I. Pengertian Preeklamsia Menurut Varney (2007: 645), preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria sebagai berikut: 1. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai protein uria ( 0,3 gram protein selama 24 jam atau 30 mg/dl dengan hasil reagen urine + 1). 2. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria, perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal. Preeklamsia adalah suatu sindrom khas kehamiilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasopasme dan pengaktifan endotel. (Leveno, 2009). Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasopastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan protein uria. (Bobak, 2005). Preeklamsia ringan (PER) adalah TD 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, protein urine pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total 300 mg/dl (Wiknjosastro, 2008 dalam Lisnawati, 2011). II. Etiologi Menurut (Bobak, 2005) dan (Manuaba, 2007), ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit: 1. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama. 2. Grande Multipara 3. Janin Besar 4. Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa. Preeklamsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu. 5. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil seperti diabetes mellitus. 6. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%. 7. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun. III. Klasifikasi Preeklamsia Menurut (Varney, 2007), (Manuaba, 2007), (Bobak, 2005), preeklamsia digolongkan ke dalam preeklamsia ringan dan preeklamsia berat dengan gejala dan tenda sebagai berikut: 1. Preeklamsia ringan a. Tekanan darah Tekanan darah sistole 30 mmHg atau diastole > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari, atau sistole 140 mmHg (< 160 mmHg) diastole 90 mmHg ( 110 mmHg) dengan interval pemeriksaan 6 jam. b. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. c. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. d. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar. e. Hiperfleksi +3, tidak ada klonus di pergelangan kaki. f. Pengeluaran urine sama dengan masukan 30 ml/jam. g. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri ulu hati. 2. Preeklamsia berat a. Tekanan darah 160/110 mmHg. b. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam. c. Protein uria lebih dari 3 gr/liter. d. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran. e. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina, trombosit < 100.000/uL. IV. Patofisiologi Preeklamsia Menurut (Leveno, 2009), semua teori mengenai patofisiologi preeklamsia harus mempertimbangkan pengamatan bahwa gangguan hipertensif akibat kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita: 1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali. 2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidiformis. 3. Telah mengidap penyakit vascular. 4. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang timbul selama kehamilan. Menurut (Manuaba, 2010) perubahan patologis berbagai organ penting dijabarkan sebagai berikut: 1. Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis, thrombosis pada lobus hati. 2. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler. 3. Retina. Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lapasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur. 4. Otak. Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat. 5. Paru-paru. Berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses, menimbulkan sesak nafas sampai sianosis. 6. Jantung. Perubahan degenerasi lemah dan edema, perdarahan sub endokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya fungsi jantung. 7. Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin. 8. Perubahan ginjal. Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomelurus berkurang penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain. 9. Perubahan pembuluh darah. Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan, protein ekstra vaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema, hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan thrombosis. V. Tatalaksana Umum Ibu hamil dengan preeklamsia harus segera dirujuk ke rumah sakit. Pencegahan dan tatalaksana kejang: 1. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), sirkulasi (cairan intravena). 2. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan preeklamsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai pencegahan kejang). 3. Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai. 4. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan failitas ventilator tekanan positif.
4.1. Diagnosa Ibu Hamil dengan Preeklamsia Ringan
I. Pengkajian Data A. Data Subjektif 1. Nama Untuk memudahkan mengenali, memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan (Hani, 2011). 2. Usia Usia subur dan aman untuk seorang wanita dalam waktu bereproduksi adalah 20-30 tahun. (Hanifa, 1994). Usia > 35 tahun adalah salah satu kemungkinan penyebab terjadinya PER. 3. Agama Agama berhubungan dengan perawatan klien yang berkaitan dengan ketentuan agama (Romauli, 2011). 4. Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat memberikan asuhan. 5. Pekerjaan Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan. (Fraser,2011). 6. Alamat Untuk mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya tentang kehamilan serta untuk kunjungan rumah jika diperlukan (Hani, 2011). 7. Keluhan Utama Preeklamsia ringan sering tanpa gejala, namun ada beberapa ibu hamil dengan PER yang mengalami nyeri kepala yang bersifat sementara, sedangkan gangguan penglihatan dan nyeri ulu hati biasanya akan dirasakan oleh ibu hamil dengan PEB. Ibu dengan PER biasanya juga akan mengalami kenaikan berat badan, naik 1 kg atau lebih dalam satu minggu. Retensi air dan garam akan membuat ibu dengan PER ini akan mengalami dorongan untuk BAK namun urine yang dikeluarkan sedikit. 8. Riwayat Kesehatan yang Lalu Untuk mengkaji riwayat kesehatan pasien apakah pasien pernah menderita hipertensi (darah tinggi). Ibu hamil yang sebelum hamil sudah memiliki riwayat hipertensi kemungkinan untuk memiliki tekanan darah tinggi saat hamil adalah besar. Namun, beberapa kasus ibu hamil dengan PER, sebelumnya tidak memiliki riwayat hipertensi. 9. Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui riwayat kesehatan saat ini apakah pasien menderita hipertensi karena keturunan atau riwayat memiliki hipertensi, atau hipertensi muncul semenjak hamil ini. Apakah terdapat edema, sakit kepala, mata berkunang-kunang/kabur, apakah protein urin positif, dan menderita diabetes melitus. Jika ditemukan beberapa penyakit tersebut maka petugas kesehatan dapat melakukan pengkajian lanjutan dan segera mengambil tindakan. 10. Riwayat Kesehatan Keluarga Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga apakah terdapat keturunan hipertensi. 11. Riwayat Kebidanan a. Riwayat haid Kaji kapan HPHT, untuk menentukan usia kehamilan saat ini. Apakah > 20 minggu, tekanan darah tinggi pada UK > 20 minggu adalah diagnosis dari PER. b. Riwayat KB c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Mengkaji apakah pada kehamilan atau nifas yang lalu mengalami preeklamsi. Dan berapa paritasnya, grandemulti salah satu diagnosis dari PER. d. Riwayat Kehamilan Sekarang Kehamilan ganda, mola hidatidosa, diabetes melitus, dan hidrops fetalis dapat memengaruhi terjadinya preeklamsia ringan yang juga bisa megarah pada preeklamsia berat. 12. Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi Ditanyakan untuk mengetahui status gizi pasien apakah sudah benar dalam pemenuhannya atau perlu mendapatkan konseling perihal itu. Bidan dapat memberikan konseling tentang diet preeklamsi. Ciri khas yang perlu diperhatikan yaitu asupan garam dan protein. Dengan tujuan mempertahankan tekanan darah (tetap normal), mencegah, dan mengurangi retensi garam dan air/cairan. b. Aktifitas Untuk mengetahui bagaimana aktivitas ibu, apakah melelahkan atau tidak, karena aktivitas yang melelahkan juga akan mempengaruhi psikis ibu yang juga bisa mempengaruhi tekanan darah ibu. c. Riwayat psikososial 13. Hubungan seksual B. Data Objektif Pemeriksaan Umum 1. Keadaan umum Keadaan baik sampai syok (Hanifa, 2002). 2. Kesadaran Ibu hamil dengan PER kesadaran masih composmentis, jika ibu tidak sadar, atau mungkin kejang ibu sudah mengalami PEB. 3. Berat Badan Berat badan yang meningkat merupakan salah satu petunjuk dari retensi cairan ekstravaskular. Ibu hamil dengan PER akan mengalami kenaikan berat badan 1 kg atau lebih setiap minggu. 4. Tanda-tanda vital - Tekanan darah PER memiliki tekanan darah sistole 30 mmHg atau diastole > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari, atau sistole 140 mmHg (< 160 mmHg) diastole 90 mmHg ( 110 mmHg) dengan interval pemeriksaan 6 jam. - Denyut Nadi Ukuran normal pada orang dewasa adalah dari 60- 100x/menit. - Suhu Ukuran normal pada orang dewasa yaitu 36,5 - 37,5 C. - Pernapasan Ukuran normal pada orang dewasa ialah 18-24x/menit. Ibu hamil dengan PER biasanya memiliki RR yang > 24 x/m, namun ada yang masih dalam batas normal. Pemeriksaan Fisik 5. Pemeriksaan Retina Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lapasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur. Spasme arteriolar dan kilaunan retina dapat terlihat. 6. Reflek tendon profunda (lutut dan kaki) Hiperrefleksia dan klonus merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin meramalkan suatu kejang eklamsi. 7. Edema Menunjukkan retensi cairan. Edema dependen merupakan kejadian yang normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan tangan tampaknya lebih menunjukkan retensia cairan yang patologik. 8. Pemeriksaan abdomen Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensial dari pre eklamsi berat yang akan berdampak nekrosis pada hati. Hal ini merupakan akibat vasopasme arteriole umum. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya kontraksi uterus dan presentasi janin. 9. Pemeriksaan pelvis Keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau perabdominam. Pemeriksaan Penunjang 10. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk melihat kadar enzim hati meningkat yang biasanya disertai ikterus, perdarahan pada retina, trombosit < 100.000/uL ini tejadi pada preeklamsia berat. Preeklamsia ringan masih berada di atas 100.000/uL 11. Urinalisis Protein urin merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan pre eklamsi. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau 4+ atau urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih, pre eklamsi dikatakan berat. Untuk preeklamsia ringan hasil protein urin menunjukkan +1 sampai +2. II. Diagnosa Aktual dan Masalah Aktual Diagnosa aktual: pre eklamsia ringan (PER) Masalah aktual: Menurut (Varney, 2007), (Bobak, 2005), (Lynda Juall, 2009), (Manuaba, 2010), masalah yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan meliputi: 1. Kekhawatiran ibu terkait dengan kondisi dan keadaannya. DS: ibu khawatir terhadap kondisinya dan keadaannya. DO: ibu mengeluarkan air mata. 2. Batuk dan sesak nafas. DS: ibu mengeluh batuk dan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. DO: TTV: RR: > 24 x/menit (hiperventilasi) Dada: terdengar wheezing/tidak, ronchi/tidak. Abdomen: TFU berapa jari/cm. Integumen: sianosis/tidak. 3. Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan (kegemukan). DS: ibu mengatakan nafsu makannya tinggi dan berat badan nail > 1 kg tiap minggu. DO: edema/tidak membedakan BB sekarang dan BB sebelum hamil kelebihan sampai 13 kg/tidak. III. Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial Diagnosa potensial Menurut (Lynda Juall, 2009), (Taber, 2004), ()Manuaba, 2010), diagnosa potensial preeklamsia ringan adalah: 1. Preeklamsia berat sampai eklamsia, kejang. 2. Janin: a. Prematuritas b. IUGR c. Gawat janin d. IUFD Masalah potensial Menurut (Lynda Juall, 2009), dan (Bobak, 2005), masalah potensial yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan antara lain: 1. Potensial terjadi cedera sehubungan dengan vertigo, gangguan penglihatan atau kejang. 2. Potensial gangguan pemenuhan oksigen (kurang dari kebutuhan). IV. Mengidentifikasi Kebutuhan Segera Menurut (Varney, 2001), tindakan yang segera dilakukan untuk mengantisipasi komplikasi pada preeklamsia ringan antara lain: 1. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk menentukan terapi dan petugas laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium. 2. Siapkan megnesium sulfat untuk mengantisipasi adanya kejang. V. Intervensi Menurut (Marjati, 2010), (Sarwono, 2006), (Manuaba, 2010), (Lynda Juall, 2009), penatalaksanaan ibu hamil dengan preeklamsia ringan antara lain: 1. Berikan informasi pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan kondisi ibu serta berikan konseling mengenai tanda-tanda bahaya preeklamsia dan eklamsia. 2. Laksanakan program terapi dari dokter SpOG. 3. Pantau tekanan darah setiap 6 jam dan DJJ untuk memantau kesejahteraan ibu dan janin. 4. Anjurkan ibu memantau pengeluaran urine disesuaikan dengan intake cairan dan memantau jumlah protein urine setiap hari dan mengkaji reflek. 5. Anjurkan ibu untuk lebih banyak istirahat berbaring miring kiri atau miring ke arah punggung janin agar sirkulasi darah ke janin lancar. 6. Anjurkan ibu diet biasa dengan asupan tinggi protein dengan tambahan 1 butir telur setiap hari. 7. Pantau berat badan dan pantau oedema dengan pengukuran meteline setiap hari. VI. Implementasi Dilaksanakan sesuai intervensi. VII. Evaluasi Mengevaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan apakah sesuai dengan kriteria hasil atau belum. Evaluasi disampaikan dalam bentuk SOAP.