selain itu berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara pihak owner dan pihak kontraktor,
pihak kontraktor wajib membayar denda sebesar 0,1% perhari dari total nilai proyek jika proyek
selesai diatas tanggal 25 november 2014. Sehingga dapat disimpulkan dengan keterlambatan sebanyak
134 hari dari waktu selesainya proyek pada kontrak, kontraktor wajib membayar denda sebesar Rp.
3.192.189.097,73. Dengan penambahan denda sebesar itu, maka berikut merupakan pengeluaran total
dari pihak kontraktor jika tidak ada percepatan proyek.

Tabel 3 Total Pengeluaran Jika Tidak Ada Percepatan Proyek


Jenis Pekerjaan Normal (Telat 134 Hari)
Pekerjaan Persiapan Rp 268,434,000.00
Pekerjaan Arsitektur Rp 13,964,705,433.13
Pekerjaan Struktur Rp 9,589,167,266.34
Denda Rp 3,192,189,097.73
Total Pengeluaran Rp 27,014,495,797.20
Percepatan Jadwal Proyek Aeropolis Tower 1
Akibat dari permasalahan-permasalan diatas, maka terjadi keterlambatan pada proyek ini. Karena
berdasarkan kontrak antara kontraktor dengan owner yang menyatakan bahwa proyek harus selesai
selambat-lambatnya tanggal 25 november 2014, maka diperlukan percepatan jadwal yang
menyebabkan proyek dapat selesai tepat waktu atau progress pada proyek dapat berkembang secara
signifikan. Setelah itu dengan menggunakan analisa dengan menggunakan MS Project, maka dapat
diketahui critical path (lintas kritis) pada proyek ini.

Gambar 4 Lintas Kritis Proyek Aeropolis Tower 1

Lintasan kritis yang berwarna merah merupakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan
percepatan. Dengan analisa program MS Project, maka dapat diketahui pekerjaan-pekerjaan yang
perlu dilakukan percepatan jadwal untuk mengejar keterlambatan pada proyek ini. Dengan analisa MS
Project, berikut merupakan salah satu pekerjaan yang perlu dilakukan percepatan jadwal

Gambar 5 Pekerjaan yang Berada dalam Lintasan Kritis

Setelah mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang perlu di percepat, makan di lakukan teknik percepatan
jadwal yaitu dengan menambah dan memaksimalkan sumber-sumber yang berhubungan dengan
pekerjaan yang perlu di percepat. Pekerjaan yang perlu di percepat adalah pekerjaan erection dan
pekerjaan arsitektur. Untuk pekerjaan erection, untuk mempercepat durasi pekerjaan, maka pihak
kontraktor perlu menambahkan 1 unit crane sehingga crane yang digunakan pada proyek aeropolis
tower 1 ini menjadi 2.
Selanjutnya untuk pekerjaan arsitektur, untuk mempercepat durasi proyek, diperlukan penambahan
tenaga kerja lepas di lapangan atau memperbanyak jadwal lembur pada proyek ini.

Percepatan Proyek
Berikut merupakan hasil perencanaan percepatan proyek aeropolis tower 1.
Tabel 4 Durasi Percepatan Proyek
Durasi (Hari)
Sub Pekerjaan
Percepatan
Pekerjaan Persiapan 333
Pekerjaan Arsitektur 127
Pekerjaan Struktur 316

Tabel 5 Perbandingan Tenaga Kerja Maksimal Perhari Rencana Percepatan Proyek (Normal dan
Lembur)
Max Jumlah Tenaga Kerja (Percepatan)
Nama Pekerja Keterangan
Normal Lembur Selisih
Kepala tukang besi 94 47 -47 Berkurang
Kepala tukang batu 29 15 -14 Berkurang
Kepala tukang cat 9 5 -4 Berkurang
Kepala tukang kayu 1 1 0 Berkurang
Tukang besi 145 73 -72 Berkurang
Tukang batu 357 179 -178 Berkurang
Tukang cat 88 44 -44 Berkurang
Tukang kayu 10 5 -5 Berkurang
Tukang vibrator 11 6 -5 Berkurang
Tukang ereksi 4 2 -2 Berkurang
Operator crane 2 1 -1 Berkurang
Pembantu operator crane 2 1 -1 Berkurang
Pekerja 655 328 -327 Berkurang
Mandor 36 18 -18 Berkurang
Total 1443 725 718 Berkurang

Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja max perhari dengan jam lembur
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja max perhari dimana tidak ada jam lembur.
Namun patut diperhatikan bahwa dengan penambahan jam lembur, biaya pengeluaran yang
dikeluarkan akan mengalami peningkatan. Berikut merupakan peningkatan biaya akibat percepatan
proyek yang telah di rencanakan.

Tabel 6 Perbandingan Biaya Pengeluaran Proyek Rencana dengan Percepatan Lembur


Jenis Pekerjaan Normal Percepatan Lembur Keterangan
Pekerjaan Persiapan Rp 268,434,000.00 Rp 268,434,000.00 Sudah Selesai
Pekerjaan Arsitektur Rp 13,964,705,433.13 Rp 15,233,014,808.89 Terlambat
Pekerjaan Struktur Rp 9,589,167,266.34 Rp 10,972,601,464.45 Terlambat
Total Pengeluaran Rp 23,822,306,699.47 Rp 26,474,050,273.33 -
Selisih Rp 2,651,743,573.86 -

Berdasarkan Tabel 6, dapat disimpulkan meskipun proyek telah dipercepat untuk menghindari pinalty,
pengeluaran proyek mengalami peningkatan sebanyak Rp. 2.651.743.573,86 atau 11,13%.
Selanjutnya perbandingan pengeluaran antara percepatan lembur dengan jadwal terlambat 134 hari
dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan Pengeluaran Terlambat 134 Hari dengan Percepatan Lembur


Jenis Pekerjaan Terlambat 134 Hari Percepatan Lembur Keterangan
Pekerjaan Persiapan Rp 268,434,000.00 Rp 268,434,000.00 Sudah Selesai
Pekerjaan Arsitektur Rp 13,964,705,433.13 Rp 15,233,014,808.89 Terlambat
Pekerjaan Struktur Rp 9,589,167,266.34 Rp 10,972,601,464.45 Terlambat
Denda Pinalty Rp 3,192,189,097.73 Rp - -
Total Pengeluaran Rp 27,014,495,797.20 Rp 26,474,050,273.33 -
Selisih Rp 540,445,523.87 -
Berdasarkan Tabel 4.7, pengeluaran terlambat 134 hari lebih banyak Rp. 540.445.523,87
dibandingkan dengan percepatan lembur. Sehingga dengan menggunakan percepatan lembur,
kontraktor dapat menghemat biaya (reductional cost) sebesar Rp. 540.445.523,87 atau 2% dari total
pengeluaran terlambat 134 hari.
Selanjutnya perbandingan durasi antara perencanaan, rencana aktual, dan percepatan proyek pada
proyek aeropolis tower 1 adalah sebagai berikut.

Tabel 8 Durasi Rencana, Aktual, dan Percepatan pada Sub Pekerjaan


Durasi (Hari)
Sub Pekerjaan
Rencana Aktual Percepatan
Pekerjaan Persiapan 329 474 333
Pekerjaan Arsitektur 232 232 127
Pekerjaan Struktur 258 401 316

Gambar 8 Histogram Durasi Rencana, Aktual, dan Percepatan pada Sub Pekerjaan

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perencanaan dan pengendalian proyek gedung 8 lantai system pracetak
dengan menggunakan MS Project pada bangunan Aeropolis Tower 1 yang dikerjakan oleh PT.
Anditama Wahana Sejahtera dengan menggunakan Microsoft Project serta berdasarkan analisa dan
pembahasan yang telah dilakukan peneliti, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perencanaan awal proyek diperoleh jumlah durasi pelaksanaan proyek yaitu 329
hari (hari kerja proyek) dengan pelaksanaan dimulai dari tanggal 25 November 2013 hingga
14 November 2014 dengan jumlah tenaga kerja max yang dibutuhkan mencapai 912 orang.
Namun tenaga di lapangan hanya 105 orang dimana tenaga kerja di lapangan kurang 807
orang dibandingkan dengan rencana.
2. Sesuai dengan grafik kurva S rencana dan kurva S aktual hingga minggu ke 34, diperoleh
bahwa grafik kurva S aktual berada dibawah kurva S rencana dimana nilai grafik kurva S
aktual sebesar 37,32% sedangkan kurva S rencana 73,84%. Jadi dapat disimpulkan proyek
mengalami keterlambatan sebesar 36.52% pada minggu ke 34.
3. Durasi pada proyek menjadi lebih panjang atau mengalami keterlambatan, dimana jika tidak
ada percepatan jadwal maka proyek ini akan selesai pada minggu ke 72 atau tanggal 8 April
2015 (474 hari kerja proyek).
4. Jika proyek baru selesai pada tanggal 8 April 2015, kontraktor wajib membayar pinalty
sebesar 0,1% dari total nilai kontrak perhari. Proyek aeropolis mengalami keterlambatan
proyek sebesar 134 hari dari deadline akhir selesainya proyek pada tanggal 25 november
2014 sesuai kontrak. Sehingga dapat disimpulkan kontraktor wajib membayar denda pinalty
sebesar Rp. 3,192,189,097.73 .
5. Dengan analisa untuk percepatan jadwal maksimal pada proyek ini, maka proyek ini selesai
pada tanggal 18 november 2014. Percepatan dilakukan dengan penambahan sumber daya
yang meliputi :
- Penambahan 1 unit crane untuk pekerjaan langsir dan instalasi komponen pracetak
- Penambahan jumlah tenaga kerja lepas di lapangan serta membuat jam lembur sehingga
tenaga kerja total menjadi 620 orang.
6. Dengan adanya percepatan dan jadwal lembur, total biaya yang dikeluarkan menjadi Rp.
26,474,050,273.33 atau meningkat sebesar 11,13% dari total biaya rencana yang dikeluarkan.
Namun jika percepatan lembur dibandingkan dengan biaya rencana normal yang mengalami
keterlambatan proyek sebanyak 134 hari, proyek dapat menghemat pengeluaran sebesar Rp.
540.445.523,87. Sehingga dengan menggunakan percepatan lembur, kontraktor dapat
menghemat biaya (reductional cost) sebesar Rp. 540.445.523,87 atau 2% dari total
pengeluaran normal (telat 134 hari).

REFERENSI
Rizki, M., dan Dinariana, D., (2012). Studi Perbandingan Harga Proyek Gedung Bertingkat dengan
Metode Pracetak dan Konvensional Di Wilayah Jakarta dan Palembang. Prosiding SNaPP 2012.
Bandung : Universitas Islam Bandung.
Danil, R., (2012). Evaluasi dan Perencanaan Percepatan Proyek Rusunawa PP AS Siddiqiyah
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta : Program Sarjana
Universitas UPI YAI.
Mangitung, D. M., (2008) Analisis Dampak Percepatan Jadwal Proyek Terhadap Biaya Konstruksi
Dengan Teknik Statistik Non Parametrik. Jurnal Ilmiah SMARTek. Palu : Fakultas teknik
universitas Tadulako.
Dinariana, D., dan Erlinda, (2012). Pengendalian Biaya dan Waktu Pada Proyek Prototipe
Rusunawa Tipe 36 Berdasarkan Perencanaan Cash Flow Optimal. Prosiding SNaPP 2012.
Bandung : Universitas Islam Bandung.
Dinariana, D., dan Mirawati, A., (2011). Evaluasi Pengendalian Biaya dan Waktu dengan
Menggunakan Metode Earned Value Pada Proyek Student Boarding House President University.
Prosiding SNaPP 2011. Bandung : Universitas Islam Bandung.
Dinariana, D, dan Lukito, I., (2011). Value Engineering Bangunan Rusunawa Prototype 5 Lantai
Tipe 36 Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan dan Bahan Bangunan. Prosiding SNaPP 2011.
Bandung : Universitas Islam Bandung.
Wijaya, D., dan Dinariana, D., (2012). Efisiensi Harga Metode Pracetak Pada Bangunan Bertingkat
Rusunawa Prototype Di Wilayah Jakarta dan Papua. Prosiding SNaPP 2012. Bandung : Universitas
Islam Bandung.
Mahanavami, G., A., (2006). Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek Dengan Metode Pert (Studi
Kasus Graha Miracle Denpasar. Jurnal tidak diterbitkan. Denpasar : STIMI HANDAYANI.
Yana, A., (2006). Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek dengan Time
Cost Trade Off Analysis (Studi Kasus : Proyek Rehabilitas Ruang Pertemuan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Bali). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No.2, Juli 2006. Denpasar :
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Soeharto, I., (1997). Manajemen Proyek (edisi pertama). Jakarta : Erlangga
Sastrohadiwiryo, S., (2007). Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
Husein, A., (2009). Manejemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek Edisi
Kedua. Jakarta : Andi Offset
Wahana Komputer, (2008). Pandian Aplikatif Pengelolaan Proyek Konstruksi dengan Microsoft
Project 2007. Jakarta : Andi Offset
Santosa, Budi, (2009). Manejemen Proyek : Konsep dan Implementasi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Callahan, M.T., (1992). Construction Project Scheduling. New York : McGraw Hill, Inc.
Ervianto, Wulfram I, (2006). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : ANDI
Mockler Robert, J., (1972). The Management Control Process. New jersey : Prentice-Hall
Widiasanti, Irika, (2013). Manejemen Konstruksi. Bandung : ROSDA
Handoko, T.H., (1999), Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Pertama).
Yogyakarta : BPFE
Jay Heizer dan Barry Render, (2005). Operation Management , 7th edition .( Manajemen Operasi
edisi 7, Buku 1). Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai