Anda di halaman 1dari 38

REPTILIA

OPO YO HEWAN MELATA - REPTIL KUWI

Kata Reptilia berasal dari kata


reptum yang berarti melata.
Reptil adalah hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan
paru-paru atau pulmo
Dari segi evolusinya reptilian berasal dari amphibi dan selanjutnya reptilian akan
terjadi burung dan mamalia (history evolusinya)
Pada zaman mesozoik reptilian merupakan kelompok vertebrata yang dominant.
Beberapa anggota reptilian baru muncul pada akhir periode trias, tetapi
beberapa anggota yang lain lenyap pada masa itu juga.
Dibandingkan dengan amphibi reptilia terbilang lebih maju hidup didarat. ( urutannya
kan P-A-R-A-M)
Hal ini dikarenakan:

1. Adanya cangkang pada telur dan adanya amnion pada embrio sehingga
menjamin perlindungan terhadap bahaya kekeringan pada telur-telur yang
diletakkan didarat. Telur yang demikian dalam herpetologi disebut amniotik ------
--> amfibi tidak pernah sukses hidup di darat karena terlurnya harus diletakkan di
air untuk emncegah kekeringan. berbeda dengan kelas ini yang sudah memiliki
lapisan amnion sebagai lapisan yang penuh dengan cairan
2. Kulit kering ------> amfibi memiliki kulit yang lembab dan harus tinggal di
tempat yang lembab untuk mecegah kekeringan. kulit pada reptil benar-benar
kering dan kulit kedap air. lapisan sisik yang terbuat dari keratin berfungsi
menyelubungi seluruh tubuh kecuali mata agar mencegah kehilangan air dari
dalam tubuh
3. Pernafasan dada ------> bernafas dengan cara menindih tenggorokan
untuk memompa udara ke paru-paru
4. Peredaran darah ganda dengan 4 ruangan jantung dimana pada
atriumnya masih campur karena adanya faromen panizae
5. sebagian besar bersifat poikiloterm (suhu tubuh fluktuatif
6. ovipar dan ovovivipar fertilisasi internal
7. Sisik epidermis yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik
(misal luka) dan juga sebagai pelindung terhadap kekeringan
8. Selain itu reptilia merupakan binatang merayap yang tubuhnya ditutupi
oleh kulit (Kadang-kadang sebagai sisik) dari zat tanduk. Kulit atau sisik tidak
berlendir karena sangat sedikit mempunyai kelenjar pada kulit
Gambaran Umum
Ciri-ciri hewan reptilia adalah seperti berikut :

Bertulang belakang maka dikelompokkan dalam sub Phyllum Vertwbrata


Kulit bersisik kering.
Bernafas dengan paru-paru.
Biasanya bertelur dan telur bercangkang keras.yang kemudian dikenal dengan Ovovivipar
Beberapa reptilia mempunyai empat kaki dan beberapa lagi tidak berkaki.
Poikilotermis (Berdarah dingin) : Suhu badan berubah mengikut suhu disekitarnya.
Karena reptilia berdarah dingin, maka mereka tidak dapat mengontrol suhu badan mereka.
Hewan reptilia mempunyai kulit yang bersisik yang terdiri dari selaput bertulang atau bergading
Mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki langsung.
Kebanyakan reptilia bertelur (oviparous)
Walaupun beberapa adalah (ovoviviparous), menyimpan telur di dalam perut induknya sampai
menetas.
TELUR

Telur reptilia mempunyai kuning telur berzat dan kulit telur yang kuat seperti kulit.
Telur dieramkan di dalam sarang yang berbentuk seperti gua atau lubang yang tertutup dedaunan seperti buaya
atau ular, maupun dalam tanah seperti penyu.
Reptilia tidak mempunyai tingkat larva, seperti amphibia.
Telur reptilia juga mempunyai kulit yang kuat dan tidak diselaputi gel. Terdapat 5000-6000 spesies reptilia
dalam empat ordo dan tiga sub-kelas.
Beberapa sistem yang terjadi pada reptilia:
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan dibedakan antara
1. Tractus digestivus ( Saluran pencernaan )
2. Glandula digestoria.( Kelenjar pencernaan)
TRACTUS DIGESTIVUS
Tractus Digesntivum Terdiri dari:
1. Cavum oris (mulut)
2. Pharynx (pangkal kerongkongan)
3. Oesophagus (Kerongkongan)
4. vetriculus (Lambung)
5. Intestinum Tenue ( Usus Halus) : Duodenum . Yeyenum , Illeum
6. Coecum ( Usus buntu)
7. Intestinum Crassum (Usus besar)
8. Cloaca.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus.
Dentes ini berbentuk pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingiva, sedikit melengkung ke arah
medial cavum oris.
Pada mabouya tidak kita jumpai dentes palatini.
Selain itu dalam cavum oris terdapat lingua yang berpangkal pada Os hyldeum di sebelah caudal cavum oris,
ujungnya bersifat befida.
Ventriculus pada mabouya ini berdinding musular yang tebal dari bentuk cylindris.
Intestinum crassum berfungsi sebagai rectum.
Cecum merupakan batas antara instestinum tenve dan intestinum crassum.

Glandula digestaria

Glandula digestariaTerdiri dari


1. Hepar
2. Pancreas
3. Vesica fellea (Empedu) yang dihasilkan oleh hepar ditampung kantong yang disebut vesica fellea.
Hepar terdiri atas 2 lobi, yaitu sinister dan dexter dan berwarna coklat kemerahan.
Vesica fellea terletak pada tepi coudal lobus dexter hepatis.
Pancreas terletak dalam suatu lengkung antara ventriculus dan duodenum.
Ductus cysticus dari vesica fellea menuju jaringan pancreas bergabung dengan ductulli pancreatici, kemudian
keluar menjadi satu ductus yang besar disebut hepato-pancreaticus atau ductus choledochus yang bermuara pada
duodenum.
Ventriculus terikat pada dinding tubuh dengan perantaraan suatu alat penggantung yang disebut mesogastrium.
Kemudian alat penggantung instestinum tenue disebut mesenterium,
Alat penggantung intestinum crassum (rectum) disebut mesorectum.
Antara permukaan dorsal hepar dan ventriculus terdapat suatu lipatan tipis yaitu omentum gastrohepaticum.
Omentum ini memanjang ke caudal disebut omentum duodeno-hepaticum yang menghabungkan hepar dengan
duodenum.
Sistem Respirasi

Umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya dilengkapi oleh sejumlah cincin
cartilago.
Larinx terletak di ujung anterior trachea. Dinding larinx ini dilengkapi oleh cartilago cricoida dan cartilago
anytenoidea.
Kearah posterior trachea membentuk percabangan (bifurcatio) menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri, yang
masing-masing menuju ke pulmo kanan dan pulmo kiri.
Bentuk Pulmo lacertilia dan ophidia reptilia relatif sederhana. Pada beberapa reptilia, bagian internal pulmo
terbagi tidak sempurna dan menjadi 2 bagian, yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedang bagian posterior berdinding
licin, tidak vasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir. Pada ular umumnya pulmo mempunyai lekukan-lekukan yang
asymetris, dan pulmo kanan selalu sangat pamang.
Sistem respirasi pada mabounya seperti ini sudah setingkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan respirasi rana
Sp. Rana Sp tidak mempunyai trachea sedang Mabouya Sp. mempunyai trachea.
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui lubang
hidung => rongga mulut => anak tekak => trakea yang panjang => bronkiolus dalam paru-paru.
Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus => trakea
yang panjang => anak tekak => rongga mulut => lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air,
lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.
EKSKRESI
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka.
Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.
Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan
setengah padat berwarna putih.
Sistem Peredaran darah
Terdiri dari 2 atria, yaitu atrium dextrum dan sinistrum, 2 ventriculus yaitu ventriculus dexter serta ventriculus
sinister, dan sinus venosus.
Atrium dextrum dipisah dengan atrium sinistrum oleh septum atriarum. Antara atrium dan ventriculus ada sekat
yang disebut apertura atriovenricularis dengan katup valvula atrioventricularis.
Ventriculus dexter dipisah dari ventriculus sinister oleh septum ventriculorum ialah tidak sempurna sehingga
darah di ventriculus dexter dan sinister untuk sebagian masih tercampur.
Dari ventriculus dexter keluar areus aortae sinister yang membelok ke kiri, dan arteria pulmanalis yang
bercabang dua masing-masing ke pulmo. Dari ventruculus sinister keluar arcus aortae dexter yang membelok ke kanan dan
mempercabangkan sebuah arteria yang berjalan ke arah cranial yaitu arteria carotis communis. Arteria carotis communis
ini akan bercabang dua menjadi arteria carotis communis dexter dan sinister yang masing-masing baik dexter maupun
sinister akan bercabang lagi menjadi arteria carotis externa dan interna.
Arteria carotis communis interna kiri akan membuat suatu hubungan dengan arcus aortae sinister. Arcus aortae
dexter dan sinister, masing-masing berjalan ke caudal dan keduanya bertemu di medial untuk menjadi satu pembuluh yang
besar disebut aorta dorsalis.
Sebelum kedua arcus aortae ini bertemu, arcus aortae dexter terlebih dulu mempercabangkan arteria esophagus
yang menuju ke esophagus, kemudian juga mempercabangkan arteria subelavia dexta dan sinistra yang menuju ke
extremitas anterior.
Sinus venosus menerima darah dari vanae besar, ialah vena cova superior dexta dan sinistra, dan vena cava
inferior yang datang dari bagian caudal tubuh setelah menerima vena hepatica terlebih dulu. Dari sinus venosus darah
kemudian menuju ke atrium dextrum. Yang masuk ke atrium sinistrum ialah vanae pulmonalis yang berisi darah arterial
dari pulmo.
Sistem Reproduksi
Jenis Jantan
Memiliki alat kelamin khusus : HEMIPENIS
Sepasang testis
Memiliki epididimis
Memiliki vas deferens
Jrnis Betina
Memiliki sepasang ovarium
Memiliki saluran telur (oviduk)
Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam
tubuh (fertilisasi internal).
Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal.
Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya.
Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur.
Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium.
Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka.
Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis.
Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis.
Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua
penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet.
Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam
saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang
telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air.
Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah.
Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya.
Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan
sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya.
Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:
anapsid, diapsid, synapsid (parapsid).
Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo
ORDO REPTILIA meliputi
1. Testudinata
2. Rhynchocephalia
3. Squamata
4. Crocodilia.
Ordo Testudinata
1. Ordo Testudinata
Terdiri dari dua subordo:
Subordo Cryptodira
Subordo Pleurodira
Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik.
Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang membentuk huruf S,
mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral.
Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam
mengidentifikasi jenisnya
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang
bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya.
Subordo Cryptodira dibagi dalam beberapa super family diantaranya :
1. Superfamilia Testudinoidea meliputi 3 family yaitu : Geoemydidae , Emydidae
2. Superfamilia Trionychoidea
3. Superfamilia Chelonioidea
Superfamilia Testudinoidea
Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa.
Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku kura
kura air tawar Amerika Selatan.
Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170
mm.
Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia antara lain
1. Batagur baska
2. Callagur borneoensis
3. Geoemyda japonica
4. Malayemys subtrijuga
5. Notochelys platinota
6. Orlitia borneensis
7. Siebenrockiella crassicollis
8. Coura amboinensis
9. Cyclemys dentata
10. Heosemys spinosa.
Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan
Secheyles.
Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kurakura purba dan kura-kura raksasa.
Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi.
Kurakura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutanhutan Sumatera dan Kalimantan merupakan
kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia.
Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu
1. Indotestudo
2. Manouria yang keduanya masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia
3. Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Geochelone
Contohnya
1. Geochelone gigantean
2. Testudo hermanii
3. Testudo elephantopus
Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik.
Ada beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies
Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila).
Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus
Emydoidea dan Deirochelys).
Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras.
Terdiri dari 12 genera dan kurang lebih 39 spesies.
Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas,
misalnya Trachemys scripta ( kura-kura brazil).
Superfamilia Trionychoidea
1. Famili Carettochelydae
2. Famili Trionychidae
3. Famili Kinosternidae
4. Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya
berupa fosil saja.
Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari
perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang agak panjang.
Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai.
Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya.
Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek.
Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu kuintal.
Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia adalah
1. Amyda cartilaginea (bulus)
2. Dogania subplana ( labi-labi hutan)
3. Pelodiscus sp
4. Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang)
5. Pelochelys bibroni ( labi-labi irian)
6. Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa)
7. Charettochelys insculpta ( moncong babi).
Superfamilia Chelonioidea
Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping inframarginal yang
menghubungkan perisai perut dan perisai punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung.
Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil.
Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang.
Ia mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan mengambil
udara untuk bernafas
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim
temperate.
Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia.
Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemuan di Indonesia.
Adapun contoh spesies anggota famili ini antara lain
1. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
2. Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata)
3. Penyu hijau (Chelonia mydas)
4. Penyu tempayan (Caretta caretta)
Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina saja
yang naik untuk bertelur
Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing.
Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin.
Ciriciri penyu belimbing ( Dermochelys coriacea.) adalah
1. warna tubuh hitam sampai abuabu kehijauan
2. kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik
putih tanpa keping yang jelas.
3. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulangtulang kecil
yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada perisai punggungnya.
4. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan.
5. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat
Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang. Kepalanya dapat dilipat ke
samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap,
memiliki 13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan hewan
karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).
Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:
1. famili Chelidae
2. famili Pelomedusidae
3. famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa (Famili Chelidae), dan Pelomedusa
subrufa (Famili Pelomedusidae)
Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies.
Famili ini dapat dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya
mempunyai keping intergular.
Famili ini dianggap lebih primitif daripada kurakura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai.
Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosilfosil dari Genus
Chelodina, Elseya, dan Emydura.
Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan
tepi perisai yang relatif panjang.
Genus ini dibagi menjadi dua, yakni
1. kurakura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang
2. kurakura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar
Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil hidup.
Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda dengannya terutama karena
tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di daerah temporal).
Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale.
Tulang-tulang gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik.
Celah kloaka melintang.
Diatap kepala terdapat mata parietal dengan lensa dan retina.
Pada hewan muda, mata parietal tampak lebih jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat
dewasa kulit tersebut menebal.
Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya.
Ordo ini mencakup satu familia, yaitu Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus.

Sphenodon punctatus ( Tuatara )

Ordo Squamata
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan
tanduk.
Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting.
Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama.
Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia,
sisiknya terkelupas sebagian.
Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.
Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau
tuberkulum.
Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo
Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia.
Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal.
Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia
Baru, dan beberapa pulau di Oceania.
Ordo Squamata dibedakan menjadi 2 sub ordo yaitu :
1. Subordo Lacertilia/ Sauria
2. Subordo Serpentes/ Ophidia
Subordo Lacertilia/ Sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi.
Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum.
Dan sebagian lagi menjadi spina.
Sisik-sisik ini dapat mengelupas.
Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada
bagian yang disebut satura.
Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga.
Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada
Mabouya sp
Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang.
Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu
1. Agamidae
2. Gekkonidae
3. Scincidae
4. Varanidae.
Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun seperti genting,
demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.
Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.
Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas
Tipe gigi acrodont.Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit.
Habitatnya di pohon dan semak.
Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan
kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris.
Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting.
Tipe giginya pleurodont.
Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas.
Ekornya panjang dan rapuh.
Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.
Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian
ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.
Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal.
Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.
Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo (Varanus komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3
meter.
Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara.
Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda,
1. Marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia)
2. Marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari kalimantan.
Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat.
Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko
yang lain.
Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang
dibersihkan dengan cara dijilat.
Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya
memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.
Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan
temperature lingkungannya.
Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang biak
tanpa pembuahan.

Subordo Serpentes/ Ophidia

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak
berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini.
Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung
mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang
lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993).

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru
yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan
reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke
dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :


1. Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
2. Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada
Famili Elapidae dan Colubridae.
3. Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan.
Contohnya pada Famili Viperidae.
4. Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada
Famili Hydrophiidae
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun
untuk membantu pencernaannya, yaitu :
1. Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah.
Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
2. Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan
cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili
yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa
jenis ini.
3. Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat
bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang
memiliki bisa tipe ini.
Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:
Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial.
Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan.
Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm.
Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang.
Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops,
Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies.
Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia,
Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai
belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya:
Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.
Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang dimiliki
anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat
mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di
air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.
Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk
hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas
Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis
dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha
dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya
dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat
mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).
Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat
berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik
yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies
ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi
manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan
Elaphe.
Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular
terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya
biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai
thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang
bertelur.Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae
yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil
di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular
yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya
tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan
dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.
Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini
mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya.
Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah.
Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).
Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki kenampakan
seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan
kehidupnya yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median di bagian rahang
atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian
ekornya hampir menyerupai kepalanya

Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung
sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami
penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian
ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi
tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata,
tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung
terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara
otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang
lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan
terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik
sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.
Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut
dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan
Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada rahang bawah
tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup
hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap
suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik.

Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga dan pada saat
mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher
terbuka lebar. Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian
tengkuk.
Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut menangkup,
kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan
bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.
Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesiaadalah :
Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasrkan ukuran
sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double
Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik
ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan
2650 mm untuk betina
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau, hal ini
berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur telur ini dijaga oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri.
Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke
pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung
selatan Papua Nugini .
Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter. Buaya ini
dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya
berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau
tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada
ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal
musim penghujan. Telur telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan
sendiri
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai.Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya adalah ikan
walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di
seluruh perairan Indonesia (Iskandar, 2000).
Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4 buah. Moncongnya
tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu
tiga perempat kali lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat
mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercak-
bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal
musim penghujan
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah
ikan.Jenis ini juga dikenal sebagai buaya
Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat sempit dengan ukuran
tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak.
Betinanya bertelur pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah
tetumbuhan
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa, hingga ke
pedalaman.Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa
NOTE
Reptilia merupakan hewan berdarah dingin yang dibagi kedalam empat ordo yang masih hidup. Reptilia boleh
dapat ditemukan diseluruh dunia dari kawasan padang pasir yang kering, di pusat bandar, hingga beratus meter di dalam
laut. Bagaimanapun reptilia tidak terdapat di kawasan kutub dan puncak gunung.Karena reptilia berdarah dingin, mereka
tidak dapat mengontrol suhu badan mereka. Reptilia mempunyai kulit yang bersisik yang terdiri dari selaput bertulang atau
bergading, mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki langsung. Kebanyakan reptilia bertelur (oviparous),
walaupun beberapa adalah (ovoviviparous), menyimpan telur di dalam perut ibu sampai menetap

REPTILIA
OPO YO HEWAN MELATA - REPTIL KUWI

Kata Reptilia berasal dari kata


reptum yang berarti melata.
Reptil adalah hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan
paru-paru atau pulmo
Dari segi evolusinya reptilian berasal dari amphibi dan selanjutnya reptilian akan
terjadi burung dan mamalia (history evolusinya)
Pada zaman mesozoik reptilian merupakan kelompok vertebrata yang dominant.
Beberapa anggota reptilian baru muncul pada akhir periode trias, tetapi
beberapa anggota yang lain lenyap pada masa itu juga.
Dibandingkan dengan amphibi reptilia terbilang lebih maju hidup didarat. ( urutannya
kan P-A-R-A-M)
Hal ini dikarenakan:

1. Adanya cangkang pada telur dan adanya amnion pada embrio sehingga
menjamin perlindungan terhadap bahaya kekeringan pada telur-telur yang
diletakkan didarat. Telur yang demikian dalam herpetologi disebut amniotik ------
--> amfibi tidak pernah sukses hidup di darat karena terlurnya harus diletakkan di
air untuk emncegah kekeringan. berbeda dengan kelas ini yang sudah memiliki
lapisan amnion sebagai lapisan yang penuh dengan cairan
2. Kulit kering ------> amfibi memiliki kulit yang lembab dan harus tinggal di
tempat yang lembab untuk mecegah kekeringan. kulit pada reptil benar-benar
kering dan kulit kedap air. lapisan sisik yang terbuat dari keratin berfungsi
menyelubungi seluruh tubuh kecuali mata agar mencegah kehilangan air dari
dalam tubuh
3. Pernafasan dada ------> bernafas dengan cara menindih tenggorokan
untuk memompa udara ke paru-paru
4. Peredaran darah ganda dengan 4 ruangan jantung dimana pada
atriumnya masih campur karena adanya faromen panizae
5. sebagian besar bersifat poikiloterm (suhu tubuh fluktuatif
6. ovipar dan ovovivipar fertilisasi internal
7. Sisik epidermis yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik
(misal luka) dan juga sebagai pelindung terhadap kekeringan
8. Selain itu reptilia merupakan binatang merayap yang tubuhnya ditutupi
oleh kulit (Kadang-kadang sebagai sisik) dari zat tanduk. Kulit atau sisik tidak
berlendir karena sangat sedikit mempunyai kelenjar pada kulit
Gambaran Umum
Ciri-ciri hewan reptilia adalah seperti berikut :

Bertulang belakang maka dikelompokkan dalam sub Phyllum Vertwbrata


Kulit bersisik kering.
Bernafas dengan paru-paru.
Biasanya bertelur dan telur bercangkang keras.yang kemudian dikenal dengan Ovovivipar
Beberapa reptilia mempunyai empat kaki dan beberapa lagi tidak berkaki.
Poikilotermis (Berdarah dingin) : Suhu badan berubah mengikut suhu disekitarnya.
Karena reptilia berdarah dingin, maka mereka tidak dapat mengontrol suhu badan mereka.
Hewan reptilia mempunyai kulit yang bersisik yang terdiri dari selaput bertulang atau bergading
Mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki langsung.
Kebanyakan reptilia bertelur (oviparous)
Walaupun beberapa adalah (ovoviviparous), menyimpan telur di dalam perut induknya sampai
menetas.
TELUR
Telur reptilia mempunyai kuning telur berzat dan kulit telur yang kuat seperti kulit.
Telur dieramkan di dalam sarang yang berbentuk seperti gua atau lubang yang tertutup dedaunan seperti buaya
atau ular, maupun dalam tanah seperti penyu.
Reptilia tidak mempunyai tingkat larva, seperti amphibia.
Telur reptilia juga mempunyai kulit yang kuat dan tidak diselaputi gel. Terdapat 5000-6000 spesies reptilia
dalam empat ordo dan tiga sub-kelas.
Beberapa sistem yang terjadi pada reptilia:
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan dibedakan antara
1. Tractus digestivus ( Saluran pencernaan )
2. Glandula digestoria.( Kelenjar pencernaan)
TRACTUS DIGESTIVUS
Tractus Digesntivum Terdiri dari:
1. Cavum oris (mulut)
2. Pharynx (pangkal kerongkongan)
3. Oesophagus (Kerongkongan)
4. vetriculus (Lambung)
5. Intestinum Tenue ( Usus Halus) : Duodenum . Yeyenum , Illeum
6. Coecum ( Usus buntu)
7. Intestinum Crassum (Usus besar)
8. Cloaca.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus.
Dentes ini berbentuk pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingiva, sedikit melengkung ke arah
medial cavum oris.
Pada mabouya tidak kita jumpai dentes palatini.
Selain itu dalam cavum oris terdapat lingua yang berpangkal pada Os hyldeum di sebelah caudal cavum oris,
ujungnya bersifat befida.
Ventriculus pada mabouya ini berdinding musular yang tebal dari bentuk cylindris.
Intestinum crassum berfungsi sebagai rectum.
Cecum merupakan batas antara instestinum tenve dan intestinum crassum.

Glandula digestaria

Glandula digestariaTerdiri dari


1. Hepar
2. Pancreas
3. Vesica fellea (Empedu) yang dihasilkan oleh hepar ditampung kantong yang disebut vesica fellea.
Hepar terdiri atas 2 lobi, yaitu sinister dan dexter dan berwarna coklat kemerahan.
Vesica fellea terletak pada tepi coudal lobus dexter hepatis.
Pancreas terletak dalam suatu lengkung antara ventriculus dan duodenum.
Ductus cysticus dari vesica fellea menuju jaringan pancreas bergabung dengan ductulli pancreatici, kemudian
keluar menjadi satu ductus yang besar disebut hepato-pancreaticus atau ductus choledochus yang bermuara pada
duodenum.
Ventriculus terikat pada dinding tubuh dengan perantaraan suatu alat penggantung yang disebut mesogastrium.
Kemudian alat penggantung instestinum tenue disebut mesenterium,
Alat penggantung intestinum crassum (rectum) disebut mesorectum.
Antara permukaan dorsal hepar dan ventriculus terdapat suatu lipatan tipis yaitu omentum gastrohepaticum.
Omentum ini memanjang ke caudal disebut omentum duodeno-hepaticum yang menghabungkan hepar dengan
duodenum.
Sistem Respirasi

Umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya dilengkapi oleh sejumlah cincin
cartilago.
Larinx terletak di ujung anterior trachea. Dinding larinx ini dilengkapi oleh cartilago cricoida dan cartilago
anytenoidea.
Kearah posterior trachea membentuk percabangan (bifurcatio) menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri, yang
masing-masing menuju ke pulmo kanan dan pulmo kiri.
Bentuk Pulmo lacertilia dan ophidia reptilia relatif sederhana. Pada beberapa reptilia, bagian internal pulmo
terbagi tidak sempurna dan menjadi 2 bagian, yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedang bagian posterior berdinding
licin, tidak vasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir. Pada ular umumnya pulmo mempunyai lekukan-lekukan yang
asymetris, dan pulmo kanan selalu sangat pamang.
Sistem respirasi pada mabounya seperti ini sudah setingkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan respirasi rana
Sp. Rana Sp tidak mempunyai trachea sedang Mabouya Sp. mempunyai trachea.
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui lubang
hidung => rongga mulut => anak tekak => trakea yang panjang => bronkiolus dalam paru-paru.
Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus => trakea
yang panjang => anak tekak => rongga mulut => lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air,
lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.
EKSKRESI
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka.
Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.
Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan
setengah padat berwarna putih.
Sistem Peredaran darah
Terdiri dari 2 atria, yaitu atrium dextrum dan sinistrum, 2 ventriculus yaitu ventriculus dexter serta ventriculus
sinister, dan sinus venosus.
Atrium dextrum dipisah dengan atrium sinistrum oleh septum atriarum. Antara atrium dan ventriculus ada sekat
yang disebut apertura atriovenricularis dengan katup valvula atrioventricularis.
Ventriculus dexter dipisah dari ventriculus sinister oleh septum ventriculorum ialah tidak sempurna sehingga
darah di ventriculus dexter dan sinister untuk sebagian masih tercampur.
Dari ventriculus dexter keluar areus aortae sinister yang membelok ke kiri, dan arteria pulmanalis yang
bercabang dua masing-masing ke pulmo. Dari ventruculus sinister keluar arcus aortae dexter yang membelok ke kanan dan
mempercabangkan sebuah arteria yang berjalan ke arah cranial yaitu arteria carotis communis. Arteria carotis communis
ini akan bercabang dua menjadi arteria carotis communis dexter dan sinister yang masing-masing baik dexter maupun
sinister akan bercabang lagi menjadi arteria carotis externa dan interna.
Arteria carotis communis interna kiri akan membuat suatu hubungan dengan arcus aortae sinister. Arcus aortae
dexter dan sinister, masing-masing berjalan ke caudal dan keduanya bertemu di medial untuk menjadi satu pembuluh yang
besar disebut aorta dorsalis.
Sebelum kedua arcus aortae ini bertemu, arcus aortae dexter terlebih dulu mempercabangkan arteria esophagus
yang menuju ke esophagus, kemudian juga mempercabangkan arteria subelavia dexta dan sinistra yang menuju ke
extremitas anterior.
Sinus venosus menerima darah dari vanae besar, ialah vena cova superior dexta dan sinistra, dan vena cava
inferior yang datang dari bagian caudal tubuh setelah menerima vena hepatica terlebih dulu. Dari sinus venosus darah
kemudian menuju ke atrium dextrum. Yang masuk ke atrium sinistrum ialah vanae pulmonalis yang berisi darah arterial
dari pulmo.
Sistem Reproduksi
Jenis Jantan
Memiliki alat kelamin khusus : HEMIPENIS
Sepasang testis
Memiliki epididimis
Memiliki vas deferens
Jrnis Betina
Memiliki sepasang ovarium
Memiliki saluran telur (oviduk)
Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam
tubuh (fertilisasi internal).
Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal.
Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya.
Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur.
Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium.
Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka.
Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis.
Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis.
Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua
penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet.
Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam
saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang
telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air.
Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah.
Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya.
Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan
sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya.
Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:
anapsid, diapsid, synapsid (parapsid).
Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo
ORDO REPTILIA meliputi
1. Testudinata
2. Rhynchocephalia
3. Squamata
4. Crocodilia.
Ordo Testudinata
1. Ordo Testudinata
Terdiri dari dua subordo:
Subordo Cryptodira
Subordo Pleurodira
Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik.
Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang membentuk huruf S,
mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral.
Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam
mengidentifikasi jenisnya
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang
bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya.
Subordo Cryptodira dibagi dalam beberapa super family diantaranya :
1. Superfamilia Testudinoidea meliputi 3 family yaitu : Geoemydidae , Emydidae
2. Superfamilia Trionychoidea
3. Superfamilia Chelonioidea
Superfamilia Testudinoidea
Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa.
Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku kura
kura air tawar Amerika Selatan.
Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170
mm.
Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia antara lain
1. Batagur baska
2. Callagur borneoensis
3. Geoemyda japonica
4. Malayemys subtrijuga
5. Notochelys platinota
6. Orlitia borneensis
7. Siebenrockiella crassicollis
8. Coura amboinensis
9. Cyclemys dentata
10. Heosemys spinosa.
Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan
Secheyles.
Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kurakura purba dan kura-kura raksasa.
Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi.
Kurakura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutanhutan Sumatera dan Kalimantan merupakan
kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia.
Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu
1. Indotestudo
2. Manouria yang keduanya masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia
3. Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Geochelone
Contohnya
1. Geochelone gigantean
2. Testudo hermanii
3. Testudo elephantopus
Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik.
Ada beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies
Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila).
Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus
Emydoidea dan Deirochelys).
Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras.
Terdiri dari 12 genera dan kurang lebih 39 spesies.
Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas,
misalnya Trachemys scripta ( kura-kura brazil).
Superfamilia Trionychoidea
1. Famili Carettochelydae
2. Famili Trionychidae
3. Famili Kinosternidae
4. Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya
berupa fosil saja.
Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari
perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang agak panjang.
Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai.
Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya.
Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek.
Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu kuintal.
Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia adalah
1. Amyda cartilaginea (bulus)
2. Dogania subplana ( labi-labi hutan)
3. Pelodiscus sp
4. Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang)
5. Pelochelys bibroni ( labi-labi irian)
6. Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa)
7. Charettochelys insculpta ( moncong babi).
Superfamilia Chelonioidea
Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping inframarginal yang
menghubungkan perisai perut dan perisai punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung.
Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil.
Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang.
Ia mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan mengambil
udara untuk bernafas
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim
temperate.
Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia.
Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemuan di Indonesia.
Adapun contoh spesies anggota famili ini antara lain
1. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
2. Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata)
3. Penyu hijau (Chelonia mydas)
4. Penyu tempayan (Caretta caretta)
Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina saja
yang naik untuk bertelur
Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing.
Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin.
Ciriciri penyu belimbing ( Dermochelys coriacea.) adalah
1. warna tubuh hitam sampai abuabu kehijauan
2. kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik
putih tanpa keping yang jelas.
3. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulangtulang kecil
yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada perisai punggungnya.
4. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan.
5. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat
Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang. Kepalanya dapat dilipat ke
samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap,
memiliki 13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan hewan
karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).
Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:
1. famili Chelidae
2. famili Pelomedusidae
3. famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa (Famili Chelidae), dan Pelomedusa
subrufa (Famili Pelomedusidae)
Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies.
Famili ini dapat dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya
mempunyai keping intergular.
Famili ini dianggap lebih primitif daripada kurakura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai.
Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosilfosil dari Genus
Chelodina, Elseya, dan Emydura.
Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan
tepi perisai yang relatif panjang.
Genus ini dibagi menjadi dua, yakni
1. kurakura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang
2. kurakura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar
Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil hidup.
Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda dengannya terutama karena
tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di daerah temporal).
Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale.
Tulang-tulang gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik.
Celah kloaka melintang.
Diatap kepala terdapat mata parietal dengan lensa dan retina.
Pada hewan muda, mata parietal tampak lebih jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat
dewasa kulit tersebut menebal.
Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya.
Ordo ini mencakup satu familia, yaitu Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus.

Sphenodon punctatus ( Tuatara )

Ordo Squamata
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan
tanduk.
Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting.
Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama.
Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia,
sisiknya terkelupas sebagian.
Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.
Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau
tuberkulum.
Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo
Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia.
Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal.
Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia
Baru, dan beberapa pulau di Oceania.
Ordo Squamata dibedakan menjadi 2 sub ordo yaitu :
1. Subordo Lacertilia/ Sauria
2. Subordo Serpentes/ Ophidia
Subordo Lacertilia/ Sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi.
Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum.
Dan sebagian lagi menjadi spina.
Sisik-sisik ini dapat mengelupas.
Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada
bagian yang disebut satura.
Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga.
Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada
Mabouya sp
Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang.
Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu
1. Agamidae
2. Gekkonidae
3. Scincidae
4. Varanidae.
Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun seperti genting,
demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.
Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.
Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas
Tipe gigi acrodont.Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit.
Habitatnya di pohon dan semak.
Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan
kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris.
Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting.
Tipe giginya pleurodont.
Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas.
Ekornya panjang dan rapuh.
Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.
Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian
ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.
Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal.
Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.
Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo (Varanus komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3
meter.
Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara.
Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda,
1. Marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia)
2. Marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari kalimantan.
Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat.
Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko
yang lain.
Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang
dibersihkan dengan cara dijilat.
Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya
memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.
Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan
temperature lingkungannya.
Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang biak
tanpa pembuahan.

Subordo Serpentes/ Ophidia

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak
berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini.
Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung
mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang
lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993).

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru
yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan
reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke
dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :


1. Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
2. Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada
Famili Elapidae dan Colubridae.
3. Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan.
Contohnya pada Famili Viperidae.
4. Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada
Famili Hydrophiidae
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun
untuk membantu pencernaannya, yaitu :
1. Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah.
Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
2. Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan
cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili
yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa
jenis ini.
3. Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat
bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang
memiliki bisa tipe ini.
Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:
Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial.
Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan.
Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm.
Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang.
Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops,
Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies.
Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia,
Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai
belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya:
Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.
Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang dimiliki
anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat
mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di
air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.
Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk
hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas
Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis
dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha
dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya
dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat
mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).
Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat
berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik
yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies
ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi
manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan
Elaphe.
Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular
terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya
biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai
thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang
bertelur.Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae
yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil
di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular
yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya
tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan
dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.
Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini
mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya.
Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah.
Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).
Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki kenampakan
seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan
kehidupnya yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median di bagian rahang
atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian
ekornya hampir menyerupai kepalanya

Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung
sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami
penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian
ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi
tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata,
tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung
terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara
otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang
lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan
terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik
sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.
Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut
dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan
Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada rahang bawah
tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup
hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap
suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik.

Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga dan pada saat
mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher
terbuka lebar. Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian
tengkuk.
Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut menangkup,
kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan
bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.
Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesiaadalah :
Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasrkan ukuran
sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double
Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik
ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan
2650 mm untuk betina
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau, hal ini
berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur telur ini dijaga oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri.
Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke
pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung
selatan Papua Nugini .
Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter. Buaya ini
dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya
berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau
tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada
ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal
musim penghujan. Telur telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan
sendiri
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai.Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya adalah ikan
walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di
seluruh perairan Indonesia (Iskandar, 2000).
Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4 buah. Moncongnya
tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu
tiga perempat kali lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat
mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercak-
bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal
musim penghujan
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah
ikan.Jenis ini juga dikenal sebagai buaya
Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat sempit dengan ukuran
tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak.
Betinanya bertelur pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah
tetumbuhan
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa, hingga ke
pedalaman.Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa
NOTE
Reptilia merupakan hewan berdarah dingin yang dibagi kedalam empat ordo yang masih hidup. Reptilia boleh
dapat ditemukan diseluruh dunia dari kawasan padang pasir yang kering, di pusat bandar, hingga beratus meter di dalam
laut. Bagaimanapun reptilia tidak terdapat di kawasan kutub dan puncak gunung.Karena reptilia berdarah dingin, mereka
tidak dapat mengontrol suhu badan mereka. Reptilia mempunyai kulit yang bersisik yang terdiri dari selaput bertulang atau
bergading, mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki langsung. Kebanyakan reptilia bertelur (oviparous),
walaupun beberapa adalah (ovoviviparous), menyimpan telur di dalam perut ibu sampai menetap

Anda mungkin juga menyukai