Anda di halaman 1dari 44

PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF DARI KOTORAN SAPI

SEBAGAI BIOGAS PENGGANTI ELPIJI


MAKALAH RISET ( PROYEK )

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar Ilmu Lingkungan

Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 17 Offering B 2016

1. Lingga Mofa Diah Lorentin :160341606034


2. Puguh Setiawan :160341606033
3. Risma Afrida Rosania :160341606026

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

Februari 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa kesehatan , waktu, kelancaran
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Pemanfaatan
Energi Alternatif dari Kotoran Sapi sebagai Biogas Pengganti Elpiji dengan
lancar. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Sueb, M.Kes selaku dosen
pembimbing. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami menyadari masih banyak kekurangan mengenai tata cara pembuatan
makalah dengan baik dan benar.Oleh karena itu, kami berharap pembaca
memberikan kritikan yang konstruktif danlogis agar tercipta makalah yang
sempurna.

Malang, 03 Februari 2017

Tim Penyusun
ABSTRAK

Lorentin, Lingga M., Setiawan Puguh., Rosania, Risma A 2017. Pemanfaatan


Energi Alternatif dari Kotoran Sapi sebagai Biogas Pengganti Elpiji.
Makalah Riset ( Proyek ) Dasar Lingkungan, Offering B S1 Pendidikan
Biologi Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : Dr. Sueb,
M.Kes. E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id No. Telepon : 08155150474

Energi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan. Sumber energi
dapat berasal dari matahari, bahan bakar minyak, gas alam dan kayu bakar. Manfaat
dari energi ini banyak dirasakan oleh manusia di dunia. Namun, dibalik banyaknya
manfaat energi, masih banyak masyarakat yang menggunakan energi yang tidak
dapat diperbaharui. Padahal, banyak sumber energi alternatif yang dapat digunakan
sebagai sumber energi. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan limbah kotoran
sapi yang digunakan untuk biogas. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan sumber
energi alternatif sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui dan bermanfaat
bagi manusia.

Kata kunci : Energi, energi alternatif, kotoran sapi, biogas

ABSTRACT

Lorentin, Lingga M., Setiawan Puguh., Rosania, Risma A 2017. Utilization of


Alternative Energy from Cow Manure as Biogas Substitute of LPG.
Research Papers (Project) Basic Environment, Offering B S1 Education
Biology State University of Malang. Supervisor: Dr. Sueb, M.Kes. E-
mail: sueb.fmipa@um.ac.id No. Phone: 08155150474

Energy is one of the most important things in life. Energy sources can come from
the sun, fuel oil, natural gas and firewood. The benefits of this energy are felt by
many people in the world. However, behind the many benefits of energy, many
people still use non-renewable energy. In fact, many alternative energy sources that
can be used as an energy source. One example is the use of cow dung waste used
for biogas. Therefore, it is necessary to utilize alternative energy sources as a
renewable and useful source of energy for human beings.

Keywords: Energy, alternative energy, cow dung, biogas


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut pasal 1 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 30 tahun 2007 tentang energi, Energi adalah kemampuan untuk

melakukan kerjaang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan

elektromagnetik.

Energisangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber

energi dapat berasal dari matahari, bahan bakar minyak, gas alam dan kayu

bakar. Energi tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti

memasak dan penerangan. Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah

satunya disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan,

telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi

masalah energi secara bersama-sama (Kompas, 2008).

Upaya penghematan energi untuk bahan bakar seharusnya telah

digerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari

minyak bumi, gas maupun batu bara adalah sumber energi fosil yang tidak

dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan terus naik,

demikian pula dengan harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan

antara permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan

bakar minyak dan sumber energi yang unrenewable adalah dengan mencari

sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).


Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara merupakan

sumber energi utama di Indonesia, akan tetapi sumber energi tersebut

berdampak merusak lingkungan termasuk pencemaran udara, emisi gas

rumah kaca dan pemanasan global. Permasalahan lain adalah tingginya

harga bahan bakar fosil, kenaikan jumlah impor minyak bumi akibat

konsumsi bahan bakar nasional, serta cadangan minyak bumi yang semakin

menipis. Kebutuhan energi nasional diketahui bahwa lebih dari 50%

penggunaannya didominasi oleh bahan bakar fosil, untuk itu pengembangan

energi alternatif menjadi pilihan yang penting. Sudah saatnya semua negara

memutuskan ketergantungan terhadap sumber energi fosil beralih ke

sumber energi alternatif berbahan baku nabati yang sifatnya terbarukan

(Hambali et al.2007).

Industri peternakan merupakan industri yang menghasilkan limbah

padat dan cair dalam jumlah yang besar dengan konsentrasi karbon antara

8000-10000 mg (Mahajoeno, 2009), sehingga industri tersebut berpotensi

mencemari lingkungan, jika tidak dilakukan pengelolaan. Limbah

peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha

peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah

dalam kehidupan. Manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan

melalui pencemaran lingkungan, mengganggu kesehatan manusia dan juga

sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya

limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik.

Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah

peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan


bersifat ramah lingkungan. Pengolahan limbah peternakan melalui proses

anaerob atau fermentasi perlu digalakkan karena dapat menghasilkan biogas

yang menjadi salah satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan

menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada

bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran

lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya

terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat.

Prospek pengembangan teknologi biogas ini sangat besar terutama

di daerah pedesaan dimana sebagian besarnya masyarakat bekerja dibidang

peternakan dan pertanian. Pada umunya masyarakat yang berprofesi

sebagai petani mempunyai hewan ternak seperti unggas, kambing, sapi,

kerbau, dan lain-lain (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral).

Biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan

dan terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG), dan dapat digunakan

sebagai sumber energi penggerak generator listrik (Dirjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian, 2009).

Pemerintah telah menetapkan bauran energi nasional tahun 2025

dengan peran minyak bumi sebagai energi, akan dikurangi dari 52% saat

ini, hingga kurang dari 20% pada tahun 2025. Strategi utama yang

ditetapkan oleh pemerintah untuk pengembangan bahan bakar nasional

dikenal dengan sebutan Fast Track Program, yaitu pengembangan desa

mandiri energi sesuai dengan potensi daerah masing masing. Dengan

strategi tersebut diharapkan dalam jangka pendek akan tercipta lapangan

kerja dan pengurangan kemiskinan, sehingga jangka panjang akan tercapai


keamanan pasokan energi dan pertumbuhan ekonomi (Hambali et al. 2007).

Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang prospektif

untuk dikembangkan.Pengembangan bioenergi bukan saja dapat

mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) yang

harganya terus meningkat, tetapi juga dapat meningkatkan keamanan

pasokan energi nasional.

Penggunaan biogas telah mampu mengurangi emisi gas rumah kaca

sebagai akibat dari pengurangan penggunaan energi fosil. Penggunaan

hutan juga ikut mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan

khususnya di sektor pertanian dan kelestarian hutan. Penyediaan air bersih

masyarakat juga terjamin disebabkan biogas mampu mereduksi dampak

pencemaran air oleh limbah peternakan dan rumah tangga.

Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu merupakan salah satu

desa yang mempunyai peternakan sapi perah. Penggunaan lahan di Desa

Junrejo dimanfaatkan untuk tegalan, hutan rakyat, dan pertanian lahan

kering. Kesesuaian iklim, daya dukung kesuburan tanah dan ketersediaan

lahan perkebunan yang digunakan untuk makanan ternak sangat

mendukung para peternak sapi perah disana. Dengan adanya peternakan

sapi ini masyarakat di Desa Junrejo dapat memanfaatkan kotoran sapi

sebagai biogas.

Berbekal dengan latar belakang permasalahan diatas maka, penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pemanfaatan Energi

Alternatif dari Kotoran Sapi sebagai Biogas Pengganti Elpiji.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara kotoran sapi dengan proses pembuatan bahan


bakar biogas di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu?
2. Bagaimana perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi alternatif di
Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu?
3. Apakah ada perbedaan penggunaan biogas dibandingkan dengan gas elpiji
di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu?
4. Apakah ada pengaruh pemakaian biogas terhadap penggunaan elpiji di Desa
Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kotoran sapi dengan proses pembuatan


bahan bakar biogas di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
2. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi
alternatif di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
3. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan biogas dibandingkan dengan gas
elpiji di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
4. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian biogas terhadap penggunaan elpiji
di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui hubungan antara kotoran sapi dengan proses pembuatan


bahan bakar biogas di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
2. Dapat mengetahui perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi
alternatif di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
3. Dapat mengetahui perbedaan penggunaan biogas dibandingkan dengan gas
elpiji di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
4. Dapat mengetahui pengaruh pemakaian biogas terhadap penggunaan elpiji
di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Alternatif


Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau
kegiatan. Tanpa energi, dunia ini akan diam atau beku. Dalam kehidupan
manusia selalu terjadi kegiatan, dan untuk kegiatan otak dan kegiatan otot
diperlukan energi. Energi itu diperoleh melalui proses oksidasi
(pembakaran) zat makanan yang masuk dalam tubuh berupa makanan.
Kegiatan manusia lainnya dalam memproduksi barang, transportasi, dan
lainnya juga memerlukan energi yang diperoleh dari sumber energi atau
sering disebut sumber daya alam (Maskoeri, 2000).
Alternatif menurut bahasa dapat diartikan sebagai pengganti atau
cara lain. Jadi, energi alternatif dapat disimpulkan sebagai kemampuan
suatu benda atau hal lain untuk dijadikan pengganti dari suatu barang atau
hal lainnya, tanpa kehilangan fungsi atau tujuan dari penggunaan barang
tersebut. Jadi, energi alternatif adalah kemampuan suatu benda atau hal lain
untuk dijadikan pengganti dari suatu barang atau hal lainnya tanpa
kehilangan fungsi atau tujuan dari penggunaan barang tersebut.
2.2 Biogas
Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas
adalah sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang
dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertent. Proses yang
dimaksud adalah proses fermentasi bahan organik oleh bakteri anaerob atau
bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas mempunyai sifat
mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah atau elpiji untuk memasak dan untuk penerangan
(Tony, 2013)
Menurut Sri Wahyuni (2013) dalam buku karangannya mengenai
biogas, biogas adalah salah satu jenis energi terbarukan yang terbentuk
melalui proses fermentasi bahan limbah organik seperti kotoran ternak,
sampah organik, serta bahan lainnya oleh bakteri metanogenik dalam
kondisi anaerob (tanpa oksigen).
Sedangkan menurut Erliza (2008), dalam buku karangannya biogas
adalah aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan organik oleh
mikroorganisme anaerob. Bahan organik ini adalah bahan yang berasal dari
sisa limbah mahkluk hidup seperti kotoran sapi, tumbuhan eceng gondok,
sampah biodegradable dan lain sebagainya.
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah ya berasal dari
bahan organik, contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urin
ternak, lmbah pertanian sayuran, limbah industry tahu, ikan pindang dan
brem juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi
biogas ( Tonuy, 2013)
Sejarah penemuan biogas diawali dari proses anaerobik yang
tersebar di benua Eropa. Ilmuan volta menemukan gas yang ada di rawa
pada tahun 1770, kemudian Avogadro mengidentifikasi tntang gas metana.
Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses
anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas tentang
biogas menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian
Pastoer menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini. (Johan,
2011)
Orang yang pertama mengaitkan gas bakar ini dengan proses
pembusukan adalah Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada
tahun 1806, William Henry dapat mengidentifikasi gas yang dapat terbakar
tersebut sebagai metan. Becham pada tahun 1868 salah satu murid Louis
Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882 memperlihatkan asal mikrobiologis
dari pembentukan metan. (Rahman, 2005)
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun
pada tahun 1900. Pada tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai
ditinggalkan, karena BBM semakin murah dan mudah untuk
memperolehnya. Demikian juga di negara berkembang. Namun, saat ini
dengan semakin meningkatnya harga minyak dunia dan kekhawatiran akan
habisnya cadangan minyak, maka hamper semua negara kembali
melakukan upaya pencarian sumber energi alternatif dan salah satunya
adalah biogas (Tony, 2013)
2.3 Pengertian Kotoran Sapi
Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi dan hewan dari
subfamili Bovinae lainnya (kerbau, yak, bison). Kotoran sapi memiliki
warna yang bervariasi dari kehijauan hingga kehitaman, tergantung
makanan yang dimakan kerbau. Setelah terpapar udara, warna dari kotoran
sapi cenderung menjadi gelap (Sori, 2008:85)
Kotoran sapi biasanya digunakan sebagai pupuk kandang. Di
berbagai tempat di dunia, kotoran sapi yang dikeringkan digunakan
sebagaibahan bakar. Kotoran sapi juga digunakan untuk
menghasilkan biogas untuk dibakar dan menghasilkan listrik dan panas.
Biogas memiliki kandungan gas metana dan telah digunakan secara luas di
berbagai pedesaan di India dan Pakistan sebagai sumber energi
terbarukan. Di Afrika Tengah, masyarakat suku Maasai membakar kotoran
sapi di dalam rumah untuk menangkal nyamuk. Di tempat dingin, kotoran
sapi dijadikan bahan insulasi termal. Kotoran sapi juga merupakan salah
satu pilihan bahan baku pembuatan bahan bangunan setara dengan bata.
Kotoran sapi menjadi habitat bagi berbagai jenis organisme yang
memecahkan kandungan nutrisi yang ada di dalamnya untuk didaur
ulang dan disatukan dengan molekul tanah. Di tempat di mana sapi belum
berdiam pada waktu yang lama, organisme pendegradasi kotoran sapi
belum banyak sehingga keberadaan kotoran sapi dapat menjadi sarang
tumbuhnya organisme merugikan. Di Australia, kumbang kotoran harus
didatangkan dari luar untuk membantu mendaur ulang kotoran sapi di
lahan penggembalaan hewan.
2.4 Definisi Operasional Variabel
1. Energi alternatif
Menurut Nizam (dalam Widyaninggar, 2010, hal 7), energi
alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat
digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar
konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut.
Energi alternatif dalam penelitian ini adalah biogas.
2. Biogas
Menurut Setiawan (1996, hlm 35) mengemukakan bahwa, biogas
adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah.
Menurut Suyitno dkk (2010, hlm 01), biogas adalah gas yang
dihasilkan oleh bakteri, apabila bahan organik mengalami proses
fermentasi dalam reaktor (biodigester) dalam kondisi anaerob (tanpa
udara). Biogas dalam penelitian ini adalah gas yang dihasilkan oleh
aktivitas anaerobik dari bahan kotoran sapi. Kandungan utama dalam
biogas adalah metana dan karbon dioksida.

2.5 Proses Pembuatan Biogas


Menurut Haryati (2006) secara garis besar, proses pembuatan biogas
dilakukan melalu dua tahap sebagai berikut :
1. Membangun Instalasi Biogas
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan organik oleh
bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model
continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan
secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada
kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaknya biogas yang

diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat

digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu
koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Gambar 1 : Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga


kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping
digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana
slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair.
2. Proses Pembuatan Biogas

Gambar 2 : Reaksi Pada Proses Pembuatan Biogas. (Hendriks, 2009)

Menurut Ranaweera (2003) proses pembuatan biogas meliputi :

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan


perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi
dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1
liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5

karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh,

kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.


4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10
sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai
menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita
sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas
ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi
lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang
optimal (Ezeonu, 2002).

2.6 Biogas sebagai Pengganti Gas Elpiji


Pemanfaatan biogas sebagai alternatif pengganti gas elpiji,
mewujudkan ketahan energi baru. Pemanfaatan limbah peternakan seperti
feses, urine, ataupun sisa paka sapi adalah salah satu sumber bahan yang
dapat digunakan untuk menghasilkan biogas. Dengan demikian, biogas
dapat diartikan sebagai salah satu sumber energi baru yang dapat dihasilkan
dari sisa kotoran dan bahan organik yang ramah lingkungan dan dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti gas elpiji.
Pengembangan proses biogas sangat sesuai dilakukan di daerah
yang populasi ternaknya maju dan padat. Tujuan utamanya yaitu
menyatukan semua saluran limbah yang dapat diproduksi kembali menjadi
biogas. Dengan demikian, sumber limbah yang berasal dari kotoran
manusia, hewan taupun lainnya yang dulunya mencemari lingkungan dapat
diolah kembali dalam sistem biogas yang dapat dimanfaatkan sebgai
sumber energi untuk masak, penerangan, ataupun lainnya. Dengan kata lain,
penggunaan biogas dapat dijadikan alternatif ain sebagai pengganti gas
elpiji.

2.7 Perbedaan Penggunaan Biogas dibandingkan dengan Gas Elpiji


Menurut Junaedi (2002) perbandingan biogas dengan elpiji dilihat
dari nyala api yang dihasilkan biogas lebih berwarna biru dibandingkan
yang dihasilkan gas elpiji. Suhu api yang dihasilkan biogas dua kali lipat
lebih panas dibandingkan dengan suhu api dari elpiji sekitar 650-750 derajat
celcius. Perbandingan biogas dengan elpiji pada 1 m3biogas setara elpiji
0,46 kg.
Secara ringkas, perbandigan penggunaan biogas dengan gas elpiji
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

NO. Biogas Gas Elpiji

1. Nyala api lebih biru daripada Nyala api biru.


gas elpiji.
2. Suhu yang dihasilkan dua Suhu yang dhasilkan sekitar 650
kali lipat lebih tinggi dari 750 derajat celcius.
gas elpiji.
3. pada 1 m3 biogas setara elpiji (berlaku kebalikan)
0,46 kg.

Tabel 1. Perbandingan Biogas dengan Elpiji.

2.8 Keuntungan Pemakaian Biogas dibanding Elpiji


Pada hakekatnya teknologi dapat membawa kesejahteraan, tetapi
dapat pula membawa bencana apalagi tidak dikaji sejak awal tentang hal
merugikan yang mugkin terjadi dimasa mendatang, akibat dari teknologi
yang ada saat ini(Supriadi, 2009).
Teknologi yang terus berkembang menyebabkan banyak
bermunculan berbagai macam inovasi. Misalnya saja penggunaan biogas
sebagai pengganti elpiji. Pemakaian biogas dapat menghemat pengeluaran
biaya rumah tangga. Secara sederhana, efisiensi dan nilai ekonomi dari
penggunaan biogas sebagai substitusi bahan bakar gas yang umum
dipergunakan adalah sebagai berikut: bila satu tabung gas alam (LPG) berisi
bersih (netto) 12 kg dengan harga jual (HET) sekitar Rp 75.000,- hingga Rp
90.000,- dapat dipergunakan selama satu bulan oleh satu keluarga, maka
biaya yang dikeluarkan perhari adalah sekitar Rp 2.500,- hingga Rp 3.000,-
. Jadi, satu keluarga dapat menekan biaya pengeluaran sebanyak Rp
90.000,- perbulan jika menggunakan biogas dari kotoran sapi.

2.9 Manfaat Biogas


Produk utama dari instalasi biogas adalah gas metan yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan masyarakat . manfaat biogas
yang tidak secara langsung adalah menjaga kelestarian lingkungan hidup
dan konservasi sumberdaya alam, dan lain lain. Secara lebih rinci manfaat
penggunaan biogas adalah sebagai berikut :
1. Manfaat langsung :
Sebagai sumber energi untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk memasak. Untuk biogas
yang menggunakan bahan baku kotoran sapi dari 3 4 ekor
mampu menghasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak tanah
per hari, dan diperkirakan mampu untuk memenuhi energi
memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga
Sebagai sumber energi untuk penerangan
Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan cara
yang sama seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor
sebagai titik akhirpenggunaan biogas diganti dengan lampu.
Lampu yang digunakan adalah lampu yang dirancang khusus
atau lampu petromaks yang dimodifikasi. Pengalaman di
lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan biogas untuk
memasak sekaligus sebagai sumber penerangan, biasanya
dilakukan bila jumlah sapi paling sedikit 6 ekor dengan model
digester permanen bata kapasitasnya 9 m3 ( Muryanto, 2006)
Penghasil pupuk organik siap pakai.
Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan
pupuk organik siap pakai dalam jumlah banyak sesuai dengan
kapasitas digester yang dibangun dan bahan baku yang
digunakan. Kotoran ternak yang telah diproses dalam digester
biogas dapat langsung digunakan sebagai pupuk organic, dan
kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N). bahan baku biogas
seperti kotoran ternak merupakan bahan organic yang
mempunyai kandungan Nitrogen (N) tinggi disamping unsur C,
H dan O akan membentuk CH4 dan CO2, dan kandungan N yang
ada masih tetap bertahan dalam sisa bahan, yang akhirnya akan
menjadi sumber N bagi pupuk organic (Suriawiria, 2005)
2. Manfaat tidak langsung
Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca
Penerapan biogas dapat membantu pengembangan sistem
pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk
memproduksi biogas dan diperoleh hasil samping berupa pupuk
organic dengan mutu yang baik. Penerapan biogas dapat
mengurangi emisi gas metan (CH4 ) yang dihasilkan pada
dekomposisi bahan organic yang diproduksi dari sector
pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan
terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi
energi biogas. Gas metan termasuk gas rumah kaca (green house
gas), bersama dengan gas karbondioksida (CO2 ) memberikan
efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena
pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal dengan
mengembangkan biogas dapat berperan positif dalam upaya ini
dapat diusulkan sebagai bagian dari program Internasional
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanism).
Membantu Program Pelestarian Hutan, Tanah dan Air
Meningkatnya harga BBM khususnya minyak tanah, akan
mendorong masyarakat untuk mencari alternative bahan bakar
murah, salah satunya adalah kayu bakar. Hal ini sangat mungkin
terjadi di masyarakat yang berdomisili disekitar kawasan hutan
dan perkebunan. Oleh karena itu, dengan menerapkan biogas
sebagai sumber energi oleh sebagian masyarakat dapat
dikurangi, bahkan dihilangkan. Dengan kata lain, bahwa
pengembangan biogas disuatu wilayah, secara tidak langsung
dapat mendukung upaya pelestarian hutan atau perkebunan
diwilayah tersebut.
Mengurangi Polusi Bau
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan,
disini mengandung pengertian bahwa penerapan biogas dapat
menghilangkan bau yang tidak sedap. Sebagai contoh, kotoran
sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak sedap, setelah
dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, maka hasil akhir dari
proses tersebut merupakan pupuk organic yang tidak berbau.
Demikian pula untuk daerah yang banyak terdapat industri
pemrosesan makanan, misalnya tahu, temped dan ikan pindang
akan menghasilkan limbah yang menyebabkan polusi bau yang
mencemari lingkungan. Dengan penerapan biogas didaerah
tersebut, maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari
lingkungan lagi, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
panas untuk memasak dan penerangan.
Meningkatkan Sanitasi Lingkungan dan Keindahan
Kotoran ternak dan limbah organic lainnya apabila tidak
dikelola dengan baik dan berserakan dimana mana, maka akan
dapat mengganggu keindahan dan berdampak negative terhadap
kesehatan masyarakat disekitarnya. Disamping itu, terdapat
kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak mengandung
bakteri ecolly yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungannya. Dengan penerapan biogas, dampak negative
tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan.
Meningkatkan Pendapatan Usaha Ternak
Pengembangan biogas dapat memberi peluang untuk menambah
pendapatan dari hasil penjualan pupuk kompas hasil dari limbah
unit biogas. Selain pendapatan dari pupuk organic, maka
penerapan biogas menghasilkan gas metan yang mempunyai
nilai ekonomis. Jika seorang peternak memelihara 3 ekor sapi
perah, maka akan dihasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak
tanah sehari. Hal itu berarti peternak dapat memperoleh
tambahan pendapatan dari penghematan penggunaan minyak
tanah sebesar 3 liter per hari.
Mendukung Kebijakan Pemerintah Mengurangi Subsidi BBM.
Penerapan biogas dalam suatu kawasan, dapat mendukung
kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dengan
penggunaan biogas, maka kebutuhan masyarakat akan minyak
tanah berkurang. Hal ini akan mengurangi beban pemerintah
untuk mensubsidi BBM. ( Lengi, 2011)
Manfaat biogas minimal bisa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangga. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan
baku biogas akan mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan dari
limbah tersebut, bila dibandingakan dengan hanya dibiarkan menumpuk
tanpa pengolahan. Kotoran hewan yang menumpuk dapat mencemari
lingkungan, dan jika terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai
akan mencemari air tanah dan air sungai. Selain itu, kotoran tersebut juga
dapat membahayakan kesehatan manusia karena mengandung racun dan
bakteri patogen seperti E.coli. Limbah yang menumpuk dapat menyebabkan
polusi udara, berupa bau yang tidak sedap, menyebabkan penyakit
pernapasan (ISPA), dan terganggunya kebersihan lingkungan, serta dapat
menimbulkan efek rumah kaca adanya gas metana ke lingkungan.
Penerapan biogas juga memberikan dampak terhadap perkembangan
pertanian di Indonesia, yaitu dapat menghasilkan pupuk organik bagi
petani, serta peternak dapat meningkatkan populasi ternaknya karena
adanya pakan ternak dari hasil limbah pertanian. Para peternak dapat
memasak dengan murah tanpa membeli bahan bakar, bersih, ramah
lingkungan, serta mendorong kelestarian alam. Meningkatnya produksi
ternak, dapat mengurangi impor menghemat devisa negara, dan mendukung
perbaikkan ekonomi masyarakat.

Gambar 3 : Pemanfaatan Biogas (Holm-Nielsen et al., 2004).


Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang
ramah lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena
mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya sehingga siklus ekologi
tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif
biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman, sehingga
keuntungan yang dapat diperoleh (Abdeshahian, 2016)yaitu:

1. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan


pupuk dan pestisida.
2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan
pengurangan konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.
3. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan
pupuk dan pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah
dan keseimbangan ekosistem untuk menjamin kegiatan pertanian
berkelanjutan.
Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam
kondisitanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama
pengolahan atau fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas
CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas
ini mudah terbakar, kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari
kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi
untuk pembentukan biogas berkisar 300C (Sasse, L., 1992 dalam Junaedi,
2002).
Gambar 4 : Instalasi Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga
( Departemen Pertanian, 2006)

Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk


padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya
memiliki kadar pencemaran BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan
kondisi ini pupuk dari kotoran sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang
dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan
bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat
diatasi. Jenis konstruksi unit pegolahan (digester) biogas yang dapat dibangun
di daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model (Junaedi, 2002), yaitu:

1. Digester permanen (fixed dome digester)


2. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
3. Digester dengan tutup plastik
Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar
(realteaching) bagi dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikanberbasis riset, program yang dijalankan dapat dijadikan sebagai
media penghubung antar keluarga dalam pengelolaan dan penyaluran biogas
yang dihasilkan sehingga dapat terbentuk atmosfir sosio kultural yang
harmonis dan berkesinambungan, memotivasi masyarakat desa untuk merintis
wirausaha baru di bidang pembuatan biogas, membuka peluang kerja bagi
masyarakat petani dan peternak sapi sehingga memperkecil arus urbanisasi,
dan meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak sapi di daerah
tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan jabaran


variabel sebagai berikut

NO VARIABEL SUB INDIKATOR SKALA CARA /ALAT


VARIABEL VARIABEL PENGUMPULAN DATA

1 Proses -Kotoran sapi -Jumlah -Ordinal Data primer


pembuatan umum
biogas dari kotoran
kotoran sapi -Jumlah sapi sapi yang *data primer merupakan
dihasilkan data yang dikumpulkan
langsung dan diolah
sendiri oleh peneliti (suatu
organisasi/perusahaan),
serta diperoleh langsung
dari obyeknya .cara
memperoleh pengumpulan
data ini ,dengan survey
langsung ke objek sasaran
tentang jumlah kotoran
sapi yang dihasilkan
perhari di desa Junrejo,kec
Junrejo,kota Batu

2 Perbedaan Aspek -Nominal Data primer


penggunaan Pengelolaan
biogas pemanfaatan -energi
berdasarkan biogas alternative:
*data primer merupakan
energi 1.untuk data yang dikumpulkan
alternatif pemasakan langsung dan diolah
sendiri oleh peneliti (suatu
organisasi/perusahaan),
2.untuk serta diperoleh langsung
listrik dari obyeknya .cara
memperoleh pengumpulan
-ordinal data ini ,dengan survey
langsung ke objek sasaran
tentang teknik pengolahan
kotoran sapi di desa
Junrejo,kec Junrejo,kota
Batu

3 perbedaan -Nilai -Nominal Data primer


penggunaan ekonomi
biogas *data primer merupakan
berdasarkan data yang dikumpulkan
biaya langsung dan diolah
pengeluaran sendiri oleh peneliti (suatu
-Efek organisasi/perusahaan),
- terhadap serta diperoleh langsung
lingkungan -ordinal
dari obyeknya .cara
memperoleh pengumpulan
data ini ,dengan survey
langsung ke objek sasaran
tentang perbedaan
penggunaan biogas
dibandingkan gas
elpiji,dilihat dari beberapa
penduduk yang
menggunakan biogas dan
elpiji di desa Junrejo,kec
Junrejo,kota Batu

4 Pengaruh -Nilai -Nominal Data primer


ekonomi
pemakaian *cara pengumpulan data ini
biogas diperoleh melalui
pengumpulan data secara
berdasarkan
- langsung dan diolah sendiri
penggunaan dengan cara wawancara
gas elpiji kepada beberapa warga
terkait keuntungan
penggunaan biogas
dibandingkan gas elpiji

Data sekunder

*dalam memperoleh data


ini selain data primer harus
didukung data sekunder
untuk lebih menguatkan
hasil,pengumpulannya
didapat dari referensi dan
tinjauan berbagai informasi
terpercaya seputar
keuntungan pemakaian
biogas daripada elpiji

Tabel 2. Jabaran Variabel

3.2Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian itu dilaksanakan


atau lokasi penelitian tempat dimana seorang penelitian melaksanakan survei,
pencarian data, dan wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di
Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pada hari Kamis, 13 April 2017

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya


terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997:32). Himpunan individu atau obyek
yang terbatas adalah himpunan individu atau obyek yang dapat diketahui
atau diukur dengan jelas maupun batasnya. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat di Desa Junrejo Kacamatan Junrejo Kota Malang.
Sampel adalah bagian dari obyek atau individu yang mewakili suatu
populasi (Tika, 1997:33). Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).
Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh
masyarakat pengguna biogas yang masih aktif menggunakan biogas di
Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 30 orang.

Kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Anggota masyarakat laki dan perempuan yang tergolong dalam


pengguna biogas
2. Anggota masyarakat laki dan perempuan yang tergolong dalam
pengguna elpiji
3. Masyarakat yang bersedia menjawab angket
4. Pemilik ternak sapi dan pembuat biogas.

Sampel adalah bagian dari obyek atau individu yang mewakili


suatu populasi (Tika, 1997:33). Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).
Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh
masyarakat pengguna biogas yang masih aktif menggunakan biogas di
Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 30 orang.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi


titikperhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998:99). Variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Usaha Peternakan sapi


1. Jumlah populasi sapi
2. Jumlah peternak sapi
3. Pakan
b. Proses pembuatan biogas
c. Kendala yang dihadapi
d. Pemanfaatan energi biogas

3.4 Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Data spasial lokasi digester biogas yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan yang menggunakan GPS.
b. Data dari instrumen pada pengguna biogas.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai
dengan tujuan penelitian maka digunakan metode penelitian data sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi berarti peneliti melihat dan mendengar apa yang
dilakukan atau yang diperbincangkan para responden dalam
aktivitas kehidupan sehari hari baik sebelum menjelang ketika dan
sesudahnya (Hamidi 2004:74).
Teknik observasi yaitu untuk mengetahui objek secara
langsung di lapangan. Teknik ini digunakan untuk mengamati
secara langsung proses pembentukan dan pemanfaatan energi
biogas di Desa Junrejo.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam
metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada
objek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui apa saja
tanggapan, sikap dan pendapat responden sesuai dengan tujuan
penelitian ini.
Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan untuk
mewawancarai tokoh masyarakat dan promotor biogas yang ada di
daerah penelitian.
c. Kuisioner
Kuisoner dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuisioner ini juga bertujuan untuk menguji hasil
pengumpulan data lainnya. Adapun dalam penelitian ini kuisioner
akan diberikan pada sampel responden yaitu pengguna biogas yang
ada di Desa Junrejo.
d. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditunjukkan kepada subjek penelitian. Dokumen
yang diteliti dapat berupa berbagai macam (Soehartono, 1995:70-
71).
Dokumen dalam penelitian ini berupa profil desa, kondisi
demografi, data ternak, data jumlah peternak, dan data pengguna
biogas.

3.6 Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, sehingga dapat tersusun


secara sistematis. Tahapan dalam penelitian ini meliputi:

a. Tahap persiapan
Tahap ini meliputi studi kepustakaan dan konsultasi ahli
untuk studi pendahuluan dan kajian pustaka.
b. Tahap penelitian
Pada tahapan ini melakukan pengamatan, pencatatan, dan
pengambilan data dilapangan. Data dikumpulkan melalui teknik
dokumentasi, wawancara, kuisioner, dan observasi.
c. Tahap pasca lapangan
Analisis data menggunakan ilmu statistika, penyusunan
hasil, dan pembahasan.
3.7 Teknik Analisis Data
Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai
data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mendapatkan
suatu simpulan.

Analisis kuantitatif berdasarkan data yang dikumpulkan selama


penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek
yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antarvariabel yang terlibat
didalamnya baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.

Pengolahan data meliputi pengkodean data, pemasukan data, dan


analisis data. Seluruh data di masukkan ke dalam laptop dan diolah
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 17.0 for windows. Microsoft
Excel 2010 digunakan untuk memasukan data yang telah didapatkan,
sedangkan SPSS 17.0 for windows digunakan untuk menganalisis data
dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang. Tabel frekuensi
digunakan untuk menyajikan data yang terkait dengan karakteristik
responden, persepsi responden terhadap pembuatan biogas di Desa Junrejo
Kecamatan Junrejo Kota Batu. Tabulasi silang digunakan untuk menyajikan
variabel yang akan dianalisis hubungannya.

Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah chi kuadrat,
uji T dan regresi ordinal. Kategorisasi jawaban responden dilakukan dengan
pemberian nilai atau skor terhadap setiap item pertanyaan yang diajukan. Adapun
nilai skor terdiri atas empat kategori, yaitu (sangat memenuhi skornya = 5,
memenuhi skornya = 4, cukup memenuhi = 3, kurang memenuhi skornya = 2, dan
tidak memenuhi skornya = 1). Adapun langkah dalam menganalisis penelitian
mengenai pemanfaatan energi alternatif dari kotoran sapi sebagai biogas pengganti
elpiji adalah sebagai berikut: hubungan kotoran sapi dengan proses pembuatan
biogas dianalisis menggunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan program
SPSS versi 16.0 terbaru dengan fasilitas laptop, di mana data yang akan digunakan
adalah diambil dari data kuesioner yang telah dikumpulkan dari para responden
yang di dapat dari Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.

3.8 Pembahasan
Pembahasan Rumusan Masalah 1
a. Peryataan 1

Test Statistics

Proses_pembuat
an_1 Pernyataan_1

Chi-Square 6.533a 16.667b

df 1 4

Asymp. Sig. .011 .002

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
15.0.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
6.0.

H0 = Pembuatan biogas tidak berhubungan dengan jumlah sapi


Hi = Pembuatan biogas berhubungan dengan jumlah sapi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil 0.11 < 15. dan 0.002 < 6.0,
sehingga tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan jumlah
sapi.
b. Pernyataan 2

Test Statistics

Proses_pembuat
an_2 Pernyataan_2

Chi-Square 10.800a 12.133b

df 1 3

Asymp. Sig. .001 .007

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
15.0.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
7.5.

H0 = Pembuatan biogas tidak berhubungan dengan jumlah kotoran


sapi
Hi = Pembuatan biogas berhubungan dengan jumlah kotoran sapi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai 0.001 < 15.0 dan 0.007 <
7.5 sehingga tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan
jumlah kotoran sapi.
c. Pernyataan 3

Test Statistics

Proses_pembuat
an_3 Pernyataan_3

Chi-Square 10.800a 21.667b

df 1 4

Asymp. Sig. .001 .000

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
15.0.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
6.0.

H0 = Pembuatan biogas tidak berhubungan dengan frekuensi


pemberian pakan sapi
Hi = Pembuatan biogas berhubungan dengan frekuensi pemberian
pakan sapi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai 0.001 < 15.0 sehingga tidak
ada hubungan antara pembuatan biogas dengan frekuensi pemberian
pakan sapi.
d. Pernyataan 4

Test Statistics

Proses_pembuat
an_4 Pernyataan_4

Chi-Square 6.533a 14.667b

df 1 4

Asymp. Sig. .011 .005

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
15.0.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less


than 5. The minimum expected cell frequency is
6.0.

H0 = Pembuatan biogas tidak berhubungan dengan dosis pemberian


pakan sapi
Hi = Pembuatan biogas berhubungan dengan dosis pemberian pakan
sapi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai 0.011 < 15.0 dan 0.005 <
6.0 sehingga tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan
dosis pemberian pakan sapi.
Pembahasan Rumusan Masalah 2

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper

Energi_alternatif 19.746 29 .000 1.100 .99 1.21

Pernyataan_5 19.229 29 .000 3.400 3.04 3.76

H0 = tidak ada perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi


alternatif
Hi = ada perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi alternatif

Analisis perhitungan dengan menggunakan uji T pada nilai


energi alternatif biogas baik sebelum dan sesudah di dapatkan
nilai T hitung sebesar 19.746 (30-1), dengan nilai P adalah 0,00,
ini menunjukkan bahwa terdapat nilai perbedaan yang
singnifikan antar penggunaan biogas berdasarkan energi
alternative biogas karena ditandai dengan nilai P < 0,05.
Pembahasan Rumusan Masalah 3

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper

Pengeluaran_biaya_1 19.746 29 .000 1.100 .99 1.21

Pernyataan_6 21.875 29 .000 4.400 3.99 4.81

H0 = tidak ada perbedaan penggunaan biogas berdasarkan


pengeluaran biaya
Hi = ada perbedaan penggunaan biogas berdasarkan pengeluaran
biaya

Analisis perhitungan dengan menggunakan uji T pada nilai


energi alternatif biogas baik sebelum dan sesudah di dapatkan
nilai T hitung sebesar 19.746 (30-1), dengan nilai P adalah 0,00,
ini menunjukkan bahwa terdapat nilai perbedaan yang
singnifikan berdasarkan pengeluaran biaya karena ditandai
dengan nilai P < 0,05.
Pembahasan Rumusan Masalah 4

Parameter Estimates

95% Confidence Interval

Std. Lower Upper


Estimate Error Wald df Sig. Bound Bound

Threshol [Perbandingan_pema
10.749 47.093 .052 1 .819 -81.553 103.050
d kaian = 1]

Location [Pernyataan_7=1] 30.110 .000 . 1 . 30.110 30.110

[Pernyataan_7=2] 30.110 .000 . 1 . 30.110 30.110

[Pernyataan_7=3] -1.280E-
159.703 .000 1 1.000 -313.011 313.011
15

[Pernyataan_7=4] -8.883E-
107.390 .000 1 1.000 -210.481 210.481
16

[Pernyataan_7=5] 0a . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is


redundant.

H0 = tidak ada pengaruh penggunaan biogas terhadap penggunaan


elpiji
Hi = ada perbedaan penggunaan biogas terhadap penggunaan elpiji.
Analisis perhitungan dengan menggunakan uji regresi ordinal
pada pengeluaran biaya di dapatkan nilai SE hitung sebesar
107.390 dengan nilai P adalah 0,00, ini menunjukkan bahwa
terdapat nilai perbedaan yang singnifikan terhadap karena
penggunaan elpiji ditandai dengan nilai P < 0,05.Sehingga dapat
diketahui bahwa ada pengaruh penggunaan elpiji terhadap
penggunanan gas
BAB IV
SIMPULAN

1. Berdasarkan hubungan antara kotoran sapi dengan proses pembuatan


bahan bakar biogas di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu,
diperoleh hasil :
tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan jumlah
sapi.
tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan jumlah
kotoran sapi.
tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan frekuensi
pemberian pakan sapi.
tidak ada hubungan antara pembuatan biogas dengan dosis
pemberian pakan sapi.
2. Perbedaan penggunaan biogas berdasarkan energi alternatif
memberikan hasil yang singnifikan.
3. Perbedaan penggunaan biogas berdasarkan biaya pengeluaran
memberikan hasil yang singnifikan.
4. Berdasarkan pengaruh pemakaian biogas terhadap penggunaan elpiji,
didapatkan hasil yang positif yaitu penggunaan elpiji berpengaruh
terhadap penggunaan gas.
DAFTAR RUJUKAN

Abdeshahian, P., Lim, J.S., Ho, W.S., Hashim, H., Lee, C.T., 2016.Potential of
biogas production from farm animal waste in Malaysia.Renew. Sust.
Energy Rev. 60, 714-723

Abubakar, Baba Shehu Umar Ibn, Nasir Ismail, Anaerobic Digestion of Cow Dung For
Biogas Production, ARPN Journal of Engineering And Applied Science, 7 (2)
2012 : hal. 169-172.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.


Departemen Pertanian. 2006. Biogas Skala Rumah Tangga. Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian
Ezeonu FC, Udedi SC, Okaka ANC, Okonkwo CJ (2002). Studies on Brewers
Spent Grain (BSG) Biomethanation: 1. Optimal Conditions For Digestion.
Nig. J. Renewable Energy 10 (1& 2): 53-57.

Hambali, Erliza dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Hamidi. 2004. Metode Penelitin Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal


dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Haryati, T. (2006), Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif, Balai Penelitian Ternak, Wartazoa Vol. 16.
Hendriks, A.T.W.M., Zeeman, G., 2009. Pretreatments to enhance the
digestibility of lignocellulosic biomass. Bioresour. Technol. 100(1), 10-
18
Jasin Maskoeri : 2000, Ilmu Alamia Dasar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Junaedi, M. 2002. Pemanfaatan Energi Biogas di Perusahaan Susu UmbulKaton


Surakarta, Laporan Program Vucer 2002, Dikti-UMS, Surakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.


Undang Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007
Setiawan, A.I. 2008. Memanfatkan Kotoran Ternak. Cet 14. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak Dan
Gas Dari Kotoran Ternak. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Pabundu Tika, Moh. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka utama.
Ranaweera N, Dixon J M, Jodha N S. 1993. Sustainability and Agricultural
Development: A Farming System Perspective. Journal of the Asian
Farming Systems Association 2:1-15.
Hambali, Erliza. 2008. Teknologi Bioenergi. Jakarta : Agromedia (halaman : 252)
Siregar, Sori Basya. 2008. Penggemukan Sapi. Depok : Penebar Swadaya
(halaman : 85)
Lampiran 1

KUESIONER

PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI


BIOGAS PENGGANTI ELPIJI

Ass.Wr.Wb. Kami adalah tim peneliti dari Universitas Negeri Malang yang saat
ini sedang melaksanakn penelitian tentang pemanfaatan energi alternatif dari
kotoran sapi sebagai biogas pengganti elpiji, untuk keperluan itu maka kami
meminta kesediaan bapak/ibu untuk memberikan informasi yang kami perlukan
dan semua informasi tersebut akan kami rahasiakan sesuai UU Statistik yang
berlaku di Indonesia, dan hanya kami pergunakan demi kepentingan penelitian
kami sehingga hasilnya kami harapkan dapat diterapkan untuk mengetahui
pemanfaatan energi alternatif biogas dari kotoran sapi. Terimakasih atas
kerjasamanya. Wass.Wr.Wb.

BAGIAN I Karakteristik Responden


1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin :
4. Usia : ................tahun
5. Pendidikan Terakhir : a.<= SD, b. SMP, c. SMA, d. PT

Petunjuk : Di bawah ini ada pertanyaan yang berhubungan dengan pemanfaatan


energi alternatif dari kotoran sapi sebagai biogas pengganti elpiji di desa Junrejo
kecamatan Junrejo kota Batu . Beri tanda silang () pada jawaban yang paling
benar.
5 = Sangat memenuhi 2 = Kurang Memenuhi
4 = Memenuhi 1 = Tidak Memenuhi
3 = Cukup memenuhi
Pilihan Jawaban
No. Indikato pernyataan
r

5 4 3 2 1

1. Proses Dalam
pembuat pembuatan
an biogas
biogas membutuhka
n 7 ekor sapi

Pembuatan
biogas
membutuhka
n 5 kg
kotoran sapi

Pakan sapi
diberikan dua
kali sehari

1 ekor sapi
membutuhka
n kurang
lebih 30 kg
pakan

2. Energi Pemanfaatan
alternati biogas
f digunakan
untuk
memasak

3. Nilai Pemakaian
ekonomis biogas lebih
hemat
daripada
elpiji
Proses
memasak
menggunaka
n biogas
dinilai lebih
cepat
daripada
elpiji

5 Pemakai Penggunaan
. an biogas
biogas berpengaruh
terhadap terhadap
gas punurunan
elpiji pemakaian
elpiji

6. Kondisi Kandang sapi


lingkun terpisah dari
gan bangunan
rumah

Pembuatan
biogas
memenuhi
kriteria
ramah
lingkungan

7 Sumber Keterampila
. Daya n pembuatan
Manusia biogas
diperoleh
melalui
penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai