PENDAHULUAN
Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal yang berkaitan
dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice).
Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni Golongan A
(yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan Golongan C (bahan tidak
strategis dan tidak vital).Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan,
keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan
untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan plutonium. Sementara,
Bahan Golongan B dapat menjamin hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan
tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat
hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur dan asbes.
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to
reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia terbitan PT. Gramedia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from
the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan
memperoleh tanah. Pengertian lain dari reklamasi yang dihubungkan dengan kegiatan
pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam
kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
Istilah lain yang berkaitan dengan reklamasi yaitu rehabilitasi lahan dan revegetasi. Rehabilitasi
lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang
rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur
tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Revegetasi merupakan suatu usaha
atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang.
Berdasarkan keputusan menteri kehutanan dan perkebunan tentang pedoman reklamasi bekas
tambang dalam kawasan hutan pada BAB 2 PASAL 3 berisi tentang tujuan reklamasi yaitu untuk
memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan
energi sehingga kawasan hutan yang dimaksud dapat berfungsi kembali sesuai dengan
peruntukannya.
Reklamasi ini menjadi kewajiban bagi perusahaan tambang baik operasional tambang terbuka
(open pit), tambang bawah tanah (underground), tambang placer maupun tambang bawah laut
(kalo yang ini masih perlu penelusuran bagaimana cara reklamasinya ya..). Pada tambang terbuka
umumnya aktivitas operasional dilakukan dengan membuat jenjang (bench) kemudian menggaruk
dan menempatkan top soil dan overburden ke lokasi stock mengingat top soil ini suatu saat akan
dikembalikan lagi. Jika cadangan dianggap tidak ekonomis lagi, maka mulailah lahan eks tambang
ini masuk tahap reklamasi untuk mengembalikan fungsi fisik sesuai peruntukannya. Beberapa
tahapan umum teknis yang dilakukan jika suatu institusi akan melakukan reklamasi yaitu:
Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yang subur (top soil) di lahan
yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan
tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang
umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
Kemudian lanjut ke tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan
ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas
da menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan
ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses
lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor,
grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan
ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran
drainase untuk mengatur penyaliran.
Tahapan selanjutnya setelah penyiapan lahan adalah proses hydroseeding. Hydroseeding adalah
aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya
yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan
aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik.
Untuk penanaman pohon, maka disusun pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi
disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil,
pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat lahan
maka biasanya ditambahkan jarring (mesh) di selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor.
Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia
Mangium) adalah alternative awal untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua
dari beberapa jenis tanaman reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan
maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
Bekas LAHAN TAMBANG dalam kondisi Aman, Layak dimanfaatkan, Indah, Harmonis, bersifat
Fasilitatif jika dipergunakan, mendatangkan Untung jika dimanfaatkan, bersifat Natural, dibentuk
secara Geometris, sebagai lahan yang Strategis dalam pemanfaatannya dan dapat dimanfaatkan
secara Integratif ( ALIH FUNGSI ).
Selanjutnya dalam aktifitas PERTAMBANGAN dilakukan secara Profesional, Realistis, Objektif,
Fair, Inovatif dan Transparan dalam pengeksploitasian dan pengelolaannya ( P R O F I T ).
Sedangkan kondisi LINGKUNGAN diharapkan akan Sehat, bersifat Ekologis, Ramah, Adaptatif,
Sinergik dan mampu untuk saling melakukan Interaksi terhadap aktifitas Pertambangan dan
kondisi pada bekas Lahan Tambang ( SERASI ).
Dalam Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini, peranan Birokrat adalah : membuat
kebijakan yang bersifat kondusif, menjamin kepastian hukum, menjamin keamanan, menyusun
pedoman dan menjadi fasilitator serta melakukan tugas pemantauan, pengawasan bimbingan dan
pembinaan serta melakukan evaluasi terhadap aktifitas pertambangan.
Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak tahap
perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang.
Sedangkan peran masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada
tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang (tidak tertutup kemungkinan
peran mereka juga bisa dari sejak tahap perencanaan).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan informasi dan pengetahuan yang penulis uraikan dalam makalah di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan Penerapan Pengelolaan Penambangan yang Baik
Dan Benar / Good Mining Practice, yaitu sebagai berikut :
1. Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang adalah cara
bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal.
2. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada lahan bekas
tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan dan reklamasi
sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan dengan
kondisi lahan.
3. Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak tahap
perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang. Sedangkan peran masyarakat terhadap aktifitas
pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan
tahapan pasca tambang (tidak tertutup kemungkinan peran mereka juga bisa dari sejak tahap
perencanaan).